You are on page 1of 13

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP

HASIL BELAJAR PENGELASAN PADA SISWA


YANG BERPRESTASI TINGGI DAN RENDAH
DI SMK SWASTA 1 TRISAKTI LAGUBOTI -
KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Judul: PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR


PENGELASAN PADA SISWA YANG BERPRESTASI TINGGI DAN RENDAH DI
SMK SWASTA 1 TRISAKTI LAGUBOTI - KABUPATEN TOBA SAMOSIR
Bahan ini cocok untuk Sekolah Menengah bagian PENELITIAN / RESEARCH.
Nama & E-mail (Penulis): Jelarwin Dabutar
Saya Guru di SMK Negeri 1 Laguboti
Topik: PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN
Tanggal: 24-04-2008

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR


PENGELASAN PADA SISWA YANG BERPRESTASI TINGGI DAN RENDAH DI
SMK SWASTA 1 TRISAKTI LAGUBOTI - KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Oleh : JELARWIN DABUTAR

ABSTARAK

Penelitian ini bertujuan untuk


(1) mengetahui pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan,
(2) mengetahui pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan,
(3) mengetahui interaksi antara penggunaan media program power point dan tinggi
rendahnya prestasi siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan.

Jenis penelitian ini quasi eksperimen. Subjek penelitian siswa kelas 1 SMK Swasta
1 Trisakti Laguboti - Kabupaten Toba Samosir yang terdiri dari 2 kelas berjumlah
64 orang yang dibagi menjadi dua kelompok berprestasi tinggi dan berprestasi
rendah.

Hasil penelitian menunjukkan:


(1) Ada pengaruh yang sangat signifikan dengan penggunaan media Program
Power Point pada siswa berprestasi tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan,
(2) Ada pengaruh yang sangat signifikan penggunaan media Program Power Point
pada siswa berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan,
(3) Terdapat interaksi yang signifikan antara pengajaran yang menggunakan media
program Power Point dan metode konvensional terhadap perolehan belajar sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan.
Kata-kata kunci : Media Pembelajaran, Prestasi, Hasil Belajar

PENDAHULUAN

Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam


proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat
membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat
digantikan dengan learning with fun. Jadi proses pembelajaran yang
menyenangkan, kreatif, tidak membosankan akan menjadi pilihan tepat bagi para
guru.

Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran


konvensional (faculty teaching), kental dengan suasana instruksional dan dirasa
kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang demikian pesat. Lebih dari itu kewajiban pendidikan dituntut untuk juga
memasukkan nilai-nilai moral, budi pekerti luhur, kreatifitas, kemandirian dan
kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam sistem pembelajaran yang
konvensional. Sistem pembelajaran konvensional kurang fleksibel dalam
mengakomodasi perkembangan materi kompetensi karena guru harus intensif
menyesuaikan materi

pelajaran dengan perkembangan teknologi terbaru. Adalah Kurang bijaksana jika


perkembangan teknologi jauh lebih cepat dibanding dengan kemampuan guru
dalam menyesuaikan materi kompetensi dengan perkembangan tersebut, oleh
karenanya dapat dipastikan lulusan akan kurang memiliki penguasaan
pengetahuan/teknologi yang terbaru.

Pada kenyataannya bahwa saat ini Indonesia memasuki era informasi yaitu suatu
era yang ditandai dengan makin banyaknya medium informasi, tersebarnya
informasi yang makin meluas dan seketika, serta informasi dalam berbagai bentuk
yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era
informasi ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik maupun non
elektronik. Terkait dengan kehadiran media ini, Dimyati (1996) menjelaskan bahwa
suatu media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi

secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan seperti lembaga keluarga, agama,


sekolah, dan pramuka. Dari uraian tesebut menunjukkan bahwa kehadiran media
telah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan kita,
meskipun dalam derajat yang berbeda-beda.

Dengan demikian hasil belajar seseorang ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada di luar individu adalah tersedianya
media pembelajaran yang memberi kemudahan bagi individu untuk mempelajari
materi pembelajaran, sehingga menghasilkan belajar yang lebih baik. Selain itu
juga gaya belajar atau learning style merupakan suatu karakteristik kognitif, afektif
dan perilaku psikomotoris, sebagai indikator yang bertindak yang relatif stabil bagi
pembelajar yang merasa saling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan
belajar.

