You are on page 1of 13

ISLAM TARTIB

Oleh : KH. Henri Sutopo

TARTIB dalam bahasa Arab (yang untuk selanjutnya dibaca tertib), artinya berurutan dan
keteraturan. Di kalangan pesantren dikenal dengan makna urut-urut yang dulu harus didahulukan dan
yang belakang harus diakhirkan tidak boleh saling mendahului atau melompat-lompat.
Banyak ibadah di dalam syari’ah Islam yang mensyaratkan salah satu rukunnya adalah tertib
dan ini biasanya menjadi rukun yang terakhir seperti dalam hal wudhu, sholat dan sebagainya. Rukun
sendiri dalam definisi fiqh adalah sesuatu yang harus dilakukan dalam tubuh suatu ibadah di mana
ibadah itu menjadi sah adanya.
Dengan demikian tertib yang termasuk fondasi dalam suatu ibadah mengandung arti bahwa
ibadah tersebut sah hukumnya bila rukunnya dikerjakan secara berurutan sesuai peringkatnya, contoh,
berwudhu harus harus dimulai dari niat kemudian membasuh muka dan seterusnya sampai membasuh
kaki.
Sholat harus dimulai dari niat takbirotul ihrom dan seterusnya sampai salam. Semuanya harus
urut dan teratur. Tidak boleh dibolak balik atau melompat-lompat urutannya. Ada kecenderungan saat
ini, barangkali karena pengaruh serba instan atau mau cepat enak dan praktis, tertib tersebut sekarang
banyak diabaikan, bukan hanya dalam masalah sosial kemasyarakatan, namun juga dalam hal
memahami dan mengamalkan agama Islam, sehingga menjauhkan fungsi Islam sebagai rohmatan lil
‘alamin.
Rukun agama Islam (bukan rukun Islam) dijelaskan ada tiga yaitu Iman, Islam dan Ihsan
(HR.Muslim dari Umar). Pemahaman tiga rukun fondasi agama tersebut mustinya dilakukan secara
tertib dan sesuai urutan.
Pertama, masalah-masalah yang menyangkut tentang keimanan (tauhid) mulai dari rukun iman
yang enam (iman kepada Allah sampai kepada takdir) dengan segala cabang dan implementasinya
harus betul-betul dipahami lebih dulu.
Setelah itu, yang kedua, Islam. Dari rukun yang lima yakni syahadat sampai haji dengan segala
rukun, sukur ke hikmah tasyri’nya.
Barulah kemudian yang ketiga yaitu ihsan yang secara umum terekspresikan menjadi tasawuf,
toriqoh, muhasabah, mujahadah dan sebagainya. Kalau rukun agama tersebut di atas tidak dipahami
secara tertib, bisa-bisa muncul hamba Allah yang sok khusyu’ tetapi kalau melihat perempuan cantik
mata melotot ndak berkedip (karena lemah iman). Atau kemana-mana berpakaian ala kiai, bawa tasbih
bertutur bak ahli wirid namun suka menipu orang, kalau utang suka ngemplang.
Demikian pula rukun Islam yang lima (syahadat sampai haji). Idealnya juga dilakukan secara
tertib jangan melompat-lompat. Bila demikian sangat mungkin kita akan melihat hamba Allah yang
sudah pergi haji tapi ndak pernah sholat, karena sehabis syahadat langsung naik haji, atau sudah haji
tapi ndak pernah puasa sebab begitu syahadat, sholat langsung haji. Dan (insya Allah) yang paling
banyak ditemukan adalah (maaf) haji pelit, karena belum pernah zakat lantas naik haji.
Dalam hal perintah amar ma’ruf nahi munkar, mestinya menurut urutan sebelum orang
mencegah kemungkaran haruslah ia mengajak kebaikan dulu (persuasif) QS. Ali Imron 104, 110, 114,
Al-A’rof 157 dan sebagainya. Janganlah belum mengajak kebaikan langsung nge-bom.
Contoh lain Rukun dan tertibnya orang nikah sampai punya anak mestinya : pertama ada proses
lamaran, kedua ijab qobul, ketiga hamil, keempat melahirkan bayi. Entah kenapa urutan tersebut
sekarang banyak dibolak balik.
Yaa ..Allah… limpahkan maghfiroh-Mu.

