You are on page 1of 11

KESIAPAN IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA PENDIDIKA

N DASAR 9 TAHUN
DI KOTA SEMARANG
Tri Joko Raharjo, Tri Suminar, Bagus Kisworo
ABSTRAK: Setiap ada kebijakan perubahan kurikulum, semua pihak terkait diharapka
n memiliki kesiapan untuk menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan sekolah pada jenjang pendidikan das
ar dalam penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Penelitian survey dengan populasi sekolah pada pendidikan dasar
9 tahun di Kota Semarang ini mengumpulkan data dengan teknik kuesioner dan dokum
entasi. Sampel ditetapkan dengan purposive random sampling. Analisis data dengan
deskriptif persentase.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sekolah pada jenjang pendidikan
dasar 9 tahun di Kota Semarang memiliki kesiapan dari aspek materiil dan non ma
teriil dalam penerapan KTSP dengan kualifikasi baik. Oleh karena itu disarankan
kepada Dinas Pendidikan Kota Semarang segera memberikan pengarahan dan mengkoord
inir penerapannya dalam pembelajaran di sekolah, dan selalu berkomunikasi dengan
Kepala Sekolah yang potensial dalam mengembangkan budaya organisasi. Agar pener
apan KTSP sesuai dengan ketentuan yang berlaku, diperlukan kegiatan monitoring d
an evaluasi.
Kata Kunci: Kesiapan, implementasi, kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pendidikan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indo
nesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.
Pernyataan ini dibuktikan dengan adanya laporan dari organisasi internasional y
ang mengukur pendidikan di dunia “Third Matemathics and Science Studi (TIMSS)” b
ahwa kemampuan matematikan siswa SMP kita berada di urutan ke-34 dari 38 negara,
dan kemampuan IPA berada di urutan ke-32. Hasil penilaian Index Pembangunan Ma
nusia (Human Development Index) tahun 2005 masih menempatkan Indonesia pada urut
an 110 dari 175 negara yang diteliti dengan menempatkan 3 komponen pendidikan, e
konomi dan kesehatan. Oleh karena itu, berbagai upaya peningkatan mutu pendidika
n dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, melalui beraneka pendekatan pe
mbaruan pendidikan.
Paul Suparno (2005: ix) menegaskan bahwa permasalahan mutu pendidikan be
rhubungan dengan masalah kurikulum, proses pembelajaran, mutu guru, buku ajar da
n sarana prasarana pendidikan. peningkatan mutu pendidikan. Nurhadi (2004:1) j
uga menjelaskan bahwa salah satu isu utama yang disoroti masa kini dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan adalah pembaruan kurikulum. Pemerintah telah menyusu
n strategi kebijakan guna meningkatkan mutu pendidikan nasional, salah satunya m
elalui penyempurnaan kurikulum yang mengacu standar pendidikan nasional. Penyemp
urnaan kurikulum memang harus dilakukan untuk merespons tuntutan terhadap kehidu
pan berdemokrasi, globalisasi dan otonomi daerah. Kurikulum dituntut harus kompr
ehensif dan reponsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mamp
u mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi (Suryadi, 2004:
12).
