Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Yohanes Lesmono Wijoyo
NIM: 021414002
iv
Kupersembahkan karya ilmiah ini kepada
Tuhan yang kekal sebagai penunjuk jalan hidupku
Bapak (alm) dan ibuku yang mengharapkan kesuksesan bagi putra-putrinya
Mas Wawan, Mas Momon dan Dian yang tersayang
Serta semua orang yang telah berjasa dalam hidupku sampai saat ini
v
ABSTRAK
TEOREMA CARATHEODORY PADA HIMPUNAN KONVEKS
DALAM RUANG EUKLIDES DIMENSI – n
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah membahas i.) sifat-sifat dasar
n
himpunan konveks dalam , dan ii.) konsep dari Teorema Caratheodory beserta
konsep-konsep yang mendasarinya.
Metode yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah metode studi
pustaka, yaitu dengan mempelajari dan memahami beberapa bagian dari buku
acuan yang digunakan.
Hasil dari penulisan ini yakni diperolehnya suatu Teorema Caratheodory
yang mengatakan bahwa untuk sebarang A ⊂ n
dan sebarang x ∈ co(A), co(A)
adalah konveks hull himpunan A, maka ada n + 1 vektor-vektor x1 , …, x n +1 ∈ A
dan vektor p ∈ Pn + 1, sedemikian sehingga:
x = p1 x1 + ... + p n +1 x n +1
di mana
n +1
Pn +1 = p = ( p1 ,..., pn +1 ) | pi ≥ 0,
T
pi = 1
i =1
vii
ABSTRACT
CARATHEODORY’S THEOREM ON THE CONVEX SET
IN n-DIMENSIONAL EUCLIDEAN SPACE
The aims of this thesis are to discuss i.) the basic concepts of convex set in
n
, and ii.) concept of Caratheodory’s Theorem and its base.
The method used in this thesis is literature study method, in which the
researcher learn some parts of the books which were used as references.
The result of this study is Caratheodory’s Theorem which stated that for
any A ⊂ n
and any x ∈ co(A), co(A) is convex hull of set A, then there exist
n + 1 vectors x1 , …, x n+1 ∈ A and vector p ∈ Pn + 1, such that
x = p1 x1 + ... + p n+1 x n +1
where
n +1
Pn +1 = p = ( p1 ,..., pn +1 ) | pi ≥ 0,
T
pi = 1
i =1
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa di surga atas rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan. Namun
demikian banyak pihak yang telah turut serta membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih khususnya kepada:
1. Tuhan yang kekal sebagai pemberi rahmat dan karunia bagi semua orang.
2. Bapak M. Andy Rudhito selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
dan juga selaku dosen pembimbing penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Y. G. Hartono, S.Si., M.Sc. dan Bapak Hongki Julie, S.Pd., M.Si.
selaku dosen penguji.
4. Ibu Domesia Novi Handayani S.Pd. selaku dosen pembimbing akademik.
5. Bapak Nardjo dan Bapak Sugeng yang membantu bidang administrasi.
6. Ibuku, Mas Wawan, Mas Momon, dan Dian yang setia memberi semangat.
7. Teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2002.
8. Teman-teman satu jurusan Pendidikan MIPA.
9. Teman-teman kos: Mang Juhai, Agustinus, Dono, Dagdo, Nata, Kentrung,
Budi, Andika, Niko, Krisna.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Dalam dunia pendidikan, setiap manusia dididik menjadi manusia yang
dewasa susila. Untuk menuju ke kedewasaan yang bersusila ini manusia perlu
belajar seumur hidupnya dari lingkungan sosial mereka.
Penulis sadar bahwa dalam segala hal yang dilakukan, baik perilaku
maupun kata-kata, masih jauh dari sikap manusia yang dewasa susila. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak atas segala tindakan dan tingkah laku yang
kurang berkenan. Semoga Tuhan berkenan memandang niat baik kita. Amin.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 2
E. Pembatasan Masalah.................................................................. 2
F. Metode Penulisan....................................................................... 3
G. Sistematika Penulisan ................................................................ 3
H. Materi Prasyarat......................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI................................................................. 5
A. Vektor ....................................................................................... 5
B. Ruang Vektor ............................................................................10
C. Subruang Vektor........................................................................11
D. Kombinasi Linear dan Kebebasan Linear ...................................13
E. Basis..........................................................................................15
F. Perkalian Himpunan ..................................................................15
G. Topologi Metrik Dimensi – n ....................................................17
x
H. Barisan ......................................................................................21
BAB III TEOREMA CARATHEODORY PADA HIMPUNAN
n
KONVEKS DALAM ..........................................................25
n
A. Persamaan Garis dan Persamaan Bidang Dalam ..................25
n
B. Sifat-sifat Himpunan Konveks Dalam .................................38
C. Teorema Caratheodory...............................................................57
BAB IV KESIMPULAN .........................................................................69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................71
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan kendala. Salah satu cabang permasalahan optimisasi yang ada adalah
masalah optimisasi konveks, yakni jika fungsi sasaran dan fungsi kendalanya
bersifat konveks.
x1 dan x 2 ∈ C maka segmen garis tertutup [x1 , x 2 ] juga termuat dalam C, dan
suatu titik x dikatakan sebagai titik ekstrim himpunan konveks C jika dan
hanya jika:
k
3. Tidak ada kombinasi konveks x = α i x i selain x1 = x 2 = ... = x k = x .
i =1
1
2
B. Perumusan Masalah
Dari uraian tersebut, masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah
n
1. Bagaimanakah sifat-sifat dasar himpunan konveks dalam ?
yang mendasarinya?