Selanjutnya hasil belajar digambarkan sebagai tingkat penguasaan siswa terhadap


sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur
berdasarkan pada jumlah skor

jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Secara
umum mutu pendidikan kejuruan dikatakan baik dan berhasil jika kompetensi
peserta didik yang diperoleh melalui proses pendidikan berguna bagi
perkembangan diri mereka untuk hari depannya, yaitu ketika mereka memasuki
dunia kerja. Hasil observasi empirik di lapangan menunjukkan bahwa banyak
alumni Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak bisa diserap di lapangan kerja
karena kompetensi yang mereka miliki belum sesuai dengan tuntutan dunia kerja
(Depdiknas, 2004). Oleh karena itu lembaga pendidikan kejuruan diwajibkan untuk
melakukan upaya introspeksi diri demi masa depan siswa, bangsa dan negara.

Ada kemungkinan rendahnya nilai kompetensi siswa disebabkan oleh strategi


penyampaian pelajaran kurang tepat. Dalam hal ini guru mungkin kurang atau tidak
memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Diantaranya guru dalam
menyampaikan pengajaran sering mengabaikan penggunaan media, padahal
media itu berfungsi untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan pada gilirannya
akan meningkatkan mutu pendidikan siswa.

Peranan Media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely (1971:285)
ditegaskan bahwa ada tiga keistemewaan yang dimiliki media pengajaran yaitu :

(1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan


kembali suatu objek atau kejadian,
(2) Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian
dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan
(3) Media mempunyai kemampuan utuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian
yang mengandung makna.

Begitu juga, Ibrahim (1982:12) mengemukakan fungsi atau peranan media dalam
proses belajar mengajar antara lain :
(1) Dapat menghindari terjadinya verbalisme,
(2) Membangkitkan minat atau motivasi,
(3) Menarik perhatian,
(4) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran,
(5) Mengaktifkan siswa dalam belajar dan
(6) Mengefektifkan pemberian rangsangan untuk belajar.

Perlu disadari bahwa mutu pendidikan yang tinggi baru dapat dicapai jika proses
pembelajaran yang diselenggarakan di kelas efektif dan fungsional bagi
pencapaian kompetensi

yang dimaksud. Oleh sebab itu usaha meningkatkan mutu pendidikan kejuruan
tidak terlepas dari usaha memperbaiki proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang terdiri atas komponen- komponen


yang bersifat sistemik. Artinya komponen-komponen dalam proses pembelajaran
itu saling berkaitan secara fungsional dan secara bersama-sama menentukan
optimalisasi proses dan hasil pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran
tersebut menurut Mudhoffir (1999) dijabarkan atas pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan lingkungan. Sedangkan menurut Winkel (1999), komponen
pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, kondisi awal, prosedur didaktik,
pengelompokan siswa, materi, media, dan penilaian.

Selanjutnya Winkel (1999), menegaskan bahwa tugas dan peran guru dalam
proses pembelajaran adalah sebagai :
(1) organisator,
(2) fasilitator,
(3) dinamisator, dan
(4) evaluator.

Secara operasional, tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran meliputi
seluruh penanganan komponen pembelajaran yang meliputi proses pembuatan
rencana pembelajaran, penyampaian materi pembelajaran, pengelolaan kelas,
pembimbingan, dan penilaian, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar
dan membuahkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Guru dituntut untuk memiliki kompetensi terhadap materi yang diajarkan dan
kompetensi dalam hal memberdayakan semua komponen pembelajaran, sehingga
seluruh elemen pembelajaran dapat bersinergi dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang dimaksud.

Dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran agar efektif dan fungsional, maka
fungsi media pembelajaran sangat penting untuk dimanfaatkan. Pemakaian media
dalam proses pembelajaran dimaksudkan untuk mempertinggi daya cerna siswa
terhadap informasi atau materi pembelajaran yang diberikan.

Pemerintah telah lama menyadari bahwa peran media dalam proses pembelajaran
amat penting. Oleh karena itu telah banyak dana diinvestasikan untuk
meningkatkan mutu pendidikan dengan melalui pengadaan atau pendistribusian
berbagai macam media pembelajaran ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.

Efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat tergantung pada derajat


kesesuaiannya dengan materi yang akan diajarkan. Disamping itu tergantung juga
pada keahlian guru dalam menggunakan media tersebut. Dalam hal ini Dick &
Carey (dalam Lamudji, 2005) menyatakan bahwa salah satu keputusan yang paling
penting dalam merancang pembelajaran ialah dengan menggunakan media yang
sesuai dalam rangka penyampaian pesan-pesan pembelajaran.

