Professional Documents
Culture Documents
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
BAB I
PENDAHULUAN
___________________________________________________________________________ 1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
BAB II
TINJAUAN UMUM APPENDISITIS
II.1 Anatomi
Apendiks adalah lumen panjang (± 10 cm) yang terbentang dari tepi
barwah Posteromedial sekum. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar
dibagian distal. Diameter dari lubang appendiks bervariasi antara 0,5-15mm. Pada
bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pangkalnya dan menyempit kearah
ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadisebab rendahnya insiden appendisitis
pada usia itu. Sepanjang lumen tersebar folikel limfoid.4,7 Posisi, bentuk dan
panjang apendisitis memainkan peranan penting dalam patogenesis, insidens,
manifestasi klinis dari apendsisitis. Lokasi apendiks tersering intraperitoneal
(65%) atau retrosekal (25- 65%) jarang dalam cul de sac (4%), latoral sekum
(2%) dan mesosekal (1%) apendisitis dapat bersentuhan dengan peritoneum
parietal dalam pelvis, retroileal atau retrokolon. Posisi yang tersembunyi
menyebabkan perubahan manifestasi klinis apendisitis 4,5,7
Persarafan parasimpatis berasala dari cabang dari N. Vagus yang
mengikuti A. Mesenterika Superior dan A. Appendicularis, sedangkan persarafan
simpatis berasal dari N. Torakalis X. Karena itu nyeri visceral pada appendisitis
bermula di sekitar umbilikus. 1,2
Pendarahan apendiks berasal dari a.Appendicularis yang merupakan arteri
tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya pada trombosis pada infeksi,
appendix akan mengalami gangren.
II.2 Epidemiologi
Insiden appendisitis akut dinegara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang, namun dalam dekade tiga-empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna. Kejadian ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan
makanan berserat dalam menu sehari-hari. 1,2
___________________________________________________________________________ 2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
II.3 Morbilitas/Mortalitas
Pada saat diagnosa angka perforasi : 17-40%. Pada anak kecil mempunyai
angka perforasi lebih tinggi : 50%-85% . Angka kematian untuk anak-anak: 0,1-
1% 5,9
II.5 Etiologi
Appendisitis akut merupakan infeksi bacteria. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetusnya:
1. Sumbatan lumen appendiks
2. Hiperplasia jaringan Limfoid
3. Fekalith
4. Tumor Appendiks
5. Cacing askaris
6. Parasit E. Histolitika
7. Konstipasi.
II.6 Klasifikasi
1. Appendisitis Akut
dibagi menjadi 3 staging:
a. Appendisitis akut nongangrenosa
b. Appendisitis akut gangrenosa/supuratif
c. Appendisitis perforasi.
2. Appendisitis Rekurens
3. Appendisitis Kronik
II.7. Fisiologi
___________________________________________________________________________ 3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
II.8 Patofisiologi
- Apendisitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua
lapisan dinding organ tersebut dpat dimulai di mukosa dan kemudian
meliputi seluruh lapisan dinding appendiks dalam waktu 24-48 jam
pertama.
- Mula-mula disebabkan oleh sumbatan lumen.
- Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan pembengkakan,
infeksi, ulserasi.
- Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan oklusi end artery
apendikularis.
- Bila keadaan ini dibiarkan terus menerus, biasanya mengakibatakan
nekrosis , gangren dan perforasi.
Apendiks terletak baik intra maupun retroperitoneum. Hal ini memainkan
peranan penting apabila inflamasi tidak dilakukan terapi. Sebagai contoh,
penyebaran intraperitoneal dapat pada kavum hepatorenal, kavum subfrenik, atau
cul de sac. Sedangkan retroperitoneal inflamasi dapat terlokalisasi pada kavum
pararenal dan dinding posterior dari kolon asenden antara mesokolik dan taenia
omental.3
___________________________________________________________________________ 4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
___________________________________________________________________________ 5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
TABEL 1
Prevalensi Gejala Umum dan Tanda Appendisitis
TABEL 2
TANDA UMUM APENDISITIS AKUT
Tanda Deskrpsi
McBurney sign Nyeri kuadran bawah kana lateral terlokalisasi atau tegang
pada palpasi dari perut (tanda utama paling penting)
Psoas sign Nyeri pada hiperekstensi dari paha kanan (sering
mengindikasikan apendiks retroperotoneal retrosekal)
Obturator sign Nyeri pada rotasi internal pada pahan kanan (apendiks
pelvis)
Rovsing sign Nyeri pada kuadran kanan bawah dengan palpasi kuadran
kiri
Dunphy sign Peningkatan nyeri perut kanan bawah saat batuk.