1
AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW pernah bersabda : “Salah satu kebahagiaan seseorang
adalah jika ia hidup di lingkungan orang-orang soleh (masyarakat kondusif)” HR. Ad-Dailamy.
Sebuah masyarakat yang kondusif tentu tidak hadir begitu saja, namun harus ada upaya untuk
menghadirkannya yakni antara orang lain dengan adanya amar ma’ruf nahi munkar (mengajak
kebaikan dan mencegah kemungkaran) yang itu harus dilakukan secara terus menerus baik secara
kolektif maupun individual.
Allah SWT dalam al Qur-an menjanjikan dengan adannya amar ma’ruf nahi munkar sebuah
manyarakat kondusif akan terwujud (QS. Ali Imron : 104), pun pula dianugrahkan-Nya kredit point
bahwa umat Islam adalah umat terbaik (khoiru Ummatin) yang pernah diciptakan-Nya (Ali Imron :
110).
Sebaliknya Rasulullah SAW memberikan sinyal bahwa suatu kaum atau bangsa akan diadzab
oleh Allah dengan krisis multi dimensi yang berkepanjangan karena di tengah kaum tersebut sudah
tidak ada lagi orang yang mau mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran (HR. Abu Bakar).
Demikian pula Allah SWT akan menurunkan krisis yang merata pada setiap bangsa jika pelaku
maksiat (termasuk KKN) mereka adalah orang-orang yang terhormat dan banyak pengikutnya (HR.
Ahmad dari shahabat Jarir). Untuk selanjutnya jika perintah agama di atas bisa disebut sebuah dakwah
atau ajakan, maka yang berkewajiban melakukannya adalah setiap individu mukmin sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas masing-masing. Tentu dalam pelaksanaannya ada koridor dan etika yang
harus menjadi acuan yakni dengan bil hikmah (kebijaksanaan), nasehat yang baik dan dialog yang
santun (QS.an Nahl 125). Perlu pula menjadi catatan bahwa mengajak kepada orang lain tidak bisa
mentarget bahwa yang diajak harus nurut dan manut, Rasulullah SAW sendiri sebagai seorang master
yang kampium dalam bidang dakwah juga tidak bisa berhasil mengajak orang yang sangat beliau cintai
yaitu pamannya sendiri , Abu Tholib, sehingga hal tersebut tersurat dalam al Qur-an surat al Qoshosh
ayat 56.
Dengan demikian, yang penting bagi si pelaku dakwah ia sudah melakukan action, urusan
target berhasil atau tidak itu adalah urusan Dzat yang punya segala hak prerogatif yaitu Allah SWT.
gitu aja, nggak usah repot-repot dipikirin.
Selanjutnya khusus tentang mencegah kemungkaran (nahi munkar), semestinyalah ada
persyaratan tertentu yang harus dipertimbangkan antara lain : Pertama, kemungjkaran tersebut harus
betul-betul masuk kategori mungkar dari sudut syari’at yang jelas, bukan mungkar menurut persepsi
pribadi atau golongan (dasar dalilnya jelas). Kedua, kemungkaran itu sudah dilakukan secara nyata
bukan atas praduga apalagi mencari-cari kesalahan (tajassus), sehingga tidaklah benar ada orang
mendobrak sebuah pintu yang tertutup hanya karena melihat di depan pintu ada sepasang sandal laki-
laki dan perempuan yang belum jelas pemiliknya. Ketiga, sesuatu yang dianggap mungkar haruslah
vonis hukumannya bukan dengan ijtihad, sehingga tidaklah pas seorang pengikut madzhab Hanafi
melarang pengikut madzhab Syafi’i dalam melaksanakan hasil ijtihadnya.
Demikian pula dalam mencegah kemungkaran ada tahapan-tahapan tertentu yang harus
dilakukan yaitu : Pertama, memberi pengertian (at ta’rif), karena bisa jadi si pelaku belum tentu
bahwa yang ia lakukan adalah sebuah kemungkaran. Kedua : melarang dan mencegah dengan nasehat
(an nahyu bil wa’zhi) dan mengingatkan supaya takut kepada Allah (at takhwif billah). Ketiga :
memberi teguran keras (at ta’nif) disertai ancaman bila tahapan di atas tidak diindahkan. Keempat :
mencegah dan melarang dengan power (at taghyir bil yadi) disinilah barangkali yang dimaksud
dengan boleh “ngebom” tapi yang selektif.
Kemudian bagi setiap pengemban amar ma’ruf nahi munkar idealnya berpegang sifat-sifat
tertentu antara lain berilmu, bisa menjaga diri (wara’), berperilaku baik (husnul khuluq), dan bukan
ahli maksiat. Karena tidaklah lucu seorang ahli maksiat kok melarang orang lain maksiat sehingga ada
komentar “eh jeruk kok makan jeruk”