Menurut Miarso (1984) media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu
dapat merangsang timbulnya semacam dialog internal dalam diri siswa yang
belajar. Dengan perkataan lain terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau
secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Media
berhasil membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan kualitas
dalam diri siswa.

Pemanfaatan media pembelajaran terkait dengan pembelajaran Kompetensi


melaksanakan prosedur pengelasan, pematrian, pemotongan dengan panas, telah
dilaksanakan di sekolah-sekolah yang telah memiliki beberapa media
pembelajaran, baik yang diperoleh dari pemerintah (melalui proyek), dibeli sendiri
oleh sekolah, maupun yang dibuat sendiri oleh guru. Demikian pula yang terjadi
pada SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti. Sebagai sekolah yang telah berstandar
nasional, SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti telah menerima bantuan berupa
peralatan pembelajaran dari pemerintah seperti Laptop dan Liquid Crystal Display
(LCD) yang sampai saat ini belum dimanfaatkan sebagai media Pembelajaran.
Sehingga permasalahan yang timbul adalah mediamedia pembelajaran yang
tersedia dirasa kurang informatif untuk menjelaskan Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan,pematrian, pemotongan dengan panas.

Perlu kita diketahui bahwa teknologi informasi telah mengalami perkembangan


yang sangat pesat. Teknologi informasi harus disadari telah mampu membuat
berbagai cara untuk mempermudah penyampaian informasi, seperti misalnya
teknologi program Power Point. Merupakan suatu hal yang menarik untuk
melakukan suatu percobaan dengan penggunaan media belajar program Power
Point dalam pembelajaran Prosedur pengelasan.
Microsoft Power Point merupakan salah satu aplikasi milik Microsoft, disamping
Microsoft Word dan Microsoft Exel yang telah di kenal banyak orang. Ketiga
aplikasi ini lazim disebut Microsoft Office. Pada dasarnya, aplikasi Microsoft Power
Point berfungsi untuk membantu user dalam menyajikan persentasi.

Aplikasi Power Point menyediakan fasilitas slide untuk menampung pokok-pokok


pembicaraan yang akan disampaikan pada peserta didik. Dengan fasilitas animasi,
suatu slide dapat dimodifikasi dengan menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas
: front picture, sound dan effect dapat dipakai untuk membuat suatu slide yang
bagus. Bila produk slide ini disajikan, maka para pendengar dapat ditarik
perhatiannya untuk menerima apa yang kita sampaikan kepada peserta didik.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk


(1) Mengetahui pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan
(2) Mengetahui pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan
(3) Mengetahui interaksi antara penggunaan media program power point dan tinggi
rendahnya prestasi siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong dalam jenis eksperimen quasi yang bertujuan untuk menuji
pengaruh penggunaan Power Point pada proses pembelajaran pada materi sub
kompetensi pelaksanaan prosedur pengelasan. Penelitian dilakukan di SMK
Swasta-1 Trisakti Laguboti yang memiliki dua kelas paralel untuk program keahlian
Teknik Mekanik Otomotif.

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini meliputi 1) Variabel bebas


proses belajar mengajar dengan menggunakan media Pawer Point, dan 2)Variabel
moderator yaitu prestasi tinggi dan prestasi rendah, serta 3)Variabel terikat adalah
hasil belajar.

Berbagai macam variabel mempunyai ciri dan sifat yang berbeda satu sama
lainnya, tetapi kesemuanya itu memiliki keterkaitan dengan proses pembelajaran.
Penelitian ini mempunyai kelompok perlakuan sebagai variabel bebas yaitu
pemberian pengajaran dengan menggunakan media program Power Point dan
pengajaran Konvensional. Variabel moderator adalah siswa yang berprestasi
dikelompokkan menjadi dua, yaitu berprestasi rendah dan berprestasi tinggi.

Dalam penelitian eksperimental sekurang-kurangnya ada sebuah variabel yang


dimanipulasi untuk diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat. Misalnya metode
atau perlakuan tertentu yang terjadi dalam proses pembelajaran. Perlakuan
tertentu yang diuji pengaruhnya terhadap variabel terikat disebut sebagai variabel
bebas.

