You are on page 1of 8

1

QIBLAT
Dalam al-Qur’an dan Hadis

A. Ayat-ayat al Qur’an Tentang Qiblat


‫! ل ا ء  ا س  و  
  ا آ ا 
 اق‬
  ‫اط‬# $‫وا*ب ی (ي  ی ء إ‬
“As-Sufaha (orang-orang yang lemah akalnya) diantara manusia akan berkata,
‘apakah yang memalingkan mereka dari kiblat merka (Baitul maqdis) yang dahulu
mereka telkah berkiblat kepadanya? Jawablah, ‘milik Allah timur dan barat; dia
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya kejalan yang lurus.”

As-Sufaha’ adalah orang-orang yang lemah akalnya atau yang melakukan


aktivitas tanpa dasar, baik karena tidak tahu, atau enggan tahu, atau tahu tapi
melakukan yang sebaliknya.
Ayat ini masih sangat erat kaitannya dengan sikap orang-orang yahudi yang
dibicaraka dalam ayat-ayat lalu. Dengan demikian kuat dugaan bahwa yang dimaksud
dengan As-Sufaha’adalah orang-orang yahudi. Bahwa ayat ini tidak menyebut secara
tegas nama mereka. Bertujuan memberi sifat As sufaha’ terhadap orang-orang yahudi
yang dibicarakan disini. Atau boleh jadi juga untuk memasukkan semua orang yang
tidak menerima ka’bah atau yang mecemooh Ka’bah dan mencemooh umat Islam
yang mengarah atau thawaf disana.
Assufaha’ akan berkata “apakah yang memalingkan mereka (ummat Islam)
dari Kiblat mereka yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?”
Maksud mereka, tadinya ummat Islam mengarah ke Makkah, kemudian ke Baitul
Maqdis, atau tadinya mengarah, atau tadinya mengarah ke Baitul Maqdis sekarang ke
Makkah lagi. lalu mengarah ke Baitul Maqdis itu perintah Allah, maka mengapa
sekarang Allah memerintahkan meraka mengarah ke Ka’bah? Tentu ibadah mereka
dahulu ketika ke Baitul Maqdis atau di Makkah sana, sudah batal dan tidak ada
ganjarannya lagi. Menanggapi ucapan itu Allah memerintahkan NabiNya; jawablah
mereka : “milik Allah timur dan barat, kedua arah itu sama dalam hal kepemilikan,
kekuasaan dan pengaturan Allah”. Karena itu kemampuan seseoarang mengarah,
maka dia akan menemukan Tuhan disana.
Menghadap kiblat bertujuan untuk mengarahkan kaum muslimin kesatu arah
yang sama dan jelas, namun demikian Dia berwewenang menetapkan apa yang
dikehendakiNya.

2  ‫ن ا!ل‬2‫ ا س وی‬$ ‫ا ﺵ (اء‬2 -!‫ و‬.‫ آ أ‬01 +,‫وآ‬
6 ‫ ا!ل  ی‬7‫  ی‬0 8‫  إ‬5‫ ا آ‬. ‫ ا‬01 ‫ﺵ (ا و‬
2 ‫ إی‬7 ;  ‫ی ه(ى ا و آ ن ا‬,‫ ا‬$ 8‫ ة إ‬2 5 ‫ وإن آ‬:   $
 >‫إن ا ﺏ  س ؤف ا‬
“Dan demikian kami telah menjadikan kamu, ummatan wasthan agar kamu menjadi
saksi atau patron atas kamu Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar kamu mengetahui (supaya nyata) siapa yang
mengikuti rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
2

terasa sangat berat , kecuali bagi orang orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah
dan Allah tidak akan menyia nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah maha pengasih
lagi maha penyayang kepada manusia”.

