You are on page 1of 7

ateri Inisiasi 5

MATAKULIAH : METODE PENELITIAN BISNIS


(EKMA 5104)
JUDUL : Konsep Pengukuran

PENULIS/TUTOR : AKE WIHADANTO, SE., MT.


(ake@mail.ut.ac.id)

Sumber Pustaka:

Sumber Pustaka:

Sumber Pustaka:
Cooper, Donald R. (2006), Business Research Methods (8th), Boston: Mc. Graw-Hil
Hermawan, Asep (2006), Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif, Grasindo, Jakarta
Kuncoro, Mudrajad (2003), Metoda Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana Meneliti dan
Menulis Tesis ?, Jakarta Penerbit Erlangga.
Mansoer, Farid W. (2004), Metode Penelitian Bisnis, Buku Materi Pokok
EKMA5104/3SKS/MODUL 1-9, Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Nazir, Moh (2003), Metode Penelitian, Jakarta, Penerbit Ghalia Indonesia.
Neuman, Lawrence W. (2003), Social Research Methods: Qualitative and Quantitative
Approaches, Fifth Edition, Boston: Pearson Education Inc.
Riduwan (2003), Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Sekaran, U. (2000), Research Method For Business: A Skill Building Approach (3rd ed), New York:
John Wiley and Son, Inc.
Zikmund, W.G (2000), Business Research Method, (6th ed), Forth Worth: Harcourt Inc.

Digabung, diterjemahkan, disingkat dan dimodifikasi untuk kepentingan Tutorial Online


Metodologi Penelitian Bisnis di Program Pascasarjana MM UT oleh: Ake Wihadanto (2009).
Konsep Pengukuran

Setelah masalah penelitian dirumuskan dan disain penelitian telah dipilih untuk
memecahkan masalah, tahapan selanjutnya yang sangat penting adalah
menyusun alat ukur (intsrumen) penelitian sebagai pedoman untuk mengukur
variabel-variabel penelitian (memilih teknik pengukuran) dan mendisain
instrumen penelitian.

Pengukuran (Measurement) adalah proses menentukan jumlah atau intensitas


informasi mengenai orang, peristiwa, gagasan, dan atau obyek tertentu serta
hubungannya dengan masalah atau peluang bisnis.  Peneliti menggunakan
proses pengukuran dengan menetapkan angka atau label terhadap fikiran,
perasaan, perilaku serta karakteristik orang; karakteristik atau atribut dari suatu
obyek, aspek dari suatu gagasan atau setiap jenis fenomena atau peristiwa
dengan menggunakan aturan-aturan tertentu yang menunjukan jumlah dan atau
kualitas dari faktor-faktor yang diteliti.

Teknik pengukuran adalah aturan atau prosedur yang digunakan untuk


menjembatani antara apa yang ada dalam dunia konsep dengan apa yang terjadi
di dunia nyata (Kuncoro, 2003:148). Skala pengukuran merupakan aturan atau
tata cara memberikan angka atau nilai kepada aspek-aspek objrk, manusia,
pernyataan dan kejadian. Pemberian angka tersebut tidak boleh dilakukan secara
sembarangan tetapi harus di dasarkan pada konsep dan definisi operasional
suatu variabel. Tujuan menggunakan skala pengukuran ialah, pertama,
menerjemahkan karakteristik dan sifat-sifat kejadian empiris ke dalam suatu
bentuk yang dapat dianalisis oleh peneliti; kedua, untuk membawa informasi dan
variabel-variabel yang sedang diukur.

Proses penting dalam mengumpulkan data primer adalah pengembangan


prosedur pengukuran yang terbentuk dengan baik. Proses pengukuran terdiri
dari dua proses pengembangan yang berbeda:
(1) Pembentukan “construct” (Construct Development)  Tujuan dari proses
pembentukan “construct” adalah untuk mengidentifikasi serta
mendefinisikan secara akurat apa sesungguhnya akan diukur.
(2) Skala Pengukuran (Meansurement Scale).  Tujuan dari proses skala
pengukuran adalah untuk menentukan bagaimana caranya mengukur setiap
‘construct’ secara tepat.