___________________________________________________________________________ 6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Stadium apendisitis10
o Stadium awal apendisitis: Obstruksi lurnen apendiks mengarah pada
edema mukosa, ulserasi rnukosa dengan akumulasi cairan dan peningkatan
tekanan intraluminer. Pasien menampakkan gejala nyeri periumbilikal atau
epigastrik
o Apendisitis supuratif : Peningkatan tekanan intraluminer mengakibatkan
peningkatan tekanan perfusi kapiler, yang bersamaan dengan obstruksi
limfatik dan drainase vena, diikuti invasi cairan infiamasi dan bakterial
pada dinding apendisitis. Penyebaran transmural bakterial menyebabkan
apendisitis supuratif akut. Ketika inflamasi serosa apendiks bersentuhan
dengan peritoeum parietal secara klinis nyeri pasien berpindah dari
perirnbilikus ke kuadran perut kanan bawah, selanjutnya menjadi lebih
berat
o Apendisitis gangrenosa : Vena intramural dan thrombosis arteri,
menghasilkan apendisitis gangrenosa
o Apendisitis perforasi. Hasil dari iskemia jaringan adalah infark apendisitis
dan perforasi. Perforasi dapat menyebabkan peritonitis terlokalisasi atau
generalisata
o Phlegrnon appendicitis atau abses: Inflamasi atau perforasi apendiks dapat
dilingkupi dengan omentum majus yang berdekatan atau loop usus halus
menghasilkan apendisitis phlegmon atau abses fokal
Tipe yang jarang dari apendisitis antara lain sebagai berikut:
o Apendisitis pulih secara spontan: Jika obstruksi lumen apendiks
menghilang, apendisitis akut dapat pulih secara spontan. Hal ini dapat
___________________________________________________________________________ 7
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
teriadi jika penyebab dari gejala adalah hiperplasia limfoid atau saat
fekalit dapat keluar dari lumen
o Apendisitis rekuren: Insidens dari apendisitis rekuren adalah 10%.
Diagnosis dapat diterima dimana seperti jika didapatkannya nyeri pada
kuadran perut kanan bawah pada waktu yang lain, setelah apendiktomi,
dimana secara histopatologi terbukti terbukti hasilnya, apendiks
terinflamasi.
o Apendisitis kronik Apendisitis kronik (insidensi 1%) didefinisikan sebagai
: (1) pasien dengan riwayat nyeri perut kuadran kanan bawah paling tidak
3 minggu tanpa diagnosis alternatif lainnya; (2) secara histopatologi,
gejala terbukti sebagai inflamasi aktif kronis dari dinding apendisitis atau
fibrosis apendiks.10
II.10 Diagnosis and Management of Appendicitis
___________________________________________________________________________ 8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
BAB III
TINJAUAN KHUSUS:
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Banyak pasien dengan gejala klinis yang khas dilakukan operasi segera
tanpa pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologi dilakukan pada pasien
dengan keadaan klinis tak jelas. atau menampilkan komplikasi3,5
III.1. FOTO POLOS ABDOMEN
___________________________________________________________________________ 9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Saat ini foto polos abdomen dianggap tidak spesifik dan tidak
direkomendasikan kecuali ada kelainan yang membutuhkan pemeriksaan foto
polos abdomen (seperti perforasi, obstruksi usus. atau batu utereter). 4 Kurang dari
50% pasien dengan apendisitis akan menampakkan tanda spesifik apensisitis pada
foto polos abdomen, Temuan spesifik pada foto polos abdomen adalah adanya
apendikolith. Apendikolith terkalsifikasi tercatat pada ± 1/5 sampai 1/3 pada
anak-anak dan kurang lebih 10% pada dewasa. Apendikolith tarnpak soliter, oval,
densitas kalsifikasi pada kuadran bawah kanan, ukurannya dapat mencapai 2 cm.