C. Tujuan Penulisan
n
1. Sifat-sifat dasar himpunan konveks dalam , dan
mendasarinya.
D. Manfaat Penulisan
sebagai kombinasi konveks dari vektor-vektor yang lainnya atau tidak. Jika
tidak maka vektor tersebut memenuhi salah satu kriteria sebagai titik ekstrim
himpunan konveks.
E. Pembatasan Masalah
yang tidak kosong. Titik ekstrim himpunan konveks juga tidak dibahas di
dalamnya.
3
F. Metode Penulisan
Metode yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah metode studi
pustaka, yaitu dengan mempelajari dan memahami beberapa bagian dari buku
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Pembatasan Masalah
F. Metode Penulisan
G. Sistematika Penulisan
H. Materi Prasyarat
A. Vektor
B. Ruang Vektor
C. Subruang Vektor
E. Basis
F. Perkalian Himpunan
H. Barisan
n
B. Sifat-sifat Himpunan Konveks Dalam
C. Teorema Caratheodory
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
H. Materi Prasyarat
LANDASAN TEORI
A. Vektor
Vektor dalam 2
dapat dinyatakan dengan matriks berordo 2 × 1 ,
x1
yaitu: , dan dalam 3
dapat dinyatakan dengan matriks berordo 3 × 1 ,
x2
x1
yaitu: x 2 , dengan x1 , x 2 , x3 adalah bilangan-bilangan real.
x3
n
Secara generalisasi, dapat didefinisikan dengan cara aljabar,
3
karena visualisasi geometris tidak dapat melebihi .
n
disebut ruang Euklides berdimensi–n, dan dilambangkan dengan .
Elemen-elemen dalam n
disebut sebagai vektor. Vektor x ∈ n
5
6
n
Operasi penjumlahan dan perkalian vektor dengan skalar dalam
n
Suatu vektor dalam yang semua komponennya sama dengan nol disebut
x = (x1 , x 2 ,..., x n )
T n
Jika sebarang vektor dalam , maka vektor
n
Operasi pengurangan dalam didefinisikan sebagai berikut:
berlaku:
x−y = x + (− y )
Teorema 2.A.1
Untuk setiap x, y, z ∈ n
dan skalar α , β ∈ , berlaku:
a. x + y ∈ n
dan αx ∈ .
7
b. x + y = y + x.
c. x + (y + z) = (x + y) + z.
d. x + 0 = x.
e. x + (-x) = 0.
f. α (x + y) = αx + αy.
g. (α + β) x = αx + βx.
h. (αβ) x = α (βx).
i. 1x = x.
n
didefinisikan sebagai: x, y = xi y i
i =1
sebagai:
1
1 n 2
2
x = x, x 2
= xi
i =1
8
Teorema 2.A.2
Untuk setiap x, y, z ∈ n
dan skalar α , β ∈ , berlaku:
a. αx + β y , z = α x, z + β y , z .
b. x, y = y , x .
c. x, x ≥ 0 .
Bukti:
α , β ∈ ; maka:
n
a. αx + β y , z = (αxi + βyi )z i
i =1
n
= (αxi z i + βyi z i )
i =1
n n
= (αxi z i ) + (β y i z i )
i =1 i =1
n n
=α xi z i + β yi z i
i =1 i =1
= α x, z + β y , z .
n
b. x, y = xi y i
i =1
9
n
= y i xi
i =1
= y, x .
n
c. x, x = xi2 ≥ 0 .
i =1
n
d. x, x = xi2 = 0 bhb x12 = x 22 = ... = x n2 = 0
i =1
bhb x1 = x 2 = ... = x n = 0
bhb x = 0
adalah besar sudut antara vektor x dan vektor y yang tidak nol di mana
0 ≤θ ≤π .
Teorema 2.A.3
Jika adalah besar sudut antara vektor x dan vektor y, maka berlaku
x, y = x y cos θ
Akibat 2.A.1
Jika adalah besar sudut antara dua vektor x dan y yang tidak nol maka
x, y
cos θ =
x y
10
Akibat 2.A.2
jika x, y = 0 .
B. Ruang Vektor
penjumlahan dan perkalian dengan skalar. Dengan ini kita mengartikan bahwa
dipenuhi:
atas sering juga disebut ruang vektor real, karena skalar yang digunakan
Teorema 2.B
Jika V adalah ruang vektor dan x adalah sebarang elemen dari V, maka:
a. 0x = 0.
tunggal).
c. (-1)x = -x.
C. Subruang Vektor
subruang dari V jika W adalah suatu ruang vektor yang tertutup terhadap
Jika S adalah subhimpunan tak kosong dari suatu ruang vektor V, dan S
Teorema 2.C
n
N(A) merupakan subruang dari .