Komponen Pengukuran:

Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik dapat empiris ke dalam


bentuk yang dapat dianalisis oleh peneliti. Ini berarti pengukuran selalu
melibatkan penggunaan prosedur yang secara simbolik dapat merefleksikan
dimensi realitas dalam dunia analitik peneliti.

Materi Inisiasi Tutorial Online MM-UT: EKMA 5104 Page - 2


Fungsi pengukuran adalah:
a. Menggambarkan gejala sosial dan psikologis. Hal ini penting bagi peneliti
untuk mempelajari kelompok kecil agar dapat menggambarkan apa yang
terjadi dalam kelompok, mengidentifikasi siapa, menyatakan apa, kepada
siapa, bagaimana frekuensinya dan mengambarkan sifat interaksi yang
terjadi secermat mungkin.
b. Mengubah data sehingga dapat dikontrol melalui manipulasi statistik.
c. Membantu menguji hipotesis dan teori.
d. Memenungkinkan peneliti membedakan antara obyek yang diteliti terangkat
yang dimilikinya. Dalam hal ini pengukuran mempunyai fungsi klasifikasi,
artinya akan dapat memilah variabel.

Titik fokus pengukuran adalah pemberian ”angka” terhadap data empiris


berdasarkan sejumlah aturan/prosedur tertentu (Kuncoro, 2003:148). Proses
pengukuran adalah investigasi mengenai ciri-ciri yang mendasari kejadian
empiris dan memberi angka atas ciri-ciri tersebut.

Menurut Kuncoro (2003) ada 3 komponen yang dibutuhkan dalam setiap


pengukuran, yaitu:
1. Kejadian empiris (empirical events) yang dapat diamati.
Skala pengukuran ialah kejadian empiris yang dapat diartikan sebagai
karakteristik suatu objek, individu atau kelompok yang dapat diobservasi.
Pengertian ini memberikan makna bahwa suatu objek, individu atau
kelompok mempunyai karakteristik  Kejadian empiris merupakan sejumlah
ciri-ciri objek, individu atau kelompok yang dapat diamati. ” Diamati”
mengandung arti bahwa setiap orang dapat menangkap atau setidaknya
menyimpulkan, bahwa suatu objek individu atau kelompok mempunyai ciri-
ciri tertentu.
2. Pengunaan angka (the use of numbers) untuk mengambarkan kejadian
tersebut.
“Angka” adalah numerik atau simbol-simbol lain yang digunakan untuk
mengidentifikasi. Penggunaan angka adalah untuk memberi arti bagi ciri-ciri
yang menjadi pusat perhatian peneliti. Spesifikasi tingkat pengukuran,
kemudian diberikan dengan memberi arti bagi angka tersebut. 
Penggunaan angka untuk mewakili kejadia-kejadian empiris  Angka-angka
ini merupakan symbol yang digunakan untuk mengidentifikasi dan memberi
makna atas karakteristik kejadian empiris tersebut  Jadi angka itu tetap
tidak bermakna. Karakteristiklah yang mempunyai makna  Angka hanya
digunakan unutuk mencoba mendekatkan dengan kenyataan dan
memudahkan analisis
3. Sejumlah aturan pemetaan (set of mapping rules).
Pernyataan yang menjelaskan arti angka terhadap kejadian empiris. Misalkan
aturan pemetaan mengenai jenis kelamin dengan memberikan angka 1 bila
pria dan angka 2 bila wanita  Meski aturan ini tidak mempunyai prosedur
baku atau arbitrer, tetapi peneliti sebaiknya menggunakan pengukuran yang

Materi Inisiasi Tutorial Online MM-UT: EKMA 5104 Page - 3


setidak-tidaknya mendekati kenyataan  karena skala pengukuran
merupakan symbol yang dapat mewakili kenyataan karena skala pengukuran
merupakan symbol yang dapat mewakili kenyataan empiris.