terkadang dapat berbentuk shell like atau laminated5
Temuan lain adalah ketidakjelasan otot psoas kanan, colon cut off sign,
distensi/dilatasi terisolasi pada loop terminal ileum sekum, dan kolon asenden
(kurang sering) dengan air fluid level. Atoni dinamakan Ileus sekal, hasil dari
iritasi peritoneurn dengan edema lokal dan retensi cairan. Terutama dengan
apendiks retrosekal, edema dinding sekum dapat menyebabkan penebalan haustra
dan thumbprinting. Atoni usus biasa terjadi apabila sudah teriadi abses atau
perkembangan dari peritonitis mengikuti perforasi. Udara yang mengisi apendiks
dapat terlihat pada apendisitis, temuan ini sangat mendukung inflamasi 1,4
Perforasi dari apendiks.jarang menyebabkan pneumoperitoneum. karena
apendiks biasanya obliterasi dan sisi yang terinflamasi terlokalisir dengan reaksi
peritoneum. Apabila terjadi perforasi apendiks atau perisekal abses dapat terlihat
gambaran gelembung udara atau kumpulan gelembung udara kecil. Pada perforasi
inkomplet berhubungan dengan kumpulan cairan perikolom, dapat menyebabkan
terpisahnya kolon asenden dari dinding lateral abdomen atau dengan deformitas
dinding lateral kolon asenden.5
Abses perisekal tampak sebagai massa densitas jaringan lunak yang biasanya
berkembang pada flank kanan antara dinding perut dengan sekum pada fossa
iliaka, atau kavum pelvis. Massa dapat menyebabkan pendesakan atau perubahan
letak sekum. Kolon asenden, atau terkadang ginjal kanan atau ureter.1,5
Tanda dari apendisitis akut1
Kalsifikasi apendiks (0,5-6cm)
Sentinel loop- pelebaran ileum atonik berisi air fluid level
___________________________________________________________________________ 10
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Dilatasi sekum
Preperitoneal fat line yang melebar dan / kabur
Kaburnya region kanan bawah, mengacu pada cairan dan edema
Skolisis konkaf ke kanan
Massa kuadran bawah kanan yang mendesak sekum
Kaburnya batas muskulus psoas kanan (tidak khas)
Udara pada apendiks (tidak khas)
___________________________________________________________________________ 11
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
___________________________________________________________________________ 12
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Gambar. Foto Oblique superior kanan abdomen dengan barium enema single
kontras. Tampak Sekum (C) dan appendix yang mengalami ofasifikasi dan kontur
yang ireguler (tanda panah).
III.3. SONOGRAFI
Teknik kompresi bertahap pada pemeriksaan sonografi dari apendiks
dijelaskan oleh Julien Puylaert pada 1986. Menggunakan probe minimal 7 MHz
pada titik nyeri maksimum pada region iliaka kanan, tekanan ditingkatkan secara
bertahap mencapai area dimana terjadi pendesakan usus halus. Apendiks dapat
terlihat diatas muskulus psoas. Tanda khasnya berupa apendiks non-kompresibel
dengan diameter 6 mm atau lebih. Apendikolith merupakan lumen terobstruksi
___________________________________________________________________________ 13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
mencapai lebih dariu 30% kasus. Apendisitis dapat terlihat bersamaan dengan
ileus dan atau cairan bebas intraperitoneal. Sensitivitas sonografi sekitar 90%.
