Professional Documents
Culture Documents
II
2010
JUDUL GIGI IMPAKSI
ANGGOTA KELOMPOK
Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi
masing-masing jenis gigi,mulai dari fase gigi sulung sampai mengalami pergantian menjadi fase
gigi permanen. Proses erupsi masing-masing gigi baik pada'fase gigi sulung maupun permanen
akan terjadi secara fisiologis dan jarang sekali mengalami gangguan. Gangguan empsi pada
umumnya terjadi pada fase pergantian dari gigi sulung menuju fase gigi permanen, sehingga gigi
permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi.
Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang berfrekuensi tinggi
untuk mengalami impaksi,' meskipun demikian gigi anterior di rahang atas lainnya seperti gigi
insisivus pertama dan kedua rahang atas juga dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak
salah di dalam rahang. Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0-2,8 persen.Ditinjau dari
letaknya, 85 persen posisi gigi kaninus yang impaksi terletak dtdaerah palatal lengkung gigi, 2
sedangkan 15 persen nya terletak di bagian labial atau bukal.Ada beberapa bukti yang
menyatakan, bahwa penderita dengan maloklusi kelas I1 divisi 2 dan gigi aplasia merupakan
kelompok yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya kaninus ektopik.
Pertumbuhan gigi molar ketiga permanen rahang bawah juga memerlukan perhatian
khusus pada penderita anak sampai remaja. Gigi molar ketigarahang bawah yang belum erupsi
akan dapat mempunyai posisi yang sedemikian sehingga pada proses pertumbuhannya dapat
diperkirakan akan dapat menimbulkan gangguan pada alignment gigi di rahang bawah oleh
karena daya dorong erupsi gigi tersebut ke arah anterior. Padaposisi benih gigi molar ketiga
rahang bawah yang diperhitungkan terletak miring, terutama dalam posisi mesio versi, tindakan
germinectomy pada benih gigi molar ketiga tersebut perlu dipertimbangkan agar pada proses
pertumbuhan selanjutnya tidak menimbulkan kelainan terhadap posisi gigi di sebelah
anteriornya.
Menurut Bisharas etiologi gigi impaksi dapat disebabkan oleh faktor primer dan faktor
sekunder. Faktor primer meliputi trauma pada gigi sulung, benih gigi rotasi, tanggal prematur
gigi sulung, dan erupsi gigi kaninus dalarn celah pada kasus celah langit-langit. Faktor sekunder
adalah faktor selain faktor primer.
Ada banyak orang yang mengalami gigi impaksi,terkadang ini terabaikan oleh
mereka.Padahal gigi impaksi terkadang dapat menimbulkan masalah serius jika tidak
ditangani.Melihat hal ini maka penting juga untuk mengetahui dan menggali lebih dalam lagi
tentang gigi impaksi,penyebab impaksi,klasifikasi,perawatan dan hal-hal lain yang menyangkut
gigi impaksi.
I.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gigi impaksi?
2. Mengapa gigi impaksi dapat terjadi?
3. Apa penyebab terjadinya gigi impaksi?
4. Bagaimana tanda dan keluhan gigi impaksi?
5. Bagaimana Klasifikasi gigi impaksi?
6. Bagaimana pemeriksaan klinis gigi impaksi?
7. Bagaimana gambaran umum perawatan gigi impaksi?
8. Bagaimana frekuensi terjadinya gigi impaksi pada masing-masing gigi?
9. Gigi apa yang paling sering mengalami impaksi?
10. Bagaimana klasifikasi masing-masing gigi yang impaksi?
11. Bagaimana rencana perawatan masing-masing gigi yang impaksi?
12. Bagaimana perawatan masing-masing gigi yang impaksi?
13. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pasca perawatan pada masing-masing gigi
yang impaksi?
14. Instruksi apa yang harus diperhatikan dan dilakukan pasca perawatan pada masing-
masing gigi yang impaksi?