2
ORANG-ORANG TERPERDAYA

Dalam kajian syaithonologi (ilmu tentang persyetanan), siapapun manusia anak Adam, apapun
pangkat dan profesinya ia tidak pernah akan terbebas dari godaan Iblis dan pasukan koalisinya yakni
Syetan yang terkutuk, dan memang makhluk ini oleh Allah SWT telah mendapat legitimasi untuk
menggoda anak cucu Adam sampai hari kiamat (QS. Al A’raf 15).
Imam Muslim dan at Turmudzy meriwayatkan sebuah Hadits dari Shohabat Jabir ra., bahwa
Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Syetan selalu mendatangi kamu ketika sedang melakukan
apa saja sampai saat makan iapun datang”.
Dalam kitab Bukhori dan Muslim Rasulullah SAW pernah pula menjelaskan : “ sesungguhnya
Syetan itu berusaha menggoda anak Adam lewat semua pembuluh darah yang mengalir”.
Bahkan menurut riwayat Syetan menggoda manusia akan menyesuaikan dengan pangkat dan
kemampuan yang akan digodanya. Semakin tinggi derajat manusia semakin tinggi pula Syetannya,
gampangnya contoh : Syetan yang menggoda rakyat ya rakyatnya Syetan, sedang yang pejabat tentu
ya pejabatnya Syetan demikian seterusnya.
Merenungkan hal di atas sahabat Ibnu Umar sampai berkomentar : “Bagaimana kita bisa
selamat dari godaan Syetan sedang ia selalu berusaha mengganggu kita bagaikan darah mengalir ?”
Dengan demikian benarlah kata Imam al Ghozali bahwa kunci hamba Allah yang beruntung
adalah selalu waspada kapan dan di manapun terhadap bujuk rayu Syetan , sehingga ia tidak akan
termasuk dalam golongan al maghrurin (orang-orang terpedaya).
Sebenarnya banyak yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, manusia yang berhasil ditipu
dan dikerjain Syetan dengan kemampuan canggihnya, namun ia tidak merasa dan sadar, karena sedang
mengerjakan ibadah dan kebaikan.
Ada Syetan yang punya spesial profesi menggoda orang sedang berwudhu, dibuatnya menjadi
was-was sehingga dalam menggunakan air berlebih-lebihan (membasuh lebih 3 kali) dan selalu merasa
tidak mantab, menurut riwayat Imam Turmudzy Syetan ini bernama “Walhan”.
Dalam HR. Muslim ada lagi si Khinzib dia paling jago menggoda orang yang sedang sholat,
mulai dari sering dibuat ragu atau was-was dalam hal niat, takbirotul Ihram, bacaan Fatihah sampai ke
sering lupa jumlah roka’at berapa yang sudah dikerjakan, dan yang paling sukses adalah
dibelakangnya pikiran orang yang sedang sholat agar tidak khusyu’, tapi mikirin hal-hal yang di luar
sholat. Orang yang senang mengerjakan sholat sunnat pun tidak luput dari tipu dayanya. Ketika
mengerjakan sholat tahajjud bisa lebih khusyu’ dari pada sholat wajib. Kenapa bisa begitu ?
Hamba Allah yang sedang membaca al Qur-an jangan dikira bebas dari gangguan Syetan, si
qori-ul Qur-an (pembaca al Qur-an) dibujuknya supaya membaca dengan cepat agar segera berganti
surat dan berganti juz sehingga cepat khatam, sedang sebenarnya yang dituntut adalah membaca
dengan tartil sambil tafakkur dan tadabbur kemudian berusaha mengamalkannya.
Seorang ahli puasa, dibujuknya untuk hanya tidak makan dan tidak minum, tetapi mulutnya
masih ngerasanin orang, matanya masih tidak berkedip melihat obyek yang membangkitkan birahi,
telinganya betah mendengar orang bertengkar, hatinya tidak terjaga dari riya’, dan sebagainya.
Betapa mulianya seorang dermawan, namun kalau Syetan berhasil merayunya, ia hanya mau
berderma untuk hal-hal yang mudah dilihat orang (ngundang wartawan untuk meliputnya), sedang
derma yang bersifat sirri (tidak nampak) ia tidak melakukannya.
Setiap orang tahu bahwa pergi haji adalah ibadah tertinggi dan terberat dalam rukun Islam,
tetapi jangan di kira Syetan tidak sanggup bercokol di hati tamu-tamu Allah itu, dibujuknya orang
yang sudah pernah haji untuk naik haji lagi berulang-ulang supaya ia bisa cerita sudah berhaji lebih
satu kali, namun ada tetangga kanan kiri yang miskin tapi ditinggalkannya, tidak tersantuni, ia lupa
bahwa naik haji itu yang wajib hanya sekali untuk seterusnya sunnat sedang menyantuni fakir miskin
itu wajib hukumnya.

3
Seorang Kyai, ustadz atau muballigh yang dari mimbar ke mimbar mengingatkan jama’ah
untuk waspada terhadap Syetan, ternyata ia sendiri terjebak tidak pernah mendakwahi diri sendiri
maupun keluarganya, sehingga gerak gerik dan ucapannya tidak pas sebagai seorang panutan di tengah
komunitas jama’ahnya. Na’udzu billahi min dzalik.
Dari gambaran di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusia yang sedang beribadah saja mudah
diperdayai Syetan apalagi yang sedang berprofesi sebagai pedagang, pegawai, pejabat, politikus
termasuk wartawan.