Saat ini mulai tahun pelajaran 2006/2007 pemerintah meluncurkan Kurikulu
m Tingkat Satuan Sekolah (KTSP) atau yang akrab disebut Kurikulum 2006, merupaka
n penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 atau KBK (Kompas, 23 Sep
tember 2006). Mendiknas Bambang Sudibyo (dalam Susilo, 2007) menegaskan bahwa se
benarnya tidak ada perubahan drastis dalam kurikulum baru. KTSP diolah berdasark
an Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan produk Badan Standar Nasional Pend
idikan (BSNP), yang dalam hal ini masih menekankan kompetensi-kompetensi tertent
u dalam implementasinya di sekolah. Keunggulan KTSP ini memberi keleluasaan penu
h setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi seko
lah dan potensi daerah sekitar. Oleh karena itu dengan KTSP tersebut setiap seko
lah mempunyai kurikulum berbeda-beda, kebijakan pendidikan ini searah dengan dig
ulirkannya desentralisasi dan manajemen berbasis sekolah. Pada KTSP hanya terdap
at standar kompetensi dan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Selanjutn
ya guru diharapkan lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai
dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya, sebab indikato
r dan hasil belajar dideskripsikan sendiri oleh guru.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam rangka implementasi kurikulum 20
06 (KTSP) penting sekali adanya kesiapan dari masing-masing sekolah yang benar-b
enar sudah matang baik dari pihak kepala sekolah, guru dan dari segenap komponen
yang membentuk sekolah seperti staf administrasi yang profesional, orangtua da
n siswa yang partisipatif. Kesiapan sekolah ini dimaksudkan untuk meminimalkan a
danya kendala dalam proses implementasi kurikulum 2006 di sekolah, sehingga dapa
t terlaksana secara optimal (Sukmadinata, 2007). . Dalam penerapan dibutuhkan ke
siapan kemampuan pengelola dan pelaksana pendidikan yang matang untuk menyongson
g penerapannya yang benar. Namun, permasalahan yang seringkali terjadi di masyar
akat adalah adanya pandangan stereotyp yang negative terhadap pembaruan kurikulu
m (Susilo, 2007: vii). Sehubungan dengan adanya prediksi kendala-kendala dalam p
enerapan kurikulum baru, maka sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses impl
ementasi kurikulum 2006 perlu memikirkan dan berupaya untuk melakukan tindakan-t
indakan persiapan yang lebih matang.
J. Drost, SJ (2005:xii) memaparkan hasil survey tentang penerapan KBK 20
04, di berbagai sekolah, terlebih di pelosok yang jauh dari fasilitas dan ahli,
banyak guru yang tidak siap menerapkan KBK. Mereka sebatas ”mendengar” tetapi ”b
elum mengerti”, akibatnya praktek pembelajaran dengan KBK masih bingung. Guru m
engajar tetap dengan cara lama yang cenderung menekankan ketuntasan materi, namu
n diberi nama KBK. Dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan bahwa perubahan
kurikulum yang cepat dan kurang disiapkan secara matang, hasilnya justru membing
ungkan, baik dari pihak guru maupun siswa. Dampaknya, upaya peningkatan mutu pen
didikan melalui pembaruan kurikulum tidak dapat tercapai secara efektif.
Bertolak dari uraian tersebut, tindakan antisipasi terhadap kendala-kendala impl
ementasi kurikulum 2006, menunjuk pentingnya ada kesiapan secara matang yang di
lakukan seluruh komponen sekolah. Sehubungan hal tersebut, diperlukan kajian pe
nelitian pendekatan survai yang dapat mendeskripsikan secara empiris dan bersifa
t alamiah (apa adanya) sejauh mana tingkat kesiapan sekolah baik persiapan mater
iil maupun nonmateriil berkenaan diterapkannya kurikulum 2006 dalam proses pembe
lajaran di sekolah tersebut. Sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2002), kesiapan se
kolah dan atau guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan implementas
i kurikulum di sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan umum penelitian ini a
dalah ”Bagaimanakah kesiapan sekolah dalam upaya menerapkan kurikulum tingkat sa
tuan pendidikan 2006 (KTSP) pada pembelajaran di setiap sekolah?”. Sedangkan per
masalahan yang bersifat khusus dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah
kesiapan sekolah dalam aspek materiil atau sumber daya alamiah dan aspek non mat
erial dalam rangka implementasi kurikulum 2006 (KTSP) pada jenjang pendidikan da
sar 9 tahun di Kota Semarang?”