Dalam penelitian ini yang dijadikan variabel bebas adalah pembelajaran yang
menggunakan media program PowerPoint dalam suatu kelompok siswa dan
kelompok siswa lainnya tidak diberi perlakuan dengan media Power Point, cukup
hanya menggunakan media konvensional saja. Media Power Point yang dimaksud
merupakan suatu alat bantu untuk menyampaikan materi pelajaran sebagai
variabel bebas. Penggunakan media ini dimanipulasi dan diukur pengaruhnya
terhadap perolehan atau hasil belajar. Variabel moderator yaitu prestasi diukur dan
diklasifikasikan untuk mengetahui adanya interaksi antara variabel bebas dengan
variabel moderator terhadap variabel terikat (perolehan belajar). Variabel lain yang
diprediksikan dapat memberi pengaruh terhadap perolehan belajar seperti waktu,
tempat, guru, keadaan kelas, dikontrol untuk menetralisasi pengaruhnya terhadap
variabel terikat. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam sub kompetensi
Pelaksanaan prosedur pengelasan mengacu kepada Kurikulum 2004.

Populasi penelitian menggunakan seluruh siswa kelas satu Tahun Pelajaran


2006/2007 program keahlian Teknik Mekanik Otomotif SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti. Adapun jumlah siswa sebanyak 64 siswa yang terbagi dalam dua kelas
paralel dengan masing-masing beranggotakan 32 siswa.

Sampel yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari dua kelas sebagaimana
disebut diatas : Langkah pertama, membagi kelas melalui penjaringan nilai Ujian
Nasional (UN) menjadi dua kelas yaitu berprestasi tinggi dan berprestasi rendah.
Langkah kedua, dari tiap kelas tersebut yang dijadikan sampel sebanyak 16 orang
untuk perlakuan pembelajaran dengan menggunakan Power Point dan selebihnya
dilakukan pembelajaran dengan cara konvensional.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi siswa adalah nilai Ujian
Nasional yaitu data saat pendaftaran yang terekam di Kantor Tata Usaha SMK
Swasta 1 Trisakti Laguboti. Sedangkan instrumen untuk mengukur hasil belajar
menggunakan soal tes. Tolok ukur dalam pengujian butir-butir tes belajar merujuk
kepada Tujuan Khusus Pembelajaran yaitu merupakan jabaran dari Tujuan Umum
Pembelajaran bidang diklat yang dieksperimenkan. Rumusan tujuan pembelajaran
dalam penelitian ini berpedoman pada kurikulum 2004. Hal ini dilakukan agar tidak
menyimpang dari kurikulum yang dipakai oleh guru.

Jumlah tes disusun sebanyak 25 soal, selanjutnya dikonsultasikan kepada ahli


bidang diklat untuk mengetahui butir-butir tersebut sudah layak untuk mengukur
hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Setelah konsultasi dilakukan kemudian revisi (perbaikan) dilakukan bagi butir yang
belum layak.

Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Cara melaksanakan uji validitas adalah yang pertama
dilakukan oleh para ahli, dalam hal ini guru bidang diklat dan PPPGT Medan
sebagai pembina SMK berstandar Nasional. Setelah disetujui oleh para ahli baru
dilakukan uji coba instrumen. Uji instrumen dilakukan di kelas II Mekanik Otomotif 1
SMK Swasta 1 Trisakti Laguboti karena mata diklat ini telah diajarkan sebelumnya
pada kelas tersebut.

Item instrumen dianggap valid bila nilai koefisien korelasinya lebih besar dari
0,2327. Sedangkan bila nilai koefisien korelasinya kurang dari 0,2327 maka item itu
tidak valid (gugur), artinya tidak layak sebagai item instrumen. Analisis validitas tiap
item dibantu dengan software Excell dan SPSS 12 Validitas butir soal ditentukan
dari nilai r hasil tiap item pada kolom yang merupakan korelasi dari besarnya nilai
setiap item dengan skor totalnya. Jika r hitung bernilai positip dan lebih besar dari r
tabel (rht > rt) maka butir tersebut dinyatakan valid. Apabila r hitung bernilai negatif
dan lebih kecil dari r tabel (rht < rt) maka butir tersebut dinyatakan tidak valid dan
tidak bisa digunakan.

Instrumen penelitian ini diujicobakan pada 32 responden. Batasan valid untuk tiap
butir soal dengan responden sebanyak 32 dan kesalahan 5 % adalah 0,2327 (rt =
0,2327). Menentukan butir soal atau pernyataan valid atau tidak dengan melihat r
hitung pada kolom Corrected Item-Total Correlation dibandingkan dengan nilai r
tabel (rt = 0,2327). Untuk menguji hipotesis penelitian ini seperti yang telah
dirumuskan digunakan analisis statistik inferensial. Jenis analisis yang digunakan
adalah uji perbedaan dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) dua jalur.

