You are on page 1of 32

Pencitraan Apendisitis

Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

BAB I
PENDAHULUAN

Apendisitis akut merupakan suatu keadaan gawat darurat.1 Pada


kebanyakan kasus yang ditemui, tanda dan gejala klinis dapat dipergunakan
sebagai dasar penanganan operasi.2 Pada pasien dengan tanda dan gejala klinis
yang tidak khas, perlu dilakukan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologis
tersebut sangat membantu dalam penegakkan diagnosis. Akhir-akhir ini terjadi
peningkatan mencolok pada permintaan radiologis. Hal ini didukung karena pada
anak kecil dan pasien dengan usia tua, gambaran klinis apendisitis sering tak jelas,
sehingga penegakkan diagnosis mcnjadi sulit 1,2,3
Angka mortalitas di negara berkembang ± 1% dan terjadi peningkatan
menjadi 5% pada anak-anak dan usia tua.4 Penanganan segera diperlukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan menurunkan angka kematian, karena apabila
terjadi komplikasi, diagnosis maupun penanganan menjadi sulit. 3
Akhir-akhir ini pemeriksaan yang menjadi piiihan pada apendisitis adalah
1,3,4,5,6
sonografi dan CT scan karena mempunyai keakuratan lebih tinggi Foto
polos abdomen sering dilakukan untuk menjelaskan penyebab nyeri perut dan
penting dalam menentukan adanya komplikasi. Paska operasi seharusnya
dilakukan foto dada sebagai deteksi adanya komplikasi paska operasi.1
CT-scan mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan dengan sonografi
sebagai evaluasi diagnosis dari nyeri kuadran kanan bawah dengan cepat dan
lengkap Dilaporkan rata-rata akurasi dari diagnasis apendisitis pada pemeriksaan
CT scan rncncapai 95-100%. Untuk mencapai derajat akurasi ini, dibutuhkan
perhatian seksama dalam teknik dan interpretasi. 2

___________________________________________________________________________ 1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

BAB II
TINJAUAN UMUM APPENDISITIS
II.1 Anatomi
Apendiks adalah lumen panjang (± 10 cm) yang terbentang dari tepi
barwah Posteromedial sekum. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar
dibagian distal. Diameter dari lubang appendiks bervariasi antara 0,5-15mm. Pada
bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pangkalnya dan menyempit kearah
ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadisebab rendahnya insiden appendisitis
pada usia itu. Sepanjang lumen tersebar folikel limfoid.4,7 Posisi, bentuk dan
panjang apendisitis memainkan peranan penting dalam patogenesis, insidens,
manifestasi klinis dari apendsisitis. Lokasi apendiks tersering intraperitoneal
(65%) atau retrosekal (25- 65%) jarang dalam cul de sac (4%), latoral sekum
(2%) dan mesosekal (1%) apendisitis dapat bersentuhan dengan peritoneum
parietal dalam pelvis, retroileal atau retrokolon. Posisi yang tersembunyi
menyebabkan perubahan manifestasi klinis apendisitis 4,5,7
Persarafan parasimpatis berasala dari cabang dari N. Vagus yang
mengikuti A. Mesenterika Superior dan A. Appendicularis, sedangkan persarafan
simpatis berasal dari N. Torakalis X. Karena itu nyeri visceral pada appendisitis
bermula di sekitar umbilikus. 1,2
Pendarahan apendiks berasal dari a.Appendicularis yang merupakan arteri
tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya pada trombosis pada infeksi,
appendix akan mengalami gangren.

II.2 Epidemiologi
Insiden appendisitis akut dinegara maju lebih tinggi daripada di negara
berkembang, namun dalam dekade tiga-empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna. Kejadian ini diduga disebabkan oleh meningkatnya penggunaan
makanan berserat dalam menu sehari-hari. 1,2

___________________________________________________________________________ 2
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Di AS, insiden appendisitis berkisar ± 4 tiap 1000 anak dibawah 14 tahun.


Walaupun appendicitis dapat terjadi pada setiap umur, namun puncak insiden
terjadi pada umur belasan tahun dan dewasa muda 1,2 .

II.3 Morbilitas/Mortalitas
Pada saat diagnosa angka perforasi : 17-40%. Pada anak kecil mempunyai
angka perforasi lebih tinggi : 50%-85% . Angka kematian untuk anak-anak: 0,1-
1% 5,9

II.4 Jenis Kelamin


Laki-laki dan perempuan rasio mendekati 2:1 terutama umur 20-30 tahun
1,4

II.5 Etiologi
Appendisitis akut merupakan infeksi bacteria. Berbagai hal berperan
sebagai faktor pencetusnya:
1. Sumbatan lumen appendiks
2. Hiperplasia jaringan Limfoid
3. Fekalith
4. Tumor Appendiks
5. Cacing askaris
6. Parasit E. Histolitika
7. Konstipasi.

II.6 Klasifikasi
1. Appendisitis Akut
dibagi menjadi 3 staging:
a. Appendisitis akut nongangrenosa
b. Appendisitis akut gangrenosa/supuratif
c. Appendisitis perforasi.
2. Appendisitis Rekurens
3. Appendisitis Kronik
II.7. Fisiologi

___________________________________________________________________________ 3
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal


dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis. 1,3

II.8 Patofisiologi
- Apendisitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua
lapisan dinding organ tersebut dpat dimulai di mukosa dan kemudian
meliputi seluruh lapisan dinding appendiks dalam waktu 24-48 jam
pertama.
- Mula-mula disebabkan oleh sumbatan lumen.
- Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan pembengkakan,
infeksi, ulserasi.
- Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan oklusi end artery
apendikularis.
- Bila keadaan ini dibiarkan terus menerus, biasanya mengakibatakan
nekrosis , gangren dan perforasi.
Apendiks terletak baik intra maupun retroperitoneum. Hal ini memainkan
peranan penting apabila inflamasi tidak dilakukan terapi. Sebagai contoh,
penyebaran intraperitoneal dapat pada kavum hepatorenal, kavum subfrenik, atau
cul de sac. Sedangkan retroperitoneal inflamasi dapat terlokalisasi pada kavum
pararenal dan dinding posterior dari kolon asenden antara mesokolik dan taenia
omental.3

