You are on page 1of 23

FORMULASI KEBIJAKAN

PENDIDIKAN GRATIS
DI KABUPATEN SUKOHARJO

Presented by:
Dewi Sendhikasari
Dharmaningtias
1
07/ 263385/ PMU/ 5227
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
 Adanya komitmen Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
Amanat UUD 45, Pasal 31, melalui Pelaksanaan UU No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu
Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin
terselenggaranya Wajib Belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasar “tanpa memungut biaya”.
 Munculnya Kebijakan Kepala Daerah tentang Pendidikan
Gratis di Kabupaten Sukoharjo yang ditetapkan dengan
Surat Keputusan Bupati Sukoharjo tanggal 5 Januari 2007
tentang Pemberian Biaya Operasional Sekolah kepada
Sekolah Negeri di Kabupaten Sukoharjo.
 Kebijakan tersebut hadir dalam situasi kesadaran dan
kemandirian rakyat yang belum terbangun dengan baik.
Budaya kesadaran belajar dan kemandirian ekonomi belum
kuat serta tanpa adanya Perda khusus di bidang pendidikan
sehingga menimbulkan pro dan kontra.

2
B. Rumusan Masalah

“Bagaimana proses formulasi kebijakan


pendidikan gratis di Kabupaten Sukoharjo
serta siapa saja aktor, nilai-nilai dan
kepentingan yang mempengaruhi
munculnya kebijakan tersebut?”

3
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses formulasi


kebijakan pendidikan gratis di kabupaten
Sukoharjo;
2. Untuk mengetahui aktor dan kepentingan
yang mempengaruhi proses munculnya
kebijakan pendidikan gratis di Kabupaten
Sukoharjo;
3. Untuk mengetahui dampak dari adanya
kebijakan pendidikan gratis di Kabupaten
Sukoharjo.
4
BAB II. KERANGKA DASAR TEORI
A. Kebijakan Publik
 Konsep Kebijakan Publik
 Pendekatan dalam Kebijakan Publik
 Proses Kebijakan Publik

B. Formulasi Kebijakan Publik


 Tahap-tahap Formulasi Kebijakan
 Aktor dalam Formulasi Kebijakan Publik
 Nilai-nilai dan Kepentingan dalam Formulasi Kebijakan Publik
 Model Perumusan Kebijakan Publik

C. Kebijakan Pendidikan
 Konsep dan Hakikat Pendidikan
 Kebijakan Pendidikan dalam Kebijakan Publik

D. Formulasi Kebijakan Pendidikan Gratis


5
Tahapan Formulasi Kebijakan
Pendidikan Gratis Di Kabupaten
Sukoharjo
Perumusan
Masalah
Nilai-nilai:
• Politik
• Organisasi
Agenda • Pribadi
Kebijakan Pemeran serta • Kebijakan
resmi:
• Bupati (eksekutif);
• DPRD Kabupaten
Pemilihan (legislatif); Kepentingan-
Alternatif • Dinas Pendidikan. kepentingan:
Kebijakan • Public interest
• Political interest
• Personal
interest
Penetapan
Kebijakan

6
BAB III. METODE PENELITIAN
 Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi
kasus yang menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif.
 Jenis Data yang diperlukan: data sekunder
dan data primer.
 Metode Pengumpulan Data: interview,
observasi, dan dokumentasi.
 Unit Analisis: Dinas Pendidikan Sukoharjo,
DPRD Kabupaten Sukoharjo.
 Teknik Analisis Data: kualitatif yaitu data
dicari, disusun, diorganisasikan, dijabarkan,
dipilih yang penting, kemudian disimpulkan
agar mudah dipahami.
7
BAB IV. PROFIL ORGANISASI
PEMERINTAHAN DAERAH
A. Deskripsi Para Aktor Formulasi Kebijakan
Pendidikan Kabupaten Sukoharjo

1. Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo


(eksekutif);
2. Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
(aktor teknis);
3. DPRD Kabupaten Sukoharjo: Komisi IV
bidang kesejahteraan rakyat yang meliputi
pendidikan.
8
B. Kondisi Umum Pendidikan di Kabupaten
Sukoharjo
 Pendidikan dan pendidikan keagamaan terdiri dari:
dapat dilihat dari jumlah unit TK, SD/ MI, SMP/ MTs,
SMA/ SMK, Perguruan Tinggi.(Bab IV)