Allah telah menjadikan ummatan wasathan atau umat pertengahan, moderat


dan teladan, sehingga dengan demikian keberadaan kamu dalam posisi pertengahan
itu, sesuai dengan posisi ka’bah berada pertengahan juga.
Posisi pertengahan menjadi manusia tidak berpihak ke kiri dan ke kanan, hal
ini mengantar manusia berlaku adil. Posisi pertengahan menjadikan seseorang dapat
dilihat oleh siapapun dalam penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia dapat menjadi
teladan bagi semua pihak, yakni menjadikan teladan bagi segala tingkah laku.
Penggalan ayat di atas yang menyatakan bahwa : agar kamu wahai umat Islam
menjadi saksi atas perbuatan manusia, di pahami juga dalam arti bahwa kaum
muslimin akan menjadi saksi di masa datang atas baik buruknya pandangan dan
kelakuan manusia. (‫ا‬2) panggalan ayat ini mengisyaratkan pergulatan pandangan
dan pertarungan aneka “isme”. Tapi pada akhirnya ummatan wasathan inilah yang
akan dijadikan rujukan dan saksi tentang kebenaran dan kekeliruan pandangan “isme-
isme” itu. Pergantian itulah pergantian sisi pertama yang diajarkan al-Qur'an,
menghadapi ucapan yang disampaikan orang-orang yahudi menyangkut pergantian
kiblat. pergantian kiblat itu, boleh jadi membingungkan juga sebagian umat Islam,
dan menimbulkan pula aneka pertanyaan yang dapat digunakan setan dan orang
yahudi atau musyrik Mekah untuk menggelincirkan mereka. Karena itu, ayat ini
menyatakan: kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblat kamu sekarang
melainkan agar kami mengetahui dalam dunia nyata siapa yang mengikuti Rasul dan
siapa yang membelot.
(B‫ ا‬-‫ ﺵ‬+ 1‫ل و‬C ‫ ﺕﺽ‬.
+ C ‫ ا ء‬C + 1‫ و‬6 ‫
( ى ﺕ‬
‫ن‬0  ‫ ب‬2‫ی أوﺕا ا‬,‫ و إن ا‬F-‫ ﺵ‬2‫ه‬1‫ا و‬C ‫  آ‬G >‫ام و‬I‫ا‬
‫ن‬0‫  ی‬C *‫  رﺏ  و ا ﺏ‬KI‫ ا‬:‫أ‬
“Sungguh Kami (sering)mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan
memalingkan muka kamu yang kamu sukai . Palingkan muka kamu kearah masjidil
haram..Dan dimanasaja kamu berada, palingkan muka kamu kearahnya.Dan
sesungguhnya orang orang (yahudi dan nasrani)yang diberi al Kitab(Tauratdan
Injil)memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil haran adalah benaar benar
dari Tuhannya,dan Allah sekali kali tidak lengah dengan apa yang mereka kerjakan”

Ayat ini memerintahkan untuk mengalihkan wajah, bukan hati dan fikiran,
karena hati dan fikiran hendaklah Mengarah kepada Allah swt, hati dan isinya adalah
sesuatu yang gaib, maka sesuai dengan sifatnya itu, ia pun harus mengarah kepada
yang maha gaib, sedang wajah adalah sesuatu yang nyata, maka ia pun diarahkan
kepada sesuatu yang sifatnya nyata, yaitu bangunan berbentuk kubus yang berada di
Masjid al Haram itu.

‫
  و‬7‫ ﺏ ﺏ‬5‫ و أ‬+
‫ا‬0‫  ﺕ‬.‫ی‬L 2‫ ب ﺏ‬2‫ی أوﺕا ا‬,‫ ا‬5 ‫ أﺕ‬M ‫و‬
+‫ إ‬0‫ ءك  ا‬1  (0‫ أهاﺉ   ﺏ‬50‫ اﺕ‬M ‫ و‬P0‫ ﺏ‬.
7‫;  ﺏ ﺏ‬0‫ﺏ‬
.  Q‫إذا  ا‬
3

“Dan sesungguhnya jika kamu maendatangkan kepada orang-orang yang diberi al-
kitab (taurat dan injil) semua ayat, mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan
engkaupun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian mereka pun tidak akan
mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika seandainya engkau
mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadau, sesungguhnya engkau-
seandainya begitu, pasti termasuk golongan orang-orang zalim.”