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kesiapan sekolah da
lam aspek materiil atau sumber daya alamiah (perangkat kurikulum, sarana dan pra
sarana sekolah, keuangan, lingkungan sosial dan lingkungan fisik sekolah) dan as
pek non materiil atau sumber daya manusia sekolah (kepemimpinan kepala sekolah,
guru dan karyawan,siswa dan orangtua) dalam rangka implementasi kurikulum 2006 (
KTSP) pada jenjang pendidikan dasar 9 tahun di Kota Semarang.
Manfaat penelitian secara praktis, bagi Depdiknas, Dinas Pendid
ikan Propinsi/ Kota/Kabupaten, sebagai bahan masukan (rekomendasi kebijakan pend
idikan) dalam menyusun langkah-langkah strategis yang masih perlu dipersiapkan o
leh jajaran birokrat Dinas Pendidikan di tingkat propinsi/kota/kabupaten. Bagi
pihak sekolah dapat merefleksi diri agar dapat melakukan persiapan lebih matang
dalam rangka implementasi kurikulum 2006 (KTSP) pada pembelajaran di setiap seko
lah. khususnya pada jenjang pendidikan dasar 9 tahun. Dampaknya, kendala-kendala
dalam proses implementasi KTSP dapat diminimalisir dan KTSP dapat diterapkan di
sekolah secara baik dan benar,. Rekomendasi ini sangat diperlukan sehubungan de
ngan kebijakan pemerintah yang menargetkan tahun 2009/2010 semua lembaga pendidi
kan telah menggunakan kurikulum 2006.
Dari kajian pustaka diketahui bahwa beberapa langkah operasional
yang dapat dilakukan untuk perbaikan kualitas pendidikan adalah; (a) pembenahan
kurikulum ke arah pemberian kemampuan dan keterampilan dasar minimal (minimum b
asic skills), (b) peningkatan kualifikasi, kompetensi, dan profesionalitas tenag
a kependidikan sesuai dengan kebutuhan; (c) standarisasi kelengkapan dan kualita
s sarana dan prasarana pendidikan sekolah; (d) pelaksanaan program peningkatan m
utu berbasis sekolah (PMBS) dalam pengelolaan sekolah; (e) penciptaan iklim dan
suasana kompetitif dan kooperatif antar sekolah dalam upaya meningkatkan kualita
s peserta didik dan sekolah secara keseluruhan (Indra Djati Sidi, 2002).
Isu utama dalam konteks pembaruan pendidikan adalah pembaruan kurikulum
(Nurhadi, 2004: 1). Dalam konteks ini, perubahan sebuah kurikulum menjadi kebutu
han krusial dalam proses pengembangan pendidikan di Indonesia. Pernyataan ini di
perkuat pendapat Soetopo dan Soemanto (1986) bahwa pengembangan kurikulum dapat
didorong oleh perubahan tuntutan masyarakat akan fungsi sekolah yang disebabkan
kemajuan ipteks, budaya dan nilai filsafat masyarakat. Pada awalnya Kurikulum Be
rbasis Kompetensi 2004 (KBK) diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, akan
tetapi kenyataannya justru memunculkan berbagai permasalahan (Susilo, 2007:68).
Salah satu contoh permasalahan yang dijumpai dalam implementasi KBK dapa
t diilustrasikan berikut. Penerapan KBK idealnya kepadatan materi pelajaran diku
rangi, sehingga terdapat rentang waktu yang longgar untuk mencapai kompetensi si
swa. Kenyataannya siswa sulit mencapai kompetensi secara optimal karena banyak m
ata pelajaran tetapi jam pelajarannya relatif sedikit. Upaya mengatasi berbagai
kendala KBK, pemerintah memandang perlu menyusun Peraturan Pemerintah No. 19 tah
un 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang selanjutnya dibentuk Badan Sta
ndar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP merumuskan standar kompetensi dan kompeten
si dasar untuk tiap-tiap mata pelajaran berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan d
an Standar Isi yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasion
al No. 22/2006. Selanjutnya setiap satuan pendidikan diharapkan dapat mengembang
kan kurikulum yang diimplementasikan di satuan pendidikan masing-masing, yang se
lanjutnya disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP 2006.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) berpu
sat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta li
ngkungannya, (2) memperhatikan keragaman kharakteistik peserta didik, kondisi da
erah jenjang dan jenis pendidikan yang tersusun secara terpadu antara substansi
komponen muatan wajib, muatan lokal dan pengembangan diri. (3) tanggap terhadap
perkembangan ipteks, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan
berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, (7) seimbang antara kepentingan n
asional dan daerah.
