You are on page 1of 5

Review State of the Planet, Part 3

Nama : Belina Ayu Riza Harahap


NIM : 08/ 267135/ SP/ 22777

David Attenborough mempersembahkan suatu tayangan yang menyelidiki keadaan


planet saat ini dari perjalanannya melewati dunia tentang apa yang sedang terjadi di planet
sebagai akibat dari pengerusakan manusia. State of the planet part 3 merupakan film
dokumenter yang memperlihatkan suatu keterlambatan yang sudah parah terhadap
pertumbuhan krisis alam berupa krisis kepunahan yang mana banyak ilmuwan yakin ini adalah
permulaan pada ancaman dari kesatuan keseluruhan biosfer yang terjadi di bumi.

Tingkat manusia yang terlibat dalam gelombang dari kepunahan sekarang ini sudah
meluas hingga keseluruh bumi, dan cepat atau lambat kita akan melihat peristiwa tersebut.
Dan menurut saya memang tebilang mengherankan bahwa kepunahan atau berkurangnya
tumbuhan atau hewan yang beranekaragam itu kebanyakan disebabkan oleh manusia sendiri.
Terlebih lagi ternyata manusia sekarang ini baru tersadar bagaimana menciptakan jalan keluar
bagi kepunahan tumbuhan dan hewan serta kehancuran lingkungan atau ekosistem yang di
buat oleh manusia, terlebih lagi ekosistemlah yang paling esensial dalam perkembangbiakkan
dan pertahanan makhluk hidup.

Berdasarkan ilmuwan – ilmuwan yang berpartisipasi dalam video dokumenter ini,


menyimpulkan bahwa ada 5 hal yang digunakan manusia dalam perusakan lingkungan :

1. Penggunaan hasil panen yang berlebihan. Kita menebang pohon – pohon,


mengambil ikan dan seterusnya itu terjadi tanpa kita ketahui kita melakukannya
lebih cepat dari pada pohon dan ikan tersebut bisa kembali ada atau berkembang
biak lagi. Para ahli memperhitungkan bahwa lebih dari setengah dari keseluruhan
pertumbuhan baru pada tanaman – tanaman dan persentase besar dari hewan –
hewan yang dipanenkan setiap tahun hanya untuk digunakan atau dikonsumsi
oleh manusia. Dan sekitar 70% dari spesies ikan terancam karena penggunaan
teknologi modern, dan kita ternyata kita ikut mengancam mereka dengan
memancing yang semata – mata hanya sebagai hobi saja.
2. Kehancuran habitat. Hal ini tidaklah cukup untuk dapat melindungi sekelompok
makhluk hidup termasuk kita sebagai manusia, makhluk hidup harus mempunyai
tempat dimana mereka bisa hidup. Sebagai contoh jika keterpunahannya monyet
– monyet hutan karena penebangan atau pembakaran hutan untuk membuat
lahan pertanian dimana monyet hutan tinggal, maka kemudian mungkinlah jika
monyet hutan lebih baik untuk punah.
3. Islandisasi. Mungkin zaman dahulu kita berpikir bahwa makhluk hidup akan
tetap ada selama habitat asli masih ada akan tetapi pada kenyataanya sekarang
ini wilayah yang menjadi habitat hewan dan tumbuhan telah diolah atau dibangun
sebagai lahan pertanian atau taman industri. Tapi itu tidak akan bekerja.
Ekosistem dari pulau – pulau ini mulai untuk dibongkar dari tepi untuk kebutuhan
materi manusia yang lama – lama serakah yang akhirnya mengakibatkan
kehilangan daratan sebagai tempat hidup kebanyakan makhluk hidup
4. Polusi. Ada banyak masalah polusi yang dapat dipulihkan kembali tapi ada satu
polusi yang sangat serius yakni banyaknya karbon dioksida yang masuk ke
dalam atmosfer, yang tentunya tidak dapat dipantulkan ke luar angkasa dan
terperangkap dalam atmosfer untuk kembali dipantulkan ke bumi sehinga bumi
mengalami krisis pemanasan global. Penyebab pemanasan global menyebabkan
banyak kepunahan. Meskipun iklim telah berganti setiap waktu, makhluk hidup
harus pindah ke utara atau selatan dengan upaya mencari kehangatan dan
pendinginan, serta tumbuhan yang tidak dapat bertahan lebih lama akibat over
CO2.
5. Adanya tumbuhan dan hewan yang ikut merusak regenerasi tanaman dan
hewan lain. Seperti contoh, kelinci, landak, tikus, keong, tumbuh – tumbuhan
parasit, spesies lain akan terancam apabila populasi mereka bertambah dan
dalam banyak kasus mereka dibasmi oleh manusia secara massal.

Jika kita ingat teori Malthus yang sudah memperingatkan bahwa pertumbuhan jumlah
penduduk bila tidak dikendalikan akan naik menurut deret ukur sedangkan produksi pangan
meningkat hanya menurut deret hitung. Sayang peringatan Malthus ini sering diabaikan oleh
kita sebagai manusia yang memiliki daya konsumsi terhadap alam yang paling banyak, yang
tidak mengherankan bahwa sutu saat akan terjadi krisis pangan di dunia.

