Professional Documents
Culture Documents
Kelompok II
BANJARBARU
Oktober, 2009
JUDUL PRAKTIKUM :
TUJUAN PRAKTIKUM
METODE PRAKTIKUM
A. Alat Praktikum
C. Cara Praktikum
Diambil 15ml larutan HCl, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer, diencerkan dengan
menambahkan 10ml akuadest. Ditambahkan 3 tetes indikator metil orange. Dititrasi larutan ini
dengan standar Na2CO3. Titrasi diulang dengan mengganti indikator dengan pp.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
Hasil titrasi yang dilakukan pada HCl dengan larutan standar Na2CO3 0.1 N, dengan menggunakan
indikator metil orange dan phenolphthalein tersaji dalam tabel berikut .
Tabel 1 . Hasil titrasi larutan HCl dengan larutan standar Na2CO3 0,1 N dengan indikator metil orange
Volume Volume
Titrat Titran Perubahan N
No Titrat Titran Indicator
Warna titrat
(ml) (ml)
Tabel 2 . Hasil titrasi larutan HCl dengan larutan standar Na2CO3 0,1 N dengan indikator phenophtalein
Volume Volume
Titrat Titran Perubahan N
No Titrat Titran Indicator
Warna titrat
(ml) (ml)
Bening à
1 HCl 25 Na2CO3 20 PP 0,125
Merah muda
Percobaan I :
Diketahui :
V1 = 25 ml
N1 = 0,1 N
V2 = 10 ml
Ditanyakan :
N2 = …
Penyelesaian :
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 0,1 = 10 . N2
2,5 = 10 N2
N2 = 0,25 N
Percobaan II :
Diketahui :
V1 = 25 ml
N1 = 0,1 N
V2 = 20 ml
Ditanyakan :
N2 = …
Penyelesaian :
V1 . N1 = V2 . N2
25 . 0,1 = 20 . N2
2,5 = 20 N2
N2 = 0,125 N
B. Pembahasan
Dalam metode titrasi asam-basa, larutan uji (larutan standar) ditambahkan sedikit demi
sedikit ( secara eksternal ), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasi
diketahui. Penambahan larutan standar ini diteruskan sampai telah dicapai kesetaraan secara kimia
dengan larutan yang diuji. Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus
dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan, yang disebut larutan indikator yang
ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetesan larutan uji dilakukan. Larutan indikator
ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna3. Titik ekuivalen dapat
diketahui dengan menambahkan suatu indikator. Indikator ini haruslah berubah warna di sekitar
titik ekuivalen. Titrasi dihentikan pada saat indikator menunjukkan perubahan warna. Keadaan ini
disebut titik akhir titrasi.
Indikator yang digunakan pada titrasi menunjukkan dengan baik perubahan warna pada
interval pH yang tertentu. Kebanyakan jenis indikator adalah celupan organik dan buatan.5
Selain untuk mengetahui konsentrasi larutan, salah satu kegunaan titrasi yang lain adalah
menentukan berapa banyak katalisator yang diperlukan untuk proses batch WVO (Waste Vegetable
Oil).6 Tapi sesuai tujuan praktikum kali ini, hal tersebut tidak akan dibahas pada makalah ini.
Pada percobaan kali ini, dilakukan proses titrasi untuk menentukan normalitas suatu larutan standar
asam yang akan kita buat. Na2CO3 digunakan sebagai titran untuk mentitrasi larutan HCl yang akan
dicari normalitasnya, sedangkan untuk indikatornya digunakan metil orange dan phenolphthalein.
Setelah percobaan dilakukan, diperoleh data seperti pada tabel 1 dan 2 . Ternyata, terdapat
perbedaan perubahan warna dan banyaknya volume titran yang digunakan, antara titrasi dengan
indikator metil orange dan titrasi dengan phenolphthalein .
Indikator merupakan komponen asam organik lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan
akan terionisasi sebagian, dimana warna yang terionisasi akan berbeda dengan yang tidak
terionisasi dan warna yang akan dimunculkan tergantung pada yang dominan.
Indikator yang kita gunakan untuk percobaan ini adalah metil orange dan phenolphthalein.
