You are on page 1of 5

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN ARTHRITIS

Oleh ; Rimto L. Tjeleni


OSTEOARTHRITIS (OA) :
OA = Degenerative joint disease (DJD), gangguan yang bersifat perlahan-lahan pad
a sendi yang padaumumnya pembebanan pada sendi yang ditandai adanya degenerasi
rawan sendi.
Kerusakan terbatas pada sekitar sendi dan jaringan disekitarnya.
Manifestasi klinik : nyeri sendi, kaku, gerakan ROM terbatas.
Pada pemeriksaan rontgen nampak adanya penyempitan ruang sendi, slerosis tulang
dan terbentuknya osteophyte (tulang bertumbuh berlebihan).
Faktor risiko yang terbanyak diperkirakan 1/3 semua orang dewasa, insiden mening
kat 60% - 80% usia 60 tahun. Sebab hanya ½ dari orang dewasa mengalami gejala ny
eri sendi, dan keterbatasan fungsional
OA sering pada pria dewasa dari pada wanita.

Etiologi dan pathophysiology :


OA terutam bersifat idiopatik atau gangguan sekunder.
Penyebab utama OA tidak diketahui, walaupun keduanya dipengaruhi oleh berbagai f
aktor : metabolik, mekanik, genetik, kimiawi.
OA sekunder seperti trauma, fraktur, infeksi, kelainan kongenital yang dip
ercaya merupakan faktor predisposisi setelah perubahan degeneratif.
Faktor Predisposisi : penggunaan yang berlrbihan dari sendi, misalnya pada lutut
bagi pemain bola, kongenital, gangguan metabolik (DM, acromegali).
Manifestasi klinik :
Manifestasi secara sistemik : seperti fatigue, demam.
Sendi : Nyeri sendi saat digerakkan dan beban yang hilang bila istirahat. Nyeri
disebabkan adanya pembengkakan, dan tarikan jaringan lunak disekitar saraf tulan
g subchondria. Peningkatan nyeri sejalan dengan kehilangan fungsi mobilitas.
Crepitasi saat gerakan dan kelainan pustur tubuh. Bila penyakit berlanjut dapat
terjadi deformitas dan subluksasi.
Nodul ; heberden’s node adalah manifestasi klinik yang sering ditemukan, ditemuk
an berupa tanda kemerahan, bengkak, dan nyeri. Sering dimulai dari satu jari da
n neyebar kejari-jari lain
Pinggul : Nyeri pada pinggul, lipat paha, pinggul, kehilangan ROM terutama keter
batasan ekstensi dan internal rotasi.
Lutut : Nyeri akibat stres mekanik, misalnya kegemukan.
Kolumna vertebralis : Kadang terasa kaku dan nyeri. Penyakit degeratif pada inte
rvertenral disk menyebabkan gangguan pada nucleus pulposus
Permeriksaan diagnostik :
X-ray nampak penyempitan pada ruang sendi
LED meningkat
Aspirasi cairan sinovial untuk pemeriksaan laboratirum