HASIL

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan media program Power


Point pada siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur
Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, penelitian ini
menggunakan analisis ragam ANAVA. Analisis ini dilakukan dengan ketentuan :

. Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh atau
tidak ada perbedaan yang signifikan.

. Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh atau
terdapat perbedaan yang signifikan.

Atau dengan cara membandigkan antara F hitung dengan F tabel dengan


ketentuan :

. Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima yang berarti tidak ada pengaruh atau
tidak ada perbedaan yang signifikan.

. Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak yang berarti terdapat pengaruh atau
terdapat perbedaan yang signifikan.

Pengujian hipotesis 1 :

Dalam pengujian hipotesis, setiap hipotesis alternatif (Ha) dirumuskan dalam


hipotesia (Ho).

Hipotesis nihil pertama (Ho1): tidak ada pengaruh penggunaan media program
Power Point pada siswa berprestasi tinggi pada pembelajaran sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan.

Berdasarkan dari hasil perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 8,94
lebih besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk
F = 8,94 juga lebih besar dari pada F dengan taraf signifikansi 0,01 = 7,08.

Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho1) yang berbunyi tidak ada pengaruh
penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi tinggi pada
pembelajaran sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan ditolak pada
taraf signifikansi 0,05 dan juga ditolak pada taraf signifikansi 0,01.

Pengujian hipotesis 2 :

Hipoteisis nihil kedua (Ho2): tidak ada pengaruh penggunaan media Program
Power Point pada siswa berprestasi rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan

Berdasarkan dari perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 15,56 lebih
besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk F
hitung = 15,56 juga lebih besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,01 =
7,08

Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho2) yang berbunyi tidak ada pengaruh
penggunaan media Program Power Point pada siswa berprestasi rendah terhadap
hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan Prosedur
Pengelasan ditolak pada taraf signifikansi 0,05 dan dan juga ditolak pada taraf
signifikansi 0,01.

Pengujian hipotesis 3 :

Hipotesis nihil ketiga (Ho3): tidak ada Interaksi antara penggunaan media program
Power Point dan tinggi rendahnya prestasi siswa terhadap hasil belajar sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan.

Berdasarkan dari perhitungan maka dapat diketahui bahwa F hitung = 6,18 lebih
besar dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,05 = 4,00 sedangkan untuk F
hitung = 6,18 adalah lebih kecil dari pada F tabel dengan taraf signifikansi 0,01 =
7,08.

Dengan demikian Hipotesis Nol (Ho3) yang berbunyi tidak ada Interaksi antara
penggunaan media program Power Point dan tinggi rendahnya prestasi siswa
terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan ditolak
pada taraf signifikansi 0,05 dan diterima pada taraf signifikansi 0,01.

PEMBAHASAN

Ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di
SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan bahwa pembelajaran


dengan mengunakan media program Power Point pada sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasa di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba
Samosir mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat diketahui dari nilai
Fhitung yang sebesar 8,94 yang lebih besar dari pada Ftabel pada dk

= 60 : 1 dengan tingkat kesalahan 5% yang sebesar 4,00 dan 1 % sebesar 7,08.


Dengan demikian berarti bahwa ada perbedaan atau pengaruh yang sangat
signifikan penggunaan media program Power Point dengan media konvensional
untuk siswa berprestasi tinggi pada pembelajaran sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol yang mengemukakan tidak


ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di
SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir ditolak. Sedangkan hipotesis
alternatif yang berbunyi ada pengaruh penggunaan media program Power Point
pada siswa berprestasi tinggi terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir diterima,
karena terbukti bahwa penggunaan media program Power Point pada siswa
berprestasi tinggi berpengaruh sangat signifikan terhadap hasil belajar sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti
Toba Samosir.
Hal ini dapat diketahui pula dari nilai rata-rata kompetensi siswa secara
konvensional dengan rata-rata nilai kompetensi siswa kelas 1 otomotif yang
berprestasi tinggi dengan media belajar konvensional adalah 7,40 sedangkan
dengan menggunakan media belajar power point memiliki rata-rata sebesar 8,50.

Ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir.