Implementasi kurikulum didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide,
konsep dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pemb
elajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu. Impl
ementasi kurikulum tertulis dalam bentuk pembelajaran (Susilo, 2007: 174). Seba
gaimana dikemukakan Saylor (1981) yang menyatakan ”instruction is thus the imple
mentation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching i
n the sense of student, teaches interaction in an education setting”. Implementa
si kurikulum merupakan proses interaksi antara fasilitator sebagai pengembang ku
rikulum dan peserta didik sebagai subyek belajar. Mulyasa (2002) menjelaskan, im
plementasi kurikulum adalah operasional konsep kurikulum yang masih bersifat pot
ensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Dari konsep
implementasi tersebut tersirat bahwa keberhasilan implementasi kurikulum sangat
dipengaruhi oleh daya dukung guru, kepala sekolah, sarana dan prasarana yang d
imiliki oleh pihak sekolah.
Kegiatan implementasi kurikulum dijelaskan J. Drost (2005; Susilo, 2007:
176) mencakup 3 kekuatan pokok, yakni (a). pengembangan program, antara lain men
cakup program tahunan, semester, pokok bahasan, mingguan dan harian, program pen
gayaan dan remedial, serta program bimbingan dan konseling; (b) pelaksanaan pemb
elajaran, tugas guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perilaku peserta didik, dan (c) evaluasi hasil belajar, dengan penila
ian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan, bench marking
dan penilaian program.
Pelaksanaan KTSP berdasarkan Peraturan Menteri No. 22/2006 tentang stan
dar isi, menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1). pelaksanaan kurikulum
didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai
kompetensi; (2.) menegakkan 5 pilar, yaitu: belajar untuk beriman dan bertaqwa,
melaksanakan dan berbuat, hidup bersama dan berguna bagi orang lain, membangun
dan menemukan jati diri melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan; (3). pelaksanaan kurikulum memperhatikan potensi peserta didi
k dan terpadu untuk pengembangan diri yang berdimensi ke-Tuhanan, individual, so
cial dan moral; (4). dilaksanakan dalam hubungan yang bersifat demokratis dengan
prinsip tut wuri handayani, ing madya mangun karso, ing ngarso sung tulodo; (5)
. menggunakan pendekatan multi strategi, multi media, sumber belajar dan teknolo
gi yang memadai; (6). mendayagunakan kondisi alam, social dan budaya serta poten
si daerah untuk keberhasilan pendidikan, (7). mencakup seluruh kompetensi mata p
elajaran, muatan local dan pengembangan diri dalam keseimbangan, keterkaitan dan
kesinambungan yang memadai antar kelas, jenis dan jenjang pendidikan.
Untuk mengimplementasikan kurikulum di suatu sekolah meliputi beberapa t
ahap kegiatan, yakni: (a). Perencanaan, (b). Pengorganisasian, (c). Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar, (d). Evaluasi, (e) Pelaporan. Implementasi suatu kuri
kulum baru di sekolah tidak akan lepas dari kendala atau rintangan-rintangan. Ol
eh karena, untuk meminimalkan adanya kendala dalam proses implementasi tersebut,
pihak sekolah menyusun suatu perencanaan yang menunjukkan kegiatan persiapan-pe
rsiapan yang harus dilakukan oleh sekolah. Menurut Sukmadinata (2007) kendala te
rsebut ialah: (1). Tidak adanya keseragaman, sehingga untuk daerah dan situasi t
ertentu memerlukan keseragaman, persatuan dan kesatuan nasional, (2) tidak adany
a standar penilaian yang sama, sehingga sukar untuk membandingkan keadaan dan ke
majuan suatu sekolah dengan sekolah lain, (3). Sukar melakukan pengelolaan dan p
enilaian secara nasional, (4). Belum semua sekolah/distrik memiliki kesiapan unt
uk menyusun dan mengembangkan kurikulum sendiri.
