You are on page 1of 12

MAKALAH

Seni
Budaya
“PERKEMBANGAN ANGKLUNG BADENG DI KABUPATEN
GARUT”

Ketua kelompok:
• Ivana Maulidia
(12)

Anggota Kelompok:
• Elmalia Hesti P
(04)

• Fitriyani (07)

• M. Syahrir S (18)

• Tria Chandra (29)


SMA NEGERI 1
GARUT
Jalan Merdeka No. 91 Telp. (0262) 233782 Garut
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah
memberikan rahmat dan nikmat sehat, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Angklung
Badeng di Kabupaten Garut” ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Seni


Budaya. Terima kasih kepada Bapak Teguh Budiawan sebagai guru
yang telah membimbing kami dari awal kami sekolah disini sampai
saat kini kami membuat makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini,
kami banyak menghadapi hambatan dan rintangan terutama dalam
pencarian informasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


mengingat keterbatasan, kemampuan, dan pengetahuan kami. Untuk
itu, kami menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, jika
dalam penulisan makalah ini terdapat kekeliruan dan kesalahan.

Harapan kami semoga makalah ini menjadi suatu pengetahuan


baru yang bisa bermanfaat bagi kita semua.

Garut, Desember 2008


DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………
………………………………………2

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………
…………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar
Belakang……………………………………………………………………
…………….………….4

1.2 Rumusan
Masalah………………………………………………………………………
………………..4

1.3 Maksud dan Tujuan


Penyusunan………………………………………………………………….5

BAB II KAJIAN TEORI

2.1
Pengenalan………………………………………………………………………………
………………….6

2.2
Pembahasan……………………………………………………………………………
…………………..7
BAB III PENUTUP

3.1
Kesimpulan………………………………………………………………………………
…………………..9

3.2
Saran………………………………………………………………………………………
……………………9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini sedikit sekali generasi penerus Bangsa yang peduli


mengenai kesenian tradisional. Bahkan mereka tidak tau alat musik
tradisional dan keseniannya itu seperti apa, bagaimana asal-usulnya,
bagaimana perkembangannya, dan apa tujuannya.

Zaman sekarang musik-musik modern lebih membumi di kalangan


remaja bahkan anak-anak sekalipun. Itu adalah pengaruh globalisasi,
budaya barat mulai merasuk ke Negeri kita tercinta ini. Alangkah
indahnya jika kita melestarikan kebudayaan kita sendiri, kebudayaan
yang kita miliki, budaya yang seharusnya selalu kita banggakan.

Adapun yang melatarbelakangi penyusunan makalah ini, yaitu


selain untuk memenuhi tugas juga kami ingin mempunyai wawasan
yang luas mengenai seni angklung yang telah dikemukakan di atas
dengan “menikmati” informasi berlatang belakang ilmu kesenian.

1.2RUMUSAN MASALAH

Dalam penyusunan makalah ini, kami membatasi bahasan


materinya, hal tersebut dikarenakan keterbatasan informasi yang kami
dapat.

Kami merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan angklung?


2. Bagaimana asal-usul dan perkembangan angklung?
3. Apa yang dimaksud dengan kesenian Badeng?
4. Apa saja keperluan untuk melaksanakan kesenian Badeng?
1.1MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan makalah ini dilakukan dengan maksud agar kita lebih
mengenal apa yang kita ketahui bahkan mungkin belum kita ketahui.
Makalah ini diharapkan bisa membangkitkan hasrat kita untuk belajar
seni lebih jauh lagi.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini diantaranya :
1. Untuk memenuhi tugas Seni Budaya.
2. Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan alat music
di suatu daerah.
3. Untuk menambah wawasan seni kita.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 PENGENALAN ANGKLUNG

Alat Musik Angklung

Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang


dibuat dari bambu dan merupakan alat musik asli Jawa Barat,
Indonesia. Dulunya, angklung memegang bagian penting dari aktivitas
upacara tertentu, khususnya pada musim panen. Suara angklung
dipercaya akan mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri Pohaci) yang
akan membawa kesuburan terhadap tanaman padi para petani dan
akan memberikan kebahagian.
Angklung yang tertua di dalam sejarah yang masih ada disebut
Angklung Gubrag dibuat di Jasinga, Bogor, Indonesia dan usianya telah
mencapai 400 tahun. Sekarang ini, beberapa angklung tersebut
disimpan di Museum Sri Baduga, Bandung, Indonesia.

Dengan berjalannya waktu, Angklung bukan hanya dikenal di


seluruh Nusantara, tetapi juga merambah ke berbagai negara di Asia.
Pada akhir abad ke-20, Daeng Soetigna menciptakan angklung yang
didasarkan pada skala suara diatonik. Setelah itu, angklung telah
digunakan di dalam bisnis hiburan sejak alat musik ini dapat dimainkan
secara berpadu dengan berbagai macam alat musik lainnya. Pada
tahun 1966, Udjo Ngalagena, seorang siswa dari Tuan Daeng Soetigna
mengembangkan angklung berdasarkan skala suara alat musik Sunda,
yaitu salendro, pelog, dan madenda.

Adapun jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik


tersebut adalah awi wulung (bambu berwarna hitam) dan awi temen
(bambu berwarna putih). Purwa rupa alat musik angklung; tiap nada
(laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk wilahan
(batangan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.

2.2 PEMBAHASAN

Perkembangan Angklung di Kabupaten Garut.

Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal


dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di
Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai
hiburan untuk kepentingan dakwah Islam. Diduga badeng telah digunakan
masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang
berhubungan dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni untuk dakwah
badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar
abad ke-16 atau ke-17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen, dan
Nursaen belajar agama Islam ke Kerajaan Demak. Setelah pulang dari Demak
mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana
penyebaran Islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeng.

Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu dua


angklung roel, satu angklung kecer, empat angklung indung dan angklung
bapa, dua angklung anak, dua buah dogdog, dua buah terbang atau
gembyung, serta satu kecrek. Teksnya menggunakan bahasa Sunda yang
bercampur dengan bahasa Arab. Dalam perkembangannya sekarang
digunakan pula bahasa Indonesia. Isi teks memuat nilai-nilai Islami dan
nasihat-nasihat baik, serta menurut keperluan acara. Dalam pertunjukannya
selain disajikan lagu-lagu, disajikan pula atraksi kesaktian, seperti mengiris
tubuh dengan senjata tajam. Lagu-lagu badeng: "Lailahaileloh", "Ya’ti",
"Kasreng", "Yautike", "Lilimbungan", dan "Solaloh".
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN

Sebagai penutup dari makalah ini, kami akan memberikan


kesimpulan dari uraian-uraian yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya sebagai berikut:

• Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang


dibuat dari bambu dan merupakan alat musik asli Jawa Barat,
Indonesia.
• Dengan berjalannya waktu, Angklung bukan hanya dikenal di
seluruh Nusantara, tetapi juga merambah ke berbagai negara di
Asia. Pada akhir abad ke-20.
• Angklung telah digunakan di dalam bisnis hiburan sejak alat
musik ini dapat dimainkan secara berpadu dengan berbagai
macam alat musik lainnya.
• Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi
musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama.
• Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong,
Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah
Islam.

1.1SARAN

Hindari pengaruh globalisasi. Lestarikan budaya milik kita.

You might also like