Jika terjadi perforasi, maka apendiks menjadi kompresibel, dan dapat menjadi
peritonitis generalisata, sehingga sulit menampakkan kelainan dengan teknik
tersebut1
Beberapa operator berpengalaman menuntut menemukan apendiks normal,
tetapi kebanyakan operator sulit terlihat. Meskipun diagnosis dapat ditegakkan
ketika apendiks abnormal terlihat, apendisitis tidak dapat disingkirkan ketika
apendiks tidak dapat ditemukan. Bagaimanapun, ada beberapa kondisi yang
menyerupai apendisitis secara klinis dan dapat didiagnosis dengan sonografi perut
dan pelvis. Seperti yang sering pada kelainan ginekologis, hal tersebut perlu
dipikirkan pada wanita muda dengan curiga apendisitis. Sonografi juga
direkomendasikan pada anak-anak dan wanita hamil pada kondisi ini1.7
Dari 62 penelitian retrospektif dengan curiga apendisitis yang
mendapatkan apendiktomi. Bendeek dkk menemukan bahwa menguntungkan
melakukan pencitraan sebelum operasi terutama pada wanita. Hal ini dibuktikan
dengan didapatkannya hasil yang signifikan secara statistic untuk menghindari
appendiktomi negative pada kasus nyeri perut kanan bawah. CT scan dan
sonografi untuk pasien apendisitis. Pada beberapa institusi mereka memilih
pemeriksaan sonografi untuk pasien kurus, dan CT scan untuk pasien yang
gemuk3
Apendiks normal kompresibel dengan tebal dinding sama atau kurang dari
3 mm. jefrry dkk menyimpulkan bahwa ukuran apendiks dapat membedakan
apendiks normal dari apendiks dengan inflamasi akut. Pemeriksaan color Doppler
juga memberikan peranan, memperlihatkan hyperemia pada dinding pada
apendisistis akut terinflamasi.3
Inflamasi dari apendiks yang terletak dalam pelvis sejati dapat terlihat
pada sken suprapubis. Sesuai dengan pengalaman. Hal ini lebih sering dijumpai
pada wanita, kemungkinan berkaitan dengan luasnya pelvis, dan presentasi sering
menyerupai penyakit inflamasi pelvis. Kelainan ini dapat diperiksa secara optimal
dengan pemeriksaan sonografi transvaginal karena apendiks berkaitan erat
___________________________________________________________________________ 14
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
___________________________________________________________________________ 15
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Phelgmon
Abses
Lemak perisekal yang prominen
Hilangnya gambaran melingkar dari lapisan submukosa
___________________________________________________________________________ 16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
___________________________________________________________________________ 17
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Gambar 6.
___________________________________________________________________________ 18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
DD/3
Kelainan ginekologis (terutama pada wanita muda)
- Penyakit inflamasi pelvis akut
- Rupture atau torsi kista ovarium
- Thrombosis vena ovarika post partum
Kelainan saluran cerna :
- Ileitis terminal akut dengan adenitis mesenterium
- Divertikulitis akut
___________________________________________________________________________ 19
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
- Typhlitis akut
- Chron’s disease
Kelaianan saluran kemih
- Batu pada region perut kanan bawah
Chron's appendicitis
Pasien dengan penyakit Chron's dapat disertai dengan apendisitis akut.
Dinding apendiks biasanya menebal dan hiperemis dengan lapisan dinding dan
permukaan lumen sering tidak pada tempatnya. Hal ini sangat kontras dengan
apendisitis supuratif, dimana lumen distensi dan penebalan dinding sedang.
Merupakan penyakit dengan proses yang dapat sembuh sendiri dan terapi
umumnya konservatif. Pada pasien dengan diagnosis ini diperlukan sonografi
follow up
Divertikulitis kanan
Biasanya menyerang dewasa muda dengan predileksi populasi pada
Asia. Divertikula pada bagian kanan biasanya tunggal dan umumnya congenital.
Pada sonografi, diverkulitis berkaitan dengan inflamasi lemak perikolon,
divertikula dapat berlokasi pada sekum atau berhadapan dengan kolon asenden.
Sering tampak sebagai kantung atau struktur menyerupai kantung berasal dari
dinding kolon. Hiperemia dari divertikulum dan inflamasi lemak merupakan hal
yang khas. Jika fekalith tampak dalam divertikulurn, dapat tampak sebagai fokus
dengan ekogenisitas tinggi berlokasi di dalam atau diluar segmen kolon yang
menebal. Gambaran lain umumnya inflamasi lemak dan penebalan dinding kolon
fokal. Terapi dari divertikulitis akut adalah konservatif dan bukan operasi.