Krisis pangan saat ini tak pernah terbayangkan sebelumnya. Entah bagaimana populasi
manusia mengalami kemajuan yang amat pesat. Lihat saja pada 1960-an, dunia terlihat
tenang-tenang saja karena persediaan pangan mencukupi bagi 3 miliar penduduk dunia,
walaupun yang seperti kita ketahui pada era Kennedy terjadi babby boom khususnya di
Amerika Serikat. Akan tetapi pada 2001, krisis pangan mulai terasa karena persediaan pangan
tidak dapat mencukupi bagi 6 milyar penduduk dunia. Apalagi pada 2008, krisis pangan kian
menyebar karena persediaan pangan global tidak mencukupi bagi lebih dari 6 milyar
penduduk dunia. Terlebih lagi prediksi pada tahun 2050, jumlah penduduk dunia akan
mencapai 8 milyar hingga 11 milyar. Krisis pangan akan bertambah parah seiring dengan
bertambahnya penduduk bumi dan berkurangnya tumbuhan dan hewan yang dapat hidup di
bumi. Lonjakan itu jelas berdampak luas, termasuk bagi ekologi atau lingkungan hidup. Itu bisa
mengganggu keseimbangan, bahkan merusak ekosistem yang ada. Seperti diketahui,
lingkungan hidup adalah kesatuan ekosistem atau sistem kehidupan yang merupakan
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan (tatanan alam) dan makhluk hidup,
termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain

Mungkin pertanyaan kita sekarang adalah apakah memang benar ada krisis dalam bumi
sekarang ini, sebagian yang kita ketahui hanya dari media, rasanya kita tidak dapat
menyentuh langsung krisis alam tersebut. Sudah sepantasnya kita bersyukur dianugerahi
bumi yang memiliki keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang tetap masih bisa bertahan di
dunia. Akan tetapi pada kenyataanya hewan dan tumbuhan mengalami penyusutan jumlah
serta proses kepunahan akibat pengerusakan yang dilakukan oleh manusia. Menjadi barang
penting untuk penerapan edukasi afeksi sebenarnya dalam kurikulum kita, bukan hanya kasih
sayang terhadap sesama manusia, akan tetapi kasih sayang terhadap alam serta potensi yang
dihasilkannya.

Ada beberapa masalah yang harus di takal dengan pandangan yang jauh ke depan
seperti masalah pertambahan penduduk. Saya pernah mendengar pandangan bahwa hanya
penderitaan dan ancaman akan penderitaan yang lebih buruklah yang dapat diandalkan untuk
membujuk masyarakat bawah menahan diri dalam hal angka kelahiran. Namun kini terdapat
bukti yang jelas bahwa kemiskinan yang sempurna ternyata dapat membujuk lebih banyak
orang dari kalangan itu, dan bukan kebijakan pemerintah. Misalnya saja orang termiskin hari
ini terpaksa harus hidup realistis agar bisa bertahan hidup. Akan tetapi ternyata bukan
kemiskinan dan penyakit yang menyebabkan angka kelahiran menjadi rendah, melainkan
kondisi hidup yang lebih baik dan jalan berpikir yang lebih baiklah yang menjadi motivasi
kecenderungan terhadap pengaturan tingkat kelahiran.
Mungkin ada banyak jumlah manusia yang bisa dan menginginkan untuk merubah
kebiasaan mereka untuk mencegah kepunahan yang lebih jauh dari akibat kerusakan spesies
dan lingkungan tapi pandangan sutradara mengenai permasalahan ekonomi dan politik
ternyata memegang peranan penting dari keterlibatan aspek ini terhadap kerusakan ekosistem
biosfer kita yang didalamnya terdapat hewan dan tumbuhan sebagai objek konsumsi kita.
Dalam aspek ekonomi contohnya, bagaimana perusahaan – perusahaan besar di dunia telah
megambil alih dari eksploitasi sumber daya alam hanya untuk mencapai titik profit tertinggi.
Mereka kebanyakan selalu mentamengi kegiatan eksploiasi mereka dengan kegiatan
penghijauan atau upaya pelestarian dan penakaran hewan dan tumbuhan, akan tetapi usaha
yang mereka lakukan menghasilkan regenerasi yang lebih lama dari kegiatan mereka
menghabiskan potesi alam yang ada. Selanjutnya masalah politik yang memberikan banyak
celah kemudahan bagi suatu instansi untuk menguras potensi makhluk hidup. Seperti yang
ketahui banyak praktek – praktek korupsi, money politic , dan lain sebagainya telah membuat
system imunitas bagi pelaku kejahatan yaitu manusia dalam memperoleh sumber daya alam
secara illegal maupun legal denagan rakus.

Melihat seluruh ketakutan – ketakutan yang ditayangkan, ini sangat mengherankan


bagaimana kita bisa santai untuk melihat dan mendengarkan video ini. Keseluruhannya bagus
sekali dan foto – foto yang indah dari alam yang dibuat oleh sutradara. Dan pernyataan –
pernyataan dari ilmuwan memperikan kesan mendalam pada saya. Pesan utama dari video ini
adalah sekarang ini umat manusia masih memerlukan sumber daya dari alam, pada akhirnya
kita perlu untuk menggunakan sumber daya alam sebisa mungkin untuk tetap menopang
kehidupan di masa yang akan datang. Selebihnya, kita mempunyai suatu kewajiban untuk
meninggalkan jauh kebelakang kebiasaan konsumsi terhadap hewan, tumbuhan dan potensi
alam lainnya secara berlebihan karena alamlah satu – satunya harta warisan yang masih
tersisa di bumi.
___________________________________

You might also like