C. Dasar Hukum Kebijakan Pendidikan Gratis


 UUD 45 pasal 31 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) yang
menyatakan bahwa setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan serta wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya;
 UU RI No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah;
 UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
9
C. Dasar Hukum Pendidikan Gratis
 PP No. 72/1992 tentang Peran Serta Masyarakat dalam
Pendidikan Nasional;
 Kepmen Koordbid Kesra No./Kep/Menko/Kesra/X/1994 tentang
Koordinator Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar yang
diperbaharui dengan Keputusan Menteri Negara Koordinator
Bidang Kesra dan Pengentasan kemiskinan Nomor 07/ Kep/
Menko/ Kesra/ III/ 1999 tentang Pedoman Umum Koordinasi
Pelaksanaan Penuntasan Program Wajib Belajar Pendidikan
Dasar;
 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0306/ U/
1995 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar;
 Kebijakan Kepala Daerah tentang Pendidikan Gratis Guna
Penuntasan Program Pendidikan Dasar dan Menengah di
Kabupaten Sukoharjo yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati Sukoharjo Nomor 912/ 449.A/ 2007 tanggal 5 Januari
2007 tentang Pemberian Biaya Operasional Sekolah kepada
Sekolah Negeri di Kabupaten Sukoharjo;
 Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo,
tentang Kebijakan untuk tidak menarik dan memungut biaya
dalam bentuk apapun kepada orang tua/ wali murid. 10
BAB V. ANALISIS PROSES, AKTOR, DAN
KEPENTINGAN DALAM FORMULASI
KEBIJAKAN PENDIDIKAN GRATIS
A. Munculnya Isu dan Masalah Kebijakan
 Banyaknya anak putus sekolah karena mahalnya
biaya pendidikan;
 Pemerintah berkewajiban melaksanakan pelayanan
pendidikan yang optimal dan terjangkau bagi
masyarakat;
 Jaminan wajib belajar minimal pendidikan dasar
tanpa dipungut biaya (anggaran 20% APBN dan
APBD);
 Betapa mahalnya biaya pendidikan dari perspektif
masyarakat (biaya investasi, biaya operasi, dan
biaya personal) sehingga perlu adanya kebijakan
yang menangani masalah tersebut. 11
B. Proses Penetapan Ide menjadi
Agenda Kebijakan
 Ide tentang pendidikan gratis berawal dari keinginan
Bupati Sukoharjo untuk menjawab berbagai persoalan
pendidikan di Sukoharjo.
 Kegiatan yang tercantum dalam kebijakan pendidikan
gratis masuk dalam program dan kegiatan Dinas
Pendidikan yang dituangkan dalam (DPA) Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Dinas Pendidikan Sukoharjo.
 Pembahasan DPA tersebut melibatkan panitia
anggaran yang berasal dari DPRD yang mempunyai
fungsi anggaran.
 Ada perbedaan pandangan dan pendapat antara
eksekutif dan legislatif terhadap konsep pendidikan
gratis yang digulirkan oleh Bupati Sukoharjo. Legislatif
menginginkan konsep pendidikan murah berkualitas
dengan dilandasi dasar hukum yang kuat.
12
C. Proses Pemilihan Alternatif dan
Penetapan Kebijakan
 Digulirkan konsep yang berbeda dengan konsep Bupati
mengenai program pendidikan gratis. Konsep yang
digulirkan legislatif yaitu konsep pendidikan murah
berkualitas.
 Proses pembahasan mengenai kebijakan pendidikan di
Sukoharjo tidak mendapatkan kata sepakat sehingga
dari pihak legislatif lepas tangan dan tidak melanjutkan
subsidi pendidikan.
 Selang beberapa waktu kemudian keluarlah Surat
Keputusan Bupati sebagai pedoman pelaksanaan
Kebijakan pendidikan gratis.
 Sebelum ditetapkan dalam bentuk kebijakan, ide Bupati
yang ditangkap oleh Kepala Dinas Pendidikan kemudian
dilaksanakan dalam bentuk program dan kegiatan yang
dianggarkan dari APBD dan dihitung melalui RAPBS
dengan dibantu Kepala sekolah masing-masing.
13
1. Langkah Menuju Pendidikan Murah

BOS
APBN
SUMBER DANA

BKM
Block
Grant
School
Grant
BOMM
APBD SSN

Kabupaten Provinsi
Sumber: Dinas Pendidikan Sukoharjo
14
2. Analisis Kebutuhan Sekolah
Berdasarkan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah (RAPBS)
Menghitung Jumlah seluruh kebutuhan dalam
RAPBS tiap jenjang sekolah:
Jenjang
Sekolah