I.3.Tujuan
1. Mengetahui pengertian gigi impaksi dan klasifikasinya
2. Mengetahui prevalensi gigi yang paling sering terjadi
3. Mengetahui cara menegakan diagnosa pada gigi impaksi
3
4. Mengetahui dan memahami etiologi gigi impaksi
5. Memahami penatalaksaan gigi impaksi
6. Memahami teknik pencabutan secara bedah pada masing-masing gigi yang impaksi
BAB II PEMBAHASAN
II.1.Definisi Gigi Impaksi
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau
terhambat,biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak
keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi lain
yang sudah erupsi.
Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi posterior dan jarang pada gigi
anterior.Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang masih dapat ditemui.
Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan suatu gigi mengalami impaksi atau tidak
sangatlah penting mengetahui masa erupsi masing-masing gigi pada setiap lengkung rahang.Berikut ini
masa erupsi gigi geligi pada masing-masing rahang.
Gigi 1 2 3 4 5 6 7 8
RA 7-8 8-9 11-12 10-11 10-12 6-7 12-13 17-21
RB 6-7 7-8 9-10 10-12 11-12 6-7 11-13 17-21
Tabel 1.Masa Erupsi Gigi Permanen
Apabila gigi geligi tersebut belum erupsi pada masa erupsinya tersebut,sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter gigi.
Gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor,menurut Berger penyebab gigi 5
terpendam antara lain :
A. Kausa Lokal
B. Kausa Umur
Faktor umur dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi walaupun tidak ada kausa
lokal antara lain:
1. Kausa Prenatal
a. Keturunan
b. “miscegenation”
2. Kausa Postnatal
a. Ricketsia
b. Anemi
c. Syphilis congenital
d. TBC
e. Gangguan kelenjar endokrin
f. Malnutrisi
3. Kelainan Pertumbuhan
a. Cleido cranial dysostosis
b. Oxycephali
c. Progeria
d. Achondroplasia
e. Celah langit-langit
Ada beberapa orang yang mengalami masalah dengan terjadinya gigi impaksi.Dengan
demikian mereka merasa kurang nyaman melakukan hal-hal yang berhubungan dengan rongga
mulut.Tanda-tanda umum dan gejala terjadinya gigi impaksi adalah :
Untuk kebutuhan dan keberhasilan dalam perawatan gigi yang impaksi maka diciptkanlah
berbagai jenis klasifikasi.Beberapa diantaranya sudah umum dijumpai yaitu klasifikasi menurut
Pell dan Gregory,George Winter dan Archer.
II.4.1.Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory
II.4.1.A.Berdasarkan Hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua dengan cara
membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian distal
molar kedua ke ramus mandibula.
Klas I : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara
Klas II : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara
Klas III : Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula.
Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.
Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis oklusal tapi
masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.
Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis servikal molar
kedua.
Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana.Gigi impaksi
8
digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua.Posisi-posisi
meliputi
1. Vertical
2. Horizontal
3. Inverted
4. Mesioangular(miring ke mesial)
5. distoangular(miring ke distal)
6. bukoangular(miring ke bukal)
7. linguoangular(miring ke lingual)
8. posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position
A B C
Kelas A : Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang oklusal molar
kedua.
Kelas B : Bagian terendah gigi molar ketiga berada diatas garis oklusal
molar kedua tapi masih dibawah garis servikal molar kedua.
9
Kelas C : Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggidari garis servikal
molar kedua.
Non Sinus Approximation : Bila terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2
mm antara gigi molar ketiga dengan sinus
maksilaris.
Klasifikasi diatas didasarkan pada klasifikasi untuk gigi molar tiga yang impaksi dan
berbeda dengan pengklasifikasian gigi lain..Namun klasifikasi gigi lain juga hampir
mirip,klasifikasi diatas untuk menunjukkan klasifikasi umum yang sering ditemui.Sedangkan
klasifikasi masing-masing gigi akan dibicarakan pada pembahasan frekuensi impaksi masing-
masing gigi,baik gigi molar,caninus,premolar maupun insisivus.
Ada banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi.Terkadang diketahui adanya gigi
impaksi pada seseorang diawali karena adanya keluhan,namun tidak semua gigi impaksi
menimbulkan keluhan dan kadang-kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada
gigi geliginya.Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui dengan
pemeriksaan klinis,meliputi :
II.5.1.Keluhan
1. Perikoronitis
Dengan gejala ; pulpitis,abses alveolar yang akut.Hal yang sama juga dapat
terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya,hal ini dapat menyebabkan
terjadinya periodontitis.