Tindakan pengobatan :
Tidak ada pengobatan spesifik pada OA. Pengobatan diberikan guna mengurangi nyer
i, memncegah penyakit tidak berkembang dan keterbatsan serta mengembalikan fungs
i sendi.
Kemungkinan dilakukan tindakan pembedahan.
Pengobatan berupa acetaminophen 1 g 4 x/hari.
Obat salf yang dioleskan.
Diberikan NSAIDs memblok produksi prostaglandin
Terapi nutrisi :
Tidak ada diet khusus OA. Jika klien overweight program penurunan berat badan
Asuhan keperawatan :
Pengkajian keperawatan :
Hati-hati mencatat sifat, lokasi, severity, dan seringnya timbul serangan nyeri
dan kekakuan sendi.
Mengkaji pengaruh gejala dalam aktifitas klien melakukan ADL perlu dikaji.
Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri b/d aktifitas fisik dan kurangnya pengetahuan tentang tehnik penan
ganan nyeri.
2. Gangguan pola tidur b/d nyeri
3. Hambatan mobilitas fisik b/d kelemahan, kekakuan atau nyeri saat ambulas
i
4. Self care deficit b/d deformitas sendi dan nyeri saat aktifitas
5. Gangguan nutrisi lebih dari kebutuhan b/d asupan makanan yang berlebihan
tidak seimbang dengan output energi.
6. Harga diri rendah b/d perubahan sosal dan peran dalam bekerja
Perencanaan :
Tujuan umum penanganan klien OA :
1. Keseimbangan antara aktifitas dan istirahat
2. menggunakan tehnik yang benar dan aktifitas terutama terkait dengan send
i
3. menggunakan alat bantu dalam aktifitas
4. menggunakan pengobatan atau penanganan nyeri dengan tehnik yang bernar d
engan melakukan ROM, kekuatan otot dan olah raga aerobik dengan teratur
Tindakan Keperawatan ;
Health Promotion :
Pencegahan utama OA tidak memungkinkan. Pencegahan yang dilakukan adalah pendidi
kan kesehatan yang menyangkut menghindari aktifitas /beban pada sendi, konseling
nutrisi guna menurunkan berat badan.
Pendidikan sehubungan dengan mempertahankan bodi mekanik dan posur tubuh yang ba
ik.
Program physical fitness dengan mengurangi trauma pada struktur sendi.
Intervensi akut :
Klien OA sangat berisiko mengalami trauma, kekakuan sendi, keterbatasan fungsi,
dan koping yang tidak adekuat/frustrasi sehubungan dengan kesulitan dalam aktifi
tas sehari-hari.
Kolaborasi dengan rheumatologist, perawat, occupational therapist dan physical t
herapist.
Pemberian obat guna mengurangi nyeri dan pengobatan inflamasi.
Nonpharmacologic menangani nyeri : massage, kompres hangat, kompres dingin, tehn
ik relaksasi, dan guide imagery
Perawat kes.masyarakat atau keluarga dapat membantu klien untuk ADL dan membantu
klien untuk membuat perencanaan isitrahat
Pendidikan kesehatan terutama info b/d penyakit, penanganan nyeri, mempertahank
an bodi mekanik dan postur tubuh, menggunaan alat bantu aktifitas, dan tehnik pe
nyimpanan energi.
Ambulasi dan home care :
Perawat membantu klien mengembangkan program jangka panjang untuk menangani peny
akitnya.
Sistem pengamanan saat aktifitas baik di tempat pekerjaan maupun di rumah : lant
ai datar, pegangan pada tangga, bathtub, gunakan lampu pada malam hari, gunakan
alas kaki yang baik. Bantu menggunakan alat bantu aktifitas : cane, walkers, cr
utches, toilet duduk.
Pasang splint pada saat istirahat untuk mengurangi nyeri atau inflamasi sendi.
Soft collars atau cervical traction digunakan pada OA cervical.
Seksual konseling terutama posisi saat berhubungan dengan lawan jenis.
Pemberian analgetik sebelum aktifitas.
Berikan pengobatan dan tindakan nonpharmacologic.
Evaluasi ;
Peningkatan daam aktifitas dan istirahat
Penggunaan berbagai tehnik pencegahan terhadap cedera/pembebanan sendi yang berl
ebihan dan konservasi energi.
Peningkatan kenyamanan dalam mengontrol nyeri
Mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot melalui ROM, berenang, aerobik.