Jangan harap mereka akan mengikuti kiblatmu, karena persoalan mereka


bukan persoalan hujjah dan bukti-bukti, tetapi adalah keras kepala dan iri hati.
Bukankah mereka telah mengetahui, jauh sbelum pengalihan kiblatini, hai Nabi
Muhammad, adalah nabi dan bahwa engkau adalah rasul dua kiblat ? Karena itu,
sesungguhmya, demikian pernyataan berikut dikuatkan, jika engkau, wahai Nabi
Muhammad, yang langsung mendatangkan kepada orang-orang yahudi dan nasrani
yang diberi al kitab, taurat dan injil itu, semua ayat yakni keterangan dan bukti,
sehingga jika yang satu belum meyakinkan maka bukti-bukti lain seharusnya
meyakinkan, seandainya demikian, mereka tetap tidak akan mengikuti kiblatmu dan
engkau pun tidak akan mengikuti kiblat mereka bahkan mereka tidak akan mengikuti
kiblat siapapun dan di manapun.
Akhir terjemah ayat diatas mengisyaratkan bahwa kiblat ke ka’bah tidak
diubah lagi, sehingga dengan demikian, Ka’bah adalah kiblat kaum muslim hingga
akhir zaman.
Allah ta’ala memberitahukan kepada rasulnya bahwa apabila seluruh
argumentasi yang menunjukkan kasahihan perkara yang dibawanya itu ditegakkan ,
niscaya kaum yahudi tidak akan mengikutinya, sebab mereka mengufuri, ketahui
firman Allah : “dan kamupun tidak akan pernah mengikuti keinginan mereka”artinya,
Nabi Muhammad saw tidak akan pernah mengikuti keinginan mereka selamanya.
Menghadapnya beliau ke baitul maqdis bukan karna tempat itu sebagai kiblat orang
yahudi. Namun dia melakukannya semata-mata karna perintah Allah ta’ala.
‫ن‬2    ‫ی‬C ‫ن أﺏ ءه و إن‬C0‫ آ ی‬:C0‫ ب ی‬2‫ﺕ  ه ا‬L ‫ی‬,‫ا‬
(١٥٦).‫ن‬0‫ وه ی‬KI‫ا‬
“Orang orang ( Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri al Kitab (Taurat dan Injil)
mengenal Muhammad seperti mereka mengenalanak anaknya sendiridan
sesungguhnya sebagian dari mereka menyembunyikan kebenaranpadahal mereka
mengetahui. Kebenaran itu datang dari Tuhanmua , sebab itu jangan sekali kali kamu
termasuk orang orang yang ragu”.

Allah ta’ala memberitahukan bahwa ulama’ ahli kitab mengenal kesahihan


risalah Muhammad Rasulullah SAW, sebagaimana mereka mengenal anaknya sendiri
dari anak-anak orang lain, karena tidak seorangpun yang ragu dan sanksi bahwa
seorang ayah mengetahui anaknya yang berada diantara anak-anak orang lain,
kemudian Allah ta’ala memberitahukan bahwa walaupun mereka mengetahuinya
dengan sangat jelas dan ‘ilmul yaqin namun mereka betul-betul menyembunyikan
kebenaran-kebenaran yakni menyembunyikan sifat nabi SAW yang terdapat dalam
kitabnya padahal mereka mengetahuinya.1
Betapapun mereka berusaha menyembunyikan berita kareerasulan nabi
Muhammad SAW namun sampai kini dicatat dalam taurat atau kitab-kitab perjanjian

