Professional Documents
Culture Documents
Islam
Disusun Oleh :
1. Febriyanto (8323097653)
2. Hekmah
3. Ibryandanu Pratama(
4. Iqbal Tawakal (8323097658)
5. Lidya Havita Sari (8323098144)
6. Weny Legiana (8323098141)
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
1. Pendahuluan
Makalah ini berisi pembahasan tentang salah satu segid ari ajaran Islam yang
seharusnya mendapat perhatian dan pengkajian kembali. Sebagian aspek
keimanan mendapat perhatian dan pengkajian yang begitu intensif, sehingga
muda didapat dan diketengahkan pada masyarakat. Aspek yang akan dikaji
dalam makalah ini adalah aspek kejiwaan dan nilai. Dalam aspek ini belum
tersingkap kebenaran nilai yang dikandungnya, atau belum mendapat perhatian
seperti perhatian terhadap aspek lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas
beramal hanya karena-Nya, serta mengabdikan diri dan tawakal sepenuhnya
kepada-Nya, merupakan nilai keutamaan yang perlu diperhatikan dan harus
diutamakan dalam menyempurnakan cabang-cabang keimanan.
Sesungguhnya amalan lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak
akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika di dasari dan diramu dengan nilai
keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati
dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.
Pendidikan modern telah menyerbu dari berbagai arah dan pengaruhnya telah
sedemikian merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa dan
akal budi mereka,” maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negative
pendidikan modern. Mungkin mereka meresakan ada yang kurang dalam
spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini
terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka
tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar,
pandangan akal dan hatinya tajam, akal piker dan nuraninya berpadu dalam
berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka
mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya.
Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang
membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola
piker teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi
akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat
diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus.
Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tercermin dalam aturan muamalat
yang ditawarkan pada manusia dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi
persoalan yang dihadapi yang senantiasa muncul dari waktu ke waktu. Selain itu
Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati
yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa
nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendir. Agama seseorang tidak
sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan
pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat
pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.
Aspek keimanan yang akan dikaji dalam tulisan ini adalah aspek kejiwaan dan
nilai. Aspek ini belum mendapat perhatian seperti perhatian terhadap aspek
lainnya. Kecintaan kepada Allah, ikhlas beramal hanya karena Allah, serta
mengabdikan diridan tawakal sepenuhnya kepada-Nya, merupakan nilai
keutamaan yang perlu diperhatikan dan diutamakandalam menyempurnakan
cabang-cabang keimanan.
Sesungguhnya amalah lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah tidak
akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika didasari dan diramu dengan nilai
keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati
dan tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.
Pendidikan modern telah mempengaruhi peserta didik dari berbagai arah dan
pengaruhnya telah sedemikian rupa merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak
pandai membina jiwa generasi mendatang, “dengan menanamkan nilai-nilai
keimanan dalam nalar, pikir dan akal budi mereka”, maka mereka tidak akan
selamat dari pengaruh negatif pendidikan modern. Mungkin mereka merasa ada
yang kurang dalam sisi spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari
sumber-sumber lain. Bila ini terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar
pintu spiritualitas yang terbuka tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal
dari ajaran spiritualitas Islam.
Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar,
pandangan akal dan hatinya tajam, akal pikir dan nuraninya berpadu dalam
berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka
mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya.
Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang
membangun kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola
pikir teologis yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi
akidah, Islam hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat
diterima sebagai ajaran akidah yang benar dan lurus.
Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah Islam tecermin dalam aturan muamalat
dan dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi. Selain
itu Islam adalah agama ibadah. Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian
hati yang dipenuhi dengan keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan
hawa nafsu, egoisme, dan sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak
sempurna, jika kehangatan spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan
pengalaman ilmiah dan ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat
pentingnya mata bagi orang yang sedang berjalan.
2. Filsafat Ketuhanan dalam Islam
a. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep
yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun
batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin.
Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori Evolusionisme, yaitu teori yang
menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama-
kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dikemukakan
oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith,
Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut
teori Evolusionisme adalah sebagai berikut :
1. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitive telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh
pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh
negate. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama yang berbeda-
beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), syakti (India), dan kami dalam
bahasa Jepang.
Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan
pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius.
Meskipun mana itu tidak dapat diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
2. Animisme
3. Politeisme
4. Henoteisme
5. Monoteisme
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau Ilmu
Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad
SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada
pula yang bersifat di antara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai
sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam.
Satu hal yang perlu diingat, bahwa masih-masing menggunakan akal pikiran
atau logika dalam mempertahankan pendapat mereka. Hal ini perlu ditekankan,
sebab satu hal pokok yang menyebabkan kemunduran umat Islam ialah
kurangnya penggunaan kemampuan akal pikirannya dalam mengkaji nilai-nilai
yang menurut pemikiran manusia atau nilai yang murni bersumber dari ajaran
Islam yakni al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Di antara aliran pemikiran tentang
Tuhan adalah :
1. Aliran Mu’tazilah yang merupakan kum rasionalis di kalangan muslim, serta
menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajarandan
keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir dan
tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir (manzilah bainal
manzilatain).
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani,
satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari
paham Mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya
menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam
ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang
Qadariah adalah pecahan dari Khawariji.
2. Qadariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak atau berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan
kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus
bertanggungjawab atas perbuatannya.
3. Berbeda dengan Qadariah, kelompok Jabariah yang merupakan pecahan dari
Murji’ah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa
oleh Tuhan.
4. Kelompok yang tidak sependapat dengan Mu’tazilah mendirikan kelompok
sendiri, yakni kelompok Asy’ariyah dan Maturidiniayah yang pendapatnya
berada di antara Qadariah dan Jabariah.
Semua kelompok itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan
umat Islam periode masa lalu. Menghadapi situasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan sekarang ini, tiada lain bagi kita untuk mengadakan koreksi yang
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnag Rasul, tanpa dipengaruhi oleh kepentingan
politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja
adalah aliran Mu’tazilah dan Qadariah.