Keduanya mempunyai sifat karakteristik yang berbeda, baik dalam perubahan warna, trayek pH,
atau sifatnya. Untuk lebih mudahnya, dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
Metil orange dan phenolptalein pada titik ekivalen dari reaksi akan terbentuk CO2 sehingga
digunakan indicator yang mempunyai perubahan warna dalam keadaan asam. Metil orange adalah
garan Na dari suatu asam sulphonic, di mana di dalam larutan bayak teroksidasi. Dalam lingkungan
alkali, anionnya memberikan warna kuning. Sedangkan phenolptalein tergolong asam yang sangat
lemah, dalam keadaan tidak terionisasi indikator tersebut tidak berwarna. Jika dalam lingkungan
basa, phenolptalein akan terionisasi lebih banyak dan memberikan warna terang karena anionnya.
Pada praktikum kali ini, digunakan larutan berupa HCl sebagai bahan, karena asam ini akan
terionisasi secara hampir keseluruhan bila bereaksi dengan air atau aquadest. Selain itu asam ini
berupa asam kuat yang bila terionisasi akan menjadi asam lemah.
Dalam lingkungan
Dalam
basa , anionnya
Phenolphthalei lingkungan asam ,
1 Asam lemah memberikan 8,3 – 10
n ion-ionnya tidak
warna merah
berwarna
keunguan
Selain itu , tiap indikator mempunyai trayek pH yaitu jarak antara warna bentuk asam dan warna
bentuk basa . Misalnya , metil orange mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 maka pada pH < 3,1 metil
orange termasuk dalam bentuk asam dan jika pH > 4,4 metil orange termasuk dalam bentuk basa .
Tiap bentuk mempunyai warna perubahannya tersendiri .
Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa normalitas dari asam pekat yang diencerkan
berbeda dengan normalitas asam encer (larutan standar) yang dihitung melalui titrasi. Sedangkan
pada dasarnya normalitas larutan yang didapat seharusnya sama.
Adapun perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. pengamatan titik ekuivalen yang kurang tepat, karena ketidaktahuan kapan secara tepat
perubahan warna terjadi dan seperti apa warna yang diinginkan dari perubahan tersebut.
Akibatnya, proses titrasi yang seharusnya dihentikan dianggap belum selesai, secara
otomatis hasil yang diperoleh pun tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2. alat-alat yang digunakan masih belum bersih. Bila alat yang digunakan dalam kegiatan
praktikum masih terdapat kotoran, ada kemungkinan larutan yang dimasukkan terlebih
dahulu bereaksi dengan kotoran tersebut, sehingga normalitas yang dicari tidak tepat.
alat yang digunakan mempunyai tingkat ketelitian yang rendah dalam mengukur
volume asam encer pada waktu melakukan praktikum.
Sudut pandang dalam melihat Na2CO3 yang diperlukan. Stelah reaksi selesai, batas
larutan dalam buret tidak tepat pada garis skala, sehingga ukuran yang diambil
adalah ukuran perkiraan padahal seharusnya didasarkan pada meniscus yang
dibentuk oleh larutan buret.
A. Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil percobaan , maka diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Normalitas rata-rata dengan indicator metil orange pada HCl lebih kecil daripada normalitas
rata-rata dengan indicator phenolptalein.
2. Perubahan warna yang terjadi dengan menggunakan indicator metil orange lebih cepat
daripada dengan indicator phenolptalein.
3. Titrasi HCl dengan Na2CO3 menggunakan indikator metil orange mengalami perubahan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Penyusun Staf Pengajar Kimia Keperawatan. 2009. Buku Ajar Kimia Keperawatan.
Banjarbaru: UNLAM. h. 28-46.
2. Tim Penyusun Staf Pengajar Kimia Keperawatan. 2009. Buku Penuntun Praktikum Kimia
Keperawatan. Banjarbaru: UNLAM. hal. 1-3.
3. Sujono. Sistem Pengukuran Molaritas Larutan dengan Metode Titrasi Asam Basa Berbasis
Komputer, p. 32. Juli 2005
4. Sudiono, Sri, dkk. 2006. Kimia untuk kelas XI. Klaten: Intan Pariwara.
5. K.S. Pathade, S.B. Patil, M.S. Kondawar, N.S. Naikwade and C.S. Magdum. International
Journal of ChemTech Research Vol.1, No.3 , pp 549-551, July-Sept 2009