You are on page 1of 9

Perilaku Etika dalam Bisnis

Posted on October 3 by harmbati


Etika bisnis memiliki definisi yang hampir sama dengan etika profesi, namun secara lebih rinci.
Etika bisnis adalah perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan oleh pimpinan, manajer,
karyawan, agen, atau perwakilan suatu perusahaan.
Dalam menciptakan etika bisnis ada beberapa hal yang diperhatikan antara lain: pengendalian
diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan
yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, dan menghindari 5K
(Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi), mampu mengatakan yang benar itu
benar. Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesaran semua pihak untuk
melaksanakannya, hal tersebut dapat dikurangi serta mampu menghadapi era globalisasi.
A. Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika
Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang mempengaruhi aktivitas bisnis dalam suatu
lembanga organisasi atau perubahan. Faktor faktor yang mempengaruhi lingkungan bisnis
adalah :
1. Lingkungan internal
Segala sesuatu didalam organisasi atau perusahaan yang akan mempengaruhi organisasi atau
perusahaan tersebut.
2. Lingkungan Eksternal
Segala sesuatu di luar batas-batas organisasi atau perusahaan yang mempengaruhi organisasi atau
perusahaan.
Perubahan lingkungan bisnis yang semakin tidak menentu dan situasi bisnis yang semakin
komperatif menimbulkan pesaingan yang semakin tajam, ini di tandai dengan semakin
banyaknya perusahaan milik pemerintah atau swasta yang didirikan baik itu perusahaan berskala
besar, perusahaan menengah, maupun perusahaan berskala kecil.
Tujuan dari sebuah bisnis kecil adalah untuk tumbuh dan menghasilkan uang.Untuk melakukan
itu, penting bahwa semua karyawan di papan dan bahwa kinerja mereka dan perilaku
berkontribusi pada kesuksesan perusahaan.Perilaku karyawan, bagaimanapun, dapat dipengaruhi
oleh faktor eksternal di luar bisnis.Pemilik usaha kecil perlu menyadari faktor-faktor dan untuk
melihat perubahan perilaku karyawan yang dapat sinyal masalah, antara lain:

Budaya Organisasi

Keseluruhan budaya perusahaan dampak bagaimana karyawan melakukan diri dengan rekan
kerja, pelanggan dan pemasok. Lebih dari sekedar lingkungan kerja, budaya organisasi
mencakup sikap manajemen terhadap karyawan, rencana pertumbuhan perusahaan dan otonomi /
pemberdayaan yang diberikan kepada karyawan. Nada di atas sering digunakan untuk
menggambarkan budaya organisasi perusahaan. Nada positif dapat membantu karyawan menjadi
lebih produktif dan bahagia. Sebuah nada negatif dapat menyebabkan ketidakpuasan karyawan,
absen dan bahkan pencurian atau vandalisme.

Ekonomi Lokal

Melihat seorang karyawan dari pekerjaannya dipengaruhi oleh keadaan perekonomian setempat.
Jika pekerjaan yang banyak dan ekonomi booming, karyawan secara keseluruhan lebih bahagia
dan perilaku mereka dan kinerja cermin itu. Di sisi lain, saat-saat yang sulit dan pengangguran
yang tinggi, karyawan dapat menjadi takut dan cemas tentang memegang pekerjaan
mereka.Kecemasan ini mengarah pada kinerja yang lebih rendah dan penyimpangan dalam
penilaian. Dalam beberapa karyawan, bagaimanapun, rasa takut kehilangan pekerjaan dapat
menjadi faktor pendorong untuk melakukan yang lebih baik.

Reputasi Perusahaan dalam Komunitas

Persepsi karyawan tentang bagaimana perusahaan mereka dilihat oleh masyarakat lokal dapat
mempengaruhi perilaku. Jika seorang karyawan menyadari bahwa perusahaannya dianggap
curang atau murah, tindakannya mungkin juga seperti itu. Ini adalah kasus hidup sampai
harapan. Namun, jika perusahaan dipandang sebagai pilar masyarakat dengan banyak goodwill,
karyawan lebih cenderung untuk menunjukkan perilaku serupa karena pelanggan dan pemasok
berharap bahwa dari mereka.

