You are on page 1of 7

Sekolah Pasca Sarjana -

Universitas Sahid
Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG
Subject : Komunikasi Sosial Pembangunan Score :
Lecturer : Rachmat Baihaky, M.A
Program : Magister
Faculty : Communications Public Relation
Semester : 2 (Dua)
Deadline : November 24th, 2009

Name : M. Eric Harramain


NPM : 2008 22 32 0003

PERATURAN :

1. Soal dikerjakan di dalam kelas secara individual.


2. Dipersilahkan untuk melihat sumber referensi, dengan catatan mencantumkan
sumber referensi di dalam jawaban.
3. Plagiat dari sumber referensi dan / atau bekerjasama dalam ujian adalah perbuatan
melawan hukum. (note: pergunakan parafrase dimana kutipan tokoh / orang lain
diterjemahkan dalam gaya bahasa peserta ujian masing – masing)
4. Masing – masing pertanyaan dapat dijabarkan sebanyak 100 kata atau disesuaikan
dengan kecukupan pemahaman masing – masing peserta ujian.
5. Pertanyaan adalah seputar tema diskusi kelompok baca, dengan demikian jawaban
yang diberikan, diharapkan tidak melebar / keluar dari konteks hasil diskusi kelas.
6. Pergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
7. Bahasa Penulisan jawaban adalah bahasa ilmiah.

SOAL UTS KOMSOSBANG :

Dalam upaya pembangunan masyarakat khususnya di negara – negara dunia


ketiga, pemberdayaan teknologi komunikasi merupakan sebuah alternatif baru sebagai
langkah strategis demi menuju sebuah masyarakat modern. Permasalahan muncul
ketika pembangunan komunikasi dianggap sebagai penjajahan gaya baru di tengah
masyarakat modern. Ketimpangan saluran informasi (one way communication)
dijadikan sebagai indikasi fenomena di atas.

1. Bagaimana analisa anda dalam melihat permasalahan ini? Apakah ada sebuah /
beberapa solusi demi sebuah pembangunan yang adil / sempurna bagi negara
ketiga?

2. Dan jika negara maju dianalogikan sebagai Jakarta, dan negara – negara dunia
ketiga adalah daerah – daerah tertinggal di Indonesia, bagaimana anda melihat
konteks pembangunan sosial komunikasi di Indonesia? Apakah ada kesamaan /
perbedaan dengan konteksnya di tingkat dunia? Bagaimana membangun /
menuju masyarakat “modern” bagi masyarakat di daerah tertinggal di Indonesia
dengan menjadikan komunikasi sebagai ujung tombak pembangunan?

Selamat Bekerja ... ^_^

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009


Created by: ericcasavany@yahoo.com
Sekolah Pasca Sarjana -
Universitas Sahid
Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG
JAWABAN UTS KOMSOSBANG :

1. Pendahuluan:
Sejarah mencatat bahwa usai Perang Dunia ke II, banyak negara – negara dunia
ketiga yang mengalami perang / korban perang pada akhirnya mengalami krisis pasca
perang, baik itu krisis ekonomi, politik, hubungan internasional, pangan, keuangan,
teknologi, kultur budaya, pembangunan dll. Dan seperti kita tahu juga, negara – negara
ini yang notabenenya baru saja melepaskan diri dari kolonialisme negara – negara
Eropa, perlu banyak sekali membenahi dirinya dari semua sisi, seperti: menata ulang
sistem & struktur ekonomi yang luluh lantak akibat penjajahan sebelumnya. Dan
pekerjaan rumah bagi negara – negara yang baru merdeka ini (negara dunia ketiga),
untuk mengembalikan rekondisi kultural, dan mengembalikan mental masyarakatnya
untuk terlepas dari trauma akibat perang, serta memulihkan perasaan “mental” sebagai
si-terjajah.
Pasca perang dunia kedua, dengan dalih untuk mengembalikan kondisi dunia
menjadi lebih baik, Pemenang perang dunia kedua, yaitu Amerika Serikat berinisiatif
memunculkan projek bantuan ekonomi yang bertajuk “Marshall Plan” dimana secara
singkat bertujuan untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi negara – negara
penerima bantuan, dengan catatan semua strategi pembangunan disesuaikan dengan
usulan negara donor (ini sebagai upaya awal Amerika Serikat untuk mendirikan negara-
negara satelit Amerika Serikat, dan mengintervensi program – program sosial negara
yang dibantu / “Upaya Ketergantungan tergantung”). Bantuan ini mencakup transfer
teknologi, Penyaluran tenaga ahli, kucuran modal awal, strategi perencanaan program
– program pembangunan, dan mengembalikan tingkat pertumbuhan ekonomi negara –
negara penerima bantuan.
Pasca “Marshall Plan” yang mendapat respon positif dari banyak negara di
dunia, termasuk Indonesia waktu itu, maka mulai diberlakukanlah penerapan
paradigma pembangunan yang bersifat “vertical : top – down”. Dimana secara singkat
pola pembangunan, kebijakan negara, kebijakan pembangunan komunikasi seolah –
olah “harus ditelan bulat – bulat oleh negara penerima bantuan” dan berkiblat pada
negara donor / projek negara - negara maju. Serta mulai diberlakukannya “Theory
trickle – down effect / teori efek tetesan kebawah”. Dimana asumsinya intervensi setiap
program sosial di negara dunia ketiga akan menetes kebawah sampai kepada semua
orang, mulai dari lapisan paling atas (Jajaran penentu kebijakan & pemerintah), lapisan
tengah (pengusaha dan pelaku bisnis), sampai akhirnya lapisan bawah (dalam hal ini
masyarakat luas), akan mampu mengakses pesan – pesan kemajuan secara
bertingkat, dan merasakan dampak ekonomi yang telah diberikan oleh negara
pendonor (Nasution. 1998).

