You are on page 1of 26

Proudly Present

Kelas : X.5
Kelompok : 1
Anggota : Alia Shifa
Ir awan
Dian Aulia
Rahma
Nida Nur ul Huda
Nur ul Fitria
KEIKHLASAN DALAM
BERIBADAH
IKHLAS
ITU…
ADALAH
Berbuat sesuatu atau memberi
Sesuatu dengan setulus hati, dan
Tanpa mengharapkan apapun
Dalam agama, ikhlas
kepada Allah berarti
berusaha
mendapatkan
keridhaan Allah dan
kepuasan-Nya tanpa
mengharapkan
keuntungan pribadi
CONTOH
IBADAH
YANG TIDAK
DIDASARI
IKHLAS
Hhehehe,gue geto loh…

BERIBADAH KARENA
INGIN DIPUJI ORANG
LAIN……..

Wew, yah ampun,


kamu baca qu’an
nya bagus bgd….
Yah ampuun,
kamu Ternyata, selain
ganteng deh rajin menabung,
klo lagi kamu juga rajin
sholat….!!!
memberi yah???
Beribadah
Karena
Ingin
Mendapat
kekuasaan
Beribadah Kar ena Ingin
Mendapatkan
Kehor matan dari
Masyar akat
Menanamkan
Sifat Ikhlas
Dalam Beribadah
1.Niat
2.Meyakini Cinta Kepada
Allah
sa r a n
A ka n Kebe
a r D ir i
Sad
Allah
AYAT AL-QUR’AN
YANG MENERANGKAN
TENTANG IKHLAS
II. DALIL – DALIL TENTANG IKHLAS
SURAH AL-BAYYINAH AYAT 5 (QS. 95 : 5)

ARTINYA :
PADAHAL MEREKA TIDAK DISURUH KECUALI SUPAYA
MENYEMBAH ALLAH DENGAN MEMURNIKAN
KETAATAN KEPADA-NYA DALAM (MENJALANKAN)
AGAMA YANG LURUS, DAN SUPAYA MEREKA
MENDIRIKAN SHALAT DAN MENUNAIKAN ZAKAT;
DAN YANG DEMIKIAN ITULAH AGAMA YANG LURUS.
KANDUNGAN SURAH AL-BAYYINAH AYAT 5.

Surat Al Bayyinah ayat 5 memiliki beberapa kandungan, antara


lain:
Manusia diperintahkan untuk menyembah hanya kepada Allah
SWT
Memurnikan agama Allah dari ajaran-ajaran kemusyrikan
Manusia diperintahkan mendirikan shalat dan zakat
Menyembuh kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan adalah
agama yang benar dan lurus
Menjalankan ibadah yang telah ditetapkan oleh Allah dengan
penuh keikhlasan, seperti dalam menjalankan perintah shalat
yang tepat pada waktunya dengan khusyuk serta lengkap dengan
rukun dan syaratnya. Rasulullah pernah bersabda yang artinya:
“Shalat itu tiang agama, barang siapa yang mendirikan shalat
maka ia mendirikan agama dan barang siapa yang
meninggalkannya berarti ia telah meruntuhkannya.” (HR Baihaqi)
Dalam ayat ini orang yang beriman kepada Allah juga
diperintahkan untuk menunaikan zakat. Dalam menunaikan zakat
haruslah mengikuti aturan dari Allah dan rasulnya yaitu kepada
yang berhak menerimanya. Orang-orang yang berhak menerima
zakat telah dijelaskan oleh Allah dalam surat At Taubah ayat 60.
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-
orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para
mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka
SURAH AL AN’AM AYAT 162-163