II.9. TANDA DAN GEJALA KLINIS


Gejala apendisitis bervariasi, dapat sangat karakteristik namun terkadang
juga sulit dinilai. Nyeri biasanya mulai dari epigastrium dan kemudian beralih
ke kuadran kanan bawah abdomen. Jika nyeri awalnya terasa pada seluruh
abdomen, hal ini seperti tanda perforasi. Muntah biasanya terjadi pada tahap awal,
beberapa jam setelah nyeri. f'rekuensi dan beratnya berkaitan dengan derajat
distensi. Nyeri tekan dalarn dapat tidak terjadi awalnva tetapi dapat konsisten
Terjadi sejalan perkembangan penyakit. Titik Mc Burney berlokasi disepertiga

___________________________________________________________________________ 4
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

lateral garis antara spina iliaka anterior superior dan umbilicus1,3,5

Gambar 1. Titik Mc burney dan variasi posisi Appendix.12

Demam mungkin tidak teriadi pada awalnya, namun dapat berkembang


dalam 24 jam. Leukositosis dapat ditemukan pada tahap akhir apendisitis, dan
diagnosis seharusnya ditegakkan sebelum terjadinya leukositosis. Tanda dan
gejala tersebut diatas jarang ditemukan apabila posisi apendiks retrosekal atau
jika sudah terjadi perforasi ke kavum pelvis. 3,57,9

___________________________________________________________________________ 5
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

TABEL 1
Prevalensi Gejala Umum dan Tanda Appendisitis

Gejala atau tanda frekuensi (%)


Nyeri perut 99 – 100
Nyeri kuadran kanan bawah 96
Lemah 24 – 99
Mual 62 – 90
Demam 67 – 69
Muntah 32 – 75
Perpindahan nyeri dari periumblikal ke kuadran kanan bawah 50
Nyeri tekan lepas 26

TABEL 2
TANDA UMUM APENDISITIS AKUT
Tanda Deskrpsi
McBurney sign Nyeri kuadran bawah kana lateral terlokalisasi atau tegang
pada palpasi dari perut (tanda utama paling penting)
Psoas sign Nyeri pada hiperekstensi dari paha kanan (sering
mengindikasikan apendiks retroperotoneal retrosekal)
Obturator sign Nyeri pada rotasi internal pada pahan kanan (apendiks
pelvis)
Rovsing sign Nyeri pada kuadran kanan bawah dengan palpasi kuadran
kiri
Dunphy sign Peningkatan nyeri perut kanan bawah saat batuk.

___________________________________________________________________________ 6
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Hip Flexion Peningkatan mempertahankan fleksi paha dengan lutut


diatas untuk kenyamanan
Tanda Nyeri tekan lepas, hiperestesia kulit pada kuadran kanan
peritoneal lain bawah
CATATAN TIDAK ADANYA TANDA TIDAK MENYINGKIRKAN
APENDISITIS AKUT

Stadium apendisitis10
o Stadium awal apendisitis: Obstruksi lurnen apendiks mengarah pada
edema mukosa, ulserasi rnukosa dengan akumulasi cairan dan peningkatan
tekanan intraluminer. Pasien menampakkan gejala nyeri periumbilikal atau
epigastrik
o Apendisitis supuratif : Peningkatan tekanan intraluminer mengakibatkan
peningkatan tekanan perfusi kapiler, yang bersamaan dengan obstruksi
limfatik dan drainase vena, diikuti invasi cairan infiamasi dan bakterial
pada dinding apendisitis. Penyebaran transmural bakterial menyebabkan
apendisitis supuratif akut. Ketika inflamasi serosa apendiks bersentuhan
dengan peritoeum parietal secara klinis nyeri pasien berpindah dari
perirnbilikus ke kuadran perut kanan bawah, selanjutnya menjadi lebih
berat
o Apendisitis gangrenosa : Vena intramural dan thrombosis arteri,
menghasilkan apendisitis gangrenosa
o Apendisitis perforasi. Hasil dari iskemia jaringan adalah infark apendisitis
dan perforasi. Perforasi dapat menyebabkan peritonitis terlokalisasi atau
generalisata
o Phlegrnon appendicitis atau abses: Inflamasi atau perforasi apendiks dapat
dilingkupi dengan omentum majus yang berdekatan atau loop usus halus
menghasilkan apendisitis phlegmon atau abses fokal
Tipe yang jarang dari apendisitis antara lain sebagai berikut:
o Apendisitis pulih secara spontan: Jika obstruksi lumen apendiks
menghilang, apendisitis akut dapat pulih secara spontan. Hal ini dapat

___________________________________________________________________________ 7
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

teriadi jika penyebab dari gejala adalah hiperplasia limfoid atau saat
fekalit dapat keluar dari lumen
o Apendisitis rekuren: Insidens dari apendisitis rekuren adalah 10%.
Diagnosis dapat diterima dimana seperti jika didapatkannya nyeri pada
kuadran perut kanan bawah pada waktu yang lain, setelah apendiktomi,
dimana secara histopatologi terbukti terbukti hasilnya, apendiks
terinflamasi.
o Apendisitis kronik Apendisitis kronik (insidensi 1%) didefinisikan sebagai
: (1) pasien dengan riwayat nyeri perut kuadran kanan bawah paling tidak
3 minggu tanpa diagnosis alternatif lainnya; (2) secara histopatologi,
gejala terbukti sebagai inflamasi aktif kronis dari dinding apendisitis atau
fibrosis apendiks.10
II.10 Diagnosis and Management of Appendicitis

___________________________________________________________________________ 8
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

BAB III
TINJAUAN KHUSUS:
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Banyak pasien dengan gejala klinis yang khas dilakukan operasi segera
tanpa pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiologi dilakukan pada pasien
dengan keadaan klinis tak jelas. atau menampilkan komplikasi3,5
III.1. FOTO POLOS ABDOMEN