Menurut Davis dan Cozensa (1985:133) ; Kuncoro (2003), proses pengukuran


dapat digambarkan sebagai sederet tahap yang saling berkaitan yang dimulai
dari: (Davis dan Cozensa (1985:133) ; Kuncoro (2003))

1) Mengisolasi kejadian empiris  : Isolasikan kejadian-


kejadian empiris. Maksudnya, setiap kejadian empiris
diabstraksi dalam bentuk konsep atau kostruk yang
dikaitkan dengan identifikasi atau rumusan masalah
2) Mengembangkan konsep kepentingan (concept of
interest)  Artinya, identifikasi konsep sesuai dengan
rumusan masalah yang sudah ditentukan.
3) Mendefinisikan konsep secara konstitutif dan
operasional Definisi konseptual berkaitan dengan Pembentukan
cara mendefinisikan konsep dengan konsep lain, “construct”
(Construct
sedang definisi operasional1 berkaitan dengan
Development)
pendefinisian konsep secara operasional yang
berkaitan dengan pengukuran karakteristik objek,
individu atau kelompok yang di teliti. Contoh,
pembelian didefinisikan sebagai tindakan memperoleh
barang atau layanan dengan cara membayar. Sedang
secara operasional kata itu didefinisikan sebagai,
daftar individu yang sudah menandatangani kontrak
penjualan mobil di dealer tertentu.
4) Mengembangkan skala pengukuran Pilihlah skala
pengukuran. Pilihlah skala pengukuran yang sesuai
dengan karakteristik objek, individu atau kelompok
yang diteliti. Skala
5) Mengevaluasi skala berdasarkan reliabilitas dan Pengukuran
validitasnya Agar hasilnya akurat dan maksimal, (Meansurement
peneliti wajib melakukan analisis validitas dan Scale)
reliabilitas skala pengukuran yang akan digunakan.
6) Pengunaan skala  : Menggunakan skala pengukuran
yang dipilih sesuai riset yang dilakukan.

Sesuati yang dapat diukur  Nyata dan Abstrak


a) Berbagai obyek dapat diukur dengan mudah secara fisik (Memiliki
karakteristik obyektif)  Misalnya berat badan dan tinggi badan dapat
diukur dengan mudah yaitu dengan timbangan

1
Definisi Operasional diartikan: Bagaimana caranya kita mengukur suatu variabel .

Materi Inisiasi Tutorial Online MM-UT: EKMA 5104 Page - 4


b) Karakteristik demografi karyawan dapat pula dengan mudah diukur. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan sederhana dan langsung 
 Tempat tanggal lahir saudara?
 Berapa lama saudara telah bekerja disini?
 Apa jabatan saudara?
 Apakah saudara sudah menikah?
 Berapa usia saudara saat ini?
c) Fenomena tubuh manusia seperti tekanan darah, denyut nadi, suhu badan
 dapat di ukur dan memiliki alat-alat pengukuran sendiri yang sesuai serta
obyektif.
d) Mengukur realitas/karakteristik subyektif manusia seperti: perasaan
(Feelings), sikap (Attitudes), dan persepsi (Perception)  pengukuran
variabel-variabel tersebut menjadi sulit, karena sifatnya abstrak  salah
satu cara yang dapat dilakukan peneliti adalah mengurangi karakteristik yang
abstrak dari konsep-konsep seperti motivasi, keterlibatan,(Involvement),
kepuasan (Statisfaction), perilaku konsumen (Consumer Behavior), dan lain-
lain.
Contoh: konsep atau ‘construct’ kecenderungan perilaku konsumen dalam
pembelian (Behavioral Intentions)  sifatnya abstrak.

Meskipun demikian kita bisa menduga kecenderungan perilaku tersebut dari


apa yang akan dilakukan konsumen, Misalnya:
 Apakah konsumen tersebut mengatakan hal-hal positif mengenai
suatu produk atau merk kepada orang lain?
 Apakah merekomendasikan produk/merk tersebut kepada orang
lain yang meminta pendapatnya?
 Apakah mendorong teman-temannya atau kenalannya untuk
membeli produk/merk tersebut?
 Apakah akan tetap membeli produk tersebut, walaupun harganya
dinaikan?