Menurut Susilo (2007: 181), terdapat dua hal pokok yang dipersiapkan sek
olah dalam rangka implementasi kurikulum 2006, yaitu: kesiapan materiil dan nonm
ateriil. Kesiapan materiil dapat berupa kesiapan sekolah yang berkenaan dengan m
ateri yang sifatnya kebendaan, seperti perangkat kurikulum, sarana dan prasarana
sekolah (laboratorium, ruang belajar, perpustakaan dan lain-lain), unsur keuang
an dan unsur lingkungan sekolah. Sedangkan kesiapan non meriil dapat berupa tena
ga kependidikan yang handal dan profesional (kepemimpinan kepala sekolah dan kom
petensi guru), kesiapan karyawan maupun kesiapan dari unsur kesiswaan dan orang
tua siswa.
Pada teori organisasi modern, kinerja organisasi menekankan unsur manusi
a pada dimensi teknis yakni menekankan kecakapan yang dibutuhkan untuk menggerak
kan organisasi dan dimensi manusia yang menekankan perilaku manusia dalam organ
isasi . Dalam latar organisasi sekolah, unsur kepala sekolah, guru dan staf kary
awan administrasi dituntut selalu mengembangkan diri baik kecakapannya maupun pe
rilakunya sehingga efektivitas dan prestasi kerjanya benar-benar terwujud.
Perilaku manusia dalam organisasi dapat dianalisis berdasarkan dua fakto
r, yakni (a) faktor dalam diri pribadi seseorang dan (b) faktor lingkungan seseo
rang. Dengan demikian kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam mene
rapkan kurikulum 2006 (KTSP) berhubungan faktor dalam diri yang meliputi penget
ahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi berkenaan kurikulum 2006 dan motivas
i mereka untuk bertindak. Parameter kepemimpinan pada umumnya diarahkan pada gay
a dan perilaku pemimpin yang berorientasi pada ketercapaian tujuan atau hasil ya
ng efektif. Kepemimpinan yang efektif dimaknai sebagai kepemimpinan yang mampu m
enghasilkan kegiatan dalam kerangka kepentingan jangka panjang terbaik bagi orga
nisasi. (Kotter, 1988). Faktor lingkungan dari suatu organisasi sekolah menunjuk
lingkungan sosial yang mendukung budaya / iklim kerja. Budaya kerja di sekolah
merupakan suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai
yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan
suatu sekolah, yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cit
a dan tindakan yang terwujud sebagai kerja. Budaya kerja dijelaskan (Sulaksono,
2002) sebagai faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku unsur seko
lah dalam melaksanakan tugas. Budaya mampu mempengaruhi intensitas perilaku. Pa
da kajian ini menunjuk sikap dan perilaku kepala sekolah, guru, tenaga adminitra
si dan siswa dalam mempersiapkan diri untuk menerapkan kurikulum 2006.

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah survai dengan samp
el purposive random sampling, yakni penelitian yang mengkaji tentang fenomena ya
ng luas dengan mengambil sampel dari keseluruhan anggota populasi yang ditetapka
n secara acak berdasarkan tujuan penelitian. Fokus yang dijadikan sebagai acuan
dalam survai ini adalah kesiapan sekolah dalam mengimplentasikan kurikulum 2006
(KTSP) pada pendidikan dasar 9 tahun di Kota Semarang. Secara substansi, mencaku
p aspek: kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orangtua siswa, sarana dan prasa
rana sekolah, perangkat kurikulum, keuangan dan lingkungan sekolah.