___________________________________________________________________________ 9
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Saat ini foto polos abdomen dianggap tidak spesifik dan tidak
direkomendasikan kecuali ada kelainan yang membutuhkan pemeriksaan foto
polos abdomen (seperti perforasi, obstruksi usus. atau batu utereter). 4 Kurang dari
50% pasien dengan apendisitis akan menampakkan tanda spesifik apensisitis pada
foto polos abdomen, Temuan spesifik pada foto polos abdomen adalah adanya
apendikolith. Apendikolith terkalsifikasi tercatat pada ± 1/5 sampai 1/3 pada
anak-anak dan kurang lebih 10% pada dewasa. Apendikolith tarnpak soliter, oval,
densitas kalsifikasi pada kuadran bawah kanan, ukurannya dapat mencapai 2 cm.
terkadang dapat berbentuk shell like atau laminated5
Temuan lain adalah ketidakjelasan otot psoas kanan, colon cut off sign,
distensi/dilatasi terisolasi pada loop terminal ileum sekum, dan kolon asenden
(kurang sering) dengan air fluid level. Atoni dinamakan Ileus sekal, hasil dari
iritasi peritoneurn dengan edema lokal dan retensi cairan. Terutama dengan
apendiks retrosekal, edema dinding sekum dapat menyebabkan penebalan haustra
dan thumbprinting. Atoni usus biasa terjadi apabila sudah teriadi abses atau
perkembangan dari peritonitis mengikuti perforasi. Udara yang mengisi apendiks
dapat terlihat pada apendisitis, temuan ini sangat mendukung inflamasi 1,4
Perforasi dari apendiks.jarang menyebabkan pneumoperitoneum. karena
apendiks biasanya obliterasi dan sisi yang terinflamasi terlokalisir dengan reaksi
peritoneum. Apabila terjadi perforasi apendiks atau perisekal abses dapat terlihat
gambaran gelembung udara atau kumpulan gelembung udara kecil. Pada perforasi
inkomplet berhubungan dengan kumpulan cairan perikolom, dapat menyebabkan
terpisahnya kolon asenden dari dinding lateral abdomen atau dengan deformitas
dinding lateral kolon asenden.5
Abses perisekal tampak sebagai massa densitas jaringan lunak yang biasanya
berkembang pada flank kanan antara dinding perut dengan sekum pada fossa
iliaka, atau kavum pelvis. Massa dapat menyebabkan pendesakan atau perubahan
letak sekum. Kolon asenden, atau terkadang ginjal kanan atau ureter.1,5
Tanda dari apendisitis akut1
Kalsifikasi apendiks (0,5-6cm)
Sentinel loop- pelebaran ileum atonik berisi air fluid level

___________________________________________________________________________ 10
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Dilatasi sekum
Preperitoneal fat line yang melebar dan / kabur
Kaburnya region kanan bawah, mengacu pada cairan dan edema
Skolisis konkaf ke kanan
Massa kuadran bawah kanan yang mendesak sekum
Kaburnya batas muskulus psoas kanan (tidak khas)
Udara pada apendiks (tidak khas)

Gambar 2. Foto polos abdomen tampak apendikolith (panah).

III.2. PEMERIKSAAN APENDIKOGRAFI


Pemeriksaan apendikografi tidak mempunyai peran diagnosis dalam kasus
apendisitis. Kontra indikasi dari pemeriksaan ini pada pasien dengan peritonitis
dan curiga perforasi. Nonfilling apendiks merupakan tanda nonspesifik karena
appendiks yang tidak terisi kontras dapat terjadi pada ±10-20% pada orang
normal.5 Keuntungan dari pemeriksaan ini dapat untuk menegakkan diagnosis

___________________________________________________________________________ 11
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

penyakit lain yang menyerupai apendisistis. Kerugian pemeriksaan ini adalah


tingginya hasil nondiagnostik, eksposi radiasi, sensitivitas yang tidak tinggi,
pemeriksaan ini tidak cocok untuk pasien gawat darurat. Pemeriksaan
apendikografi sekarang jarang dilakukan dalam kasus apendisitis pada era
sonografi dan CT scan.9
Temuan appendikografi pada appendisitis:
- Non filling appendiks
- Irregularitas nodularitas dari appendiks yang memberikan gambaran edema
mukosa yang disebabkan oleh karena inflamasi akut.
- Efek massa pada sekum serta usus halus yang berdekatan.

Gambar 2. Pengisian penuh dengan kontras pada apendiks, apendiks normal

Dari pemeriksaan menggunakan barium, criteria diagnosis apendisitis : (1) non


filling apendiks dengan desakan local sekum; (2) pengisian dari apendiks dengan
penekanan local pada sekum ; (3) nonfilling apendiks dengan adanya massa pelvis
(kabur pada kuadran bawah kanan dengan perubahan letak usus halus akibat
desakan); (4) pola mukosa apendiks irregular dengan terhentinya pengisian11

___________________________________________________________________________ 12
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Gambar. Foto Oblique superior kanan abdomen dengan barium enema single
kontras. Tampak Sekum (C) dan appendix yang mengalami ofasifikasi dan kontur
yang ireguler (tanda panah).