qul inna shalaatii wanusukii wamahyaaya


wamamaatii lillaahi rabbil'aalamiin.. laa
syariika lahu wabidzaalika umirtu wa-
anaa awwalulmuslimiin..
Katakanlah:”Sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.”
“Tiada sekutu bagiNya dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang
yang pertama menyerahkan diri kepada
Allah”
Q.S.Al-An’am:162-163
waman ahsanu diinan mimman aslama wajhahu
lillaahi wahuwa muhsinun waittaba'a millata
ibraahiima haniifan waittakhadza allaahu
ibraahiima khaliilaan
“Dan siapakah
yang lebih
baik agamanya
dari pada
orang yang ikhlas
menyerahkan
dirinya
kepada
Allah, sedang
diapun
mengerjakan
kebaikan,
dan ia mengikuti
agama
Ibrahim yang
lurus ?
Dan Allah
“Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.
Aku tidak menghendaki rezeki
sedikitpun dari mereka dan Aku
tidak menghendaki supaya
mereka memberi-Ku makan.”
Q.S.Adz-Dzaariyat:56-57
Tugas utama manusia hidup di dunia ini adalah beribadah kepada
Allah SWT. Ibadah kepada-Nya merupakan bukti pengabdian
seorang hamba kepada Tuhannya. Dari berbagai ayat dan hadis
dijelaskan bahwa pada hakekatnya manusia yang beribadah kepada
Allah ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu
berpegang teguh kepada wahyu Allah dan hadis Nabi SAW.
Pengertian ibadah tidak hanya terbatas kepada apa yang disebut
ibadah mahdhah atau rukun Islam saja, tetapi sangat luas seluas
aspek kehidupan yang ada. Yang penting aktivitas yang kita
lakukan harus diniatkan untuk ibadah kepada-Nya dan yang
menjadi pedoman dalam mengontrol aktivitas ini adalah wahyu
Allah dan sabda Rasul-Nya.
 
 
Namun ada satu aspek yang seringkali dilupakan dalam
pelaksanaan ibadah kepada-Nya, yakni keikhlasan dalam
menjalankannya. Keikhlasan dalam beribadah merupakan aspek
yang sangat fundamental yang akan mempengaruhi diterima atau
tidaknya ibadah kita.  Ibadah yang dilakukan tanpa keikhlasan
adalah ibadah yang sia-sia.  Keikhlasan dalam beribadah inilah
yang tegaskan oleh Allah dalam sinyalemen-Nya : “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus.” (Al-Bayyinah : 5). Maksud dari “memurnikan
ketaatan kepada-Nya” adalah keikhlasan di dalam menjalankan
semua perintah-Nya.
 
Beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan akan berdampak
besar bagi manusia yang menjalankannya. Namun tidak jarang
juga ada yang salah memahami esensi dalam beribadah.
Setidaknya ada dua dampak dalam melaksanakan ibadah :
1.Adzillah ‘ubudiyyah (Ibadah yang dapat membawa kehinaan).
2.A’izzah ‘ubudiyyah (Ibadah yang dapat membawa kemuliaan).
Mungkin akan ada yang bertanya-tanya, mengapa ibadah bisa membawa
kepada kehinaan. Padahal ibadah itu adalah menjalankan perintah Allah
SWT. Perlu penulis jelaskan di sini satu contoh ekstrim dari ibadah yang
dapat membawa kehinaan ialah ibadah yang dilakukan oleh Iblis. Sebelum
ingkar kepada Allah, Iblis adalah makhluk  Allah yang paling taat
beribadah kepada-Nya. Bahkan dalam beberapa hadis diriwayatkan
bahwa Iblis telah menyembah Allah selama ribuan tahun. Namun karena
ibadahnya itu Iblis menjadi sombong , dia merasa sebagai makhluk yang
paling suci dan mulia. Di sinilah terlihat ketidakikhlasan Iblis dalam
beribadah kepada-Nya. Iblis menginginkan ibadah yang dilakukannya
dinilai sebagai bukti bahwa dia makhluk yang mulia. Apalagi dia merasa
diciptakan dari zat yang lebih mulia dari Adam yakni api, hal ini semakin
membuat Iblis sombong dan merasa paling hebat dan mulia. Inilah salah
satu bentuk kesalahan dalam beribadah. Beribadah kepada-Nya bukanlah
sarana untuk menyombongkan diri dan bukan pula dengan tujuan untuk
dinilai sebagai “orang suci”, apalagi merasa sebagai “orang yang paling
suci”. Na’udzu billahi min dzalik.
 
Untuk itu agar ibadah yang kita laksanakan dapat membawa kemuliaan
bagi kehidupan kita di dunia dan di akhirat, maka kita harus selalu
beribadah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan, dan orang-orang yang
ikhlas  inilah jenis manusia yang paling ditakuti oleh Iblis. Mudah-
mudahan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang ikhlas dalam
menjalankan semua amal ibadah kita, amin..

You might also like