RHEUMATOID ARTHRITIS :
RA penyakit yang bersifat kronik dan merupakan penyakit sistemik yang ditanda
i inflamasi yang berulang-ulang pada sendi diartrosis.
Berhubungan dengan berbagai manifestasi ekstraartikular seperti rheumatic nodule
s, arteritis, neuropathy, scleritis, pericarditis, lymphadenopathy, dan splenome
galy.
RA ditandai dengan periode perbaikan dan muncul kembali.
Di AS : rata-rata 6 juta yang menderita RA, dan 75 % adalah wanita.
Walaupun RA terjadi pada semua usia, tetapi sering terjadi pada wanita masa anak
-anak.
Etioligi dan pathofisiologi :
Penyebab RA tidak diketahui. Beberapa etiologi yang memungkinkan :
1. Infeksi : infeksi patogen pada beberapa mikroorganisme merupakan faktor
pemicu.
2. Autoimmunity : sering disebabkan oleh virus meningkatan pembentukan Ig
G yang abnormal. Kombinasi IgG dengan autoantibodi (Rheumatoid factor) membentuk
kompleks immun yang menunpuk pada sendi, pembuluh darah dan pleura.
Neutrofil berada pada area inflamssi dan melepaskan enzim proteolytic yang
dapat merusak rawan sendi dan membran dasar pada pembuluh darah dan pleura.
Perubahan sendi ditandai inflamasi kronik dengan adanya sel-sel radang. Inf
iltrasi makropag mengaktifkan dan melepaskan mediator kimia. Aktifitas mediator
kimia dapat menyebabkansinovitis : radang jaringan sinovial, proliferasi jar.si
novial, kerusakan rawan dan tulang.
3. Faktor genetik
4. Faktor lain ; abnormal metabolik, dan biokimia, faktor lingkungan, fakto
r pekerjaan dan psikososial.
Perjalanan penyakit :
1. Tahap I : Faktor etiologi yangtidak diketahui merangsang timbulnmya infl
amasi sendi, synovitis, edema lapisan membran sinovial dan memproduksi cairan si
novial yang berlebihan.
2. Tahap II : Terbentuknya Pannus (radang jaringan granulasi) yang terbentu
k dari hubungan sinovium dan tulang rawan sendi. Meluas pada diatas permukaan
rawan sendi bahkan sampai ke kapsul sendi dan tulang subchondral.
3. Tahap III : jaringan ikat fibrosa mengalami pannus dan juga pada ruang
sendi menurunnya gerakan sendi, malalignment, dan deformitas.
4. Tahap IV : Jaringan fobrosa berkalsifikasi, ankilosis tulang menyebabkan
immobilisasi sendi secara total.
Manifestasi Klinik :
Sendi :
Manifestasi nonspesifik misalnya fatigue, anoreksia, penurunan berat badan, keka
kuan bersifat umum.
Kekakuan terlokalisir dalam beberapa bulan atau tahun.
Beberapa klien melaporkan faktor stres sebagai pemicu yaitu : infeksi, stress d
alam pekerjaan, aktifitas fisik, melahirkan, pembedahan, faktor emosi.
Pada area sendi : nyeri, kaku, keterbatasan gerak, tanda-tanda radang (, hangat,
kaku, dan bengkak).
Gejala-gejala sendi : bersifat bilateral/simetrik dan sering mengenai sendi kec
ilpada tangan, (proximal interphalangeal dan metacarpophalangeal) dan kaki (met
atarsophalangeal), juga pada pergelangan tangan, siku, bahu, lutut, pinggul, tu
mit, rahang. Juga dapat terjadi pada tulang leher.
Klien mengeluh kaku sendi pada pagi hari dan setelah periode inaktifitas. Morni
ng stiffness terjadi 30 menit atau beberapa jam bergantung pada kondisi penyakit
.
Penyakit akan berkembang terus dan akan meningkatkan deformitas dan keterbatasa
n.
Atrofi otot dan kerusakan tendon sekitar sendi. Bentuk deformitas tangan : ulnar
drift, swan-neck.
Ekstraarticular :
Nodul rheumatoid terkadi 25 % - 50% pada semua klien.
Vasculitis pada pembuluh darah kecil membentuk nodul. Nodul nampak pada area s
ubkutan, biasanya ditemukan pada olekranon, juga nodul pada bagian belakang lehe
r. Nodul nampak juga pada mata dan paru-paru indikasi penyakit menjadi aktif
dan prognoss jelek.
Komplikasi ;
Infeksi, osteoporosis, amyloidosis.
Kompresi sumsum tulang belakang yang terjadi karena instabilitas sendi pada tula
ng leher.
Pemeriksaan diagnostik :
- Anemi ringan Hb. LED meningkat 85 %
- Rheumatoid faktor meningkat 80 %.
- Pemeriksaan cairan sinovial : Lekosit meningkat terutama neutrofil.
- X-ray nampak tulang mengalami demineralisasi dan jaringan lunak nampak
bengkak pada stadium dini.
Pengobatan :
Komprehensif antara pengobatan dan pendidikan kesehatan.
Pemberian NSAIDs dan isitrahat.
Klien dan keluarga memerlukan pendidikan kesehatan tentang proses penyakit dan
strategi penanganan di rumah : penggunaan obat, melaporkan akan adanya side efek
pengobatan, check-up dan pemeriksaan laboratorium.
Terapi fisik untuk mempertahankan gerak sendi dan kekuatan otot.
Occupational therapist aktifitas fungsi ekstremitas atas, penggunaan splinting
, penggunaan alat bantu.
Terapi nutrisi :
Tidak ada diet khusus. Perlu keseimbangan nutrisi.
Manifestasi klinik kadang-kadang mengurangi nafsu makan klien berat badan menur
un.
Tindakan Keperawatan :
Pengkajian ;
Data subjektif dan objektif.

Diagnosa keperawatan :
1. Chronic pain b/d radang sendi, overuse joint,. Ditandai :
Keluhan nyeri, keterbatasan gerak sendi, hangat, bengkak.
Tujuan ; Klien akan mengungkapkan nyeri terkontrol.
Tindakan :
1. kaji lokasi, intensitas nyeri, dan faktor pencetus nyeri.
2. beri dorongan aktifitas, tingkat istirahat, dan pasang splinting untuk m
empertahankan sendi.
3. Ajarkan klien untuk menggunakan sendiri program pengobatannya.
4. Gunakan tehnik relaksasi.
Diagnosa Keperawatan :
2. Hambatan mobiltas fisik b/d nyeri sendi, kaku, dan deformitas, diandai ;
Keterbatasan gerak sendi, menurunnya kekuatan sendi, ketidak ammpuan melakukan A
DL.
Tujuan : Klien akan meningkat kemampuannya untuk melakukan ADL.
Tindakan :
1. Kompres hangat pada sendi
2. Dorong melakukan ROM exercises, hindari aktifitas yang menyebabkan adany
a nyeri dan pembengkakan.
3. program aktifitas pada pagi hari dan prosedur lainnya.
4. Ajarkan pasien menggunakan alat bantu.
5. Lakukan latihan untuk fleksibilitas sendi, kekuatan sendi.
6. Instruksikan menggunakan splintang dan alat bantu dengan benar.

You might also like