III.3. SONOGRAFI
Teknik kompresi bertahap pada pemeriksaan sonografi dari apendiks
dijelaskan oleh Julien Puylaert pada 1986. Menggunakan probe minimal 7 MHz
pada titik nyeri maksimum pada region iliaka kanan, tekanan ditingkatkan secara
bertahap mencapai area dimana terjadi pendesakan usus halus. Apendiks dapat
terlihat diatas muskulus psoas. Tanda khasnya berupa apendiks non-kompresibel
dengan diameter 6 mm atau lebih. Apendikolith merupakan lumen terobstruksi

___________________________________________________________________________ 13
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

mencapai lebih dariu 30% kasus. Apendisitis dapat terlihat bersamaan dengan
ileus dan atau cairan bebas intraperitoneal. Sensitivitas sonografi sekitar 90%.
Jika terjadi perforasi, maka apendiks menjadi kompresibel, dan dapat menjadi
peritonitis generalisata, sehingga sulit menampakkan kelainan dengan teknik
tersebut1
Beberapa operator berpengalaman menuntut menemukan apendiks normal,
tetapi kebanyakan operator sulit terlihat. Meskipun diagnosis dapat ditegakkan
ketika apendiks abnormal terlihat, apendisitis tidak dapat disingkirkan ketika
apendiks tidak dapat ditemukan. Bagaimanapun, ada beberapa kondisi yang
menyerupai apendisitis secara klinis dan dapat didiagnosis dengan sonografi perut
dan pelvis. Seperti yang sering pada kelainan ginekologis, hal tersebut perlu
dipikirkan pada wanita muda dengan curiga apendisitis. Sonografi juga
direkomendasikan pada anak-anak dan wanita hamil pada kondisi ini1.7
Dari 62 penelitian retrospektif dengan curiga apendisitis yang
mendapatkan apendiktomi. Bendeek dkk menemukan bahwa menguntungkan
melakukan pencitraan sebelum operasi terutama pada wanita. Hal ini dibuktikan
dengan didapatkannya hasil yang signifikan secara statistic untuk menghindari
appendiktomi negative pada kasus nyeri perut kanan bawah. CT scan dan
sonografi untuk pasien apendisitis. Pada beberapa institusi mereka memilih
pemeriksaan sonografi untuk pasien kurus, dan CT scan untuk pasien yang
gemuk3
Apendiks normal kompresibel dengan tebal dinding sama atau kurang dari
3 mm. jefrry dkk menyimpulkan bahwa ukuran apendiks dapat membedakan
apendiks normal dari apendiks dengan inflamasi akut. Pemeriksaan color Doppler
juga memberikan peranan, memperlihatkan hyperemia pada dinding pada
apendisistis akut terinflamasi.3
Inflamasi dari apendiks yang terletak dalam pelvis sejati dapat terlihat
pada sken suprapubis. Sesuai dengan pengalaman. Hal ini lebih sering dijumpai
pada wanita, kemungkinan berkaitan dengan luasnya pelvis, dan presentasi sering
menyerupai penyakit inflamasi pelvis. Kelainan ini dapat diperiksa secara optimal
dengan pemeriksaan sonografi transvaginal karena apendiks berkaitan erat

___________________________________________________________________________ 14
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

dengan uterus dan atau ovarium. Gambaran sonografi diperlukan untuk


penegakkan diagnosis, meskipun gambaran apendiks timbul dari dasar sekum
mustahil untuk ditemukan dan kompresi tak dapat dilakukan. Meskipun
demikian identifikasi ujung buntu dari apendiks dengan peningkatan diameter,
distensi lumen,. Inflamasi lemak sekitar nyata. Jika terjadi rupture dari apendiks
dalam pelvis dapat teridenttifikasi terlebih dahulu pada sonografi. Identifikasi
abses pelvis tanpa identifikasi apendiks dapat mengakibatkan kecurigaan lain dari
sumber inflamasi pelvis.3.9
Beberapa penelitian mendokumentasikan bahwa sonografi mempunyai
sensitivitas 85-90% dan spesifisitas 92-96%. Sedangkan pada anak-anak
sensitivitas 85%-95% dan spesifitas 47-96%. Pada kasus dengan perforasi
sensitivitas 35% dan spesifitas 98%
Meskipun sensitivitas dari sonografi untuk diagnosis apendisitis menurun
dengan adanya perforasi, namun secara statistic gembarannya berkaitan dengan
adanya cairan terlokalisasi pada perisekal, phlegmon atau abses, lemak perisekal
atau periapendiks yang prominen, dan hilangnya gambaran melingkar dari
lapisan submukosa dari apendiks3

Tanda apendisitis akut pada sonografi1,3


Indentifikasi apendiks
Struktur tubuler dengan ujung buntu pada titik nyeri
Non-kompresibel
Diameter 6 mm atau lebih
Tidak adanya peristaltic
Apendikolith dengan bayangan akustik
Ekogenesitas tinggi non-kompersibel disekitar lemak
Cairan disekitar lesi atau abses
Edema dan ujung sekun

Gambaran sonografi dari perforasi apendiks


Cairan perisekal terlokalisir

___________________________________________________________________________ 15
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Phelgmon
Abses
Lemak perisekal yang prominen
Hilangnya gambaran melingkar dari lapisan submukosa

Gambaran sonografi dari tahapan apendisitis: 10


o Apendisitis supuratif
Pada potongan longitudinal tampak apendiks teriflamasi aperistaltik, tidak
terkompresi, ujung buntu, struktur tubuler dengan dinding berlapis dari
dasar sekum
Pada potongan transeval, apendiks abnormal sering dengan gambaran
target dan diameter luar lebih dari 6 mm pada kuadran perut kanan bawah.
Perlu dipikirkan tebal dinding apendiks lebih dari 3 mm dievaluasi sebagai
suatu keadaan patologis
o Apendisitis gangrene : Hilangnya ekogenitas lapisan submukosa dinding
apendiks baik secara fokal maupun umum dan ekogenesitas lemak yang
prominen
o Apendisitis perforasi: Dapat tidak tampak pada region perut kanan bawah
irregularitas dan kerusakan kontur apendiks dengan adanya cairan
periapendiks dan lemak perisekal yang prominen dapat didiagnosis
sebagai perforasi. Gelembung udara dalam kumpulan cairan pada kasus
perforasi sebagai hasil dari terbentuknya udara dari organisme. Perforasi
local dari ujung apendiks juga memperlihatkan kantung udara pada lokasi
perforasi
o Phlegmon peripendiks dan abses : Phlegmon tampak sebagai kumpulan
cairan, yang dilingkupi oleh omentum majus yang berdekatan dan loop
usus halus. Abses tampak sebagai massa hipoekoik berdekatan dengan
sekum atau apendiks

___________________________________________________________________________ 16
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Gambaran 4. Gambaran apendiks normal

Gambar 5. Gambaran appendicitis tampak penebalan dari dinding apendiks.