Bukti:
Sehingga x + y ∈ N(A).
13
α1v1 + α 2 v 2 + ... + α n v n
di mana α1 , α 2 ,...,α n ∈ .
Teorema 2.D.1
jika setiap vektor dalam V dapat ditulis sebagai kombinasi linear dari
v 1 , v 2 ,..., v n .
14
Teorema 2.D.2
a. Jika v 1 , v 2 ,..., v n merentang pada suatu ruang vektor V dan salah satu dari
vektor-vektor ini dapat ditulis sebagai kombinasi linear dari n-1 vektor
satu vektor sebagai kombinasi linear dari n-1 vektor yang lain jika dan
α1v1 + α 2 v 2 + ... + α n v n = 0
α1 v1 + α 2 v 2 + ... + α n v n = 0
α1 v1 + α 2 v 2 + ... + α n v n = 0
15
E. Basis
hanya jika:
Teorema 2.E
Jika {v1 , v 2 ,..., v n } adalah himpunan yang merentang suatu ruang vektor V,
Akibat 2.E
Jika {v1 , v 2 ,..., v n } dan {w1 , w 2 ,..., w m } kedua-duanya adalah basis untuk suatu
F. Perkalian Himpunan
∏A
i =1
i atau A1 × A2 × ... × Am
16
n1 + n2 +...+ nm
adalah himpunan A dalam yang beranggotakan semua vektor yang
n1 + n 2 +...+ n m
mungkin dalam yang diperoleh dengan mengambil n1 komponen
∏ A = {x = (x , x , ..., x ) }
m
T
i 1 2 m | x i ∈ Ai , ∀i = 1, 2, ..., m
i =1
n
Sebagai contoh, dapat dianggap sebagai hasil perkalian himpunan
1
dari dengan dirinya sendiri sebanyak n kali.
n
= 1
× 1
... × 1
n kali
Jika A1 ⊂ 2
berisi vektor-vektor pada keliling lingkaran dengan
3
adalah himpunan dalam yang berupa silinder dengan tinggi 1 dan alasnya
berupa lingkaran dalam bidang (x1 , x 2 ) dengan pusat di titik pusat dan jari-
Misalkan = n1
× n2
× ... × nm
. Untuk vektor x∈ ,
x = (x1 , x 2 ,..., x m )
T
di mana x i = x i1 , x i 2 ,..., x ini ( )
T
, i = 1,2,..., m . Operasi
17
n
vektor biasa .
y ∈ V disebut sebagai metrik atau fungsi jarak pada V jika memenuhi syarat
berikut:
metrik.
n
Contoh dalam , fungsi d didefinisikan sebagai berikut:
1
n 2
d(x, y) = x − y = ( xi − y i ) 2
i =1
18
n
Akan ditunjukkan fungsi d di atas merupakan metrik pada :
i. d(x, y) = x − y ≥ 0 .
x−y = 0
1
n 2
⇔ ( xi − y i ) 2
= 0
i =1
n
⇔ (xi − yi )2 = 0
i =1
xi − yi = 0
⇔ xi = yi
⇔ x = y
B(x, r ) = {y | y − x < r}
Bola tertutup B (x, r ) dengan pusat x dan jari-jari r > 0 didefinisikan sebagai:
B(x, r ) = {y | y − x ≤ r}
Misalkan S ⊆ n
. Suatu titik x disebut sebagai titik interior S jika ada r > 0
Jika himpunan titik-titik interior S tidak kosong, maka kita sebut himpunan
titik-titik interior ini sebagai interior dari S dan dinotasikan dengan int(S).
1
memiliki titik interior. Tetapi jika kita perhatikan sebagai himpunan pada ,
interior.
20
dalam S.
Titik x disebut sebagai titik limit himpunan S jika untuk setiap ε > 0 ada titik
bergantung pada ε .
Suatu himpunan tidak harus memiliki titik-titik limit dan suatu titik
limit tidak harus menjadi anggota himpunan tersebut. Himpunan bilangan asli
1
positif sebagai himpunan dalam merupakan salah satu contoh himpunan
yang tidak memiliki titik limit. Sedangkan contoh untuk suatu titik limit yang
1
S ≡ x|x = , n = 1, 2, 3, ... dalam 1
. Nol adalah titik limit dari himpunan
n
sebagai S = S ∪ S ' dengan S ' adalah himpunan semua titik limit himpunan S.
21
titik limitnya.
Suatu himpunan tidak harus memenuhi kedua sifat, yakni terbuka atau
{
S = B(0,1) ∪ x = (x1 , x2 ) | x = 1, x1 ≥ 0
T
}
Titik x = (x1 , x 2 ) dengan x = 1 dan x1 ≥ 0 bukan titik interior S karena
T
untuk titik x itu sendiri, tidak masalah seberapa kecil kita memilih ε > 0 ,
lingkaran B(x, ε ) tidak berada dalam S. Karena itu S tidak terbuka. Namun
H. Barisan
n
Suatu barisan di adalah suatu fungsi yang memberikan sebuah
vektor x k ∈ n
di mana k adalah bilangan bulat positif. Barisan vektor x k
lim x k = y atau x k → y
k →∞
Teorema 2.H
Bukti:
Berikut ini diberikan lema bagi titik sebagai titik limit dari suatu
himpunan.