Rasa sakit inin dapat timbul karena penekanan protesa sehingga terjadi
perikonitis.
1. Adanya pembengkakan
2. Adanya pembesaran limfenode(KGB)
3. Adanya parastesi
II.5.4.Pemeriksaan Ro-Foto
Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar
tiga,caninus,premolar,incisivus namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan terjadinya
gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar rahang pasien maka gigi
impaksi tidak perlu dicabut.Pencabutan pada gigi impaksi harus memperhatikan indikasi dan
kontraindikasi yang ada.Indikasi dan kontra indikasi pencabut,meliputi :
II.6.1.Indikasi
1. Pencabutan Preventif/Propilaktik
Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah terjadinya patologi
yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi yang lambat dan sering tidak
sempurna,serta pada kondisi tertentu dapat mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika
gigi itu dibiarkan lebih lama dalam lengkung rahang,misalnya karena celah ligamentum
mengecil atau tidak ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.
3. Pencegahan perikonitis
4. Pencegahan resorpsi akar
Gambar 11.Resorpsi akar gigi tetangga karena gigi yang impaksi
5. Pencegahan munculnya kista odontogenik dan tumor
6. Pencegahan terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi
Ada banyak referensi tentang indikasi pencabut gigi impaksi,namun secara umum
pencabutan selalu diindikasikan oleh dua hal diatas,adapun indikasi lain pencabutan adalah
1. Usia muda
2. Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu mempertahankan
stabilisasi hasil perawatan ortodonsi
3. Kepentingan prostetik dan restoratif
II.6.2.Kontraindikasi
Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang muncul,ada pasien-
pasien tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan dengan berbagai pertimbangan,adapun
kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:
Gigi yang terpendam merupakan sumber potensial yang terus menerus dapat
menimbulkan kerusakan atau keluhan sejak gigi tersebut mulai erupsiMenurut penelitian
insidens terjadinya gigi impaksi dalam urutan sebagai berikut :
Pada kebanyakan kasus, rahang seringkali tidak cukup besar untuk menampung gigi-gigi
ini sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya atau tetap berada di bawah gusi atau di dalam
tulang. Keadaan inilah yang disebut impaksi. Impaksi adalah suatu keadaan di mana gigi
mengalami hambatan dalam arah erupsinya / tumbuhnya, sehingga tidak dapat mencapai posisi
yang seharusnya.
Impaksi gigi molar tiga dapat timbul dalam berbagai posisi, bisa benar-benar
terperangkap dan berada dalam gusi atau tulang, sehingga tidak nampak bila dilihat dalam mulut.
13
Atau bisa juga sudah menembus gusi tapi hanya tumbuh separuh jalan. Arahnya bisa horizontal,
miring dengan mahkota ke arah gigi molar dua atau sebaliknya, atau malah menghadap ke arah
dalam atau ke luar rahang.
a. Klasifikasi
Klasifikasi dilakukan bertujuan untuk membantu operator dalam
memastikan dan membuat rencana kerja serta memperkirakan kesulitan-
kesulitan yang mungkin ditemuinya pada saat mengambil gigi tersebut.
Klasifikasi pada gigi molar tiga mandibula yang terpendam didapat
dengan bantuan rontgen foto dan posisi gigi tersebut pada tulang rahang. Foto
rontgen yang digunakan antara lain Infra Oral Radiograf, Lateral Jaw Radiograf,
Bite Wing Radiograf, dan Oklusal Radiograf.