1. Analisa (isi):
Terkait dengan pendahuluan diatas, dalam konteks indonesia, pembangunan
yang bersifat “Vertical top-down & Theory trickle – down effect / Teori efek tetesan
kebawah”. Pada kenyataannya tidak semulus yang diprediksi oleh negara pendonor,
karena model pembangunan tersebut diatas, nyatanya menimbulkan banyak
permasalahan saat eksekusi di lapangan, diantaranya konflik kepentingan di bidang
politik, ekonomi, budaya, teknologi, komunikasi, dll (untuk ditingkat atas: dalam hal ini

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009


Created by: ericcasavany@yahoo.com
Sekolah Pasca Sarjana -
Universitas Sahid
Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG
negara), dan konflik di level akar rumput atau “grass – root level” (untuk di tingkat
bawah: dalam hal ini masyarakat luas).
Sebagai contoh, dimana dengan berjalannya waktu, negara mulai menyadari
bahwa ketergantungan terhadap negara donor tidak hanya terbatas dalam hal
permodalan saja, melainkan sudah masuk jauh dalam kebijakan suatu negara, yaitu
kebijakan ekonomi, kebijakan politik dan lain sebagainya, hal ini harus segera
dihentikan agar tidak mengancam integritas suatu negara terlalu jauh oleh intervensi
pihak asing atas negara yang menerima bantuan (upaya negara dalam melepaskan diri
dari penjajahan gaya baru).
Contoh lain adalah transfer tenaga ahli asing & transfer teknologi yang dijanjikan
ternyata berjalan secara timpang, dimana pada kenyataannya hal – hal tersebut tidak
mampu berjalan secara efektif untuk membangun negara yang dibantu, melainkan lebih
banyak ditujukan untuk kepentingan negara – negara pendonor.

1. Solusi (Pembangunan yang adil bagi negara dunia ketiga):


Salah satu solusi dalam pendekatan komunikasi pembangunan adalah dengan
memberikan kesempatan partisipasi rakyat seluas – luasnya dalam proses
pembangunan, dimana dengan mewujudkan komunikasi yang adil dan seimbang
antara masyarakat dan pembuat keputusan negara, dan diharapkan pada akhirnya
akan mempengaruhi jalannya proses pembangunan, yang tidak lagi berorientasi pada
kepentingan politis semata, serta pemenuhan keuntungan segelintir elit saja.
Pembangunan yang adil adalah pembangunan yang berorientasi pada kepentingan
rakyat dan ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat pada akhirnya.
Solusi lainnya, adalah perubahan model komunikasi linier konvensional, yang
mana selama ini komunikasi yang ada sengaja dikondisikan berlangsung secara linier
(komunikasi satu arah) dari sumber – pesan – melalui bantuan media – kepada
penerima pesan, tanpa adanya saluran balik (feedback) dari penerima pesan kepada
sumbernya. Dirubah menjadi komunikasi yang dirancang sedemikian rupa agar pesan –
pesan yang bersifat persuasif dilakukan dengan cara yang positif dan konstruktif /
membangun, dan ditujukan kepada masyarakat luas sebanyak mungkin, dan melalui
jalur komunikasi dua arah, agar semua pihak dapat terpuaskan.
Hal ini dapat pula disinkronisasi dengan pola pertukaran teknologi informasi dari
negara utama secara berimbang kepada negara dunia ketiga melalui komunikasi dua
arah (bargaining positions) dan tidak menghilangkan sentuhan lokal dalam
penyampaian komunikasi di masa yang akan datang. Agar semua pihak “merasa
dimenangkan” atau dapat terakomodir dengan baik (semua pihak dapat saling
terpenuhi kepentingannya, baik negara utama maupun negara – negara dunia ketiga).
Menurut Oepen (1988: 1), dimana peran serta masyarakat akan semakin
tergerak untuk merealisasikan program pembangunan yang telah dicanangkan
pemerintah, manakala format pesan yang ingin disampaikan telah sesuai dengan
keinginan masyarakat tersebut, maka pada akhirnya pola pikir masyarakat secara tidak
langsung telah mampu dikendalikan melalui proses komunikasi.

