Professional Documents
Culture Documents
BAB IX
KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
Pemimpin Manajer
Pemimpin tidak selalu ada dalam Manajer selalu ada dalam organisasi,
organisasi. baik formal maupun non formal.
Beberapa Pengertian :
Pemimpin (leader) : orang yang bekerjasama dengan orang lain untuk mencapai
tujuan. Atau orang yang meraih tujuan organisasi menggunakan
orang lain.
Kepemimpinan (leadership) :
a. Fungsi yang berhubungan dengan tugas (task oriented) atau fungsi pemecahan
masalah pekerjaan. Yaitu suatu fungsi yang menyangkut pemberian saran-saran
kepada bawahan untuk menyelesaikan masalah, informasi dan pendapat atas
suatu masalah.
Menurut Ary Ginanjar Agustian, ada 5 (lima) tangga kepemimpinan yang harus
dilalui oleh seorang pemimpin, sebagaimana Rosululloh Muhammad SAW telah
melakukannya dengan sempurna, yaitu sebagai berikut :
Menurut teori ini pemimpin yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
4. Percaya diri
5. Kecerdasan
o Teori Perilaku
3. Kisi Manajerial
4. Studi Skandinavia
o Kemungkinan :
mewujudkan tujuan (Flippo). Ada dua dasar yang membedakan gaya kepemimpinan
seseorang, yaitu :
o Orientasinya terhadap tugas dalam arti seberapa jauh perhatiannya terhadap cara
melaksanakan tugas.
o Pada tingkat tertinggi, seorang pemimpin yang task orientation style akan lebih
mementingkan, bagaimana melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, tanpa
memperhatikan peningkatan kemampuan bawahannya. Cenderung tidak
manusiawi.
o Oki berdasarkan dua dasar gaya di atas, secara umum gaya kepemimpinan yang
ada berkisar pada dua leadership style :
Teori Ciri
Teori ciri kepemimpinan adalah teori yang mencari ciri-ciri kepribadian, sosial, fisik
atau intelektual yang membedakan pemimpin dengan bukan pemimpin. Pada jaman
Yunani kuno orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat (melalui
proses pendidikan). Teory the Great Man menyatakan bahwa seorang yang dilahirkan
sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak
mempunya sifat sebagai pemimpin.
4. Percaya diri,
5. Kecerdasan,
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif mempunyai
dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
Teori Perilaku
4. Studi Skandinavia
o Sumbu tegak lurus menjelaskan kecenderungan leader dalam hal orientasinya kepada
pengikut (tinggi atau rendah) kemudian diberi nama consideran tinggi atau rendah
atau orientasi kepada pengikut (human orientation) tinggi atau rendah.
• Struktur • Struktur
rendah tinggi
• Cons. • Cons.
tinggi tinggi
Conside
ration
• Struktur • Struktur
rendah tinggi
• Cons. • Cons.
rendah rendah
Structure
Menurut hasil studi yang dilakukan Universitas Ohio, bahwa perilaku leader pada saat
memimpin terbagi atas empat kemungkinan, yaitu :
1. Leder yang memiliki struktur rendah, consideran rendah. Leder yang memiliki
struktur rendah artinya leader yang berorientasi pada pelaksanaan tugas yang
rendah, sedangkan leader yang consideran rendah artinya leader tersebut memiliki
hubungan dengan bawahan yang rendah pula (human orientationnya rendah).
Dengan perkataan fungsi pemeliharaan bawahannya rendah.
2. Leder yang memiliki struktur rendah, consideran tinggi. Leder yang memiliki
struktur rendah artinya leader yang berorientasi pada pelaksanaan tugas yang
rendah, sedangkan leader yang consideran tinggi artinya leader tersebut memiliki
hubungan dengan bawahan yang sangat baik (human orientationnya tinggi). Dengan
perkataan fungsi pemeliharaan bawahannya rendah.
3. Leder yang memiliki struktur tinggi, consideran tinggi. Leder yang memiliki struktur
tinggi artinya leader yang berorientasi pada pelaksanaan tugas yang tinggi,
sedangkan leader yang consideran tinggi artinya leader tersebut memiliki hubungan
dengan bawahan yang sangat baik (human orientationnya tinggi).