4
BULAN KULIAH

Itu sebutan lain dari bulan suci Ramadhan, karena di bulan inilah aktifitas per-kuliah-an
meningkat padat di semua tempat berkumpulnya jama’ah Ramadhan, baik itu kegiatan yang dikemas
dengan kulsub (kuliah subuh), Kulrib, (kuliah Maghrib), kultum (kuliah tujuh menit), ataupun kulngis
(kuliah ngisya’).
Namun sayang, kegiatan studium general bagi jama’ah tersebut, banyak kurang tertata dan
termenej dengan rapi dan terarah karena tidak dibuat kurikulum atau semacam silaby pelajaran,
sehingga masing-masing penceramah menyampaikan materi dengan hafalannya sendiri-sendiri bahkan
kadang-kadang satu dan yang lain mempunyai topik materi yang sama. Akibatnya hampir-hampir
jama’ah di mana-mana hanya mendapatkan uraian satu ayat yang paling laris dan terfavorit selama
bulan puasa yaitu ayat kutiba alaikumush shiyam (al-Baqoroh : 183).
Sangat tidak kondusif lagi perkuliahan yang sebenarnya sarat dengan nilai-nilai keutamaan itu
sering terganggu dengan ulah jama’ah yang bubar sebelum penceramah menyelesaikan materinya.
Jama’ah tidak pernah membayangkan bahwa penceramah tersebut semalam tidak tidur untuk
mempersiapkan materi dan meninggalkan segala kerepotan pribadi dan keluarga. Semata-mata untuk
mendatangi majlis yang mulia dan tidak mendapatkan kontribusi dunia alias amplop. Mungkin
jama’ah menganggap penceramah itu tidak menarik dan monoton, sementara yang dituntut adalah
pembicara yang bisa bikin ketawa syukur nyerempet porno, astaghfirullah…………
Dalam pandangan Islam, siapapun orangnya yang terlibat dalam majlis taklim, Allah SWT
memberikan kredit point dengan janji akan mengangkat derajatnya ke strata yang lebih tinggi (QS.al
Mujadalah : 11).
Bahkan Rasulullah menyatakan : Barang siapa yang menuntut ilmu (termasuk pendengar
pengajian yang baik) ia seperti orang yang berjihad di jalan Allah”. Ini menambah pengertian bahwa
jihad tidaklah selalu bermakna al harbu muqotalatal kafiriin wal musyrikiin (berperang melawan
orang-orang kafir dan musyrik). Shohabat Abu Hurairah dan Abu Dzar pernah mendengar nabi SAW
bersabda : “Jika ajal tiba, sedang orang itu baru menuntut ilmu maka ia termasuk mati syahid”.
Subhanallah ………..
Selanjutnya penghargaan Islam terhadap keutamaan ilmu lebih jauh bisa dilihat dari riwayat
ketika saidina Ali ditanya oleh kaum Khowarij tentang manakah yang lebih utama antara ilmu dan
harta. Beliau ra menjawab dengan sepuluh jawaban yang rasional dan realistis bahwa ilmu kapanpun
tetap lebih utama dari pada harta dengan alasan :
 Ilmu adalah warisan pusaka para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir’aun dan
lainnya.
 Ilmu akan menjaga pemiliknya, sedang harta pemiliknyalah yang menjaganya.
 Orang berilmu akan banyak shahabatnya, sedang orang berharta biasanya banyak
musuhnya.
 Harta kalau dibelanjakan akan berkurang, sedang ilmu kalau diberikan justru akan
bertambah.
 Orang berharta biasanya diberi julukan si bakhil sedang orang berilmu gelarnya yang baik-
baik misalnya tuan guru, pak kyai, dan sebagainya.
 Ilmu tidak perlu dijaga dari pencuri, sedangkan harta perlu dijaga dari pencuri.
 Di hari kiamat orang berharta akan dihisab, sedang orang berilmu justru mendapat syafa’at
dari ilmunya.
 Harta lama disimpan akan rusak dan habis, sebaliknya ilmu tidak.
 Harta bisa membuat hati menjadi keras, malas beribadah sedang ilmu akan membuat hati
bersinar dan lunak.
 Harta bisa membuat orang jadi sombong dan angkuh sedangkan ilmu insya Allah
menjadikan orang rendah diri dan tahu diri.
Selamat mengikuti kuliah wahai pengagung Ramadhan.
5
PUASA HAMPA

Setiap ajaran dalam agama Islam apapun macam dan bentuknya tentu mengandung Hikmatut
Tasyri’ atau target yang hendak dituju dari diundangkanya ajaran tersebut.
Demikian pula ibadah puasa, ia bukan hanya ritual tahunan yang diwajibkan bagi orang-orang
yang beriman, namun ada praduk yang diharapkan dari ibadah itu. Al-Qur’an menyebut General
Target-nya adalah la’allakum Tattaquun (supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa) QS. Al-
Baqoroh 183.
Selanjutnya Imam Al-Maroghi dalam uraian tafsirnya menjelaskan termasuk asrorussari’atis
shiam (rahasia disyari’atkanya puasa) antara lain :
Pertama : Membiasakan manusia punya rasa takut kepada Allah SWT. (Khossyatullah) baik
diketahui maupun tidak diketahui orang lain (fi ssirri wal ‘alan).
Betapa pun haus dan laparnya orang yang berpuasa, lebih-lebih disiang hari sendirian tidak ada
orang yang melihat, tentu ia tidak akan makan dan minum kecuali yang puasanya puasa-puasaan.
Orang melakukan perbuatan dosa, maksiat. Korupsi dan kriminal lainya ia tidak sadar bahwa
sesungguhnya Allah Sang Maha Melihat dan Maha Tahu tidak lelap sedetikpun dari perbuatan
hambaNya.
Sungguh ironis bangsa Indonesia yang 85 % penduduknya adalah pengagung ramadlon
ternyata Crime Indeks (angka kriminal) nya melebihi 300 ribu kasus pertahun, hampir menyamai
negara Inggris yang warganya tidak pernah mendengar ajaran La’allakum tattaquun. Demikian pula
yang mayoritas pejabat dan politisinya mengaku beriman, tapi pretasi korupsinya diseluruh dunia
masuk kategori enam besar. Ma’adzallah………..
Kedua : Puasa mengajarkan kepada manusia untuk bersikap sama rasa sama rata sederajat
(tawadhu’). Siapapun orangnya baik pejabat atau rakyat, konglomerat maupun wong melarat, politikus
maupun petani yang mumet mikirin tikus, puasanya sama, dari subuh sampai maghrib harus menahan
dari pada hal-hal yang membatalkan puasa (al imsaku anil mufthiroot).
Target ini kalau mengendap, akan menghasilkan orang-orang beriman yang tahu diri, tidak sok
merasa bisa, tapi bisa rumongso, tidak ambisius berebutan pingin jadi presiden, merasa pantas jadi
wakil rakyat dan merasa-merasa yang lain.
Ketiga : Adanya perintah puasa menyadarkan hamba Allah untuk punya rasa belas kasihan dan
kasih sanyang (asysyafaqoh war rohmah) kepada yang nasibnya kurang beruntung. Pada saat menahan
lapar dan haus mestinya terbayang nasib faqir miskin yang bisa jadi berlapar ria sepanjang hari.
Alangkah indahnya jika hidayah Allah dalam hal ini telah menembus hati orang yang berlebihan dan
menerobos relung perasaanya, tentu tidak akan ada berita anak SD gantung bunuh diri hanya karena
minta uang 2500 perak untuk bayar sekolah tapi orang tuanya tidak mampu memberinya.
Barangkali benar kata kang Parto tukang becak tetangga sebelah yang sok jadi pengamat
ekonomi, ia mengatakan bahwa negara ini tidak ada krisis ekonomi, yang terjadi adalah krisis
pemerataan. Bagaimana tidak kang Parto menyimpulkan demikian, ia setiap hari melihat mobil mulus
berseliweran didepan mata, sedang kang Parto pernah dua hari berturut-turut kosong penumpang.
Gambaran target Puasa diatas kok jadi hampa bila mengingat Nabi SAW. Pernah bersabda :
betapa banyak orang berpuasa, ia hanya dapatkan lapar dan dahaga. Wallahu A’lam.
Marhaban Ya Romadhon