Persaingan di Industri

Tingkat daya saing dalam suatu industri dapat berdampak etika dari kedua manajemen dan
karyawan, terutama dalam situasi di mana kompensasi didasarkan pada pendapatan. Dalam
lingkungan yang sangat kompetitif, perilaku etis terhadap pelanggan dan pemasok dapat
menyelinap ke bawah sebagai karyawan berebut untuk membawa lebih banyak pekerjaan. Dalam
industri yang stabil di mana menarik pelanggan baru tidak masalah, karyawan tidak termotivasi
untuk meletakkan etika internal mereka menyisihkan untuk mengejar uang.
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam
bisnis yang nampak pada ilustrasi berikut :
1. Lingkungan Bisnis
Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu dilema yang
menekannya, seperti misalnya harus mengejar kuota penjualan, menekan ongkosongkos, peningkatan efrisiensi dan bersaing. Dipihak lain eksekutif perusahaan juga
harus bertanggung jawab terhadap masyarakat agar kualitas barang terjaga, harga

barang terjangkau. Disini nampak terdapat dua hal yang bertentangan harus
dijalankan misalnya, menekan ongkos dan efisiensi tetapi harus tetap meningkatkan
kualitas produk. Eksekutif perusahaan harus pandai mengambil keputusan etis yang
tidak merugikan perusahaan.

2. Organisasi
Secara umum, anggota organisasi itu sendiri saling mempengaruhi satu dengan
yang lainnya (proses interaktif). Dilain pihak organisasi terhadap individu harus
tetap berprilaku etis, misalnya masalah pengupahan, jam kerja maksimum.

3. Individu
Seseorang yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan berinteraksi dengan
sesama akan berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima secara umum dapat
dipelajari/diperoleh dari interaksi dengan teman, famili, dan kenalan. Dalam
bekerja, individu harus memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil pekerjaannya
yang menjaga kehormatan profesinya. Bahkan beberapa profesi memiliki kode etik
tertentu dalam pekerjaan.
a.

Kode etik diperlukan untuk hal seperti berikut :


Untuk menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya manajemen strategis dan
kebijakan dalam pengembangan usaha di satu pabrik dengan pengembangan sosial

b.

ekonomi dipihak lain.


Untuk menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang

c.

sehat.
Untuk mewujudkan integritas perusahaan terhadap lingkungan, masyarakat dan

d.

pemerintah.
Untuk menciptakan

e.

perusahaan/investor serta bagi para karyawan.


Untuk dapat mengangkat harkat perusahaan nasional di dunia perdagangan

keterangan,

kenyamanan

internasional.

B. Kesaling tergantungan antara Bisnis dan Masyarakat

dan

keamanan

batin

bagi

Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yang dikenal sebagai
stakeholders, yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah dan
komunitas. Oleh karena itu para pebisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari
stakeholders dan bukan hanya stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja
dan bahkan pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam
berbisnis.
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan makro dan lingkungan
mikro. Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun
etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan
memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika
bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif.
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam
perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan
yaitu etika pergaulan bisnis.Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah:
1. Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya adalah hubungan yang paling banyak dilakukan,
oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun pergaulannya
dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :

Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau


mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.

Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya.

Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis bagi
suatu bisnis.

2. Hubungan dengan karyawan


Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus
berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini
meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan
pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan / PHK
(pemutusan hubungan kerja).
3. Hubungan antar bisnis

Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang lain.
Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen
tunggal maupun distributor.
4. Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah go publik
harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor
atau calon investornya. prospek perusahan yang go public tersebut. Jangan sampai terjadi adanya
manipulasi atau penipuan terhadap informasi terhadap hal ini.
5. Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan
hubungan pergaulan yang bersifat finansial.
C. Kepedulian Pelaku Bisnis Terhadap Etika
Korupsi, kolusi, dan nepotisme yang semakin meluas di masyarakat yang sebelumnya hanya di
tingkat pusat dan sekarang meluas sampai ke daerah-daerah, dan meminjam istilah guru bangsa
yakni Gus Dur,korupsi yang sebelumnya di bawah meja, sekarang sampai ke meja-mejanya
dikorupsi adalah bentuk moral hazard di kalangan ekit politik dan elit birokrasi. Hal ini
mengindikasikan bahwa di sebagian masyarakat kita telah terjadi krisis moral dengan
menghalalkan segala mecam cara untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu memperkaya diri
sendiri maupun tujuan kelompok untuk eksistensi keberlanjutan kelompok. Terapi ini semua
adalah pemahaman, implementasi dan investasi etika dan nilai-nilai moral bagi para pelaku
bisnis dan para elit politik.
Dalam kaitan dengan etika bisnis, terutama bisnis berbasis syariah, pemahaman para pelaku
usaha terhadap ekonomi syariah selama ini masih cenderung pada sisi emosional saja dan
terkadang mengkesampingkan konteks bisnis itu sendiri. Padahal segmen pasar dari ekonomi
syariah cukup luas, baik itu untuk usaha perbankan maupun asuransi syariah. Dicontohkan,
segmen pasar konvensional, meski tidak mengenal sistem syariah, namun potensinya cukup
tinggi. Mengenai implementasi etika bisnis tersebut, Rukmana mengakui beberapa pelaku usaha
memang sudah ada yang mampu menerapkan etika bisnis tersebut.
Namun, karena pemahaman dari masing-masing pelaku usaha mengenai etika bisnis berbedabeda selama ini, maka implementasinyapun berbeda pula, Keberadaan etika dan moral pada diri
seseorang atau sekelompok orang sangat tergantung pada kualitas sistem kemasyarakatan yang
melingkupinya.
Walaupun seseorang atau sekelompok orang dapat mencoba mengendalikan kualitas etika dan
moral mereka, tetapi sebagai sebuah variabel yang sangat rentan terhadap pengaruh kualitas
sistem kemasyarakatan, kualitas etika dan moral seseorang atau sekelompok orang sewaktuwaktu dapat berubah. Baswir (2004) berpendapat bahwa pembicaraan mengenai etika dan moral
bisnis sesungguhnya tidak terlalu relevan bagi Indonesia. Jangankan masalah etika dan moral,