4. Leder yang memiliki struktur tinggi, consideran rendah. Leder yang memiliki
struktur tinggi artinya leader yang berorientasi pada pelaksanaan tugas yang tinggi,
sedangkan leader yang consideran rendah artinya leader tersebut memiliki hubungan
dengan bawahan yang rendah pula (human orientationnya rendah). Dengan
perkataan fungsi pemeliharaan bawahannya rendah.
1.9 9.9
Concern for
People 5.5
1.1 9.1
2. Style 1.9. Country club management. Yaitu pemimpin yang memiliki gaya
berorientasi tugas rendah serta berorientasi kemanusiaan tinggi.
4. Style 5.5. Middle of the road management. Yaitu pemimpin yang memiliki gaya
berorientasi tugas “sedang” serta berorientasi kemanusiaan juga “sedang”.
3. Posisi leader (position power of the leader). Diukur dengan mengevaluasi tingkat
pengaruh pemimpin terhadap bawahan. Berapa banyak hukuman harus
dipergunakan untuk mempengaruhi bawahan.
4. Hasil penelitiannya
5. Style leadership yang Task Oriented atau Controlling Leader, lebih efektif
dipergunakan pada siatusi 1, 2, 3 dan 8 (yaitu siatuasi paling mudah dan paling
sukar).
6. Permisive leader yang human oriented untuk situasi pertengahan (4, 5, 6, 7).
Seorang leader dengan LPC tinggi, termasuk leader dengan consideration / human
oriented, efektif dengan permissive leadership. Seorang leader dengan LPC rendah,
termasuk leader dengan task oriented, efektif dengan controlling leadership. LPC
diperoleh melaui kuisioner untuk mengukur kecenderungan gaya kepemimpinan dilihat
dari penerimaan bawahan thd leader.
Situation 1 2 3 4 5 6 7 8
Leader-member Good Good Good Good Poor Poor Poor Poor
relation
Task structure Structured Un-structured Structured Un-structured
Position power of Strong Weak Strong Weak Strong Weak Strong Weak
leader
Life Cycle Theory of Leadership dari Paul Harsey & Kenneth H. Blanchard
Teori ini menjelaskan bahwa efektivitas seorang leader tergantung pada kesiapan
(readyness) bawahan. Semakin matang bawahan, maka leader harus dapat mengurangi
task orientednya, kemudian mengubah menjadi delegasting, artinya membagi
kewenangan kepada bawahan yang telah matang (Maturity). Ada 4 kondisi kematangan
bawahan, sbb :
R-3 R-2
relationship
relationship
Relationship
R-4 R-1
relationship relationship
Task Orientation
Mature Im-mature
Empat perilaku pemimpin (leader) menghadapi empat situasi dan kondisi kematangan
bawahan :
1. R-1, High task-Low relationship : artinya pemimpin harus orientasi tugas tinggi,
hubungan rendah, oki harus mengatakan (telling). Pemimpin harus mendefinisikan
peran dan memerintahkan kepada bawahan mengenai apa (what), bagaimana (how),
kapan (when) dan di mana (where) melakukan tugas.
3. R-3, Low task- High relationship : artinya pemimpin harus berperan serta
(participating), maksudnya orientasi tugas rendah dan hubungan tinggi. Pemimpin dan
pengikut bersama-sama mengambil keputusan, dan peran utama pemimpin adalah
mempermudah dan berkomunikasi.
1. Pendahuluan
Dilihat dari sisi bahasa, kepemimpinan berasal dari kata leadership sedangkan
pemimpin berasal dari kata leader. Kepemimpinan menurut Robert Dubin, diartikan
sebagai pelaksanaan otoritas dan pembuatan keputusan. J.K. Hemphill, mengartikan
kepemimpinan : suatu inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang
konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama.
Stephen P. Robbins, mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Lebih jauh lagi George R.
Terry, merumuskan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-
orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi.
dalam bukunya yang berjudul Emotional Spiritual Quotient (ESQ) tentang kepemimpinan
yang abadi.
Selama ini banyak sekali orang yang keliru memahami arti kepemimpinan.