1. Klasifikasi : menurut Pell dan Gregory yang meliputi sebagian klasifikasi
dari George B. Winter
a. Hubungan gigi dengan tepi ramus antara mandibula dan tepi distal
Molar Dua
a) Klas I : Ada cukup ruangan antara ramus dan batas distal
Molar Dua untuk lebar mesio distal Molar Tiga
b) Klas II : Ruangan antara distal Molar Dua dan ramus lebih
kecil daripada lebar mesoi distal Molar Tiga
c) Klas III : Sebagian besar atau seluruh Molar Tiga terletak di dalam
ramus
c. Posisi aksis memanjang pada Molar Tiga terhadap aksis Molar Dua
a) Vertikal
14
b) Horizontal
c) Inverted (terbalik/kaudal)
d) Mesio angular
e) Disto angular
f) Buko angular
g) Linguo angular
b. Keadaan erupsi
a) Erupsi penuh
b) Erupsi sebagian
c) Tidak erupsi sama sekali
d) Dibawah mukosa
e) Embedded (tertanam) dalam tulang
b. Erupsi +
c. V3 (akar 3)
Contoh :
a) Gigi Molar Tiga angular terhadap Molar Dua. Maka gigi Molar Dua 15
perlu dicabut dan gigi Molar Tiga dibiarkan.
b) Gigi Molar Dua dan Molar Tiga karies. Maka gigi Molar Dua diekstraksi
terlebih dahulu, kemudian ekstraksi gigi Molar Tiga. Pada keadaan ini,
kadang-kadang memerlukan pembukaan flep. Hal ini tergantung dari
banyaknya tulang yang mengelilingi gigi.
c) Gigi Molar Dua yang memiliki karies pada bagian distal. Karies
tersebut terjadi akibat tekanan kronis dari gigi Molar Tiga. Maka gigi
Molar Dua diekstraksi, kemudian gigi Molar Tiga diambil.
b. Penyebab
c. Perawatan
Semakin cepat mengangkat gigi molar tiga impaksi akan semakin baik
daripada harus menunggu sampai timbulnya komplikasi dan rasa sakit yang
lebih lanjut. Bila Anda menunggu sampai timbul rasa sakit dan keluhan
lainnya, resiko terjadinya komplikasi pada saat pengangkatan tentunya akan
lebih tinggi, bahkan proses penyembuhan mungkin akan lebih lama.
Semakin muda usia pasien, proses pengangkatan akan jauh lebih mudah dan
proses penyembuhannya akan jauh lebih cepat.
b. Teknik operasi
Membuat insisi untuk pembuatan flep
Syarat-syarat pembuatan flep:
o Harus membuka daerah operasi dengan jelas
o Insisi terletak pada jaringan yang sehat
o Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga pengaliran darah ke
flep cukup baik
Prosedur insisi:
o Di daerah distal Molar Dua sampai ke ramus, lakukan insisi
horizontal tegak lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan
ramus
o Dari distal Molar Dua, kemudian insisi semi vertikal sebelah
mesial Molar Dua sampai ke forniks kira-kira mencapai apeks
Molar Satu.
Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang, maka
muko periosteal flep dibuka dengan raspatoriun dan kemudian
ditarik dengan penarik pipi. Setelah flep dibuka, maka akan
tampak tulang dan kadang-kadang juga terlihat giginya sebagian.
Selanjutnya dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi
tersebut.
Pengambilan tulang
Bila gigi yang terpendam tersebut seluruhnya dilapisi tulang, maka
tulang dapat dibuang dengan bur. Bur yang dipakai adalah bur bulat dan
tajam. Bur yang besar dengan nomor 3-5 dapat digunakan jika banyak
tulang yang harus dibuang. Bur yang kecil digunakan untuk membuang
tulang penghalang. Lakukan irigasi sambil membor untuk mengurangi
panas yang timbul pada saat mengebor agar tidak terjadi nekrosis tulang.
Setelah pengambilan tulang cukup, maka dicoba untuk mencongkel gigi
keluar.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
o Gigi Molar Tiga terpendam lebih mengarah ke lingual. Tulang
bagian lingual tidak diambil, namun dilakukan modifikasi. Untuk
mempercepat pengambilan gigi tersebut dapat dibuat suatu muko-
osteo-flep di sebelah lingual.
17
Pengambilan gigi
Cara atau teknik kerjanya tergantung pada posisi gigi, keadaan
gigi, dan jaringan sekitarnya,
Pengambilan gigi dapat dilakukan secara :
o Intoto (utuh)
Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga
didapatkan cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di
bawah korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan
gerakan mengungkit gigi tersebut.