Sehingga pencitraan sebelum diagnosis sangat diperlukan pada pasien dengan
nyeri perut kanan bawah.
Thypilitis akut
Pasien dengan defisiensi imun mudah terinfeksi torutama untuk kasus ini
Sonografi umumnya memperlihatkan bentuk konsentris, penebalan dinding
___________________________________________________________________________ 20
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
kolon uniform, biasanya lokasi poada sekum dan kolon asenden. Dinding kolon
dapat menebal beberapa kali lipat sesuai dengan inflamasinya. Kolitis
tuberkulosis juga mengenai kolon bagian kanan dan sering bersarnaan dengan
limfaenopati (terkadang mengenai mesenterium dan limfe omental),
splenomegali, massa dalam limpa, asites, dan massa perioneal, kesemuanya
tampak dalam sonografi.
III.4. CT SCAN
CT sekarang dipertimbangkan sebagai pemeriksaan diagnostik paling
akurat untuk meyingkirkan apendisitis. Telah dilaporkan keakuratan diagnosis CT
scan rata-rata antara 93% dan 98 % dengan sensitifitas 90-98% dan spesifitas 83-
98%; diagnosis alternative 48% - 80%
Variasi dari tehnik CT pada pasien dengan kecurigaan apendisitis dapat dievaluasi
dengan beberapa tehnik, termasuk skan CT perut dan pelvis dengan atau tanpa
kontras , skan CT konvensional dan helical, sken penuh dan terbatas pada
abdominopelvik, dan kombinasi bervariasi materi kontras. Diantara tehnik yang
___________________________________________________________________________ 21
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
___________________________________________________________________________ 22
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
dan gejala klinis, dan hal ini berdasarkan bahwa pemeriksaan radiologis
seharusnya hanya diminta dimana klinis meragukan1,6
___________________________________________________________________________ 23
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
VARIASI
Lokasi atipik dari apendiks
Variasi lokal dari apendiks merupakan penyebab kesalahan diagnosis
klinis vang sering terjadi,dan dapat mengakibatkan False negatif CT-scan.2
Apensitis pada uiung apendiks (Tip appendicitis)
Obstruksi dari lumen apendiks mungkin terjadi sepanjang lumen
apendiks. Hanya sebagian kecil dari apendiks yang mengalami obstruksi,
menghasilkan inflamasi yang terletak pada ujung apendiks. Bagian yang
mengalami inflamasi dari apendiks mungkin berjarak tertentu dari asal apendiks
pada dasar sekum. Oleh karena itu, tanda khas dari CT-scan seperti penebelan
dinding sekum dan perubahan inflamasi pada daerah Yang berdekatan dengan
sekum tidak narnpak.2
Apendisitis dari sisa apendiks (Stump appendicitis)
Kegagalan invaginasi dari sisa apendiks ke sekum pada saat apenndiktomi
menyebabkan inflamasi kembali dari sisa apendiks. Kemungkinan dari
apendiktomi inkomplit terlihat meningkat dengan pendekatan laparoskopi.
Terlebih, lagi pada pasien dengan nyeri pada kuadran kanan bawah tetapi dengan
riwayat apendiktomi sebelumnya, tidak diperlihatkan adanya kemungkinan
apendisitis.2
Udara pada apendiks (Apendiceal air)
___________________________________________________________________________ 24
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
___________________________________________________________________________ 25
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Gambar 9. CT scan tampak pelebaran dan inflamasi apendiks (A) meluas dari
sekum (C)
___________________________________________________________________________ 26
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Gambar 10. CT scan aksial tampak perubahan inflamasi perisekum (panah) dan
cairan bebas minimal dalam pasien deengan rupture apendiks akut
Gambar 12. Apendisitis perforasi dengan abses. Tampak apendikolith (panah) dan
udara dalam abses dan perubahan inflamasi dengan penebalan dinding. (panah
___________________________________________________________________________ 27
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
terbuka)
___________________________________________________________________________ 28
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
Tingkat kepercayaan
MRI dengan kontras gadolinium fat-suppressed merupakan pemeriksaan
sensitive (97%) dan akurat (95%) dalam mendeteksi apendisitis bagaimanapun
pemeriksaan ini tidak rutin dipergunakan. MRI tanpa kontras juga dipergunakan
dalam mendeteksi apendisitis dengan akurasi 100%. Berdasarkan penelitian
Hormann dan Incesu dkk MRI tanpa kontras ditemukan lebih memadai sebagai
modalitas pencitraan.10
III.6.KEDOKTERAN NUKLIR
Beberapa peneliti dalam penelitiannya mencari isotop radioaktif potensial
dalam pencitraan pasien dengan apendistis akut, tidak terdapat aturan baku dalam
prakteknya.11
Indium-111 (111In) – terlabel pada leukosit sangat sensitive dan spesifik
dalam mendeteksi apendisitis, dengan keseluruhan akurasi 92-95%.