1
Muhammad Nasib Ar-Rifa’I. (Tafsir Ibnu Katsir . Gema Insani. Jakarta. 1999) jilid 1. hal:
247
4

lama beberap teks keagamaan yang tidak sempat mereka ubah dan tidak mereka
sadari sehinggga tetap tercantum yang menunujukkkan kenabian dan kerasulan beliau.
(١٤٧) .‫  ای‬
ّ 2‫ ﺕ‬ZC +‫  رﺏ‬KI‫ا‬

Ayat ini, walaupun redaksinya ditujukan kepada nabi muhammmad SAW


tetapi ia adalah sindiran kepada orang-orang yahudi dan siapapun yang dinamai As-
sufaha’ atau menolak mengarah ke kitab’bah keraguan yang dimaksud oleh ayat ini
bukan syak tetapi keraguan yang melahirkan pertengkaran akibat nuiat buruk yang
muncul dari hati yang bejat untuk mempersalahkan walaupun dalam posisi dialog
yang benar .2
0 1 ‫ ا‬2‫ا ی_ت ﺏ‬2‫ ! ا ا] ات أی ﺕ‬C  ‫ ه‬. 1‫ و‬2 ‫و‬
(١٤٨).‫ آ ﺵء
(ی‬$ ‫إن ا‬
“Dan bagi tiaptiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah kamu (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Al-aufi mengatakan dari ibnu abbas” dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya
(sendiri)”, yang dimaksud dengan umat ialah para pemeluk agama, dia berkata,’setiap
kabilah mempunyai kiblat yang disukainya, kiblat Allah ialah yang dihadapi oleh
kaum mukmin’ Abu al-aliyah berkata,” kaum yahudi memiliki kiblat yang
dihadapinya dan dia menunujukkkanmu wahai umat Islam kepada kiblat yaitu kiblat
Ka’bah”. Ayat ini mirip dengan firman Allah: untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
kami berikan aturan dan jalan yang terang, sebanyak Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikannya suatu umat(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberiannya (Al-Maidah:48). Dari sana Allah berfirjman: dimana saja kamu berada
alllah akan mengumpulkan kalian dari muka bumi meskipun tubuh dan jasad kalian
berpencar-pencar.
Boleh juga ayat diatas bermakna: memang benar Allah pernah memerintahkan
kepada Bani Israil dan atau selain mereka melalui nabi-nabi yang diutusnya untuk
mengarah kearah-arah tertentu. Tapi kali ini perintah Allah untuk mengarah ke
Ka’bah adalah perintahnya untuk semua.
Perintah yang mengarah ke Kiblat yang membatalkan pengalaman nabi dan
sahabat-sahabat beliau mengarah kepada masjid Al-Asha, apalagi dibarengi pula
dengan kritik dan upaya meragukan kebenarannya oleh orang Yahudi, semua itu
memerlukan adanya penekana-penekanan untuk menapik segala keraguan. Penekanan
yang dimaksud antara lain berupa pengulangan perintah atau penganekaragaman
redaksi.
 ‫ و‬+‫  رﺏ‬KI :‫ام و إ‬I‫( ا‬B‫ ا‬-‫ ﺵ‬+ 1‫ل و‬C 51‫ ﺥ‬G >  ‫و‬
(١٤٩).‫ن‬0‫  ﺕ‬C *‫ا ﺏ‬
“Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari
Tuhannya. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakaan”.

2
M. Qurish Sihab. Tafsir Al Misbah pesan , kesan dan keserasian al qur’an. Lentera Hati.
Jakarta. 2000. jilid 1. hal 331
5