Umumnya orang melihat pemimpin adalah sebuah kedudukan atau sebuah posisi
jabatan semata. Akibatnya banyak orang berupaya mengejar untuk menjadi pemimpin
dengan “menghalalkan berbagai cara” dalam mencapai tujuan tersebut. Pemimpin yang
memperolehnya dengan cara seperti itu akan selalu menggunakan kekuasaannya untuk
mengarahkan, memperalat, bahkan menguasai orang orang lain agar mengikutinya.
Umumnya pemimpin seperti ini suka menekan para pengikutnya. Akibatnya, akan
melahirkan pemimpin yang tidak dicintai, tidak disegani, tidak ditaati, bahkan dibenci.
kepemimpinan sebagai pengaruh (influence). Ketika orang lain memberikan suatu nasihat
atau sebuah ceritera, kita akan mengingatnya, hal ini sebenarnya adalah sebuah
pengaruh. Atau hal-hal kecil lainnya yang mempengaruhi kita dan berhasil mengubah
cara hidup kita. Begitu pula sebaliknya, kita dapat memberi pengaruh kepada orang lain
melalui sikap, perbuatan dan perkataan kita. JR. Miller yang dikutif oleh Ary Ginajar
Agustian manyatakan : “Ada pertemuan yang hanya sesaat, namun meninggalkan kesan
seumur hidup”. Tidak ada seorang pun yang dapat memahami hal misterius yang disebut
“pengaruh”, namun setiap orang diantara kita terus-menerus memberikan pengaruh,
apakah untuk menyembuhkan…., meninggalkan bekas keindahan ataupun melukai, untuk
menyakiti, meracuni kehidupan orang lain, dan sebagainya.
Terlepas dari kedudukan resmi kita sebagai pemimpin, maka perlu disadari bahwa
setiap kata yang terucap, setiap langkah yang dibuat, selalu akan menimbulkan pengaruh
kepada orang lain di sekitar kita. Segala perbuatan dan perilaku kita akan menciptakan
diri kita menjadi seorang pemimpinkah atau tidak samasekali. Seorang pemimpin,
bagaimanapun tipikal dan gaya kepemimpinannya, semuanya bergantung pada prinsip
yang dianutnya. Sebaliknya, lingkungan akan membuat kita menjadi pengikut, disadari
ataupun tidak. Orang yang tidak memiliki prinsip, akan sangat mudah terpengaruh.
Setiap hari kita akan terus berjalan di tengah padang rumput yang penuh dengan ranjau-
ranjau yang mempengaruhi pikiran kita. Biasanya orang yang memiliki prinsip yang kuat,
akan menjadi pemimpin besar, melalui pengaruhnya yang kuat. Apabila seseorang tidak
memiliki prinsip, bisa dipastikan bahwa yang bersangkutan akan menjadi pengikut saja.
Tak peduli prinsip itu benar atau salah, tetap akan ada pengikutnya. Contoh : Stalin dan
Lenin yang memiliki puluhan juta pengikut yang menganut aliran komunis. Begitulah,
suara hati dan prinsip yang benarlah yang akan menyelamatkan pemimpin dari kenistaan
dan kehancuran. Suara hati dan prinsip yang benarlah yang akan membuat seseorang
menjadi pemimpin sejati.
Di sekitar kita, banyak contoh pemimpin dengan tipikal, gaya dan prinsip yang
berbedar-beda. Ada pemimpin yang sangat menonjol prestasi kerja serta integritasnya,
tetapi tidak dicintai oleh pengikutnya. Ada pula pemimpin yang senang mengajari serta
membimbing pengikutnya, namun malangnya, jarang ada yang mau mengikuti kata-
katanya, karena pemimpin tersebut juga jarang mengerjakan pekerjaannya dengan
sungguh-sungguh. Banyak lagi contoh tipe yang lain, yang tidak dapat diungkapkan satu
persatu pada tulisan ini. Muncul pertanyaan, bagaimana caranya menghasilkan pemimpin
yang tidak hanya dicintai, dipercaya atau diikuti, namun juga pemimpin yang dapat
membimbing dengan suara hati ? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, penulis rangkum
pendapat Ary Ginanjar Agustian dalam bukunya yang berjudul Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ). Beliau mendeskripsikan bahwa untuk
menjadi pemimpin yang abadi, memiliki pengaruh yang besar dan kuat serta dikenang
sepanjang masa, harus menapaki 5 (lima) tangga kepemimpinan, yaitu sebagai berikut
:
Kita bisa mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi kita tidak bisa
memimpin orang lain tanpa mencintai mereka. Pernyataan tersebut melukiskan tentang
seorang pemimpin yang harus mampu berhubungan secara baik dengan orang lain.