Jika gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka
dicari bagian tulang yang masih menghalangi. Kita tidak boleh
mencongkel gigi dengan tenaga yang besar tetapi berusaha
menggerakkan gigi dengan tekanan minimal.
Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan dan terletak
di bawah mahkota gigi Molar Dua, maka tulang alveolar pada
bagian distal Molar Tiga diambil lebih banyak. Sehingga gigi
Molar Tiga dapat dicongkel ke arah distal.
Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum bisa
dikeluarkan, maka mungkin masih terdapat tulang atau akar gigi
yang menghalangi.
o In separasi (terpisah)
Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan
membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi tersebut diambil
dengan cara diambil sebagian-sebagian (dibelah terlebih dahulu).
Sehingga dengan metode ini, pembuangan tulang bagian distal
Molar Tiga dapat diminimalisir dan gigi diambil sepotong-
sepotong dengan elevator, kemudian dikeluarkan dengan tang sisa
akar.
Pengambilan dengan metode ini jangan dipaksakan karena dapat
menyebabkan fraktur tulang rahang atau fraktur Molar Dua.
Pada gigi Molar Tiga dengan posisi vertikal (biasanya dihalangi oleh
ramus asenden mandibula), dibutuhkan pengambilan tulang lebih banyak
jika mengambil secara intoto. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu
diperhatikan :
o Apakah Molar Tiga tersebut dibiarkan karena diharapkan dapat
tumbuh normal. Sebelumnya dilakukan pembuangan tulang
terlebih dahulu.
o Molar Tiga diambil.
Selain itu keadaan antagonisnya juga harus diperhatikan, yaitu:
o Apakah antagonisnya ada
o Apakah antagonisnya berada pada posisi yang baik
o Apakah gigi ini dapat tumbuh sempurna mencapai oklusi normal.
Hal ini dilihat dari jarak ramus asenden dengan batas distal Molar 18
Dua.
Bila jarak tepi antara ramus dan dinding distal gigi Molar Dua
tampak tidak cukup walaupun Molar Tiga pada posisi vertikal,
maka Molar Tiga tersebut diambil dan sebaiknya gigi antagonisnya
(MolarTiga maxila) juga diambil.
Jika ruangan yang dibutuhkan untuk gigi Molar Tiga tampak
kurang sedikit, maka perlu diperhatikan gigi-gigi pada regio
depannya, yaitu:
Apakah gigi pada regio depannya berjejal. Untuk kasus ini,
diperlukan kerjasama dengan bagian Orthodonsia.
Contoh: gigi Premolar diambil, sehingga didapatkan tempat
yang cukup untuk Molar Tiga. Namun, selain itu juga perlu
dilihat keadaan antagonisnya.
Bila gigi Molar Tiga ini diambil kemungkinan berjejalnya
gigi pada regio depannya dapat tertolong
Gambar 15.Teknik separasi
Catatan :
Setelah flep dibuka, pertimbangkan jumlah tulang yang akan
dibuang. Bila pengambilan dilakukan secara intoto, pengambilan tulang
akan terlalu banyak. Sehingga dilakukan pengambilan dengan teknik
separasi. Bila tulang terlalu banyak dibuang, kemungkinan dapat merusak
kanalis Mandibularis.
Pembersihan luka
Setelah gigi dikeluarkan, soket harus benar-benar dibersihkan dari
sisa-sisa tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus
dibersihkan atau dibuang karena jika masih tertinggal dapat menyebabkan
kista residual. Tepi tulang yang runcing harus dihaluskan dengan bur atau
bone-file. Kemudian dibersihkan dengan semprotan air garam fisiologis
0,9% agar pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua.
Selanjutnya dihisap dengan suktor.
Kemudian alveolus dapat diisi dengan :
19
o Terragas (drain)
o White head varnish
o Vasenol
o Bubuk sulfa
a. Klasifikasi
Molar tiga maksila dapat diklasifikasikan keadaan impaksinya atas 3 yaitu
berdasarkan :
1. Hubungan atau relasi dalamnya gigi terpendam dalam tulang.
2. Berdasarkan posisi yaitu perbandingan posisi aksis molar tiga dengan aksis
molar dua.