Dan darimana saja engaku keluar maka palingkanlah wajahmu kearah Masjid
al Haram; sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari tuahn kamu
dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang engkau kerjakan”.
Disini dikatakan dari mana saja engkau keluar, apakh keluar dari rumah
tempatmu berada ketika turunnya ayat ini, atau dari tenpat lain, dari manapun arah
yang dituju dalam shalat dalah Kitab’bah simasjid al-haram. Akhirnya ayt ini ditiutup
dengan pernyataan halus kepada siapapun, baik orang yahudi maupun munafik, Allah
tidak sekali-kali lengah apa yang engkau kerjakan.
‫ا‬C ‫  آ‬G >‫ام و‬I‫( ا‬B‫ ﺵ ا‬+ 1‫ل و‬C 51‫ ﺥ‬G > ‫و‬
‫ ﺕ]ه‬ZC ‫ا‬c ‫ی‬,‫ ا‬8‫ ا‬.B> 2  ‫ن  س‬2‫ ی‬ZM -‫ ﺵ‬2‫ه‬1‫و‬
(١٥٠) ‫ ﺕ (ون‬20‫ و‬2  d‫واﺥ و‬
“Dan dari mana saja kamu berangkat, maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram. Dan di mana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke
arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang
dzalim di antara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada-Ku. Dan agar Kusempurnakan ni’mat-Ku atas kamu, dan supaya kamu
mendapat petunjuk”.

Dan darimana saja engkau keluar maka palingkanlah wajahmu kearah masjidil
Al-Haram. Dan dimana saja kamu sekalian berada, maka palingkanlah wajah-wajah
kamu kearahnya, agar tidak ada hujjah bagi mnanusia atas kamu ,kecuali orang-orang
yang dalim diantara mereka maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah
kepada Ku. Dan agar Ku sempurnakan nikmat Ku atas kamu dan supaya kamu
mendapat petunjuk”. Ayat ini sudah mencakup semua tempat dan keadaan dari mana
saja kamu keluar wahai Muhammmad maka arahkan wajahmu kesana. Dan hanya
engkau, ummatmu pun demikian. Dimana sja mereka berada di mekkkah atau di
Jakarta atau dimanasaja, disetiap daerah walaupun terasing atau terpencil, mereka
semua ketika shlat harus mengarak ke Ka’bah.
Disini terlihat sekali lagi bahwa pengalihan ke Ka’bah bermula dari keinginan
Nabi Muhammad SAW dan atas pertimbangan beliau, namun ia berakhir dengan
perintah mengarah kepada semua umat Islam. Kedudukan dan cinta Allah kepada
nabinya ditunjukkannya disini, dan dalam saat yang sama rahmat dan petunjuknya
pada umat Islam tercermin pula pada ayat-ayat ini.
Ketetapan untuk mengarah ke Ka’bah kapan dan dimanapun adalah agar tidak
ada hujjjah manusia atas kamu yakni agar tidak ada peluang bagi lawan-lawan ku
mengkritik, mengecam atau mengejek kamu.

B. Hadis-Hadis Penetapan Arah Kiblat


I ‫ن‬h‫ آ ا ی‬:‫ ﺏ‬I#‫ و! وأ‬:  ‫ ا‬$# ‫ أن ا‬:f‫ أ‬
k > ‫ام و‬I‫( ا‬B‫ ا‬-‫ ﺵ‬+ 1‫ل و‬C ) .‫ی‬i‫ ا‬F,‫ ه‬5j C ‫ ا (س‬5 ‫ﺏ‬
C ‫ ده وه رآع‬C .! $‫  ﺏ‬1‫ ر‬C ( F-‫ ﺵ‬2‫ه‬1‫ا و‬C ‫آ‬
:‫
ل‬: ‫ ﺕ‬.02‫ ا‬$‫ إ‬5> (
. ‫ أن ا‬8‫ ا (س إ‬5 ‫ ﺏ‬I B‫ة ا‬Z#
‫  وا ئ‬:1‫ وأﺥ‬.02‫ ا‬$‫ رآع إ‬:‫ ا آ ه‬C
Dari anas ra. Nabi saw. Dan sahabat-sahabat beliau mengerjakan shalat
menghadap kearah baitul maqdis, setelah ayat ini turun, setelah ayat ini turun yaitu:
“maka palingkanlah wajahmu kerah Masjidil Haram dan dimanapun kalian berada,
6

maka palingkanlah wajahmu kearahnya” (al Baqarah 144, maka seoarang laki-laki
bani salamah) pergi lalu berseru kepada mereka (kaumnya), yang mereka sedang
berrukuk dalam shalat subuh menghadap kearah baitul maqdis, “ketahuilah bahwa
kiblat telah dialihkan kearah ka’bah”. Dia serukannya sebnyak dua kali, maka
beralihlah mereka sedang mereka berukuk menghadap ka’bah.3

