You are on page 1of 7

Cikampek

[
RS.UMUM
Tatat Permana DAERAH KARAWANG]
RUANG HAEMODIALISA

LAPORAN PENDAHULUAN
(LP)
HAEMODIALISA
LAPORAN PENDAHULUAN
HAEMODIALISA

I. Pengertian :
Proses perpindahan zat-zat tertentu dan darah melalui membran semi
permiabel ( Carolyn M Hundak, Kep Kritis )
II. Perawatan Haemodialisa
Pre Haemodialisa
@ Persiapan mesin
@ Persiapan alat-alat
@ Persiapan sirkulasi darah
@ Menimbang BB
@ Observasi K/U pasien
@ Mengukur TTV
@ Punksi

2. On Haemodialisa / Intra Haemodialisa


@ Pemantauan Pasien : K/U,TTV,pemberian heparin / obat-obat sesuai kebutuhan,
tempat pungsi / penusukan
@ Pemantauan mesin : konduktivitas, sirkulasi darah

3. Post Haemodialisa
Penekanan tempat pungsi K/U, TTV, timbang BB

III. Indikasi
1. Kesadaran menurun
2. Gejala uremia,mual,muntah
3. Ureum >200mg%
4. Hyperlaemia .7 MEQ
5. Asidosis PH darah >7 mg
6. Azetemia Kreatinin >8 mg%
7. An nuria > 5 hari
8. CCT <5%
IV. Penatalaksanaan Haemodialisa

@ Skema pemantauan pembarian heparin

Heparin 500 I V / jam

Filter baik Filter cloth/beku

Perdarahan (-) perdarahan (+) Ganti filter

(Dosis diubah)

CT <120 CT >120

Maintenance Dosis heparin

Perdarah stop Filter cloth

@ Sarana hubungan sirkulasi / akses sirkulasi

a) Dengan internal A - V shunt / fistula amino


b) Dengan external A – V shunt ( Schibner )
c) Tanpa 1 dan 2 ( Femora dll )

@ Fungsi Amino

 Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan dan tangan


 Tehnik aseptic + anti septic ( betadin + alkohol )
 Anestesi lokal ( lidocain inj, procain inj )
 Pungsi vena ( outlet ) dengan AV fistula no G 14 s/d G 16 / abocath kemudian fiksasi serta
tutup dengan kassa steril
 Berikan bolus heparin inj ( dosis awal )
 Fungsi inlet ( fistula ) kemudian fiksasi lalu tutup dengan kassa steril

@ Scribner

1) Desinfektan
2) Klem kanula arteri dan vena
3) Bolus heparin inj ( dosis awal )

@ Femoral

1) Desinfektan
2) Anaestesi lokal
3) Fungsi outlet/vena (salah satu vena yang besar biasanya dilengan)
4) Bolus heparin injeksi (dosis awal)
5) Fiksasi tutup kasa steril
6) Fungsi inlet (vena/arteri femoralis)
 Raba arteri femoralis
 Tekan arteri femoralis
 Vena femoralis ±0,5-1cm kearah medial
 Anaestesi lokal (infiltrasi anaestesi)
 Vena femoralis difungsi setelah anaestesi lokal ±3-5 menit
 Fiksasi
 Tutup dengan kassa steril

Prosedur memulai haemodialisa

1. Infus set diklem


2. Pompa darah distop,klem ABV dan VBL
3. Arteri blood line dihubungkan dengan gelas ukur
4. Ujung vena blood line dihubungkan dengan gelas ukur
5. Semua klem dibuka kecuali klem infuse set
6. Darah dari dalam tubuh dialirkan ke sirkulasi corporal dengan menggunakan pompa
darah,blood pump ±100 ml/menit
7. Cairan priming ditampung digelas ukur,jumlah dicatat ini disebut sisa priming
8. Pompa darah dimatikan,VBL diklem
9. Ujung VBL dihubungkan dengan fungsi outlet klem dibuka
10. Pompa darah dijalankan kembali dengan QB/BP ±100-150 ml/menit
11. AV-BL difiksasi (tidak menyulitkan pergerakan tangan)
12. Hubungkan selang monitor arteri dan venous pressure
13. Hidupkan air/Blood leak detector
14. Hidupkan pompa heparin (dosis maintenance)
15. Pompa darah dinaikan perlahan-lahan sampai 200-250 ml/menit atau 300 ml/menit
16. Observasi TTV
17. Program mesin HD
18. Isi formulir