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data penggunaan media program Power


Point untuk siswa berprestasi rendah pada pembelajaran sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
sangat signifikan antara penggunaan media program Power Point dengan media
konvensional untuk siswa berprestasi rendah pada pembelajaran sub kompetensi
Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba
Samosir. Hal ini dapat diketahui dari nilai Fhitung yang sebesar 15,56 yang lebih
besar dari pada Ftabel pada dk = 60 : 1 dengan tingkat kesalahan 5% yang
sebesar 4,00 dan 1% sebesar 7,08 yang berarti bahwa ada perbedaan atau
pengaruh yang sangat signifikan penggunaan media program Power Point dengan
media konvensional untuk siswa berprestasi rendah pada pembelajaran sub
kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti
Toba Samosir.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol yang mengemukakan tidak


ada pengaruh penggunaan media program Power Point pada siswa berprestasi
rendah terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif yang berbunyi ada pengaruh penggunaan
media program Power Point pada siswa berprestasi rendah terhadap hasil belajar
sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti Toba Samosir diterima, karena terbukti bahwa penggunaan media
program Power Point pada siswa berprestasi tinggi berpengaruh sangat signifikan
terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK
Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir.

Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata nilai kompetensi siswa secara
konvensional dengan rata-rata nilai kompetensi siswa kelas 1 otomotif yang
berprestasi rendah dengan media belajar konvensional adalah 7,15 sedangkan
dengan menggunakan media belajar power point memiliki rata-rata sebesar 8,25.

Hipotesis pertama dan hipotesis kedua tersebut di atas sesuai dengan pendapat
Sulaeman (1988) yang mengatakan bahwa untuk mencapai sasaran akhir,
teknologi-teknologi di bidang pembelajaran perlu dikembangkan sebagai sumber
belajar untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan karakteristiknya. Dalam upaya
itu, teknologi belajar dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai
media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan
desain lainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi,
mengembangkan penggunaannya dan akhirnya menggunakannya di lapangan
baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi.

Semua ini dilakukan oleh para guru teknologi dengan berpijak pada prinsip bahwa
suatu media hanya memiliki keunggulan dari media lainnya bila digunakan oleh
siswa yang memiliki karakteristik sesuai dengan rangsangan yang ditimbulkan oleh
media pembelajaran itu. Dengan demikian proses belajar siswa akan amat mudah
dengan adanya media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajarnya.
Lebih lanjut Sulaeman (1988) mengatakan bahwa penyampaian materi pelajaran
yang lebih banyak ditempuh melalui ceramah dan tanya jawab dua arah (guru-
siswa) dan berlangsung terus-menerus akan dapat membosankan dan
melemahkan aktivitas siswa. Siswa memiliki ketergantungan yang sangat besar
kepada guru dalam melakukan kegiatan tulis. Siswa sangat mudah mengabaikan
guru-guru yang cara mengajarnya berulang-ulang dan karenanya tidak menarik
perhatian mereka. Lebih lanjut dikatakan bahwa berulang-ulang akan
menyebabkan penurunan efisiensi belajar.

Berdasarkan beberapa teori pembelajaran tersebut menunjukkan bahwa sukses


tidaknya transfer knowledge atau transfer ilmu pengetahuan antara guru dengan
siswa di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir sangat tergantung dengan
media pembelajaran yang digunakan dan cara penyampaian guru. Dalam hal ini
sangat diharapkan tidak monoton, sehingga siswa tidak merasa jenuh dengan
materi pelajaran yang diberikan atau dengan guru yang bersangkutan. Dalam hal
ini dengan adanya teknologi untuk penyampaian bahan ajar yakni microsoft power
point yang digunakan untuk pembelajaran dalam hal pelaksanaan prosedur
pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, diharapkan para
siswa merasa senang dan tertantang untuk mempelajari lebih jauh penggunaan
teknologi tersebut. Dengan penggunaan power point maka proses pembelajaran
akan berjalan lebih menarik dan tidak menjenuhkan, karena dalam power point
seorang tutor dapat menampilkan hal-hal yang menarik yang diharapkan dapat
mengobati kejenuhan siswa dalam pelajaran, diharapkan siswa tidak jenuh
mengikuti pembelajaran sehingga akan menghasilkan nilai kompetensi yang lebih
baik dibandingkan dengan secara konvensional.

Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata nilai kompetensi siswa secara
konvensional dengan nilai rata-rata 7,28 sedangkan dengan menggunakan media
belajar power point memiliki rata-rata sebesar 8,37. Artinya bahwa pembelajaran
dengan menggunakan media program power point hasil belajarnya lebih tinggi.

Ada interaksi antara penggunaan media program power point dengan prestasi
siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa F hitung (Prestasi * Kompetensi)
adalah sebesar 6,18 yang lebih besar dari Ftabel pada dk = 60 : 1 dengan tingkat
kesalahan 5% yang sebesar 4,00 dan lebih kecil dari Ftabel pada dk = 60 : 1
dengan tingkat kesalahan 1% yang sebesar 7,08. Hal ini berarti bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media power point dan tinggi rendahnya prestasi
siswa terhadap nilai hasil belajar sub kompetensi siswa, yang berarti bahwa Ho di
tolak atau terbukti ada interaksi antara penggunaan media power point dan tinggi
rendahnya prestasi siswa terhadap nilai hasil belajar sub kompetensi siswa.

Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa


ada Interaksi antara penggunaan media program Power Point dan tinggi rendahnya
prestasi siswa terhadap hasil belajar sub kompetensi terbukti benar. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bisa saja siswa dengan prestasi tinggi memiliki nilai
kompetensi yang sama dengan siswa yang berprestasi rendah, atau sebaliknya
siswa dengan prestasi rendah kemungkinan bisa memiliki nilai kompetensi yang
sama atau paling tidak mendekati nilai kompetensi siswa dengan prestasi tinggi.

Adanya interaksi antara prestasi siswa dengan nilai kompetensi siswa pada
pembelajaran sub kompetensi Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-
1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, menunjukkan bahwa siswa dengan prestasi
rendah maupun siswa dengan prestasi tinggi kemungkinan akan memiliki nilai
kompetensi pelaksanaan prosedur pengelasan yang sama. Sehingga dapat
diartikan bahwa baik buruknya nilai kompetensi siswa dalam hal pelaksanaan
prosedur pengelasan tidak banyak dipengaruhi oleh prestasi siswa pada
pembelajaran pelaksanaan prosedur pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti Toba Samosir.

Hasil analisis hipotesis ketiga sesuai dengan pendapat Sahertian (1983) yang
mengemukakan bahwa analisis psikologis menunjukkan bahwa belajar adalah
proses yang kompleks dan unik. Artinya seseorang yang belajar melibatkan segala
aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental. Keterlibatan dari seluruh aspek
kepribadian ini akan tampak perilaku belajar seseorang. Perilaku belajar yang
nampak adalah unik. Artinya perilaku itu hanya terjadi pada seseorang dan tidak
pada orang lain. Setiap orang memunculkan perilaku belajar yang berbeda.
Keunikan perilaku belajar seperti gaya belajar, gaya kognitif, bakat, minat, motivasi,
tingkat kecerdasan, kematangan intelektual dan lainnya yang dapat diacukan pada
karakteristik individu siswa. Perilaku belajar siswa yang sangat kompleks dan unik
ini menuntut layanan dan perlakuan pembelajaran yang kompleks dan unik pula
untuk setiap siswa. Komponen pembelajaran yang bertanggungjawab untuk
melayani masalah ini adalah strategi penyampaian kepada pembelajaran, lebih
khusus lagi pada media pembelajaran. Media pembelajaran sebaiknya dipilih
sesuai dengan karakteristik individu siswa sedapat mungkin harus memberi
layanan pada setiap siswa sesuai dengan karakteristiknya. Misalnya siswa yang
memiliki gaya auditif hendaknya mendapat rangsangan belajar auditif.

Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang
berprestasi tinggi kemungkinan akan memiliki hasil yang sama dalam Pelaksanaan
Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti Laguboti Toba Samosir, karena
adanya rangsangan untuk menghasilkan pengelasan yang sebaik mungkin yang
tidak banyak dipengaruhi oleh kemampuan atau inteligensi siswa, namun lebih
banyak dipengaruhi oleh kemampuan atau ketrerampilan siswa dalam pengelasan.

Sahertian (1983) menyatakan bahwa evaluasi dalam program belajar mengajar di


sekolah merupakan suatu usaha untuk mengukur dan memberi penilaian terhadap
beberapa aspek tingkah laku individu maupun sekelompok siswa seperti
pengetahuan, keterampilan dan sikap; penilaian dilakukan oleh guru. Sementara
dalam hal pengelasan, yang paling utama adalah keterampilan siswa dalam hal
pengelasan, sehingga mungkin saja siswa dengan prestasi yang rendah akan lebih
terampil dalam pengelasan dibandingkan dengan siswa yang berprestasi tinggi,
atau sebaliknya siswa yang berprestasi tinggi akan memiliki keterampilan yang
lebih tinggi pula dibidang pengelasan. Sehingga segala kemungkinan bisa saja
terjadi dalam Pelaksanaan Prosedur Pengelasan di SMK Swasta-1 Trisakti
Laguboti Toba Samosir.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis dari sebanyak 64 sampel


siswa kelas I otomotif SMK Swasta 1 Trisakti Laguboti - Kabupaten Toba Samosir
(32 siswa berprestasi tinggi dan 32 siswa berprestasi rendah) dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
(1) Media program Power Point berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang
berprestasi tinggi pada prosedur pengelasan.
(2) Media program Power Point berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang
berprestasi rendah pada prosedur pengelasan
(3) Terdapat interaksi antara media belajar dan prestasi belajar siswa pada sub
kompetensi prosedur pengelasan, baik dengan media program Power Point
maupun tidak menggunakan media program power point (Konvensional), terhadap
siswa dengan prestasi tinggi maupun terhadap siswa dengan prestasi rendah.

Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memiliki prestasi tinggi maupun
siswa yang memiliki prestasi rendah akan lebih terkonsentrasi dalam mengikuti
pelajaran prosedur pelaksanaan pengelasan menggunakan media program power
point dibanding dengan cara konvensional, sehingga program ini sangat cocok
untuk diterapkan di SMK Swasa-1 Trisakti Laguboti - Toba Samosir.

SARAN

Agar pembelajaran dapat dilakukan secara cermat dan menghasilkan nilai


kompensi lebih baik, maka penggunakan program Power Point dapat dimanfaatkan
sebagai media pembelajaran pada sub kompetensi pelaksanaan prosedur
pengelasan. Akan tetapi, karena materi pelajaran selalu mengalami
perkembangan, diharapkan guru melakukan pemutakhiran isi pada setiap sajian
dengan tetap mempertimbangkan cuplikan-cuplikan gambar yang akan disajian.

Saran-saran untuk Pemanfaatan hasil penelitian yaitu


(1) Sebaiknya penggunaan media belajar dengan program Power Point lebih
ditekankan/ditingkatkan, dan sebaiknya jangan hanya digunakan untuk
pembelajaran prosedur pengelasan saja akan tetapi bisa juga diterapkan pada
pembejalaran yang lain
(2) Untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu agar siswa memiliki pengetahuan
yang lebih baik perlu menggunakan media yang sesuai
(3) Sebaiknya diusahakan agar kompetensi yang diajarkan menarik perhatian
siswa, baik gambar-gambar yang relevan dengan alat-alat yang akan digunakan
maupun cuplikan cara kerja alat.

Untuk peneitian lebih lanjut dikemukakan disarankan


(1) untuk medapatkan gambaran yang utuh tentang pengaruh penggunaan media
Power Point terhadap perolehan hasil belajar, maka dipandang perlu untuk
dilakukan penelitian lanjutan dengan subjek yang lebih besar
(2) supaya dikembangkan metode pembelajaran baru dengan media program
Power Point untuk pelajaran-pelajaran yang lainnya. Juga disarankan untuk
menggunakan media program yang lain yang lebih interaktif
(3) pada penelitian lanjutan disarankan untuk menambah variabel lain misalnya
seperti sikap, kebiasaan belajar oleh karena hal ini juga erat hubungannya dengan
akal pikir yang mempengaruhi prestasi belajar.

DAFTAR RUJUKAN

Dimyati, M. 1996. Media Massa sebagai Lembaga Pendidikan Kelima Dalam


Masyarakat Indonesia : Dilema Pendidikan Anak Bangsa. Makalah. Malang : IKIP
Malang

Departemen Pendidikan Nasional. 2004, Kurikulum SMK Program Keahlian Teknik


Mekanik Otomotif. Jakarta : Depdiknas

Ely, G. 1971. Teaching and Media Systematic Approach. New Jersey Prentice Hall,
Inc.

Ibrahim, 1982. Media Instruksional. Malang : FIP IKIP Malang

Lamudji, 2005. Pengaruh Penggunaan OHP terhadap hasil belajar Matematikan


pada siswa Sekolah Menengah Pertama yang bermotivasi Tinggi dan Rendah.
Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Miarso, Y. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan, pengertian dan penerapannya


di Indonesia. Jakarta : Rajawali

Mudhoffir, & Tjun Surjaman. 1999. Teknologi Instruksional, sebagai landasan


Perencanaan dan penyusunan program Pengajaran (Cetakan ke-7). Bandung :
Remaja Rosdakarya

Sahertian, P.A. 1983. Teknik-teknik Manajemen Modern Dalam Bidang Pendidikan.


Malang : Institut Keguruan Pendidikan Malang

Sulaeman, D. 1988. Teknologi/Metodologi Pengajaran, Jakarta : Proyek


Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Winkel, W.S. 1999. Psikologi Pengajaran (Cetakan kelima). Jakarta : Grasindo

You might also like