‫ ل أن ر!ل‬C ‫ ءه أت‬1 o ‫ ة ا‬Z# C ‫ اﺏ 


ل ﺏ  ا س ﺏ  ء‬
‫ ! ه‬C .02‫ أن ی  ا‬C‫ و
( ا‬. ‫ ا‬:  ‫ل‬j‫ و! ا‬:  ‫ ا‬$# ‫ا‬
.02‫ ا‬$‫ !(اروا إ‬C ‫ ا م‬$‫ه  إ‬1‫ و‬5 ‫وآ‬
Dari dari ibnu umar katanya: ketika penduduk quba’ sedang shalat subuh
tiba-tiba ada salah seorang berseru: sesungguhnya tadi malam Rasulullah SAW
dituruni firman Allah yang memerintahkan beliau untuk berpindah kiblat menghadap
Ka’bah di Makkah, pada saat itu mereka sedang menghdapkan kiblat ke arah Baitul
Maqdis di Syam kemudian mereka segera pindah Menghadap ka’bah di Makkah.
. ‫ ا‬$‫ إ‬5 ‫ ﺏ‬I !‫ و‬:  ‫ ا‬$# ‫ ا‬7  # :‫ اء
ل‬
Dari Al barra’ katanya: kami pernah shalat bersama nabi saw menghadap
baitul maqdis selama enam belas atau tujuh belas bulan (menurut sufyan) kemudian
beliau diperintahkan untuk berpindah kiblat menghadap ka’bah.

$hC .‫ و! ا(ی‬:  ‫ ا‬$# ‫ اء ﺏ  ذ ب


ل
(م ر!ل ا‬
‫ ر>
( آ ن‬C .02‫ ا‬$‫ إ‬:1‫ و‬:‫  ﺵ ا ﺙ أ‬.! ‫ ا (س‬5 ‫ ﺏ‬I
‫ ل اﺵ ( ا ن‬C ‫ ر‬hd‫
م  ا‬$ !‫ و‬:  ‫ ا‬$# ‫ ا‬7 $#
.02‫ ا‬$‫ا إ‬CI C .02‫ ا‬$‫ إ‬:1‫ و!
( و‬:  ‫ ا‬$# ‫ر!ل ا‬
Dari Al Barra’ ‘azib “pada awalnya ketika tiba di madinah nabi saw sempat shalat
menghadap kiblat Baitul Maqdis Selma enam belas bulan. Kemudian beliau
diperintahkan menghadap ka’bah , pada waktu itu ada seseorang yang telah ikut
shalat bersama nabi saw, ketika ia lewat di suatu ,mushalla kaum anshr, mka ia
berseru: aku bersaklsi bahwa rasulullah saw telah diperintahkan untuk berpindah
kiblat kearah ka’bah karena itu berpindahlah kalian menghadap ka’bah.4
‫ ل أن ر!ل‬C ‫ ءه أت‬1 o ‫ ة ا‬Z# C ‫ اﺏ 
ل ﺏ  ا س ﺏ  ء‬
‫ ! ه‬C .02‫ أن ی  ا‬C‫ و
( ا‬. ‫ ا‬:  ‫ل‬j‫ و! ا‬:  ‫ ا‬$# ‫ا‬
.02‫ ا‬$‫ !(اروا إ‬C ‫ ا م‬$‫ه  إ‬1‫ و‬5 ‫وآ‬
Dari dari ibnu umar katanya: ketika penduduk quba’ sedang shalat subuh
tiba-tiba ada salah seorang berseru: sesungguhnya tadi malam Rasulullah SAW
dituruni firman Allah yang memerintahkan beliau untuk berpindah kiblat menghadap
Ka’bah di Makkah, pada saat itu mereka sedang menghadapkan kiblat ke arah Baitul
Maqdis di Syam kemudian mereka segera pindah Menghadap ka’bah di Makkah.