Bagaimanapun, indium mahal, waktu pemeriksaan optimal cukup panjang (17-24
jam setelah injeksi) dan teknik tersebut tidak selalu tersedia.11 Beberapa teknik
tersedia untuk melabel leukosit dengan technetium-99 (99mTc), yang lebih murah
dan tersedia. Pada tehnik ini, whole blood mengalami penurunan, dan neutrofil
99m
dan makrofag berlaber dengan Tc, yang dilakukan secara intravena. Kemudian
pengambilan gambar nuklir dari abdomen dan pelvis diambil secara serial setiap 4
jam. Uptake local dari materi perunut pada kuadran abdomen kanan bawah di
duga sebagai inflamasi apendiks.9,11
99m
Penelitian lain dengan Tc albumin colloid terlabel pada lekosit pada
pemeriksaan, dilaporkan mempunyai sensitivitas 89%. Sedangkan jika
menggunakan Tc-99m-hexamethylpropyleneamine axime terlabel pada lekosit
___________________________________________________________________________ 29
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
99m
untuk kasus apendisitis akut sensitivitasnya 81%. Tc human immunoglobulin
uptake juga diduga akurat dalam mendeteksi apendisitis akut.9,11
Pemeriksaan ini tidak menjadi pilihan karena dapat menunda waktu
operasi lebih lama dibandingkan pemeriksaan menggunakan sonografi dan CT
scan, meskipun mempunyai sensitivitas yang juga tinggi. Tidak tersedianya teknik
ini dan terbatasnya penggunaan teknik nuklir dalam mendiagnosis apendisitis
pada departemen gawat darurat.11
___________________________________________________________________________ 30
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
BAB IV
RINGKASAN
___________________________________________________________________________ 31
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
DAFTAR PUSTAKA
1. Levine C D, Aizenstein O, Wachsberg RH. Pitfall in the CT diagnosis of
appendicitis. Available from URL :
http://www.bir.birjournals.org/cgi/content/figsonly/77/921/792.
2. Rumack C, Wilson S, Charboneau JW. Diagnostic Ultrasound. 3rd edition.
Vol 1. Elseiever mosby, USA. 2005. 293-5
3. Old JI, Dusing RW, Yap W, et al. Imaging for Suspected Appendictis.
Available from URL: http://www.aafp.org/afp/20050101/71.htm/.
4. Krestin GP, Choyke PL. Right Lower Quadran Pain. In Acute abdomen. New
York. Thieme Medical Publisher. 1996
5. Haga JR. Lanzieri CF, Gilkeson RC, et al. The Gastrointestinal Tract. In CT
and MR imaging of the Whole Body. Philadelphia. Mosby. 2002. 1251-3
6. Hardin M. Acute Appendictis. Available from URL:
http://www.aafp.org/afp/99110/2027.html.
7. Anonymous Appendicitis. Available from URL:
http://enwikipedia.org/wiki/Appendicitis.
8. Craig S. Acute Appendicitis. Available from URL:
http://www.emedicine.com/EMERG/topic41.htm.
9. William L, Schey. Use of Barium in the Diagnosis of Appedicitis in Children.
Available from URL: http://www.ajorine.org/cgi/reprint/118/1195.pdf.
10. Incesu L. Appendicitis. Available from URL:
http://www.emedicine.com/radio/topic47.htm.
___________________________________________________________________________ 32
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009