You are on page 1of 1

JABATAN DAN INNA LILLAHI

Istirja' - mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji'un - saat ini mulai mewabah
dipergunakan saat mendapat sebuah "amanah" jabatan.

Benarkah penggunaannya ?

Mari kita merenung.

1. Istirja' adalah ungkapan orang sabar saat menerima musibah (Q.S. Al-Baqoroh (2) ayat
156). Dengan istirja' "amanah' jabatan itu dipandang sebagai musibah.

2. Bila memperhatikan ayat sebelumnya (Q.S. Al-Baqoroh (2) ayat 155) musibah yang
dimaksud adalah cobaan dari Allah yang berupa berbagai kekurangan, seperti ketakutan
dan kelaparan. Apakah mendapat "amanah" jabatan termasuk dalam konteks ini ?

3.Saya yakin bahwa setiap orang tidak berupaya untuk mendapatkan musibah. Bila
mendapat "amanah" jabatan adalah musibah, maka pasti orang itu tidak melakukan upaya
atau manuver untuk memperolehnya.

4.Saya yakin bahwa setiap orang yang mendapat musibah ingin lepas dan terhindar dari
musibah itu. Bila mendapat "amanah" jabatan adalah musibah, maka pasti orang itu ingin
lepas dan menghindar dari jabatan itu. Dengan demikian ia pasti mengundurkan diri,
karena dengan mengundurkan diri itulah ia lepas dan terhindar dari musibah itu.

5.Abi Dzar bertanya kepada Rasulullah, ''Wahai Rasulullah, maukah engkau mengangkat
aku jadi pegawai?'' Lalu Rasulullah SAW menepukkantangannya ke atas kedua bahuku,
kemudian bersabda, ''Wahai Abu Dzar,engkau orang yang lemah, sedangkan tugas itu
adalah amanah dan kelakpada hari kiamat akan merupakan penyesalan dan kesedihan,
kecualihanya orang-orang yang berhak menerimanya dan menunaikan amanah itudengan
semestinya.'' (HR Muslim).

hmmmm...... jadi gimana ya ?

Apakah tidak lebih tepat bila istirja' itu dibacakan oleh rakyat bila mendapatkan para
pemimpin yang menurut mereka tidak layak ?
Bukankah dipimpin orang yang tidak layak adalah musibah ?
Rakyat sulit untuk menghindarkan setelah ia terpilih. Rakyat hanya bisa bersabar yang
salah satunya dengan istirja' itu.

You might also like