6
MUKJIZAT YANG PALING AGUNG

Allah SWT di dalam mengutus setiap utusannya akan selalu menganugrahkan senjata yang bisa
untuk melemahkan musuh-musuh mereka. Itulah yang disebut dengan mukjizat, di samping itu sebagai
bukti bahwa hamba tersebut benar-benar menjadi utusan-Nya.
Rasulullah SAW banyak dikaruniai mukjizat antara lain, mengalirnya air dari sela-sela jari
beliau, makanan sedikit bisa menjadi banyak, kerikil bisa membaca tasbih dan sebagainya. Di antara
mukjizat-mukjizat tersebut yang paling agung dan paling spektakuler adalah kitab suci al Qur-an. Apa
sebab ? karena di antara banyak mukjizat itu yang bersifat abadi hanyalah kitab al Qur-an, sampai saat
ini kita masih bisa menyaksikan dan membuktikan dengan mata kepala, sedang yang lainnya tinggal
ceritanya saja.
Kitab suci al Qur-an mempunyai fungsi I’jaz (bisa melemahkan musuh) yakni :
Pertama : Dari sudut gaya bahasa dan keindahan sastranya sampai saat ini belum ada bahkan tidak
akan pernah ada yang menandinginya (bagi orang awam coba perhatikan sanjak atau persamaan
bunyi di akhir ayat pada setiap surat, dari surat al Fatihah dan seterusnya).
Kedua : Di manapun dan kapanpun al Qur-an tidak akan pernah terasa bosan untuk dibaca dan
disimak walaupun berulang-ulang.
Ketiga : Al Qur-an mengandung berbagai disiplin ilmu yang belum pernah terdapat pada bangsa
arab dan bangsa lain pada saat itu.
Keempat : Al Qur-an menjelaskan peristiwa-peristiwa yang telah lewat dari prediksi-prediksi yang
menjadi kenyataan padahal orang yang dituruni kitab iru adalah Ummy (tidak bisa baca tulis).
Menurut Imam al Ghozali karena keagungan dan kesucian al Qur-an maka dalam hal
membacanya saja dituntut adanya adab atau etika baik yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah.
Adapun etika lahiriyah yang harus diperhatikan ketika membaca kitab suci tersebut adalah :
Pertama, hendaknya badan, pakaian dan tempat bersih dan suci (berwudlu lebih dulu), karena
yang akan dibaca adalah kalamullah, memegang dan mengambilnya dengan tangan kanan. Sebaiknya
dengan kedua belah tangan. Kedua, disunnatkan khusyu’ dan tenang serta dengan berpakaian yang
pantas. Ketiga, ketika membaca hendaknya mulut bersih, sunnat menggosok gigi terlebih dahulu.
Keempat, sebelum membaca hendaknya membaca ta’awudz (a’udzu billahi minasy syaithonirrojim),
kemudian Bismillahirrohmanir-rohim supaya dijauhkan dari godaan syetan dan bisa konsentrasi.
Kelima, membacanya dengan tartil yaitu, pelan-pelan dan tenang, tidak tergesa-gesa supaya cepat
khatam. Keenam, berusaha mengerti dan memahami maksud yang dibaca. Hendaknya benar-benar
diresapi arti dan maksudnya sebagaimana para shahabat sampai mengucurkan air mata ketika
membaca dan mendengar ayat-ayat yang menggambarkan nasib orang-orang yang berdosa.
Kedelapan, sunnah membaca dengan suara yang bagus dan merdu. Kesembilan, ketika sedang
membaca jangan diputuskan dengan pembicaraan atau sambil bergurau. Sedangkan adab yang bersifat
batin yang terpenting adalah menghadirkan hati, pikiran penuh konsentrasi bahwa yang dibaca adalah
bukan karya manusia tetapi kalam Ilahi yang suci yang langsung dijaga oleh Allah SWT.
Di samping itu yang tak kalah penting untuk dimengerti adalah fungsi al Qur-an bukan hanya
untuk bacaan tetapi sebagai petunjuk (ada kurang lebih 60 ayat yang menjelaskannya). Fungsi palin
pokok inilah yang sekarang menjadi keprihatinan, sehingga menjadikan umat Islam umat yang
terpuruk dan termarginalkan di mana-mana.
Pantaslah dalam QS. Al Furqon 30 Rasulullah mengeluh : “Ya Robbi sesungguhnya ummatku
menjadikan al Qur-an sesuatu yang tidak diperhatikan”. Padahal Nabi SAW pernah bersabda :
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat harkat dan martabat ummat Islam dengan al Qur-an dan
sebaliknya Allah akan menyengsarakan ummat Islam dengan al Qur-an”. (HR. Bukhory)
Apalagi masih ada saudara kita yang menganggap al Qur-an hanya perlu dibaca di saat tertentu
seperti di bulan Ramadhan, sehabis Ramadhan disimpan kembali untuk menunggu Ramadhan
berikutnya, dan seterusnya.