Seorang pemimpin tidak bisa hanya menunjukkan prestasi kerjanya saja, namun ia harus
mencintai dan dicintai orang lain (pengikut). Tangga pertama ini tidak boleh dilewati,
apabila dilewati maka orang lain tidak akan mendukung kita, karena mereka tidak
menyukai kita.
dikatakannya selalu benar. Kadang ia tertawa sampai terlihat gerahamnnya, semua itu
terbawa oleh kodratnya yang selalu berlapang dada dan menghargai orang lain. Begitu
bijaksananya ia, murah hati dan mudah bergaul.
Kata kunci dari pemimpin yang dapat dipercaya adalah pemimpin yang memiliki
integritas yang tinggi. Seseorang yang memiliki integritas yang tinggi adalah orang yang
dengan penuh keberanian serta berusaha tanpa kenal putus asa untuk dapat mencapai
apa yang ia cita-citakan. Cita-cita yang dimilikinya itu mampu mendorong dirinya untuk
tetap konsisten dengan langkahnya. Ketika seseorang mencapai tingkat ini, maka orang
lain akan melihat bagaimana aspek “mulkiyah” yaitu komitmen pemimpin, sehingga
orang lain akan menilai dan memutuskan untuk mengikuti atau tidak mengikuti
pemimpin. Integritas akan membuat pemimpin dipercaya dan kepercayaan ini akan
menciptakan pengikut sehingga tercipta sebuah kelompok yang memiliki kesamaan
tujuan. Inilah tangga kedua kepemimpinan setelah mencapai landasan sebagai pemimpin
yang dicintai maka tingkat kedua adalah integritas yang menciptakan kepercayaan.
Pemimpin yang berhasil bukanlah yang berhasil dari sisi luas tidaknya kekuasaan,
namun lebih karena kemampuannya memberikan motivasi dan kekuatan kepada orang
lain melalui bimbingan-bimbingannya. Seorang pemimpin bisa dikatakan gagal apabila
tidak berhasil memiliki penerus sebagai hasil bimbingannya. Pada tangga inilah puncak
loyalitas pengikutnya akan terbentuk. Pada tangga pertama, akan menghasilkan
pemimpin yang dicintai ; tangga kedua akan menghasilkan pemimpin yang memperoleh
kepercayaan karena integritasnya ; dan pada tangga ketiga akan tercipta loyalitas,
kader-kader penerus, sekaligus kesetiaan dari para pengikutnya.
kemanusiaan yang tinggi (tangga pertama) dan memiliki integritas, komitmen dan
konsistensi (tangga kedua), seorang pemimpin juga harus memiliki kejernihan hati,
melalui proses penjernihan emosi (zero mind process), agar pemimpin dan pengikut
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang memiliki pemikiran yang berlandaskan
kebenaran (fitrah).
Nabi Muhammad SAW, sering memberikan nasihat, petunjuk serta contoh kepada
para sahabatnya untuk membimbing mereka guna mencapai kebahagiaan. Beliau telah
menyampaikan nasihat-nasihat berharga kepada para sahabatnya, seperti halnya : Ali
bin bin Abi Thalib Ra dan Abu Hurairah Ra. Ali bin bin Abi Thalib Ra. adalah kader yang
pertama kali mendapat gemblengannya sejak kecil, dan akhirnya Ali bin bin Abi Thalib
Ra. berhasil menjadi pemimpin besar dan menjadi salah seorang “Khulafaur Rasydin”
yang disegani dan dihormati, sedangkan Abu Khurairah Ra. amat menonjol sebagai ahli
hadis Rasullulah SAW sebanyak tidak kurang dari 5.346 buah hadis.