___________________________________________________________________________ 17
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Gambar 6.

Gambaran apendisitis dengan gambaran apendikolith(jarang terlihat dengan USG)


(panah)

Sonografi Color Doppler


Sonografi Color Doppler bermanfaat sebagai evaluasi inflamasi dari saluran
cerna.10
• Apendiks normal sering terlihat hyperemia ringan pada sonografi Doppler.
Pada apendiks terinflamasi tampak peningkatan aliran dibandingkan

___________________________________________________________________________ 18
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

dengan normal, dan pewarnaan melingkar dari dinding apendik merupakan


apendisitis akut
• Penelitian Patriquin dkk, nilai resistive index (RI) diukur pada aliran
diastolic akhir dan signal (RI = 9.85-1.00). Pada apendisitis akut tak
terkomplikasi alirannya tinggi (RI = 0.40-0.77) ; mean 0,54

Gambar 7. Apendisitis supuratif. Apendiks terinflamasi (panah) dengan


pewarnaan melingkar, indikasi kuat apendisitis

DD/3
Kelainan ginekologis (terutama pada wanita muda)
- Penyakit inflamasi pelvis akut
- Rupture atau torsi kista ovarium
- Thrombosis vena ovarika post partum
Kelainan saluran cerna :
- Ileitis terminal akut dengan adenitis mesenterium
- Divertikulitis akut

___________________________________________________________________________ 19
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

- Typhlitis akut
- Chron’s disease
Kelaianan saluran kemih
- Batu pada region perut kanan bawah

Chron's appendicitis
Pasien dengan penyakit Chron's dapat disertai dengan apendisitis akut.
Dinding apendiks biasanya menebal dan hiperemis dengan lapisan dinding dan
permukaan lumen sering tidak pada tempatnya. Hal ini sangat kontras dengan
apendisitis supuratif, dimana lumen distensi dan penebalan dinding sedang.
Merupakan penyakit dengan proses yang dapat sembuh sendiri dan terapi
umumnya konservatif. Pada pasien dengan diagnosis ini diperlukan sonografi
follow up

Divertikulitis kanan
Biasanya menyerang dewasa muda dengan predileksi populasi pada
Asia. Divertikula pada bagian kanan biasanya tunggal dan umumnya congenital.
Pada sonografi, diverkulitis berkaitan dengan inflamasi lemak perikolon,
divertikula dapat berlokasi pada sekum atau berhadapan dengan kolon asenden.
Sering tampak sebagai kantung atau struktur menyerupai kantung berasal dari
dinding kolon. Hiperemia dari divertikulum dan inflamasi lemak merupakan hal
yang khas. Jika fekalith tampak dalam divertikulurn, dapat tampak sebagai fokus
dengan ekogenisitas tinggi berlokasi di dalam atau diluar segmen kolon yang
menebal. Gambaran lain umumnya inflamasi lemak dan penebalan dinding kolon
fokal. Terapi dari divertikulitis akut adalah konservatif dan bukan operasi.
Sehingga pencitraan sebelum diagnosis sangat diperlukan pada pasien dengan
nyeri perut kanan bawah.

Thypilitis akut
Pasien dengan defisiensi imun mudah terinfeksi torutama untuk kasus ini
Sonografi umumnya memperlihatkan bentuk konsentris, penebalan dinding

___________________________________________________________________________ 20
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

kolon uniform, biasanya lokasi poada sekum dan kolon asenden. Dinding kolon
dapat menebal beberapa kali lipat sesuai dengan inflamasinya. Kolitis
tuberkulosis juga mengenai kolon bagian kanan dan sering bersarnaan dengan
limfaenopati (terkadang mengenai mesenterium dan limfe omental),
splenomegali, massa dalam limpa, asites, dan massa perioneal, kesemuanya
tampak dalam sonografi.

Adenitis mesenterium dan lleitis terminal akut


Adenitis mesenteriun kaitannya dengan ileitis tenninal akut, merupakan
penyebab tersering dan kesalahan diagnosis apendisitis. Pada pemeriksaan
sonografi tampak pembesaran limfe mesenterium dan penebalan otot dari ileum
terminal.

Infark segmental omentum sisi kanan.


Merupakan kondisi yang jarang. Etiologinya tak diketahui, diduga akibat
kerapuhan pembuluh darah yang menyuplai omentum kanan bawah. Gambaran
sonografinya berupa plak yang menyuplai cake dengan peningkatan ekogenisitas
diduga inflamasi atau infiltrat pada lemak superfisial. Merupakan proses yang
dapat sembuh dengan sendirinya sehingga diagnosis perlu untuk menghindari
operasi. CT scan dapat dipergunakan sebagai konfirmasi, memperlihatkan lemak
bergaris dalam konfigurasi menyerupai massa pada sisi kanan omentum..

III.4. CT SCAN
CT sekarang dipertimbangkan sebagai pemeriksaan diagnostik paling
akurat untuk meyingkirkan apendisitis. Telah dilaporkan keakuratan diagnosis CT
scan rata-rata antara 93% dan 98 % dengan sensitifitas 90-98% dan spesifitas 83-
98%; diagnosis alternative 48% - 80%
Variasi dari tehnik CT pada pasien dengan kecurigaan apendisitis dapat dievaluasi
dengan beberapa tehnik, termasuk skan CT perut dan pelvis dengan atau tanpa
kontras , skan CT konvensional dan helical, sken penuh dan terbatas pada
abdominopelvik, dan kombinasi bervariasi materi kontras. Diantara tehnik yang