masalah tertib hukum pun masih belum banyak mendapat perhatian. Sebaliknya, justru sangat
lumrah di negeri ini untuk menyimpulkan bahwa berbisnis sama artinya dengan menyiasati
hukum. Akibatnya, para pebisnis di Indonesia tidak dapat lagi membedakan antara batas wilayah
etika dan moral dengan wilayah hukum. Wilayah etika dan moral adalah sebuah wilayah
pertanggungjawaban pribadi. Sedangkan wilayah hukum adalah wilayah benar dan salah yang
harus dipertanggungjawabkandi depan pengadilan. Akan tetapi memang itulah kesalahan kedua
dalam memahami masalah etika dan moral di Indonesia. Pencampuradukan antara wilayah etika
dan moral dengan wilayah hukum seringkali menyebabkan kebanyakan orang Indonesia tidak
bisa membedakan antara perbuatan yang semata-mata tidak sejalan dengan kaidah-kaidah etik
dan moral, dengan perbuatan yang masuk kategori perbuatan melanggar hukum. Sebagai misal,
sama sekali tidak dapat dibenarkan bila masalah korupsi masih didekati dari sudut etika dan
moral. Karena masalah korupsi sudah jelas dasar hukumnya, maka masalah itu haruslah didekati
secara hukum. Demikian halnya dengan masalah penggelapan pajak, pencemaran lingkungan,
dan pelanggaran hak asasi manusia.
D. Perkembangan Dalam Etika Bisnis
Berikut perkembangan etika bisnis
1. Situasi
Dahulu
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki
bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam negara dan
membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2.
Masa
Peralihan:
tahun
1960-an
ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota Perancis), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Hal ini
memberi perhatian pada dunia pendidikan khususnya manajemen, yaitu dengan
menambahkan mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society.
Topik yang paling sering dibahas adalah corporate social responsibility.
3.
Etika
Bisnis
Lahir
di
AS:
tahun
1970-an
sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah etis di sekitar bisnis
dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang
meliputi dunia bisnis di AS.
4.
Etika
Bisnis
Meluas
ke
Eropa:
tahun
1980-an
di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun
kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akademisi dari universitas serta sekolah
bisnis yang disebut European Business Ethics Network (EBEN).
5.
Etika
Bisnis
menjadi
Fenomena
Global:
tahun
1990-an
tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh dunia.
Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE) pada
25-28 Juli 1996 di Tokyo.