Lema 2.H
Titik x adalah titik limit himpunan S jika dan hanya jika ada barisan {x k } dari
x k ≠ x dan x k → x .
23
Bukti:
Misalkan x adalah titik limit S. Maka untuk setiap bilangan bulat k ada
1
titik x k ∈ S sedemikian sehingga x k ≠ x dan x k ∈ B x, . Untuk setiap
k
1
ε > 0 , ada bilangan bulat positif K (ε ) yang memenuhi < ε . Karena
K (ε )
1 1
itu, untuk k > K (ε ) , diperoleh < ε dan B x, ⊂ B (x, ε ) . Dengan
k k
Akibat 2.H.1
anggota S .
Bukti:
Akibat 2.H.2
Bukti:
berlaku dari lema 2.H. Jika x ∈ S dan x ∉ S ' , dapat diambil x k = x untuk
TEOREMA CARATHEODORY
n
PADA HIMPUNAN KONVEKS DALAM
n
A. Persamaan Garis dan Persamaan Bidang Dalam
bidang. Oleh karena itu, bentuk-bentuk persamaan garis dan persamaan bidang
dinyatakan dengan:
t<0
x1
0 < t <1
x2
t >0
x1 x
x2
25
26
Pada gambar 3.1, penggal garis yang berawal dari x1 dan berakhir di
Sedangkan penggal garis yang berawal dari x1 dan berakhir di x 2 tetapi tidak
interval (0,1) . Penggal garis tersebut kemudian disebut sebagai segmen garis
terbuka.
dengan nilai t ≥ 0, dan sinar garis negatif berawal dari x1 atau dari x 2 ,
n
Definisi 3.A.1 Garis dalam
n
Garis dalam melalui dua vektor x1 dan x 2 didefinisikan sebagai himpunan
{x | x = x1 + t (x 2 − x1 ), − ∞ < t < ∞}
Teorema 3.A.1
n
Garis dalam melalui dua vektor x1 dan x 2 dinyatakan dengan:
27
{x | x = αx1 + βx 2 , α + β = 1}
Bukti:
n
Dari definisi 3.A.1, Garis dalam melalui dua vektor x1 dan x 2
didefinisikan oleh:
{x | x = x1 + t (x 2 − x1 ), − ∞ < t < ∞}
⇔ {x | x = x1 + tx 2 − tx1 , − ∞ < t < ∞}
⇔ {x | x = x1 − tx1 + tx 2 , − ∞ < t < ∞}
⇔ {x | x = (1 − t )x1 + tx 2 , − ∞ < t < ∞}
Dengan mengambil α = (1 − t ) dan β = t diperoleh:
{x | x = αx1 + βx 2 , α + β = 1}
n
Definisi 3.A.2 Segmen Garis Tertutup dalam
[x1 , x 2 ] = {x | x = (1 − t )x1 + tx 2 , 0 ≤ t ≤ 1}
Untuk α = (1 − t ) , dan β = t , diperoleh:
n
Definisi 3.A.3 Segmen Garis Terbuka dalam
n
Definisi 3.A.4 Segmen Garis Setengah Terbuka dalam
n
(i) Segmen garis setengah terbuka dalam yang memuat vektor x1 tetapi
sebagai:
sebagai:
Lema 3.A
berlaku:
y − x1 β
=
y − x2 α
Bukti:
y − x1 = αx 1 + β x 2 − x 1
⇔ y − x1 = (α − 1)x1 + βx 2
⇔ y − x1 = βx 2 − (1 − α )x1
⇔ y − x1 = βx 2 − β x 1
⇔ y − x1 = β (x 2 − x1 )
⇔ y − x1 = β (x 2 − x1 )
⇔ y − x1 = β x 2 − x1 (2)
y − x2 = αx1 + βx 2 − x 2
⇔ y − x2 = αx1 + (β − 1)x 2
⇔ y − x2 = αx1 − (1 − β )x 2
⇔ y − x2 = αx 1 − αx 2
⇔ y − x2 = α (x1 − x 2 )
30
⇔ y − x2 = α (x1 − x 2 )
⇔ y − x2 = α x1 − x 2 (3)
y − x1 β x 2 − x1
=
y − x2 α x1 − x 2
y − x1 β
⇔ =
y − x2 α
Dalam 3
, bidang yang melalui titik P0 ( x01 , x 02 , x 03 ) dengan garis
a = (a1 , a 2 , a3 ) P (x1 , x 2 , x3 )
T
normal berisi kumpulan dari titik-titik
dengan:
atau
a1 x1 + a 2 x 2 + a3 x3 = γ
3
Bentuk ini merupakan bentuk umum dari persamaan bidang dalam .
x3
a
P PP
0
x x0 P0
x2
x1
Dari definisi 2.A.4, maka notasi perkalian skalar persamaan bidang bentuk (4)
n
Definisi 3.A.5 Bidang Hiper dalam
n
Andaikan a adalah suatu vektor dalam dan α adalah suatu skalar. Sebuah
n
bidang hiper dalam dinotasikan dengan H aα dan didefinisikan sebagai:
H aα = {x | a, x = α }
Teorema 3.A.3
{x | a, x − x 0 = 0}
a, x − x 0 = 0
32
Bukti:
a, x = a, x 0
⇔ a, x – a, x 0 = 0
n n
⇔ ai xi – ai x 0i = 0
i =1 i =1
n
⇔ ai (xi − x0i ) = 0
i =1
⇔ a, x − x 0 = 0
n
yang melalui vektor x 0 dengan normal a .