___________________________________________________________________________ 21
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

bervariasi, penggunaan CT scan tanpa kontras dan helical CT tampak menyerupai


benyak keuntungan. Keuntungan dari CT tanpa kontras bahwa penggunaanya
dapat mengurangi resiko reaksi kontras intravena dan biaya lebih murah. CT
helical dapat mengurangi resiko terlewatnya apendiks pada pemeriksaan; juga
gambaran dengan irisan tipis dapat dengan mudah didapatkan. Pentingnya
opasifikasi caecal dan distensi dengan pemberian kontras patut ditekankan.
Bahan kontras dapat dimasukkan baik melalui kolon ataupun ditambahkan dengan
melalui mulut sampai mencapai kolon; bagaimanapun setiap teknik mempunyai
perbedaan hasil secara statistic dalam keakuratan diagnosis.1,4,6,9,10

Tanda CT scan dari apendiks termasuk ukuran diameter apendiks lebih


dari 6mm, kegagalan apendiks terisi dengan kontra oral atau udara untuk
mencapai ujungnya, apendikolith dan penyangatan dari dinding dengan kontras
intravena. Disekelilingnya dapat ditemukan perubahan inflamasi, termasuk
peningkatan atenuasi lemak, cairan, inflamasi phlegmon, penebalan sekum, abses,
gas intraluminal dan pembesaran limfe. Terkadang lumen dari sekum dapat dilihat
sebagai tunjuk bagian apendiks terbuka yang terobstruksi. Penelitian prospektif
telah memperlihatkan bahwa CT merupakan pemeriksaan dengan keakuratan
tinggi untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan apendisitis, bagaimanapun
tidak ada kesepakatan mengarah pada teknik sken terbaik. Skenning spiral lebih
akurat daripada konvensional, dan sken dengan kontras dan/ kontras kolon lebih
akurat dibanding tanpa kontras. Kontras intravena dipertimbangkan tidak penting.
Teknik pemeriksaan terfokus pada hubungan abdominopelvik menjadikan dosis
eksposi pada pasien sepertiga daripada seluruh abdomen dan pelvis (-3mSv
dengan 10mSv). Beberapa pemeriksaan mengindikasikan bahwa apendiks normal
dapat teridentifikasi pada banyak kasus dan uraianya tidak, tetapi ada keraguan
bahwa apendiks normal lebih sering terlihat pada CT daripada sonografi. Hal ini
merupakan keuntungan mayor daripada CT pada situasi ini.1
Sensitivitas dan spesifitas dari CT spiral apendisitis mencapai 100%.
Namun demikian, pemeriksaan radiologis seharusnya tidak menggantikan tanda

___________________________________________________________________________ 22
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

dan gejala klinis, dan hal ini berdasarkan bahwa pemeriksaan radiologis
seharusnya hanya diminta dimana klinis meragukan1,6

Tabel 3. Perbandingan Sonografi dan CT dalam mendiagnosis apendisitis


Sonografi CT scan
Sensitivitas 85% 90 – 100%
Spesifisitas 92% 95 – 100%
Penggunaan Evaluasi pasien dengan Evaluasi pasien dengan
kecurigaan diagnosis kecurigaan diagnosis
appendicitis appendicitis
Keuntungan Aman Lebih akurat
Relative lebih murah Lebih baik mengidentifikasi
Dapat menyingkirkan phlegmon dan abses
penyakit pelvis pada wanita Lebih baik mengindentifikasi
Lebih baik penggunaanya apendiks normal
pada anak-anak
Kerugian Ketergantungan operator Harga lebih mahal
Secara teknik pemeriksaan Efek radiasi pengion
tidak adekuat terhadap gas Penggunaan kontras
Nyeri

Malone melakukan pemeriksaan CT scan tanpa kontras pada 21 pasien


dengan sensitivitas 87% dan spesifitas 97%. Dengan penambahan kontras
intravena dan oral mensensitivitas meningkat menjadi 96 -98%. Lane dkk (1997),
melakukan CT helical dengan klinis dicurigai apendisitis sensitivitas 90% dan
spesivitas 97%. Kaise dkk (2004) pada pasien anak-anak dengan CT scan tanpa
kontras sensitivitas 66% dan meningkat menjadi 90% dengan penggunaan
kontras intravena. Rao dkk dengan metode CT scan terfokus pada abdomen
bawah dan pelvis atas CT helical juga pemberian gastrografin 3% dimasukkan ke
dalam kolon (tanpa kontras intravena) mempunyai sensitivitas 98% dan spsesifitas

___________________________________________________________________________ 23
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

98%. System ini menurunkan resiko anafilaksis akibat kontras, mengurangi


biaya, waktu sken,dan eksposi readiasi.9,10
Perubahan pada apeks sekum termasuk penebalan apeks sekum, tanda
kepala anak panah (arrowhead sign), batang sekum (caecum bar). Arrowhead
sign merupakan kumpulan dari kontras antara sisi apeks sekum yang menebal dan
caeceum bar merupakan penebalan lurus atau sedikit penebalan jaringan lunak
yang terinflamasi yang memisahkan apendikolith terklasifikasi proksimal dari
lumen sekal. Meskipun merupakan tanda spesifik tinggi, namun apendikolith
tidak selalu mengindikasikan apendisitis dan dapat ditemukan tanpa sengaja.6

VARIASI
Lokasi atipik dari apendiks
Variasi lokal dari apendiks merupakan penyebab kesalahan diagnosis
klinis vang sering terjadi,dan dapat mengakibatkan False negatif CT-scan.2
Apensitis pada uiung apendiks (Tip appendicitis)
Obstruksi dari lumen apendiks mungkin terjadi sepanjang lumen
apendiks. Hanya sebagian kecil dari apendiks yang mengalami obstruksi,
menghasilkan inflamasi yang terletak pada ujung apendiks. Bagian yang
mengalami inflamasi dari apendiks mungkin berjarak tertentu dari asal apendiks
pada dasar sekum. Oleh karena itu, tanda khas dari CT-scan seperti penebelan
dinding sekum dan perubahan inflamasi pada daerah Yang berdekatan dengan
sekum tidak narnpak.2
Apendisitis dari sisa apendiks (Stump appendicitis)
Kegagalan invaginasi dari sisa apendiks ke sekum pada saat apenndiktomi
menyebabkan inflamasi kembali dari sisa apendiks. Kemungkinan dari
apendiktomi inkomplit terlihat meningkat dengan pendekatan laparoskopi.
Terlebih, lagi pada pasien dengan nyeri pada kuadran kanan bawah tetapi dengan
riwayat apendiktomi sebelumnya, tidak diperlihatkan adanya kemungkinan
apendisitis.2
Udara pada apendiks (Apendiceal air)