3
Bey Arifin, A Syingithy Djamaluddin. Terjemah Sunan Abi Daud.. CV As Syifa. Semarang.
1992. hal 714-715
4
Bay Arifin, Yunus Ali Al Mudhar, Terjemah Sunan An Nasaiy, CV As Syifa, Semarang.
1992. hal 254-255
7

7C    ‫ﺥ   ( ا ﺏ‬8‫ أﺥ أﺏ ﺥ ( ا‬7 ‫>(ﺙ ! ن ﺏ وآ‬


:>‫ أو را‬F 0‫ ﺏ‬$‫ إ‬$ $# ! ‫ و‬:  ‫ ا‬$# ‫ أن ا‬: ‫ اﺏ‬
> G‫ا >(ی‬,‫ ه‬:$  ‫ )
ل أﺏ‬.:‫ ﺏ‬5 1‫ ﺕ‬k > :>‫ را‬$ $h‫و آ ن ی‬
‫  ﺏ_! أن‬0‫ ا‬$‫ة إ‬Zh ‫ یون ﺏ‬8 :0‫ أه ا‬P0‫ و ه
ل ﺏ‬.o I#
( :‫ی ﺏ‬
Sufyan bin Waki’ menceritakan kepada kami, Abu Khalid al Ahmad
memberitakan kepada kami dari Ubaidillah bin Umar dari Nafi’ dari Ibnu Umar
bahwa Nabi SAW shalat pada ontanya atau kendaraannya ke mana arah kendaraan
itu menghadapkannya.5
$C .!‫ و‬:  ‫ ا‬$# ‫ ا‬7 ‫
ل آ‬: ‫ رﺽ ا‬.0 ‫   ﺏ رﺏ‬
$‫  ا‬# I ‫ اذا‬q‫ ا‬50r C  hC . ‫   ا‬52‫_ﺵ‬C .Q . 
.‫ ا‬:1‫_ی ﺕا و‬C 5jC . ‫  ا‬s
Dari Amir bin Rabiah r.a. Katanya: kami pernah bersama Nabi SAW pada
suatu malam gelap gulita, sehingga sulit bagi kami menentukan arah kiblat, lalu
kami sembahyang. Setelah terbit matahari ternyata kami sudah sembahyang bukan ke
arah kiblat: lalu turunlah ayat yang artinya dimana saja kamu menghadap maka
disanalah wajah Allah (Al-Baqarah:115) (H.R. AT-turmudzi dan dia menilainya
lemah)
Hadits-hadis diatas sebagai dalil yang menunjukkan bahwa barang siapa yang
sembahyang tidak menghadap karena gelap atau karena kabut tebal, sehinggga sulit
untuk menentukan arah kiblat maka sembahyangnya sah, baik dia mengetahii tanda-
tandanya dan memperhatikannya lebih dahulu maupun ternyata kesalahannya pada
waktu itu tahu sebelumnya.
perempuan ulama’ berselsih p[endapat hukumsembahyng seperti itu, adapun
yang mengatakan sah ialah As-sya’biy, ulma-ulam hanafiyah dan ulama’-ulama’
Kuffah selain orang yang sembahyng yang meyakini kekeliruannya. Didalam kitab al-
Bahr diriwayatkan ijma ulam yang mengharuskan sembahyang ulang.
Ulama-ulama lain berpendapat; Tidak wajib sembahyang ulang bila dia sudah
sembahyang dan yakin akan kesalahannya itu, setelah habis waktu, sebaliknya apabila
sudah yakin dengan kekeliruannya dan waktu masih ada maka wajib sembahyang
ulang.
Imam Syafi’i mengatakan wajib sembahyang ulang baik masih dalam wktu itu
atau sudah habis waktu karena dalam menghadap kiblat adalah suatu kewajiban
qath’i.
 ‫ و!  ﺏ‬:  ‫ ا‬$# ‫ ل ر!ل ا‬C : ‫
ل‬: ‫ ا‬$‫ هیة رﺽ‬$‫ اﺏ‬
(‫ى و
ة ا] رى‬,‫ ا‬F‫ )روا‬. .
‫اق وا*ب‬
Dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah SAW bersabda: tempat diantara
timur dan barat itu adalah kiblat. (H.R. Turmudzi dan dinilai kuat oleh Al-Bukhari)
hadits tersebut sebagai dalil yang menunujukkan bahwa yang wajib itu menghadap
arah tertentu bukan tempat tertentu bagi orang yang sulit menentukan kiblat yang
pasti. Ulama yang berpendapat yang demikian itu adalah sekelompok ulama yang