7
Atau dianggapnya kitab al Qur-an sebagai pusaka jimat, mulai saat beli atau punya (biasanya
untuk mas kawin) hanya akan dibaca pada saat ada saudaranya yang mau meninggal untuk dibacakan
surat Yasiin, yang paling kasihan belum sempat membacakan surat Yasiin untuk orang lain, malah ia
sudah diyasinkan duluan. Innalillahi wainna ilaihi roji’un.

8
NERACA AKHIR DI BULAN SUCI

Satu episode Ramadhan telah hampir usai kita jalani dan kita tidak tahu apakah tahun depan
masih dapat menemui dan melakoninya. Perasaan kita selama Ramadhan ini telah banyak amal ibadah
yang kita kerjakan. Namun kita juga tidak tahu apakah ibadah kita diterima oleh Allah swt ataukah
hanya aktivitas sia-sia, sebab ruh ibadah adalah ikhlas hanya karena-Nya. Sedangkan kita beribadah
dengan niat ikhlas atau tidak hanyalah Allah yang Maha Tahu. Oleh karena itu sehabis Ramadhan kita
selalu berdoa dan mohon didoakan semoga menjadi minal ‘aidin wal fa-izin (semoga termasuk orang-
orang yang diterima amal ibadahnya).
Berkaitan dengan hal tersebut perlulah kita merenungkan sabda Rasulullah saw :” alamat
terjadinya kecelakaan dan kesengsaraan ada empat yaitu : melupakan dosa-dosa yang telah lewat
padahal semua itu tercatat di sisi Allah, suka mengingat-ingat kebaikan yang telah lewat, padahal ia
tidak mengetahui apakah kebajikan-kebajikan tersebut diterima ataukah ditolak, memandang orang
yang lebih tinggi dalam bidang keduniaan, dan memandang orang lebih rendah dalam bidang
keagamaan, dalam hal ini Allah berfirman : “saya hendak menolongnya, tapi ia tidak berkeinginan
pada-Ku, maka Aku urungkan”.
Sedang tanda keberuntungan dan kebahagiaan juga ada empat : pertama, selalu mengingat dan
merenung dosa-dosa yang telah lewat, kedua, melupakan kebajikan-kebajikan yang telah lewat, ketiga,
memandang orang yang lebih tinggi kwalitas agamanya, keempat, memandang orang yang lebih
rendah tingkat keduniaannya. (Nasho-ihul ‘Ibad, Bab 4, Maqolah 15)
Orang selalu ingat akan dosa-dosa yang telah ia lakukan, maka akan menjadikannya berhati-
hati untuk tidak menambah koleksi dosa lagi, walaupun ia merasa sudah beristighfar dan bertaubat
sebab belum tentu sebuah taubat langsung diterima oleh Allah swt manakala hal tersebut dilakukan
dengan tidak bersungguh-sungguh.
Apalagi kalau istighfar dan taubat hanya dilakukan di bulan puasa, banyak orang menganggap
bulan puasa adalah bulan tidak boleh maksiat sedangkan di luar Ramadhan boleh berbuat apa saja,
sehingga Ramadhan hanya dianggap seperti orang berhenti di traffic light karena lampu sedang merah
setelah hijau jalan dan tancap lagi.
Sedang melupakan kebaikan yang sudah dikerjakan, berarti ia merasa tidak punya stock paha
sehingga yang ada hanya semangat untuk beramal ibadah terus. Hal ini dilatar belakangi pengertian
bahwa sebuah aktivitas baik belum tentu akan bernilai kebaikan. Contoh kecil, memberikan pakaian
pantas pakai kepada fakir miskin, belumlah tentu bernilai suatu pahala kebaikan bila mengingat firman
Allah dalam QS. Ali Imron : 92 “kamu sekali-kali tidak sampai pada kebajikan sebelum kamu
menafkahkan sebagian hartamu yang kamu cintai”. Sehingga memberi pakaian yang bermakna
kebaikan adalah jika yang diberikan adalah pakaian yang terbaru, termahal dan paling disenangi, dan
ini sangat jarang yang sanggup melakukannya.
Termasuk membayar beras fitrah, mestinya kualitas beras yang ia berikan adalah beras yang
terbaik ia sukai, bukan kualitas raskin karena ia menganggap yang akan makan hanyalah orang-orang
miskin yang perutnya tidak cocok untuk makan kualitas Cianjur atau Rojolele.
Memandang orang lain yang lebih rendah tingkat keduniaan dan kekayaannya akan menjadikan
hamba Allah yang beruntung untuk selalu dapat bersyukur, biasanya setelah Ramadhan usai dalam
bulan Syawwal ia akan banyak bertemu dengan sanak, kerabat dan handai taulan. Pada saat itulah
baisanya pula menjadi ajang expo pamer kekayaan mulai dari mobil bagus, kemana-mana sok sibuk
hola-halo nenteng HP, sampai-sampai anak yang masih kecil pun ditampilkannya ber-HP ria. Bagi
hamba Allah yang beruntung hal tersebut tidak akan mengusik pandangan hatinya, cukuplah baginya
ia akan happy bila didoakan minal’aidin walfa-izin (semoga termasuk orang-orang yang kembali suci
dan orang-orang yang beruntung) ditambah ucapan mohon maaf lahir dan batin.