Prosedur mengakhiri Haemodialisa

1. Ukur TTV
2. Pompa darah distop,ujung ABL diklem disambungkan ke infus set jarum fungsi inlet
dicabut bekas inlet ditekan
3. Klem ABL dibuka,darah dimasukan kedalam tubuh dengan QB ±100 ml/menit dengan NaCL
sebagai pembilas dan pendorong hitung jumlah NaCL yang masuk (wash out)
4. Setelah darah masuk kembali ke dalam tubuh,pompa darah di stop VBL di klem
5. Jarum fungsi out let dicabut,bekasnya ditekan
6. Setelah ditekan ±10 menit bekas fungsi diberi antibiotic lokal lalu ditutup dengan band aid
Komplikasi haemodialisis

A. Umum
 Hypotensi
 Kejang/kram
 Mual
 Muntah
 Sakit kepala
 Nyeri dada
 Nyeri balik punggung
 Gatal
 Demam,menggigil
B. Komplikasi yang lebih panjang
 Disequilibrium syndrome
 First use syndrome
 Reaksi anapilaktoid →bakteri
 Aritmia → kelainan jantung
 Tamponade jantung,perdarahan intra cranial,hemolisis kejang,emboli udara
C. Neutropenia
Pengaktifan komplemen darah sehingga neutrofil berkumpul di luar pembuluh darah
jaringan paru
D. Hypoksemia
PO2 0.5-30 menit mmHg pada pasien penyakit paru dan jantung

Masalah yang kronis dalam Haemodialisa

a) Hipertensi
b) Hematologic →anemia,erytrositosis dan trombosytosis
c) Infeksi
d) Kelainan tulang (Renal Osteo Distropy)
e) Intoksikasi alumunior
f) Jantung dan sirkulasi darah
g) System syaraf
h) Paru

Pemeriksaan penunjang

 Hb/Ht
 Leukosit
 Trombosit
 Ureun pre
 Kreatinin pre
 Kalium
 Natrium
 Gula darah
 Asam urat,HBsAG
Diagnose keperawatan Haemodalisa

1. Pola nafas tidak efektip sehubungan dengan penumpukan cairan di paru (over load)
2. Gangguan keseimbangan cairan tubuh sehubungan dengan pemasukan dan pengeluaran
yang tidak seimbang
3. Resti shock sehubungan dengan penurunan BB (ultra filtrasi) pada waktu HD
4. Resti perdarahan sehubungan dengan dampak prosedur HD yang kurang tepat
5. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan dampak adanya fungsi selama HD
6. Resti infeksi sehubungan dengan dampak pemasangan jarum AVF selama HD
7. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari (makan,minum,BAK,BAB) selama HD
sehubungan dengan pemasangan alat-alat HD
8. Gangguan rasa nyaman (gatal seluruh tubuh) sehubungan dengan
ketidakmapuan/penurunan fungsi ginjal dalam sekresi (ureum)
9. Cemas sehubungan dengan pemasangan akses darah pada vena femoralis setiap akan
dilakukan HD
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddarth,keperawatan medical bedah edisi 8 vol 3. EGC.Jakarta


2. Diagnose nanda ( Nic & Noc ).2007-2008.Asuhan keperawatan.
3. Dongoes E.M.1999.Rencana asuhan keperawatan.edisi 3.EGC.Jakarta

You might also like