5
Drs. H.Moh. Zuhri Dipl. TAFL dkk Terjemahan Sunan At tirmidzi, CV. Asy Syifa:
Semarang, 1992
8

berdasarkan hadis ini dengan alasan, bahwa tempat diantara timur dan barat itu
adalah menjadi kiblat bagi orang yang sulit menentukan.
Hadis tersebut sebagi dalil pula yang menunjukkan bahwa tempat diantara dua
arah itu adalah kiblat yang dihadapi dalam sembahyang. Maka untuk menentukan
kiblat yang pasti itu harus berdasarkan dalil. Firman Allah (yang artinya) “maka
palingkanlah mukamu ke masjidil Haram” akan tetapi perintah itu menghadapkan
muka ke arah Masjidil Haram itu bisa bersifat umum baik sembahyang di dalam
Mihrab beliau, maupun di tempat lain.
Firman Allah yang artinya: Dimanapun kamu berada hadapkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram itu, menunjukkan cukup saja menghadap ke arah itu bukan
Masjidil Haram, yang pasti itu sulit sekali bagi orang yang sembahyang ditempat
manapun.6
Ada salah seorang berseru : “sesungguhnya tadi malam Rasulullah saw
dituruni firman Allah yang memerintahkan beliau berpindah kiblat kearah ka’bah”,
pada saat itu mereka sedang menghadap kiblat kearah baitul maqdis di syam
kemudian mereka segara perpindah
7C    ‫ﺥ   ( ا ﺏ‬8‫ أﺥ أﺏ ﺥ ( ا‬7 ‫>(ﺙ ! ن ﺏ وآ‬
:>‫ أو را‬F 0‫ ﺏ‬$‫ إ‬$ $# ! ‫ و‬:  ‫ ا‬$# ‫ أن ا‬: ‫ اﺏ‬
> G‫ا >(ی‬,‫ ه‬:$  ‫ )
ل أﺏ‬.:‫ ﺏ‬5 1‫ ﺕ‬k > :>‫ را‬$ $h‫و آ ن ی‬
‫  ﺏ_! أن‬0‫ ا‬$‫ة إ‬Zh ‫ یون ﺏ‬8 :0‫ أه ا‬P0‫ و ه
ل ﺏ‬.o I#
( :‫ی ﺏ‬
Sufyan bin Waki’ menceritakan kepada kami, Abu Khalid al Ahmad
memberitakan kepada kami dari Ubaidillah bin Umar dari Nafi’ dari Ibnu Umar
bahwa Nabi SAW shalat pada ontanya atau kendaraannya ke mana arah kendaraan
itu menghadapkannya.7

6
Drs Abubakar Muhammad. Terjemah Subulus Salam. Al Ihlas. Surabaya. Hal 398-401
7
Drs. H.Moh. Zuhri Dipl. TAFL dkk Terjemahan Sunan At tirmidzi, CV. Asy Syifa:
Semarang, 1992

You might also like