Frederick Agung, raja Prusia yang terkenal itu, suatu hari berjalan-jalan di
pinggiran kota Berlin. Ia bertemu dengan seorang laki-laki tua yang seadng berjalan ke
arahnya, kemudian ia bertanya : Kau siapa ? Tanya Frederick Agung. Saya raja ! Jawab
sang laki -laki tua. Raja ! Frederick Agung tertawa. Atas kerajaan mana anda
memerintah ? Atas diri saya sendiri, jawab laki-laki tua itu dengan bangga.
Pekerjaan inilah sebenarnya yang paling berat, memimpin diri sendiri melawan
hawa nafsu yang merupakan refleksi kedisiplinan diri. Disiplin diri adalah bagaimana
mencapai apa yang diharapkan, dengan tidak melakukan hal-hal yang “sebenarnya” tidak
diinginkan. Musuh yang paling berat sebenarnya adalah diri sendiri dan seorang
pemimpin harus mengenali dengan baik, siapa lawan dan kawan, termasuk yang ada
dalam diri sendiri. Tanpa pengetahuan tentang hal ini, maka ia akan menjadi budak dari
pemikiran yang diciptakannya sendiri.
Kondisi saat ini, memang telah banyak pemimpin yang sudah dicintai, dipercaya,
dan juga pembimbing yang baik, namun apabila terbukti atau dirasakan tidak sesuai lagi
dengan hati nurani manusia, umumnya pengaruhnya berhenti pada suatu masa saja.
Ketika “suara hati” merasakan ada hal-hal yang tidak beres dan tidak sesuai, maka
manusia yang telah dikaruniai hati sebagai “radar” oleh Tuhan, akan dengan mudah
mendeteksi hal tersebut.
Sifat ajaran Nabi Muhammad SAW adalah intelektual dan spiritua. Prinsipnya
adalah mengarahkan orang kepada kebenaran, kebaikan, kemajuan dan keberhasilan.
Metode ilmiah demikian ini yang mampu memberikan kemerdekaan berfikir dan tidak
menentang kehendak hati nurani yang bebas, serta tanpa adanya unsur pemaksaan yang
menekan perasaan, merupakan metode terbaik yang pernah ada di muka bumi,
khususnya di bidang kepemimpinan dan ahlak. Semua terasa begitu sesuai dengan suara
hati ; begitu cocok dengan martabat kehormatan manusia ; sangat menjunjung tinggi
hati dan pikiran manusia, sekaligus membersihkan belenggu yang senantiasa membuat
orang menjadi buta.
Ary Ginanjar Agustian mengutif pendapat seorang pakar, menyatakan : “Yang telah
saya temukan selama bertahun-tahun adalah bahwa pada umumnya orang-orang hebat
yang kita kenang adalah mereka yang paling berkenan dihati kita. Mungkin mereka
adalah orang-orang jenius yang kreatif dan intuitif. Atau mereka yang mempunyai
kesungguhan hati dan keberanian. Mereka adalah orang-orang yang memiliki kejujuran
emosi (hati) dan tidak mau hidup dalam kepura-puraan, mereka mempunyai kemauan
untuk memperbarui keadaan, mempertanyakan aturan yang membeda-bedakan
golongan, mengulurkan kasih sayang, atau mengucapkan kata-kata yang ramah. Mereka
mempunyai standar tersendiri dalam hal integritas dan terus menerus mencari makna-
makna kehidupan yang lebih dalam”.
pengaruhnya akan terus berjalan sampai akhir zaman. Inilah dasar yang telah diletakkan
oleh Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban baru, peradaban yang sesuai
dengan fitrah manusia.
6. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Sesuai dengan kodratnya, semua manusia pada dasarnya adalah pemimpin (leader),
minimal pemimpin untuk dirinya sendiri.
4. Pemimpin yang abadi adalah pemimpin yang pengaruhnya dapat dikenang dan
dilaksanakan sepanjang masa sehingga dapat memberikan warna terhadap peradaban
manusia.
5. Untuk mencapai tahapan pemimpin yang abadi, seorang pemimpin harus dapat
melewati beberapa tahapan, yaitu :
a. Tahapan pertama, yaitu pemimpin yang dicintai. Untuk menjadi pemimpin yang
dicintai, maka pemimpin harus mencintai pengikutnya. Prinsip Basmallah adalah
jawabannya. Selalu berusaha mengerti dan menghargai setiap individu, dan selalu
bersikap rahman dan rahim kepada para pengikutnya.