Contoh 3.A.1
4
Untuk mencari persamaan bidang hiper dalam yang melalui titik
⇔ a1 − a 2 − a 4 = 0 (7)
⇔ − 2a1 + 2a 2 − a3 + a 4 = 0 (8)
⇔ a1 − a 2 − a3 − a 4 = 0 (9)
a1 − a2 − a4 = 0
a1 − a2 − a3 − a4 = 0 −
a3 =0
− 2a1 + 2a 2 + a 4 = 0
a1 − a 2 − a 4 = 0 +
− a1 + a 2 =0
a1 = a 2
α ( x1 − 1) + α ( x2 − 1) = 0
⇔ αx1 − α + αx 2 − α = 0
⇔ α (x1 + x2 ) = 2α
x ∈ {x | a, x = 0}.
n
suatu vektor dalam dan 0 adalah skalar. Dari definisi 3.A.5, dapat
bentuk:
a, x = 0
n
⇔ ai x i = 0
i =1
⇔ a1 x1 + a2 x2 + ... + an xn = 0
definisi tentang ruang null. Berdasarkan teorema 2.C bahwa N(A) merupakan
n n
subruang dari maka bidang hiper H a0 juga merupakan subruang dari .
Teorema 3.A.4
Untuk sebarang a ∈ n
dan skalar α ∈ , maka H aα = H a0 + x 0 di mana
x 0 ∈ H aα .
Bukti:
Untuk x ∈ H aα a , x = α , dan
Untuk x 0 ∈ H aα a, x 0 = α .
Selanjutnya diperoleh: a, x = a, x 0
⇔ a, x – a, x 0 = 0
36
⇔ a, x − x 0 = 0
⇔ a, u = 0
H aα ⊆ H a0 + x 0 , x 0 ∈ H aα
Untuk u ∈ H a0 a ,u = 0 , dan
Untuk x 0 ∈ H aα a, x 0 = α
Selanjutnya diperoleh:
a,u + a, x 0 = 0 + α
⇔ a, u + x 0 = α
⇔ a, x − x 0 + x 0 = α
⇔ a, x = α
H a0 + x 0 ⊆ H aα , x 0 ∈ H aα
Contoh 3.A.2
2 3
Gambar dalam dan berikut mengilustrasikan teorema 3.A.4.
37
2
Dalam bidang hiper berupa garis.
a = (1, −1)
T
y=x ⇔ H a0 ,
H a0 + (0, 2 ) , (0, 2 )T ∈ H a2
T
y = x + 2 ⇔ H a2 =
3
Dalam bidang hiper berupa bidang.
a = (1,1,1)
T
y+x+z =0 ⇔ H a0 ,
Dua bidang hiper H aα1 dan H aα 2 dikatakan paralel jika normal dari kedua
bidang hiper tersebut merupakan perkalian skalar antara satu dengan lainnya.
n
B. Sifat-sifat Himpunan Konveks Dalam
Contoh 3.B.1
2
Dalam gambar dari himpunan-himpunan berikut mengilustrasikan
(a) {(x, y ) | x 2
}
+ y2 ≤ 1
Konveks
(b) ( x, y ) | 1 < x 2 + y 2 ≤ 1
2
Bukan Konveks
(c) {(x, y ) | y ≥ x } 2
Konveks
(d) {(x, y ) | x + y ≤ 1}
Konveks
40
(e) {(x, y ) | y ≥ 1 (1 + x )} 2
Bukan Konveks
n
Ruang-n ( ) adalah himpunan konveks. Walaupun sifat-sifat dari
2 3
himpunan konveks “jelas secara geometris” dalam dan , sifat-sifat ini
n
perlu dibuktikan dalam .
berlaku:
k = λx + µy
⇔ k = λ ( x1 , x2 ,..., xn ) + µ ( y1 , y2 ,..., yn )
41
⇔ k = (k1 , k 2 , ..., k n )
sebagai berikut:
n
a, k = ai k i
i =1
n
⇔ a, k = ai (λxi + µyi )
i =1
n n
⇔ a, k = ai λxi + ai µyi
i =1 i =1
n n
⇔ a, k = λ ai xi + µ ai yi
i =1 i =1
⇔ a, k = λ a, x + µ a, y
⇔ a, k = λα + µα
⇔ a, k = (λ + µ )α
⇔ a, k = α
3
Dalam sebuah bidang menentukan dua ruang.
3
Gambar 3.B.1 Bidang Cartesius
ruang menjadi dua bagian, yakni ruang yang memuat absis positif dan ruang
yang memuat absis negatif. Bidang-xoz juga membagi ruang menjadi dua
bagian, yakni ruang yang memuat ordinat positif dan ruang yang memuat
disebut sebagai setengah ruang positif, dan ruang yang memuat absis, ordinat
n
Defini 3.B.2 Setengah Ruang dalam
sebagai H aα − = {x | a, x < α }.