3. Hubungan dengan sinus maksilaris seperti klasifikasi secara umum untuk
gigi yang impaksi diatas
b. Perawatan
I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan
Indikasi dan kontra indikasi sama dengan indikasi dan kontraindikasi
perawatan umum untuk gigi impaksi.
20
II. Rencana perawatan
Perawatan yang akan dilakukan setelah gigi diketahui impaksi adalah
dengan pencabutan secara pembedahan.
Gambar 17.Elevator
potts
Elevator Cryer
Jarum Lane
Untuk menjahit flap dengan benang.
Needle holder
Untuk memegang jarum dalam menjahit flap.
1. Sedasi
Persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi
adalah pasien yang relaks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien
yang teranastesi dengan selamat. Seringkali anastesi umum merupakan
pilihan yang cocok untuk pembedahan impaksi. Anastesi yang dipakai
yaitu pleksus anastesi dan sub mukus infiltrasi anastesi.
2. pembukaan flap
Flap harus didesain dengan baik dan dalam ukuran yang
cukup.Insisi di bagian oklusal tuber maksila yang berjalan ke anterior
kemudian melanjut ke bukal molar dua dan dilanjutkan dengan insisi
verikal ke anterior di sebelah bukalmolar satu. Setelah insisi selesai
buka muko perios flap dan kemudian flap dipegang dengan pinset
chirurgis, untuk melihat gigi atau tulang maka dipergunakan kaca
mulut karena sukar dilihat langsung, dismpang itu penerangan harus
cukup baik.
3. Pengambilan tulang 22
Pengambilan tulang tidak begitu sukar oleh karena tuberositas
maksila lebih poreus daripada tulang mandibula. Dengan memakai
pahat dan tokokan minimal saja sudah putus atau dengan memakai bur
juga lebih mudah membuangnya.
5. Pengeluaran gigi
Setelah gigi impaksi bebas dari tulang sekitarnya, kita harus
membuat ruangn yang cukup bagi bein atau elevator supaya dapat
masuk diantara gigi dan tulang alveolus agar dapat menolak gigi ke
arah oklusal.
6. Pembersihan luka
Setelah gigi keluar, maka dilakukan penghalusan tulang alveolus
yang tajam, sisa-sisa folikel dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk
melakukan hal ini bisa mengakibatkan penyebuhan yang lama dan
perkembangan patologis dari sisa epitel odontogenik. Setelah folikel
dibersihkan, alveolus diirigasi dengan saline dan periksa dengan teliti.
Kemudian diletakkan tampon.
23
7. Penutupan luka
Flap dikembalikan dan dijahit. Penjahitan dilakukan untuk
menahan kedua tepi potongan jaringan lunak sehingga membantu
penyembuhan, untuk menahan jaringan lunak yang longgar, untuk
meminimalkan kontaminasi terhadap debris makanan dan untuk
menghambat pendarahan. Penjahitan dapat dilakukan dengan benang
hitam steril dan dapat dipilah jahitan ‘terputus’ (interrupted0
sederhana atau jahitan matras horizontal. Jarum yang digunakan jarum
Lane yang dipegang dengan alat pemegang jarum (needle holder).
Gigi molar tiga yang impaksi pasti menimbulkan masalah di kemudian hari. Masalah yang
umumnya timbul yaitu:
1. Karies gigi. Gigi molar tiga yang tumbuh ke arah gigi molar dua (dengan posisi mahkota
yang miring dan bersandar pada mahkota gigi molar dua), menyebabkan sisa makanan dan
plak mudah menumpuk di tempat tersebut. Akibatnya gigi-gigi tersebut akan lebih mudah
terkena karies akibat sulitnya pembersihan pada daerah tersebut.
2. Infeksi gusi. Pada gigi molar tiga yang hanya tumbuh sebagian di atas gusi, akan
menyebabkan mudah masuknya makanan ke celah gusi dan berkumpulnya bakteri di tempat
tersebut. Ini akan menyebabkan terjadinya infeksi pada gusi, sehingga tampak adanya
pembengkakan gusi pada daerah tersebut, rasa sakit, dan bau mulut. Bahkan pada infeksi
yang cukup berat dapat menyebabkan kesulitan dalam membuka mulut.