Penelitian ini bersifat deskripsif, sebab berupaya menggambarkan fenomen
a yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya (Borg, 1983). Dalam proses penggam
baran fenomena tersebut peneliti berupaya menghindari intervensi ideologi keilmu
an ataupun memasukkan unsur-unsur subyektivitas agar fenomena yang digambarkan b
enar-benar menunjukkan keaslian dan tampilan seperti apa adanya. Dengan prinsip
pendeskripsian seperti ini pada akhirnya akan diperoleh profile secara utuh dan
asli sesuai dengan data atau kondisi yang terjadi di lapangan. Pendeskripsian fe
nomena dilakukan berdasarkan pada urutan tujuan penelitian yang telah ditetapkan
. Terdapat 40 responden dari 8 sekolah yang ditetapkan sebagai sampel berdasarka
n kharakteristik sekolah yang mutu lulusannya berkualifikasi baik, dan kurang ba
ik, sesuai jenis dan jenjang pendidikan.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik kuesioner dan dokume
ntasi. Kuesioner digunakan untuk mengungkap variabel tentang kualifikasi kepala
sekolah, guru, karyawan, siswa, orangtua, perangkat kurikulum, sarana dan prasar
ana sekolah, keuangan sekolah, lingkungan sosial dan lingkungan fisik sekolah y
ang mendukung implementasi kurikulum 2006 (KTSP) berdasarkan persepsi atau penil
aian dari berbagai nara sumber yang terkait yakni: kepala sekolah, guru, karyaw
an sekolah, komite sekolah dan siswa.
Instrument angket/ kuesioner penelitian dibuat dalam bentuk pertanyaan y
ang menggunakan alternatif jawaban tertutup dengan skala ordinal. Dokumentasi di
gunakan untuk mengungkap data dokumen yang terkait dengan tujuan penelitian yang
diharapkan. Beberapa dokumentasi yang dikaji antara lain: jumlah sekolah, jumla
h guru, jumlah karyawan, jumlah siswa, dan informasi lain yang relevan.
Data yang telah terkumpul ditabulasikan dan selanjutnya dianalisis secar
a deskriptif persentase. Dari penerapan analisis deskriptif pesentase ini akan
diperoleh gambaran secara utuh terhadap kesiapan sekolah dalam menerapkan kuriku
lum 2006 pada pembelajaran di kelas. Penggambaran atas data dan informasi yang d
iperoleh dari lapangan dilakukan secara substansi atau anatomik berdasarkan besa
ran variabel yang melekat pada masing-masing komponen yang menjadi tujuan peneli
tian ini.
Prosedur yang digunakan dalam menerapkan analisis deskriptif persentase
adalah sebagai berikut: (a) verifikasi data, untuk mengetahui kelengkapan dan ke
tepatan dalam pengisian pedoman wawancara, (b) koding data untuk memudahkan pros
es entry data, (c) entry data, memasukkan data yang telah dikoding pada masing-m
asing jawaban ke dalam komputer, (d). Analisis data, dengan menerapkan rumus per
sentase yang terdapat dalam program SPSS 14 untuk mengetahui frekuensi dan perse
ntase dari masing-masing jawaban responden.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kesiapan Sekolah dalam Implementasi KTSP dari Aspek Materiil
Kesiapan aspek materiil mencakup kesiapan sekolah yang berkenaa
n dengan materi yang sifatnya kebendaan, seperti perangkat kurikulum, sarana dan
prasarana sekolah (laboratorium, ruang belajar, perpustakaan dan lain-lain), un
sur keuangan dan unsur lingkungan sekolah. Persepsi atau penilaian dari beberapa
komponen sekolah tentang kesiapan pendidikan dasar dalam aspek materiil untuk m
engimplementasikan KTSP dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1.1 Persepsi Komite Sekolah tentang Kesiapan Aspek Materiil
Komite sekolah merupakan mitra kerja sekolah (stakeholder) dalam merenca
nakan melaksanakan dan dan mengevaluasi program sekolah. Berdasarkan keterlibata
nnya dalam mengelola sekolah mereka memiliki persepsi tentang kesiapan sekolah
pendidikan dasar dalam menerapkan KTSP. Sekolah sudah mempersiapkan perangkat ku
rikulum, sarana dan prasarana, keuangan sekolah, lingkungan sosial sekolah dan l
ingkungan fisik sekolah dengan kualifikasi cukup baik.