43
n
Definisi 3.B.3 Setengah Ruang Tertutup dalam
α+
Setengah ruang positif tertutup, dilambangkan dengan H a , didefinisikan
α−
sebagai pemampat dari H aα + . Setengah ruang negatif tertutup Ha
Teorema 3.B.1
Bukti:
α+
akan ditunjukkan bahwa H a beranggotakan titik-titik limitnya.
α+
bahwa x ∈ H aα + adalah titik limit H a .
y−x <ε .
44
α+
bahwa x ∈ H aα adalah titik limit H a .
1
mana k > 0 dan y k − x < ε.
k
a, y k − x = a, y k − a, x = a, y k − α .................................(1)
Sementara,
2
a, y k − x = a, ka = k a, a = k a .....................................(2)
2
a, y k − α = ka
2
⇔ a, y k = k a +α
2
Karena k > 0 dan a > 0 maka a, y k > α , sehingga y k ∈ H aα + .
1
Selanjutnya karena y k ≠ x dan y k − x < ε di mana k > 0 maka
k
y k ∈ B(x, ε ) .
α+
adalah titik limit H a .
45
α+
iii. Ambil x ∉ H a di mana a adalah normal bidang hiper dan α adalah
α+
skalar. Akan ditunjukkan bahwa x bukan titik limit H a .
α+ α+ α+
tetapi z ∉ H a . Jadi ∀x ∉ H a , x bukan titik limit H a .
n
Setengah ruang bukan merupakan subruang dari . Untuk
n n
a, β x = a i β xi = β a i x i = β a, x
i =1 i =1
α+ α+
Karena H a = H aα + ∪ H aα maka H aα + ⊆ H a , dan karena H aα + bukan
n α+
merupakan subruang dari maka H a juga bukan merupakan subruang dari
n
.
α−
Pernyataan yang sama juga berlaku bagi H aα − dan H a , yaitu bahwa
α− n
H aα − dan H a masing-masing bukan merupakan subruang dari .
berlaku
46
a, x > α
⇔ a, x > a, x 0
⇔ a, x − a, x0 > 0
⇔ a, x − x 0 > 0
untuk semua x ∈ H aα + .
besar sudut yang dibentuk antara a dan x − x 0 adalah antara 0 rad dan π 2
rad.
x = λx1 + µx 2 .
Karenanya,
a, x = a, λx1 + µx 2 = λ a, x1 + µ a, x 2 > λα + µα = (λ + µ )α = α
α+
Dengan cara yang analog dapat ditunjukkan bahwa H aα − , H a dan
α−
H a adalah himpunan-himpunan konveks.
Contoh 3.B.2
adalah konveks. Untuk menunjukkan hal ini, ambil dua vektor x dan y anggota
k = α ( x1 , x2 ,..., xn ) + β ( y1 , y2 ,..., yn )
n
non negatif .
48
Contoh 3.B.3
sebagai berikut. Ambil a dan b ∈ B(0, r ) , maka a < r dan b < r . Akan
k = αa + β b ≤ α a + β b = α a + β b
n
Jika A dan B adalah sebarang dua himpunan dalam dan jika λ dan µ
λA + µB = {x | x = λa + µb, a ∈ A, b ∈ B}
Lema 3.B.1
n
Jika A dan B adalah himpunan-himpunan konveks dalam dan α dan µ
Bukti:
x = αx1 + βx 2
⇔ x = λ (αa1 + βa 2 ) + µ (αb1 + βb 2 )
⇔ x = λa 3 + µb 3
b 3 ∈ B . Jadi, [x1 , x 2 ] ⊆ λA + µB .
Lema 3.B.2
Himpunan C⊆ n
adalah konveks jika dan hanya jika
Bukti:
λC + µC = {x | x = λc + µc, λ ≥ 0, µ ≥ 0, c ∈ C}
50
⇔ λC + µC = {x | x = (λ + µ )c, α ≥ 0, µ ≥ 0, c ∈ C}
⇔ λC + µC = (λ + µ )C
Ambil c1 , c 2 ∈ C di mana λC + µC = (λ + µ )C dengan λ ≥ 0 dan µ ≥ 0 .
berlaku c = α c1 + β c 2 . c ∈ C jika:
λc + µc = λ (α c1 + β c 2 ) + µ (α c1 + β c 2 )
⇔ λc + µc = λα c1 + λβ c 2 + µα c1 + µβ c 2
⇔ λc + µc = (λα c1 + µα c1 ) + (λβ c2 + µβ c2 )
⇔ λc + µc = (λ + µ )(α c1 ) + (λ + µ )(β c2 )
⇔ λc + µc = (λ + µ )(α c1 + β c2 )
⇔ λc + µc = (λ + µ )c
Sehingga [c1 , c 2 ] ⊆ C di mana λ ≥ 0 dan µ ≥ 0 .