Gambar 20.Impaksi molar tiga menyebabkan infeksi gusi diatasnya
3. Rasa sakit dan kerusakan pada gigi molar dua karena tertekan gigi molar tiga.
4. Berjejalnya gigi lain dalam lengkung rahang. Karena pada saat gigi molar tiga bergerak
untuk tumbuh, gigi-gigi lain akan terdorong oleh gerakan gigi molar tiga tersebut.
5. Pada beberapa kasus, gigi molar tiga yang dibiarkan dalam keadaan impaksi dapat
menyebabkan terbentuknya kista dan menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada rahang
dan gigi tetangganya.
24
a. Klasifikasi
Menurut acher
Klas II : Gigi berada dibukal, dengan posisi horizontal, vertikal atau semi
vertikal
Klas III : Gigi dengan posisi melintang, korona dipalatinal, akarnya melalui
atau berada diantara akar-akar gigi tetangga da apeks berada
disebelah labial atau bukal dirahang atas atau sebaliknya
b. Perawatan
I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan
1. Berdasarkan klasifikasinya :
2. Berdasarkan lokasinya
a. Klasifikasi
1. Level A
Mahkota gigi kaninus terpendam brada di servikal line gigi sebelahnya
2. Level B
Mahkota gigi ksnonus terpendam berada di antara garis servikal da apikal
akar gigi disebelahnya
3. Level C
Mahkota gigi kaninus terpendam beradia dibawah apikal akar gigi
sebelahnya
b. Etiologi
1. Kondisi patologis
2. Infeksi
3. Persistensi gigi susu
4. Space yang tidak mencukupi
5. Supernumerary teeth
6. Premature loss dari gigi desisui 26
7. Tumor,kista dan trauma
c. Perawatan
I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan
Kontra indikasi perawatan gigi caninus mandibula yang impaksi sama
dengan perawatan gigi caninus maksila.
1. Foto rontgen
Dari hasil gambaran radiografis dapat kita pelajari : klasifikasi, relasi
dengan gigi tetangga, kurvatura akar
2. Tentukan rencana kerja sesuai klasifikasinya
3. Tentukan tipe flap yang akan dibuat
Catatan : hati-hati dengan foramen mentalis
a. Etiologi
Letaknya lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar. Jika korona 27
belum nampak di rongga mulut dan gigi terletak di arkus dentalis maka
pengambilan gigi diambil dari bukal.
Dalam memilih cara inseparasi atau cara intoto kita lihat tebal atau
tidaknya tulang sebelah bukal yang menutupi gigi.
Jika tulang sebelah bukal tebal, kita ambil secara inseparasi dan harus hati-
hati sebab antara Premolar satu dan Premolar dua ada foramen mentalis.
Apabila letak gigi lebih mengarah ke lingual maka kita mengambilnya dari
sebelah lingual ( bentuk flep segitiga, ahti-hati jangan sampai mengenai arterie
lingualis ).
Dari sebelah lingual tulang tidak perlu terlalu banyak diambil, sebab
biasanya gigi terletak di bawah mukosa.
Pengambilannya sesuai dengan gigi kanisus (bila letak gigi di sebelah platina1,
diambil dari platinal) dan sebagainya.
a. Prevalensi
Gigi insisivus yang memiliki prevalensi impaksi lebih tinggi adalah insisivus
sentral RA
b. Etiologi
i. gigi supernumerary
ii. odontoma
iii. posisi ektopik pada benih gigi
c. Perawatan
I. Pertimbangan sebelum perawatan
Penatalaksanaan : 28
Tahap-tahap :
1. pembukaan flap
2. tulang yang mengelilingi sekitar mahkota gigi diambil dengan bur
atau chisel, tulang-tulang yang menghalangi juga diambil. Gigi dijepit
dengan tang sisa akar kemudian dikeluarkan
3. bersihkan luka dan jahit pada posisi semula
4. bila gigi tidak dapat keluar, gigi diseparasi, korona dipisah dari radiks
dan diambil.