___________________________________________________________________________ 24
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Kebanyakan artikel sebelumnya tidak memperhatikan bahwa udara dalam


lumen apendiks sebagai parameter yang penting dalam mendiagnosis atau
menyingkirkan apendisitis. Pengisian udara pada lumen apendiks dengan bentuk
tubular terlihat pada pasien dengan obstruksi apendiks, dimana dengan bentuk
tubular tidak terlihat pada pasien dengan obstruksi, dimana gelembung udara pada
lumen apendiks biasanya menunjukkan adanya apendisitis.2
Kesalahan teknik
Pemeriksaan CT scan pada apendisitis mungkin dilakukan dengan
memberikan kontras oral, rectal dan intravena atau tidak salah satu di atas.
Biasanya pada pasien dengan lemak intra abdomen yang cukup, apendiks yang
mengalami distensi dan inflamasi dari lemak peri apendiks dapat diidentifikasi
dengan mudah. Walaupun demikian, pada pasien kurus, diagnosis ini lebih sulit.
Kenyataannya, ketiadaan lemak intraabdomen memberikan alasan yang paling
sering terjadinya negatif palsu pada diagnosis apendisitis. Kegunaan kontras
enteral menjadi paling penting pada pasien dengan lemak tubuh yang sedikit.
Opasitas dari usus halus dengan pernberian kontras peroral memungkinkan untuk
membedakan loop usus halus dari apendiks yang distensi, khususnya.jika adanya
perubahan inflamasi periapendiks minimal. Sebagai tambahan, jika media kontras
intravena diberikan maka penyangatan abnormal dari mukosa apendiks
memberikan tanda diagnosis yang tepat.2

Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Kesalahan Diagnosis Pada Appedisitis


Terbentuknya abses setelah teradi perfobrasi. sering pada jarak tertentu
dari apendiks. Abses, mungkin terlihat seperti gambaran patologis yang lain,
seperti penyakit ginekologis. Apendisitis mungkin menghasilkan ileus dengan
dilatasi usus halus yang bermakna. Pemberian kontra peroral akan berjalan
lambat, meninggalkan sebagian besar usus halus tanpa opasitas. Usus halus yang
tidak opak, dan mengalami dilatasi mungkin mengaburkan apendiks yang distensi,
dan menyebabkan kesalahan diagnosis. Pada pasien tersebut, dengan gambaran
radiologis obstruksi usus halus, tanpa riwayat pembedahan, dan tidak terlihat
penyebab obstruksi pada CT scan, perhatian lebih dekat pada apendiks

___________________________________________________________________________ 25
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

diperlukan untuk menvingkirkan apendisitis.2

Kondisi-Kondisi Yang Menyebabkan Positif Palsu Pada Diagnosis Apendisitis


Variasi dari penyakit yang berbeda mungkin memperlihatkan gambaran
seperti apendisitis. Banyak dari penyakit menyebabkan penebalan dinding sekum
dengan bentuk konsentrik seperti penyakit Crohn atau keganasan, dan tidak
memberikan gambaran penebalan fokal yang khas dari apendisitis. Penyakit
Chron melibatkan kuadran kanan bawah perlu dibedakan dengan penyakit
apendiks dengan adanya lemak submukosa pada penebalan dinding halus atau
dengan asal multisentrik.2
Diverkulitis sekum mungkin memberikan gambaran seperti apendisitis walaupun
penebalan dan infiltrasi lemak biasanya mengelilingi sekum daripada apendiks
Kelainan ginekologis seperti abses tubo-ovarii, piosalfing, endemetriosis
mungkin pada beberapa saat seperti apendisitis

Gambar 8. CT scan tampak apendiks terinflamasi (A) dengan apendikolith (a)

Gambar 9. CT scan tampak pelebaran dan inflamasi apendiks (A) meluas dari
sekum (C)

___________________________________________________________________________ 26
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

Gambar 10. CT scan aksial tampak perubahan inflamasi perisekum (panah) dan
cairan bebas minimal dalam pasien deengan rupture apendiks akut

Gambar 11. CT scan aksial apendiks terinflamasi dengan apendikolith (panah)


dan cairan periappendisial dan perisekum

Gambar 12. Apendisitis perforasi dengan abses. Tampak apendikolith (panah) dan
udara dalam abses dan perubahan inflamasi dengan penebalan dinding. (panah

___________________________________________________________________________ 27
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

terbuka)

III.5.MAGNETIC RESONANCE IMAGING (MRI)


MRI juga dipergunakan untuk mendiagnosis apendisitis, namun demikian
MRI mempunyai keterbatasan dalam mendeteksi apendikolith. Pada pemberian
kontras tampak penyangatan dari dinding apendiks yang terinflamasi
mengindikasikan apendisitis.5
Inccesu dkk mendiskripsikan penyangatan yang signifikan dari apendiks
yang terinflamasi dan lemak disekitarnya pada fat-suppressed TI-weigtheed.
Penyangatan ringan tampak pada normal apendiks. Dengan teknik saturasi lemak,
dapat dilihat perbedaan kontras antara apendiks terinflamasi dengan lemak
sekitarnya. Fat-suppressed, T2-weighteed. Potongan aksial dan koronal juga
mendeteksi apendisitis dan komplikasinya.10
Penelitian lain, Hormann dkk pada T1-weigtheed, turbo spin-echo
sequences; T2-weighteed, turbo spin-echo sequences pada potongan aksial dan
koronal ; dan fat-suppressed short inversion-time, inversion-recovery, turbo spin-
echo pada potongan aksial. Pada T2-weighteed ultra turbo spin-echo. Apendisitis
akut tampak sebagai hiperintensitas sentral dan jaringan periapendiks hiperinterns
nyata dengan penebalan dinding dengan hiperinterns ringan. Peneliti menduga