9
TAUBAT

Secara etimologis taubat artinya kembali dan menyesal (al-ruju’ wa al-nadmu). Seseorang
yang bertaubat kepada Allah artinya ia kembali dari melakukan larangan-Nya kemudian mentaati
perintah-Nya, kembali dari maksiat ke taat, kembali dari sesuatu yang dibenci menuju sesuatu yang
diridhai, kembali dari musuh Allah menjadi kekasih-Nya, dan seterusnya.
Seorang kembali dari maksiat ke taat karena takut siksa Allah disebut dengan taib. Sedang
yang kembali karena malu disebut dengan munib dan yang karena ingat keagungan Allah dinamakan
awwab (semua bermakna orang yang kembali).
Di dalam pengamalannya taubat harus mengandung dua unsur, yaitu : pengertian (al-ilmu) dan
perbuatan (al-fi’lu). Yang dimaksud pengertian adalah seseorang yang bertaubat harus benar-benar
mengerti bahwa yang telah ia lakukan adalah perbuatan yang salah dan berdosa serta akan berakibat
yang merugikan baik diri sendiri maupun orang lain.
Dan berangkat dari pengertian tersebut taubat harus segera diikuti dengan sikap perbuatan
yakni meninggalkan perbuatan yang salah itu untuk kembali berbuat yang benar dan baik dibarengi
dengan rasa menyesal.
Bertaubat wajib hukumnya setelah melakukan dosa baik besar maupun kecil (QS. An-Nuur:
31), baik dosa yang tampak maupun yang tidak tampak seperti iri dan dengki, jika dosa tersebut
berhubungan antara manusia dengan Allah sang Pencipta dan tidak ada sangkutpautnya dengan hak
adami maka ada tiga syarat yang harus dilakukan yaitu : pertama, segera meninggalkan perbuatan
maksiat tersebut pada saat itu juga. Kedua, merasa menyesal atas apa yang telah ia lakukan. Ketiga,
berniat untuk tidak mengulang selamanya.
Namun bila dosa itu berhubungan deangan sesama manusia (hak adami) maka ditambah syarat
keempat yaitu menyelesaikan urusannya dengan orang yang berhak dengan minta maaf atau halalnya
atau mengembalikan apa yang harus dikembalikan.
Sebagian ulama mengatakan permintaan maaf itu harus dilakukan dengan omongan langsung
(no SMS) sehingga kalau ada yang pernah menuduh atau menfitnah orang lain ia harus ngomong :
“saya minta maaf karena pernah menuduhmu begini dan begitu dan ternyata itu tidak benar” demikian
seterusnya.
Kalau salah satu dari empat syarat empat diatas tidak dilakukan maka taubat tidak ada artinya
(tidak syah), dan itulah yang disebut taubatan nasuha (taubat yang murni dan benar) seperti dimaksud
dalam QS. At-Tahrim: 8.
Shahabat Umar bin Khottob dan Ubay bin Ka’ab mengatakan taubatan nasuha yaitu bertaubat
dari dosa dan berniat tidak mengulang kembali seperti tidak akan kembalinya air susu ke dalam
putingnya. Rasulullah bersabda : “ setiap anak manusia pasti punya dosa kesalahan namun sebaik-
baiknya orang bersalah adalah orang yang mau bertaubat” (HR. Ahmad dari Anas).
Dengan demikian, hampir tidak ada manusia yang tidak punya dosa, maka taubat menjadi
sesuatu yang penting dalam ajaran agama, karena akan berkait dengan hal-hal sebagai berikut :
Pertama, perbuatan dosa akan membuat hati menjadi kotor tertutup dan tidak berfungsi, betapa
bahayanya kalau organ yang paling vital pada diri manusia ini tidak berfungsi demikian yang
disabdakan Nabi SAW. Kedua, perbuatan dosa sekecil apapun pasti akan terbalas dan tampak
dampaknya (QS. Al-Zalzalah : 8). Ketiga, perbuatan dosa bisa menjadikan murka Tuhan akan turun
dan yang akan memikul akibatnya bisa kolektif termasuk yang tidak melakukan (HR. Abu Daud).
Barangkali kondisi bangsa Indonesia yang berkepanjangan tertimpa kesulitan ini juga karena
adzab Allah karena terlalu banyaknya orang yang punya hobby mendepositokan dosa. Tapi tak pernah
bertaubat sebab segala teori sudah dicoba untuk mengatasi krisis termasuk hobby berganti presiden,
namun nyatanya belum ada kemajuan yang signifikan (yang belum dicoba menyewa Mahathir
Muhammad untuk berkenan menjadi presiden Indonesia).