Contoh Pengukuran Variabel (dalam Hermawan (2006))

Aplikasi dalam Penelitian Pemasaran


Contoh operasionalisasi “concept” orientasi pasar (market orientation). Dalam
hal ini kita akan mengoperasionalkan “market orientation concept”.

Dimensi, aspek atau karakteristik apakah yang akan kita harapkan untuk
mengetahui perusahaan-perusahaan yang tinggi tingkat orientasi pasarnya. 
Perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan akan memiliki tiga karakteristik
umum (dimensi) sebagai berikut.

Materi Inisiasi Tutorial Online MM-UT: EKMA 5104 Page - 5


1. Perusahaan tersebut akan berorientasi kepada konsumen (customer
orientation).
2. Berorientasi kepada pesaing (competitor orientation).
3. Memiliki integrasi atau koordinasi atar fungsi (interfunctional
coordination).

Berdasarkan hal tersebut kita akan menduga bahwa perusahaan yang memiliki
tingkat orientasi pasar yang tinggi akan sangat berorientasi kepada konsumen,
pesaing dan memiliki integrasi atau koordinasi yang tinggi antar fungsi.
Meskipun demikian sampai tahap ini kita masih belum mengoperasionalkan
“concept” tersebut kedalam unsur-unsur perilaku yang dapat diukur (elements of
dimensions/behavior). Hal ini dapat dilakukan dengan cara menguraikan masing-
masing dimensi tadi ke dalam element-element yang dapat diukur secara
kuantitatif, sehingga dapat diketahui siapa yang memiliki orientasi pasar tinggi
dan yang rendah.

Dimensi 1 dari Orientasi Pasar (Market Orientation):  Orientasi kepada


konsumen (Customer Orientation).

Indikator dari perusahaanyang berorientasi kepada konsumen akan terlihat dari


pernyataan-pernyataan sebagai berikut :
 Kami mempertahankan komitmen yang tinggi terhadap pelanggan.
 Kami terus menerus menciptakan nilai bagi para pelanggan.
 Kepuasan konsumen merupakan tujuan utama kami.

Dimensi 2 Orientasi pasar: Orientasi kepada pesaing (Competitor Orientation).

Indikator-indikator dari perusahaan yang berorientasi kepada pesaing


(competitor orientation) dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan sebagai
berikut:
 Para pegawai sering kaliberbagi informasi tentang para pesaing.
 Kami selalu bereaksi dengan cepat terhadap kegiatan-kegiatan baru, yang
dilakukan para pesaing.
 Manajemen puncak secara teratur membahas strateji-strateji kekuatan
pesaing.
 Dan seterusnya...

Dimensi 3 dari Orientasi pasar: koordinasi antar fungsi (Interfunctional


Coordination).

Materi Inisiasi Tutorial Online MM-UT: EKMA 5104 Page - 6


Indikator-indikator dari koordinasi antar fungsi tercermin dari pernyataan-
pernyataan sebagai berikut:
 Para pegawai dari area-area fungsional yang berbeda secara teratur
saling berbagi informasi tentang pelanggan dan pesaing secara teratur.
 Para pegawai dari area-area fungsional yang berbeda secara teratur
melakukan kontak dengan para pelanggan
 Semua fungsi dalam perusahaan berintegrasi tentang bagaimana kita
melayani pasar-pasar sasaran.
 ..... dst.

Selajutnya, responden diminta memberikan respon terhadap pernyataan-


pernyataan tersebut (statement) berdasarkan suatu skala tertentu misalnya
berdasarkan 5 poin skala (mulai 1= sangat tidak setuju s/d 5 = sangat setuju).
Jawaban-jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tersebut merupakan suatu
cara mengukur  “concept” orientasi pasar (market Orientation).

Selamat Belajar

Baca Kembali BMP/Modul EKMA5104 Metode Penelitian Bisnis

Materi Inisiasi Tutorial Online MM-UT: EKMA 5104 Page - 7

You might also like