E. Etika Bisnis Dalam Akuntansi


Dalam menjalankan profesinya seorang akuntan di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi
dengan nama kode etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia
merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada akuntan untuk
berhubungan dengan klien, sesama anggota profesi dan juga dengan masyarakat. Selain dengan
kode etik akuntan juga merupakan alat atau sarana untuk klien, pemakai laporan keuangan atau
masyarakat pada umumnya, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui
serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi. Akuntansi
sebagai profesi memiliki kewajiban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti etika
profesi yang telah ditetapkan. Kewajiban akuntan sebagai profesional mempunyai tiga kewajiban
yaitu; kompetensi, objektif dan mengutamakan integritas. Kasus enron, xerok, merck, vivendi
universal dan bebarapa kasus serupa lainnya telah membuktikan bahwa etika sangat diperlukan
dalam bisnis. Tanpa etika di dalam bisnis, maka perdaganan tidak akan berfungsi dengan baik.
Kita harus mengakui bahwa akuntansi adalah bisnis, dan tanggung jawab utama dari bisnis
adalah memaksimalkan keuntungan atau nilai shareholder. Tetapi kalau hal ini dilakukan tanpa
memperhatikan etika, maka hasilnya sangat merugikan. Banyak orang yang menjalankan bisnis
tetapi tetap berpandangan bahwa, bisnis tidak memerlukan etika.
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan hal
sebagai berikut :
1. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis
sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau memakan pihak lain
dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan yang diperoleh merupakan hak
bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat
sekitarnya. Inilah etika bisnis yang etik.
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk uang dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
3. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
Namun demikian bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi
informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan
yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan
teknologi.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat

Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan
tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara
pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya
perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk
itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia
bisnis tersebut.
5. Menerapkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu
memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi,Kolusi dan komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi
apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam
dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan katabelece dari koneksi serta
melakukan kongkalikong dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk
mengadakan kolusi serta memberikan komisi kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
Untuk menciptakan kondisi bisnis yang kondusif harus ada sikap saling percaya (trust) antara
golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu
berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. Yang selama ini
kepercayaan itu hanya ada antara pihak golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya
memberikan kesempatan kepada pihak menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia
bisnis.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang
tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika
bisnis telah disepakati, sementara ada oknum, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain
mencoba untuk melakukan kecurangan demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika
bisnis itu akan gugur satu demi satu.
10. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuh kembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap
apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. Jika etika ini telah

dimiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu ketentraman dan kenyamanan dalam
berbisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan
Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut,
seperti proteksi terhadap pengusaha lemah.
Sumber :
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/371/jbptunikompp-gdl-eddysoerya-18531-12-kuliah-1-i.ppt
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/perilaku-etika-dalam-bisnis/
http://ramutz.blogspot.com/2012/10/perilaku-etika-dalam-bisnis.html
http://vegaaugesriana02.blogspot.com/2012/10/bab-2-perilaku-etika-dalam-bisnis.html

You might also like

  • cd6606 68
    cd6606 68
    Document24 pages
    cd6606 68
    Cakralc Wong Ngawam
    No ratings yet
  • Perbaikan Tanggul
    Perbaikan Tanggul
    Document1 page
    Perbaikan Tanggul
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Data - Jabatan Karyawan
    Data - Jabatan Karyawan
    Document1 page
    Data - Jabatan Karyawan
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Nyu MGTC
    Nyu MGTC
    Document2 pages
    Nyu MGTC
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Undangan New
    Undangan New
    Document1 page
    Undangan New
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Laporan Dan Pengambilan Keputusan
    Laporan Dan Pengambilan Keputusan
    Document8 pages
    Laporan Dan Pengambilan Keputusan
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • MGTC
    MGTC
    Document1 page
    MGTC
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Hubungan
    Hubungan
    Document1 page
    Hubungan
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Bab V
    Bab V
    Document2 pages
    Bab V
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Dividing Head
    Dividing Head
    Document5 pages
    Dividing Head
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Document13 pages
    Abs Trak
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Hubungan
    Hubungan
    Document1 page
    Hubungan
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Taha Jud
    Taha Jud
    Document4 pages
    Taha Jud
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Sari
    Sari
    Document109 pages
    Sari
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Makalah GTAW Siap Print
    Makalah GTAW Siap Print
    Document27 pages
    Makalah GTAW Siap Print
    Sang Sang Barongan
    No ratings yet
  • Taha Jud
    Taha Jud
    Document4 pages
    Taha Jud
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Makalah GTAW Siap Print
    Makalah GTAW Siap Print
    Document27 pages
    Makalah GTAW Siap Print
    Sang Sang Barongan
    No ratings yet
  • Taha Jud
    Taha Jud
    Document4 pages
    Taha Jud
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Proposal Akt Syariah
    Proposal Akt Syariah
    Document13 pages
    Proposal Akt Syariah
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet
  • Memperoleh Pembiayaan Dari Bank
    Memperoleh Pembiayaan Dari Bank
    Document4 pages
    Memperoleh Pembiayaan Dari Bank
    Laila Ce'äluw Cetia Ugh
    No ratings yet