___________________________________________________________________________ 28
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

bahwa T2-weighted spin-echo aksial tanpa kontras merupakan potongan paling


sensitif dalam mendeteksi apendisitis akut.10

Tingkat kepercayaan
MRI dengan kontras gadolinium fat-suppressed merupakan pemeriksaan
sensitive (97%) dan akurat (95%) dalam mendeteksi apendisitis bagaimanapun
pemeriksaan ini tidak rutin dipergunakan. MRI tanpa kontras juga dipergunakan
dalam mendeteksi apendisitis dengan akurasi 100%. Berdasarkan penelitian
Hormann dan Incesu dkk MRI tanpa kontras ditemukan lebih memadai sebagai
modalitas pencitraan.10

III.6.KEDOKTERAN NUKLIR
Beberapa peneliti dalam penelitiannya mencari isotop radioaktif potensial
dalam pencitraan pasien dengan apendistis akut, tidak terdapat aturan baku dalam
prakteknya.11
Indium-111 (111In) – terlabel pada leukosit sangat sensitive dan spesifik
dalam mendeteksi apendisitis, dengan keseluruhan akurasi 92-95%.
Bagaimanapun, indium mahal, waktu pemeriksaan optimal cukup panjang (17-24
jam setelah injeksi) dan teknik tersebut tidak selalu tersedia.11 Beberapa teknik
tersedia untuk melabel leukosit dengan technetium-99 (99mTc), yang lebih murah
dan tersedia. Pada tehnik ini, whole blood mengalami penurunan, dan neutrofil
99m
dan makrofag berlaber dengan Tc, yang dilakukan secara intravena. Kemudian
pengambilan gambar nuklir dari abdomen dan pelvis diambil secara serial setiap 4
jam. Uptake local dari materi perunut pada kuadran abdomen kanan bawah di
duga sebagai inflamasi apendiks.9,11
99m
Penelitian lain dengan Tc albumin colloid terlabel pada lekosit pada
pemeriksaan, dilaporkan mempunyai sensitivitas 89%. Sedangkan jika
menggunakan Tc-99m-hexamethylpropyleneamine axime terlabel pada lekosit

___________________________________________________________________________ 29
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)
99m
untuk kasus apendisitis akut sensitivitasnya 81%. Tc human immunoglobulin
uptake juga diduga akurat dalam mendeteksi apendisitis akut.9,11
Pemeriksaan ini tidak menjadi pilihan karena dapat menunda waktu
operasi lebih lama dibandingkan pemeriksaan menggunakan sonografi dan CT
scan, meskipun mempunyai sensitivitas yang juga tinggi. Tidak tersedianya teknik
ini dan terbatasnya penggunaan teknik nuklir dalam mendiagnosis apendisitis
pada departemen gawat darurat.11

Gambar. Radionuklir dengan menggunakan Technetium 99M Tampak leukosit


yang sudah terlabel dgn Tc 99m pada kuadran kanan bawah. Konsisten dengan
appendicitis.

___________________________________________________________________________ 30
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

BAB IV
RINGKASAN

Pemeriksaan radiologis mempunyai peranan yang sangat besar pada


penegakkan diagnosis apendisitis, terutama pada pasien dengan gejala klinis yang
tidak khas. Akhir-akhir ini CT scan merupakan pemeriksaan radiologis terpilih
dengan kasus dapat mencapai 100%, namun demikian sonografi juga dapat
dilakukan pada kasus apendisitis akut karena juga mempunyai sensitivitas yang
tinggi. Sonografi terutama menjadi pilihan pada pasien anak-anak dan usia tua.
Baik pemeriksaan CT scan maupun sonografi menggeser pemeriksaan dengan
kontras barium (apendikografi), karena hasilnya yang mendiagnostik. Perlu
diingat pada seorang radiolog untuk mempertahankan keceramatan guna
membantu penegakkan diagnosis sehingga menghindari positif palsu, mengingat
banyaknya variasi dari apendisitis.

___________________________________________________________________________ 31
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009
Pencitraan Apendisitis
Asep(406080089)
Nadia Monita(406080103)

DAFTAR PUSTAKA
1. Levine C D, Aizenstein O, Wachsberg RH. Pitfall in the CT diagnosis of
appendicitis. Available from URL :
http://www.bir.birjournals.org/cgi/content/figsonly/77/921/792.
2. Rumack C, Wilson S, Charboneau JW. Diagnostic Ultrasound. 3rd edition.
Vol 1. Elseiever mosby, USA. 2005. 293-5
3. Old JI, Dusing RW, Yap W, et al. Imaging for Suspected Appendictis.
Available from URL: http://www.aafp.org/afp/20050101/71.htm/.
4. Krestin GP, Choyke PL. Right Lower Quadran Pain. In Acute abdomen. New
York. Thieme Medical Publisher. 1996
5. Haga JR. Lanzieri CF, Gilkeson RC, et al. The Gastrointestinal Tract. In CT
and MR imaging of the Whole Body. Philadelphia. Mosby. 2002. 1251-3
6. Hardin M. Acute Appendictis. Available from URL:
http://www.aafp.org/afp/99110/2027.html.
7. Anonymous Appendicitis. Available from URL:
http://enwikipedia.org/wiki/Appendicitis.
8. Craig S. Acute Appendicitis. Available from URL:
http://www.emedicine.com/EMERG/topic41.htm.
9. William L, Schey. Use of Barium in the Diagnosis of Appedicitis in Children.
Available from URL: http://www.ajorine.org/cgi/reprint/118/1195.pdf.
10. Incesu L. Appendicitis. Available from URL:
http://www.emedicine.com/radio/topic47.htm.

___________________________________________________________________________ 32
Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Periode 9 November 2009- 12 Desember 2009

You might also like