5. beri tampon. Untuk menjaga kebersihan luka operasi dan supaya lebih
cepat sembuh
Rencana Perawatan
- Ekstraksi gigi
- Penarikan kedua gigi insisivus sentralis dan memfiksasinya dengan
perawatan orthodontik
- Buka flap mukoperiosteal
- Angkat gigi supernumerari
- Agar gigi insisivus sentralis maksila yang impaksi dapat terlihat,
maka sejumlah tulang diangkat dengan menggunakan bur bulat
- Traksi orthodontik dari kedua gigi insisivus sentralis yang impaksi
dilakukan dengan menggunakan alat lepasan maksila yang terdiri
dari “high labial arch wire” 29
- Ketika kedua gigi insisivus tersebut telah mencapai dataran oklusal,
alat yang diaplikasikan pertama kali dilepas dan dipasang alat
orthodontik
- Memperbaiki hubungan molar kelas ii dan membuka ruang untuk
erupsi gigi-gigi permanen di rahang atas lainnya
- 5 bulan kemudian -> hubungan molar kelas I
- Total waktu perawatan adalah 32 bulan
- Kedua gigi insisivus sentralis maksila telah berada pada posisinya
dilengkung rahang, overbite, over jet dan hubungan antar cusp yang
normal tercapai
- Hubungan kaninus kelas I dan hubungan molar tercapai
- Setelah perawatan selesai
- Insisivus baik pada posisinya
- Memiliki kontur gingiva yang baik dan attached gingiva yang
lebarnya normal
- Radiografis pasca perawatn menunjukkan tidak ada kehilangan
tulang periodontal, resorbsi akar minimal dan bentuk akar normal
pada kedua gigi insisivus sentralis yang posisinya lebih baik.
1. Terbukanya jahitan
2. Parastesi
3. Rasa sakit adalah hal yang normal bila rasa sakit itu berlangsung + 3 hari
Bila rasa sakit ini timbul setelah 3 hari maka dikhawatirkan terjadi “ Dry socket “.
4. Pembengkakan
5. Parastesi regio yang diinervasi nervus (nervus terpotong parastesi berlangsung lama ).
6. Bibir, mukosa mulut terluka oleh gesekan dari alat retraksi mulut.
7. Kerusakan pada mukosa, misalnya waktu jahitan terbuka dan terjadi inflamasi
sekitarnya.
- gangren
- nekrose
- goyang
10. Osteomyelitis
11. Perforasi sinus biasanya pada gigi-gigi C & P atas
13. Pada pengmbilan kaninus terjadi patahnya insisivus dua atau Premolar satu.
1. Fraktur mandibula
2. Pendarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior
3. Bekerja tidak bersih sehingga dapat menjadi kista yang berlanjut enjadi tumor.
4. Bekerja tidak bersih dapat menyebabkan osteomilitis
5. Traua pada gigi m2
6. Terlukanya n. Alveolaris inferior sehingga terjadi parestesi
31
III.1.Kesimpulan
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang
atau terhambat,biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut
tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi
geligi lain yang sudah erupsi.
Penyebab atau etiologi gigi impaksi ada banyak hal,namun umumnya dikarenakan
kurangnya tempat untuk erupsi bagi gigi tersebut dalam lengkung rahang,sehingga
erupsinya terhalang dan mengganggu gigi tetangga.
Teknik pencabutan pada masing-masing gigi yang impaksi memang berbeda tapi
secara garis besar memiliki tahapan yang sama.
III.2.Saran
Apabila ada gigi geligi yang belum erupsi pada masa erupsinya sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter gigi kemungkinan gigi tersebut impaksi.
32
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Dari Zainal Effendi.Perbandingan Efektivitas Antara Pemakaian Fisioterapi Sinar Infra
Merah Dengan Micro Wave Diathermi Dalam Mengurangi Gejala Trismus Pada Pasca Bedah
Gigi Impaksi Molar Tiga Rahang Bawah”Dengan Alamat Website Http//Www.Scrib.Com/
Jurnal Dari Website Dengan Alamat Http//Www.Klikdoktermenujuindonesiasehat.Com Dengan
Judul “Impaksi Molar Tiga”
33