You are on page 1of 25

EPIGLOTTITIS AKUT

Oleh : Dhenni Hartopo, S.Ked


Pembimbing : dr. Sri Rukmini, Sp.THT
Definisi
 Infeksi pada epiglotis yang berkembang
dengan sangat cepat, menyebabkan
keradangan pada epiglotis dan jaringan
sekitarnya yang dapat berakibat pada
terjadinya sumbatan jalan nafas atas yang
mendadak dan dapat berakhir pada
kematian
Anatomi Epiglotis
Epidemiologi
 Epiglotitis akut paling sering terjadi pada anak umur 2-8
tahun, meskipun dapat terjadi pada semua umur
 Laki-laki lebih sering daripada perempuan dengan
perbandingan 2,5 : 1
 Pada orang dewasa, merokok dan penurunan imunitas
merupakan faktor risiko dan didapatkan bukti adanya
peningkatan risiko pada penderita diabetes
 Sejak adanya vaksinasi terhadap Hib, insiden epiglotiis
akut pada anak telah berkurang
 Pada beberapa tahun terakhir kejadian epiglotitis pada
orang dewasa telah meningkat
Etiologi
 Haemophilus influenzae tipe b (tersering)
 Pneumococcus
 Streptococcus beta-haemolyticus tipe a
 Pseudomonas Spp
 Mycobacterium tuberculosis
 Virus
 Trauma lokal, mis: post intubasi
Patofisiologi
 Infeksi biasanya bermula di saluran pernafasan
atas sebagai peradangan hidung dan
tenggorokan
 Kemudian infeksi bergerak ke bawah, ke
epiglottis
 Epiglotis merupakan tulang rawan tipis yang
dibungkus oleh lapisan epitel pipih berlapis yang
longgar sehingga menciptakan ruangan
potensial untuk terjadinya infeksi
Patofisiologi
 Epiglottitisakut dapat menyerang ke lidah bagian
posterior dan laring
 Keadaan ini menyebabkan terjadinya stridor
(obstruksi jalan nafas) dan septikemia
 Epiglotitis bisa segera berakibat fatal karena
pembengkakan jaringan yang terinfeksi bisa
menyumbat saluran udara dan menghentikan
pernapasan
 Infeksi biasanya dimulai secara tiba-tiba dan
berkembang dengan cepat
Gejala Klinis
 Gejala yang paling sering muncul :
 Nyeri tenggorok
 Nyeri telan
 Muffled voice (‘Hot potatoes’ voice)
 Droling
 Demam
 Nyeri pada leher depan
Gejala Klinis
 Gejala lain:
 Iritabilitas
 Batuk
 Nyeri telinga
 Pembesaran KGB servikal
 Tripod sign (Sniffing position)
Gejala Klinis
 Pada keadaan yang lebih berat :
 Sesak nafas, dapat ditandai dengan
penggunaan otot bantu pernafasan
 Nyeri telan yang semakin hebat
 Disfonia
 Stridor (ditemukan lebih lambat sebagai
penanda terjadinya sumbatan jalan nafas
atas)
 Distress nafas
Diagnosis
 Anamnesa :
 Harus dapat dibedakan dengan laringotracheitis
 Pada epiglottitis biasanya pasien datang
dengan keluhan disfagi ataupun stridor
sedangkan pada laringotracheitis pasien lebih
sering mengeluhkan kelainan suara
Diagnosis
 Pemeriksaan fisik
 Melihat epiglotis dengan tongue spatel***
 Laringoskopi direk dan indirek (fiberoptik
laringoskopi Golden standard)
Didapatkan epiglotis yang merah meradang dan
udematus sperti gambaran ‘Cherry red’
Plika ari epiglotika biasanya juga meradang
Diagnosis
 Pemeriksaan penunjang :
 Foto polos leher lateral : dapat terlihat
pembengkakan epiglottis (thumbprint sign).
 Darah lengkap
 Elektrolit
 Swab tenggorok
 Kultur darah
 BGA
Diagnosis Banding
 Faringitis
 Laringitis
 Benda asing
 Croup
 Abses retrofaringeal
Penatalaksanaan
 Pasien yang dicurigai menderita epiglottitis akut
dievaluasi di ruang gawat darurat dengan
kerjasama dari dokter spesialis anak, anesthesi,
dan THT
 Diagnosis harus segera ditegakkan
 Intubasi biasanya diperlukan pada 30%
penderita. Intubasi profilaksis boleh dilakukan
pada penderita dengan stridor dan yang memiliki
keluhan sesak nafas. Intubasi biasanya
diperlukan untuk 2-3 hari
 Perbaikkan cairan dan elektrolit
Penatalaksanaan
 Terapi antibiotik terhadap Haemophillus dan
Staphylococcus dimulai sambil menunggu hasil
biakan
 Untuk dewasa dan anak > 2 bulan
 Chloramphenicol 1g (anak >2 tahun: 25mg/kg; max 1g) i.v.
atau i.m. setiap 6 jam untuk 5 hari
 ceftriaxone 2g (anak >2 months: 100mg/kg; max 2g) i.v. atau
i.m. setiap 24 jam untuk 5 hari
 Neonatus
 Cefotaxime 50mg/kg (max 2g) i.v. untuk i.m. setiap 8 jam
untuk 5 hari
Penatalaksanaan
 Steroid diberikan dalam dosis tinggi untuk mengurangi
inflamasi
 Steroid yang biasa diberikan yaitu metilprednisolon sodium
succinate 125-250 mg setiap 6 jam (selama 24 sampai 48 jam)
 Pasien diawasi dengan ketat
 Pemantauan termasuk denyut nadi, frekuensi pernafasan,
derajat kegelisahan dan kecemasan, penggunaan otot-otot
asesorius pada pernafasan, derajat sianosis, derajat retraksi,
dan kemunduran pasien secara menyeluruh
 frekuensi pernafasan diatas 40 denyut nadi diatas 160 dan
kegelisahan serta retraksi yang makin hebat mengindikasikan
perlunya bantuan pernafasan
Komplikasi
 Meningitis
 Selulitis
 Otitis
 Sepsis
Prognosis
 Kebanyakan pasien dapat menjalani terapi
ekstubasi dalam beberapa hari dan dalam
jangka waktu lama. Prognosis bagus jika
penatalaksanaan dilakukan secara tepat
serta jalan nafasnya dapat dibebaskan
dengan segera. Angka mortalitas kurang
dari 1%

You might also like