Lema 3.B.3
Misalkan A1 ⊆ n1
, A2 ⊆ n2
, ..., Ak ⊆ nk
dan misalkan A1, A2, …, Ak
konveks.
n1 + n2 +...+ nk
Maka A1 x A2 x … x Ak adalah himpunan konveks dalam .
51
Bukti:
∀p ∈ [x, y ] p∈ .
y = (y 1 , y 2 ,..., y k ) , diperoleh:
αx i + β y i ∈ Ai . Jadi p ∈ .
Lema 3.B.4
Bukti:
diperoleh
lim z k = lim(αx k + βy k )
⇔ lim z k = αx + β y
⇔ lim z k = z
Lema 3.B.5
Bukti:
x1 αr r
β x =
α x2 α 1
maka x ∈ int (C ) .
sehingga titik ujungnya tepat pada garis singgung, maka akan terbentuk
lingkaran baru dengan pusat di x dan jari-jari αr yang terletak dalam C. Ini
y−x
Untuk sebarang y ∈ B(x, αr ) dan sebarang z = x1 + , berlaku
α
y−x αr
z − x1 = < = r , karena itu z ∈ B(x1 , r ) dan z ∈ C .
α α
Vektor y menjadi
y = α (z − x1 ) + x
⇔ y = α (z − x1 ) + αx1 + βx 2
⇔ y = αz + β x 2
x 2 − x1 = 1 .
x2
α
ρ
z1 x z2
µ
β ρ µ r
x1 = <
α β β
x ∈ int (C ) .
x − x1 β
dan berdasarkan lema 3.A, = . Karena x 2 ∈ C maka berdasarkan
x − x2 α
definisi 2.G.6, x 2 adalah titik limit C dan karena x 2 ∉ C maka dari definisi
α
2.G.5, ada z 2 ∈ C sedemikian sehingga z 2 − x 2 < r .
β
β
Didefinsikan z 1 = x 1 − (z 2 − x 2 ) dan diperoleh:
α
β
z 1 − x1 = − z − x2
α 2
β α
⇔ z 1 − x1 < − r
α β
⇔ z 1 − x1 < r
sehingga z 1 ∈ int (C ) .
Untuk vektor x,
x = αx 1 + β x 2
β
⇔ x = α z1 + (z 2 − x 2 ) + βx 2
α
⇔ x = αz1 + βz 2 − βx 2 + βx 2
⇔ x = αz 1 + βz 2
56
Akibat 3.B.1
Bukti:
Karena x1 dan x 2 ∈ int (C) , cukup ditunjukkan bahwa (x1 , x 2 ) ∈ int (C) .
Berdasarkan pembuktian lema 3.B.5 kasus i. halaman 52, telah ditunjukkan
Akibat 3.B.2
i.) int( C) = C
Bukti i.):
Bukti ii.):
int (C ) .
ada segmen garis [y, z ) yaitu perpanjangan dari segmen garis [y, x] yang
C. Teorema Caratheodory
Lema 3.C.1
Bukti:
n
Pn = p = ( p1 ,..., pn ) | pi ≥ 0,
T
pi = 1
i =1
tertutup dengan titik-titik sudut (1,0,0 ) , (0,1,0 ) , dan (0,0,1) . Mudah dipahami
Lema 3.C.2
n
Himpunan C ⊆ adalah konveks jika dan hanya jika setiap kombinasi
Bukti:
sendiri.
k +1
Jika p k +1 = 1 , maka dari syarat pi ≥ 0 dan pi = 1 , berakibat bahwa
i =1
sendiri.
k +1
Jika p k +1 < 1 , maka dari syarat pi ≥ 0 dan pi = 1 , berakibat bahwa
i =1
k
p i > 0 sehingga kombinasi konveksnya ditulis sebagai berikut:
i =1
x = p1 x1 + p 2 x 2 + ... + p k x k + p k +1 x k +1
⇔ x = ( p1 x1 + p 2 x 2 ... + p k x k ) + p k +1 x k +1
k
pi
⇔ x= i =1
k
( p1 x1 + p 2 x 2 ... + p k x k ) + p k +1 x k +1
pi
i =1
k
p1 p2 pk
⇔ x= pi k
x1 + k
x 2 ... + k
x k + p k +1 x k +1 (1)
i =1
pi pi pi
i =1 i =1 i =1
p1 p2 pk k
Misalkan q = k
, k
,..., k
dengan p i > 0 . Maka
i =1
pi pi pi
i =1 i =1 i =1
60
k
p1 p2 pk
qi = k
+ k
+ ... + k
i =1
pi pi pi
i =1 i =1 i =1
k
p1 + p2 + ... + pk
⇔ qi = k
i =1
pi
i =1
k
pi
⇔ qi = i =1
k
i =1
pi
i =1
k
⇔ qi = 1
i =1
Sehingga bentuk dalam tanda kurung pada persamaan (1) adalah bentuk
konveks, maka x ∈ C .
jelasnya bahwa:
A ⊆ K ( A) (2)
Andaikan A⊆ n
dan {Ci | Ci konveks, A ⊆ Ci , ∀i ∈ I } yaitu keluarga
Konveks hull dari himpunan A yang dinotasikan oleh co(A), adalah irisan dari
co( A) = Ci
i∈I
n
Andaikan A ⊆ n
dan A ≠ φ . Berdasarkan halaman 40, karena
Teorema 3.C.1
Bukti:
A ⊆ Ci untuk setiap bilangan bulat positif i dan dari lema 3.C.2 berlaku
K(A) ⊆ C i = co(A).
i∈I
Akibat 3.C
Bukti:
i. Karena co(A) = K(A) dan dari bentuk (2) halaman 61, yakni
konveks.