10
Atau barang kali pula yang dibutuhkan adalah munculnya seorang presiden yang cukup punya
satu platform yang akan diikuti oleh segenap elemen bangsa yaitu sanggup akan memasyarakatkan
taubat dan mentaubatkan masyarakat. Insya Allah.

11
DOA YANG TERABAIKAN

Ada sebuah riwayat menceritakan : Serombongan santri sowan unjuk rasa pada Kyai Hakim
Sang Guru, mereka protes kepada Kyai Hakim karena sudah merasa tekun mengamalkan anjuran Kyai
untuk rajin berdoa namun doa mereka satupun tidak ada yang terkabul, padahal sang Kyai sudah
berkali-kali menekankan bahwa Allah SWT. pasti akan mengabulkan doa hamba-Nya seperti dalam
garansi firman-Nya “ Berdoalah engkau sekalian kepada Ku niscaya akan Kukabulkan doamu (Q.S.
ghofir 60).
Dengan tersenyum Kyai Hakim menjelaskan : jangan salahkan aku, doa sampean tidak
akan didengar dan dikabulkan Allah SWT. karena kamu telah melakukan tujuh perkara yang
menjadikan doa tertolak yaitu :
1. Kamu telah diberi nikmat oleh Allah walupun baru sedikit, tetapi kamu tidak pernah bersyukur
kepada Nya kamu nuntut terus nikmat yang lain, tapi nikmat yang ada tidak pernah kamu syukuri.
2. Kalian mengaku sebagai hamba Allah, tetapi tidak pernah bersikap layaknya seorang hamba,
yakni akan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan tuanya dan tidak akan melanggar larangan
apalagi keluar dari garis komando tuanya.
3. Memang benar kitab al-Qur’an telah kalian baca, tapi isinya tidak pernah kalian perhatikan
apalagi berusaha mengamalkannya.
4. Kalian telah mengaku sebagai umat Muhammad, tetpai sunnah beliau kalian abaikan, barang-
barang yang haram dan syubhat kalian makan dengan tenang tanpa rasa bersalah, dan tak pernah
kalian bertaubat menyesalinya.
5. Kamu sering mengatakan bahwa dunia seisinya ini tidak berarti dibandingkan Allah SWT. tetapi
kenapa kamu menghamba kepada keduniaan sampai melupakan Sang Pencipta.
6. Kalian juga sudah tahu bahwa dunia ini akan musnah, namun kenapa perbuatanmu seperti
menganggap dunia ini akan abadi selamanya.
7. Kamu sering ngomong bahwa akhirat itu lebih baik dari pada dunia namun kenapa kalian rakus
memburu dunia sedang akhirat kalian abaikan.
Para santripun kemudian pada bubar tanpa komentar karena sudah mendapatkan jawaban.
Doa adalah intinya ibadah dan doa adalah senjata orang mukmin demikian dalam beberapa
hadits rasulullah menerangkan. Namun dalam hal mengamalkan doa tidaklah cukup hanya dengan
menengadahkan tangan sambil menangis sesenggukan sebab sebuah doa yang terlantum insya Allah
akan nembus langit untuk kemudian dikabulkan oleh Allah SWT. bila syarat-syarat berikut
diperhatikan.
Pertama : Gunakan saat-saat yang mulia untuk berdoa, seperti hari ‘Arofah, bulan ramadhon, hari
jum’at, tengah malam, sepertiga malam yang penghabisan, saat berangkat perang fisabilillah,
saat turun hujan, sehabis sholat fardhu, saat antara adzan dan iqomah, ketika sedang puasa, saat
sujud dalam sholat dan sebagainya.
Kedua : Posisinya mengahadap qiblat dengan mengangkat kedua tangan dan diusapkan kewajah
diakhir doa.
Ketiga : Memulai doa dengan basmalah, hamdalah dan shlawat serta menutupnya dengan sholawat
dan tahmid pula.
Keempat : Melantumkan doa dengan suara yang lemah lembut dan tidak harus bersajak, lebih utama
dengan doa yang maktsur (ada tuntunannya) dsertai dengan perasaan merendah.
Kelima : Berdoa harus mantab dan yaqin akan dikabulkan jangan ragu-ragu.
Keenam : Tidak boleh bosan dan harus dilakukan berulang-ulang serta jangan memaksa untuk segera
dikabulkan.

12
Ketujuh : Ini yang paling penting yaitu harus bertaubat dulu dan meninggalkan perbuatan-perbuatan
dholim.
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, pasti adalah karena kehendak dan kekuasaan Nya,
maka doa bagi setiap mukmin menjadi sesuatu yang sangat penting disamping adanya sebuah ikhtiyar
atau usaha. Demikian pula bagi rakyat kecil yang semakin berat menanggung beban hidup yang
semakin menghimpit, hanya doalah yang menjadi harapan mereka, namun manakala doa sudah tidak
terkabul apalagi yang bisa diharapkan dalam hidup ini ?
Ya Allah berilah kami petunjuk, limpahkan rahmat Mu, janganlah Engkau jadikan kami orang-
orang yang putus asa mengharap kasih sayang Mu. Amin.

13

You might also like