RAPBS

Jumlah

Sumber: Dinas Pendidikan Sukoharjo 15


PERBANDINGAN DANA PENDIDIKAN

IURAN KOMITE 2006/2007 Rp. 19.475.559.000,00

APBD Rp. 23.868.120.000,00

SELISIH Rp. 4.382.561.000,00

Sumber: Dinas Pendidikan Sukoharjo


16
TOTAL BELANJA ANGGARAN
KABUPATEN DINAS PENDIDIKAN
SUKOHARJO
Rp. 622.094.724.180,00
42.39 %

Rp. 265.845.934.450,00

38.36 %

SEKOLAH GRATIS Rp. 23.868.120.000,00

Sumber: Dinas Pendidikan Sukoharjo


17
D. Peran Aktor, Nilai-nilai, dan
Kepentingan dalam Formulasi
Kebijakan
 Aktor yang terlibat dalam formulasi kebijakan hanya
aktor resmi yaitu lembaga eksekutif dan legislatif yang
masuk golongan inkrementalis (politisi) dan golongan
teknisi (Dinas Pendidikan).
 Namun lebih dominan eksekutif sehingga dapat
dikatakan aktor tunggal yaitu Bupati, sedangkan
legislatif hanya terbatas pada hak budgeting.
 Nilai-nilai dan kepentingan yang mempengaruhi
cenderung bersifat politis (dominan).
 Nilai-nilai lainnya yaitu nilai-nilai organisasi, nilai-nilai
pribadi, dan nilai-nilai kebijakan disamping nilai
edukasi, moral dan sosial. Kepentingan lainnya yaitu
public interest dan personal interest. 18
E. Dampak dari Adanya Kebijakan
Pendidikan Gratis
 Beberapa dampak diantaranya:
 Pro dan kontra: adanya perbedaan kepentingan dalam
masyarakat terhadap kebijakan;
 Kebijakan tanpa Perda: belum adanya tanda-tanda
penyusunan Perda yang diperlukan agar terdapat
keberlangsungan program dan pengelolaan keuangan
yang jelas dan baik;
 Isu ketidakadilan dan diskriminasi pendidikan: kebijakan
hanya berlaku untuk sekolah negeri, sedangkan sekolah
swasta hanya mendapat bantuan beasiswa tertentu;
 Kesiapan daerah secara ekonomi, politik, sosial dan
budaya: adanya komitmen Pemda, keuangan daerah yang
belum memadai ditunjukkan dengan nilai merah dari BPK
terhadap laporan keuangan daerah tahun 2007/ 2008, dan
kultur sosial masyarakat yang belum terbangun dengan
baik (minimnya partisipasi masyarakat). 19
F. Analisis Perbandingan Model, Aktor,
dan Kepentingan Formulasi Kebijakan
Pendidikan Gratis.
 Analisis terhadap proses formulasi kebijakan pendidikan
gratis di Kabupaten Sukoharjo diketahui bahwa proses
perumusan kebijakan merupakan bentuk kombinasi dari
berbagai model perumusan kebijakan publik.
 Pada penelitian perumusan kebijakan pendidikan di
Sukoharjo, dipahami bahwa model kebijakan yang
digunakan yaitu model kelembagaan, elit dan pilihan
publik.
 Pemikiran kritis menilai bahwa model perumusan
kebijakan pendidikan gratis di Sukoharjo bersifat personal
karena aktor dominannya Bupati. Selain itu dipengaruhi
budaya peternalistik, dan dengan menggunakan pemikiran
Almond dan Verba, dapat dikatakan budaya politik
sebagian besar masyarakat Sukoharjo yaitu subjek, yang
mana lebih cenderung tergantung pada elit politik dengan
partisipasi masyarakat yang relatif rendah. 20
BAB VI. PENUTUP
A. Kesimpulan
 Formulasi kebijakan pendidikan gratis di Kabupaten Sukoharjo
merupakan bentuk kombinasi yaitu model kelembagaan, elit dan
pilihan publik.
 Ada perbedaan pandangan terhadap konsep pendidikan gratis
antara eksekutif dan legislatif.
 Aktor dominan atau aktor tunggal yaitu Bupati yang mengeluarkan
Surat Keputusan Bupati untuk menetapkan kebijakan tersebut.
DPRD hanya berperan dalam penganggaran karena tanpa Perda
yang mengatur kebijakan pendidikan tersebut, legislatif tidak dapat
melakukan pendalaman materi kebijakan.
 Nilai-nilai dan kepentingan yang paling dominan adalah nilai-nilai
dan kepentingan politis. Disamping itu terdapat nilai-nilai
organisasi, nilai-nilai pribadi, dan nilai-nilai kebijakan. Kepentingan
lainnya yaitu public interest dan personal interest.
 Dampak kebijakan ini yaitu pro dan kontra dalam masyarakat,
masalah kebijakan tanpa adanya perda, diskriminasi pendidikan,
dan kesiapan daerah secara ekonomi, politik, sosial & budaya.

21
B. Saran-saran
 Melembagakan kebijakan dengan pembuatan
Perda kebijakan pendidikan;
 Melibatkan aktor kebijakan dari berbagai elemen
masyarakat dalam formulasi kebijakan;
 Sosialisasi kebijakan yang jelas dan menyeluruh
kepada semua elemen masyarakat;
 Mempererat hubungan yang baik antara
eksekutif dan legislatif dalam lingkungan
pemerintahan;
 Perbaikan pengelolaan pembiayaan pendidikan
bagi Dinas Pendidikan Sukoharjo;
 Membangun kemandirian dan kesiapan daerah
secara ekonomi, politik, sosial dan budaya.
22
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

23

You might also like