Untuk sebarang A ⊂ n
dan sebarang x ∈ co(A), maka ada n + 1 vektor-
x = p1x1 + ... + p n +1 x n +1
Bukti:
m
x= qi x i xi ∈ A i = 1,..., m q = (q1 ,..., q m ) ∈ Pm (3)
i =1
Jika persamaan dalam bentuk (3) m > n + 1 , maka kita selalu dapat
vektor anggota A. Cara seperti ini dapat diulang sampai dengan hasil yang
0 = λ1 (x1 − x m ) + λ2 (x 2 − x m ) + ... + λm −1 (x m −1 − x m )
m
⇔ 0 = λi x i (4)
i =1
dan
m
λi = 0 (5)
i =1
m
x = qi x i − t ⋅ 0
i =1
m m
⇔ x = qi x i − t ⋅ λi x i
i =1 i
m m
⇔ x = qi x i − tλi x i
i =1 i
m
⇔ x = (qi − tλi )xi (6)
i =1
65
tidak semuanya nol, dan juga dari persamaan (5) maka berlaku bahwa I ≠ φ .
qi 0 qi
= min i ∈ I |
λi 0 λi
qi 0
di mana qi ≥ 0 dan λi > 0 . Ambil t = , maka t ≥ 0 .
λi 0
m m m m m m
(qi − tλi ) = qi − tλi = qi − t λi = qi − 0 = 1
i =1 i =1 i =1 i =1 i =1 i =1
66
Contoh 3.C.
Misalkan A⊂ 2
di mana {
A = x = ( x1 , x2 ) | 1 ≤ ( x1 − 3) + x22 ≤ 4, x1 , x2 ∈
T 2
}.
Daerah himpunan A ditunjukkan pada gambar berikut:
Daerah himpunan A
{
Jelas bahwa co( A) = x = ( x1 , x2 ) | ( x1 − 3) + x22 ≤ 4, x1 , x2 ∈
T 2
}.
T
1
Ambil x = 3, ∈ co( A) . Akan ditunjukkan bahwa ada x1 , x 2 , x 3 ∈ A dan
2
p ∈ P3 sedemikian sehingga:
T
1
3, = p1 x 1 + p 2 x 2 + p 3 x 3
2
Ada banyak penyelesaian bagi SPL di atas, karena jumlah variabel lebih banyak
dari pada jumlah persamaan linearnya. Oleh karena itu jika diambil x1 = (1, 0)
T
T
1 1 1
dan x 2 = (5, 0) ∈ A , dan p =
T
, , ∈ P3 , maka berlaku:
3 3 3
3 1 1 1 5 1 x31
1 =3 0 +3 0 +3 x
2 32
67
1 5 1
3 = + + x31
⇔ 3 3 3
1 1
= x32
2 3
x31 = 3
⇔ 3
x32 =
2
T T
1 3
∈ co( A) , ada x1 = (1,0 ) , x 2 = (5,0) , x 3 = 3,
T T
Jadi untuk x = 3, ∈ A dan
2 2
T
1 1 1
p= , , ∈ P3 sedemikian sehingga:
3 3 3
3 1 1 1 5 1 3
1 = + + 3
2 3 0 3 0 3 2
Gambar:
x3
x
x1 x2
KESIMPULAN
n
Pn = p = ( p1 ,..., pn ) | pi ≥ 0,
T
pi = 1
i =1
n
Vektor x ∈ adalah kombinasi konveks dari vektor-vektor x1 , …, x k jika ada
himpunan C ⊆ n
adalah konveks jika dan hanya jika setiap kombinasi konveks
semua kombinasi konveks dari k vektor anggota A, maka K(A) adalah konveks.
Andaikan A ⊆ n
dan {C i | Ci konveks, A ⊆ Ci , ∀i ∈ I } yaitu keluarga
dan karena irisan himpunan konveks adalah konveks, maka co(A) konveks. Juga
yang memuat A.
68
69
konveks dari vektor-vektor anggota A, karena itu co(A) = K(A). Jadi himpunan A
A⊂ n
dan sebarang x ∈ co(A), maka ada n + 1 vektor-vektor x1 , …, x n +1 ∈ A
x = p1 x1 + ... + p n +1 x n +1
DAFTAR PUSTAKA
n
Berkovitz, Leonard D. 2002. Convexity and Optimization in . New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Bruckner, Andrew M. And Judith B. Bruckner. 1997. Real Analysis. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc.
Leon, Steven J. 2001. Ajlabar Linear Dan Aplikasinya. Alih bahasa: Drs. Alit
Bondan, M. Sc. dan Hendra Gunawan, Ph. D. Jakarta: Erlangga.
Stoll, Robert R. 1963. Set Theory and Logic. New Delhi: Ram Nagar.
70