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009


Created by: ericcasavany@yahoo.com
Sekolah Pasca Sarjana -
Universitas Sahid
Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG
2. Konteks pembangunan sosial komunikasi di Indonesia
Kesamaan konteks pembangunan komunikasi di Indonesia dan negara – negara
dunia ketiga terkait dengan kondisi dunia memiliki ”satu benang merah yang sama”,
yaitu subordinasi antara kekuatan rakyat berhadapan dengan kekuatan pemegang
kekuasaan negara.
Menurut Galtung dalam Windhu (1992: 41 – 54), dimana menjelaskan hubungan
antara negara utama / centre (C) dengan negara periphery (P), dan hubungan antara
negara utama dengan negara periphery (cP), serta hubungan negara periphery
terhadap negara periphery lainnya (pP) sebagai bentuk pelestarian oleh pola – pola
komunikasi sebelumnya.
Menurut McQuail (1994: 99), secara singkat dan lugas menjelaskan bahwa
penerapan pola – pola komunikasi yang dilestarikan dalam bentuk ”imperialisme”,
dilakukan secara sengaja, disadari secara langsung, dan sistematis, dimana
memposisikan negara yang sedang berkembang, dalam hal ini negara – negara dunia
ketiga, termasuk Indonesia, untuk sedapat mungkin tetap berada di bawah kepentingan
kekuasaan kapitalis yang jauh lebih super-power, dalam hal ini Amerika Serikat.
Disini juga dijelaskan secara singkat menurut Nasution (1988: 82), dimana sudah
waktunya untuk merubah pola komunikasi yang lebih disesuaikan dengan konteks
negara yang bersangkutan, melalui kegiatan komunikasi untuk perubahan perencanaan
kegiatan sosial demi meningkatkan pembangunan yang lebih manusiawi, yang artinya
komunikasi yang dibangun bertujuan untuk menghapus kemiskinan, pengangguran,
dan ketidakadilan.
Konteks pembangunan komunikasi di Indonesia dan negara – negara dunia
ketiga sudah waktunya untuk mampu berani mandiri dan keluar dari gaya imperialisme
“budaya” dan “penguasaan media” oleh negara utama (centre), dimana upaya ini
dilakukan dengan tujuan untuk membantu percepatan ”modernisasi” negara – negara
dunia ketiga, termasuk Indonesia secara lebih berimbang, tanpa harus menghilangkan
kekhasan ”sentuhan kearifan budaya lokal” dan nilai – nilai tradisional dari tiap negara
dunia ketiga.

2. Bagaimana membangun / menuju masyarakat “modern” bagi masyarakat di


daerah tertinggal di Indonesia dengan menjadikan komunikasi sebagai ujung
tombak pembangunan?
Berikut ini beberapa cara untuk membangun masyarakat “modern” dengan
menjadikan komunikasi sebagai ujung tombak pembangunan, diantaranya:
a) Pembangunan haruslah tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang dilakukan
melalui kegiatan dan keterampilan yang kita peroleh saat ini, melainkan sebagai
sesuatu yang berlangsung terus menerus sebagai bentuk proses belajar.
b) Pola komunikasi pembangunan di Indonesia di era paradigma baru saat ini,
haruslah bercirikan partisipatif – horizontal, dimana di dalamnya terdapat konsep
komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), konsep komunikasi antar
kelompok (group communication), model komunikasi dua tahapan (two step flow
communication), dan media rakyat (folk media).

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009


Created by: ericcasavany@yahoo.com
Sekolah Pasca Sarjana -
Universitas Sahid
Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG
c) Menjadikan pendapat pemuka masyarakat (opinion leader) sebagai aktor penting
proses komunikasi masyarakat (Oepen. 1988: 2), dimana tidak bisa dipungkiri
bahwa Indonesia masih memiliki ikatan kultural di berbagai daerah, dan menjadikan
opinion leader (pemuka masyarakat, dalam hal ini: kyai, guru, pemuka adat, dll)
sebagai media yang efektif untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.
d) Penerapan aplikasi komunikasi partisipatif – horizontal, dimana dalam upaya
membangun interaksi komunikasi yang lebih demokratis saat ini, maka sudah
sewajarnya untuk melibatkan / mengundang / mempercayakan masyarakat untuk
lebih berpartisipasi dalam setiap proses komunikasi sampai kepada pengambilan
keputusan (Wibowo. 1994: 2-3). Karena itu kegiatan komunikasi bukan kegiatan
memberi dan menerima, melainkan “berbagi” atau “berdialog”. Isi komunikasi bukan
lagi “pesan” yang dirancang oleh sumber dari atas, melainkan fakta, kejadian,
masalah, kebutuhan yang dimodifikasikan menjadi “tema”. Semua suara didengar
dan diperhatikan untuk dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Maka yang terlibat dalam model komunikasi ini bukan lagi “sumber dan penerima”
melainkan partisipan” yang satu dengan yang lain
e) Memberikan kebebasan berpendapat bagi seluruh rakyat Indonesia dari “budaya
bisu”, dimana dalam hal ini berupaya sekeras mungkin untuk menyadarkan dan
membantu masyarakat untuk berani memunculkan kesadaran terhadap setiap
kebijakan yang tengah diambil oleh negara, agar selalu senantiasa berorientasi
pada segenap kepentingan masyarakatnya.
f) Memberikan pendidikan dan pemahaman yang komprehensif, agar mampu
menyadarkan masyarakat atas segala hak dan kewajibannya untuk selalu
berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembangunan di Indonesia. Tidak semata –
mata sebagai pelaksana lapangan, tetapi juga sebagai penentu dalam proses
lahirnya kebijakan, sampai penerapan pelaksanaan dari kebijaksanaan yang telah
dibuat secara bersama – sama, antara rakyat dan pemerintah.

Jika beberapa cara ini telah mampu dilaksanakan, maka diharapkan agar masyarakat
Indonesia mampu menuju ke arah yang lebih demokratis, berdaya, merdeka
sepenuhnya, dalam kerangka civil society. Dengan catatan bahwa perintisan
komunikasi partisipatif horizontal ini tidak dimulai dari struktur atas, melainkan dirintis
dari lingkungan masyarakat sehari – hari, dan dimulai dari persoalan sederhana di
dalam masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA:

McQuail, Denis, Teori Komunikasi Massa, Erlangga, Jakarta, 1994.

Nasution, Zulkarimein, Komunikasi Pembangunan, Erlangga, Jakarta, 1988.

Oepen, Manfred (ed.), Media Rakyat, Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan


Masyarakat (P3M), Jakarta, 1988.

Wibowo, Fred, “Komunikasi Media Teater Rakyat”, Paper Workshop Komunikasi Teater
Rakyat, Studio Audio Visual-Universitas Sanata Darma, Yogyakarta, 1994.

Windhu, I. Marsana, Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung, Kanisius,


Yogyakarta, 1992.

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009


Created by: ericcasavany@yahoo.com
Sekolah Pasca Sarjana -
Universitas Sahid
Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG

LAMPIRAN

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009


Created by: ericcasavany@yahoo.com
Sekolah Pasca Sarjana -
Universitas Sahid
Soal & Jawaban Ujian UTS KOMSOSBANG
Lampiran 1.

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Eric Harramain


NIM : 2008 22 320003
Program Studi : Magister Ilmu Komunikasi
TA/ Semester : 2008-2009 Periode II / Dua
Judul karya : Ujian KOMSOSBANG

Dengan penuh kesadaran menyatakan bahwa :


1. Karya tulis / Makalah / Paper yang saya serahkan adalah benar-benar merupakan hasil
karya intelektual yang orisinil.
2. Karya tulis / Makalah / Paper yang dihasilkan ini telah mempergunakan sumber ilmiah
dengan tata cara pengutipan sumber yang benar sebagaimana berlaku dikalangan ilmiah
3. Jika dikemudian hari terdapat kekeliruan, kesalahan, dan ditemukan praktek penjiplakan
disengaja ataupun tidak, maka karya ilmiah tersebut dapat dibatalkan sepihak oleh pihak
program dan segala konsekuensinya sepenuhnya menjadi tanggung jawab siswa yang
bersangkutan.

Jakarta, 24 November 2009


Yang membuat karya ilmiah,

(M. Eric Harramain)

Komunikasi Sosial Pembangunan - 2009


Created by: ericcasavany@yahoo.com

You might also like