1.2 Persepsi Kepala Sekolah tentang Kesiapan Aspek Materiil
Kepala sekolah sebagai manajer di sekolah merupakan individu yan
g bertanggung jawab terhadap kesiapan sekolah dalam penerapan KTSP. Kepala sekol
ah menilai kesiapan pendidikan dasar untuk menerapkan KTSP dari beberapa unsur a
spek materiil sudah sangat baik, hanya pada unsur sarana dan prasarana termasuk
kriteria baik.
1.3 Persepsi Guru tentang Kesiapan Aspek Materiil
Penilaian guru tentang kesiapan sekolah pada jenjang pendidikan
dasar 9 tahun dalam penerapan KTSP untuk aspek materiil rata-rata sudah berkuali
fikasi baik, namun untuk kesediaan laboratorium, kesediaan multi media, mushola
dan kantin sekolah masih berkualifikasi cukup, bahkan terdapat satu bagian unsur
yang belum disiapkan kurang baik adalah taman sekolah. Kesiapan sekolah yang te
rkait pengelolaan keuangan sekolah dinilai guru masih dalam kategori cukup baik
1.4 Persepsi Staf Karyawan Sekolah tentang Kesiapan Aspek Materiil
Kesiapan pendidikan dasar secara materiil untuk menerapkan KTSP
menurut penilaian staf karyawan sudah baik. Empat unsur dari lima unsur aspek ma
teriil sudah dinilai baik, yakni: (1) kesiapan pengkajian, pengembangan dan peny
usunan perangkat kurikulum (2) kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana yang
sudah memadai, (3) lingkungan sosial sekolah telah menjalin hubungan yang baik d
engan pihak masyarakat. (4) lingkungan fisik sekolah yang terkait dengan perawat
an gedung, pengadaan air dengan kualitas dan kuantitas yang memadai, dan perawat
an lingkungan sekolah sudah dikelola dengan baik. Namun, kesiapan dalam hal peng
elolaan keuangan sekolah masih berkualifikasi cukup.
1.5 Persepsi Siswa tentang Kesiapan Aspek Materiil
Siswa merupakan salah satu komponen pendidikan yang sangat berpe
ran dalam pencapaian tujuan pendidikan, sebab peran siswa bukan hanya sebagai ob
yek yang dididik tetapi juga berperan sebagai subyek dalam pembelajaran. Berdas
arkan pengetahuan dan pengalamannya, siswa juga telah memberikan penilaian kesia
pan unsur-unsur aspek materiil yang berhubungan langsung dalam proses pembelajar
an rata-rata cukup baik. Sekolah telah menyiapkan perangkat kurikulum dengan bai
k Namun, kesiapan pengembangan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta di
dik, penyusunan kurikulum tahunan dan penyusunan silabus masih pada kriteria cuk
up. Kesiapan penyediaan sarana dan prasarana termasuk pada kualifikasi baik, ba
hkan untuk ketersediaan gedung sekolah dan sumber belajar dinilai sudah sangat b
aik. Namun, untuk ketersediaan laboratorium, kantin sekolah dan halaman sekolah
masih pada kualifikasi cukup saja. Pemahaman sekolah untuk mengelola dana sekola
h secara transparan dan akuntabel dinilai siswa masih pada kategori cukup. kesia
pan lingkungan fisik, pada kategori cukup.
2. Kesiapan Implementasi KTSP Aspek Non Materiil
Pada bagian kedua ini dideskripsikan kesiapan sekolah aspek nonmeriil. K
esiapan nonmateriil mencakup kesiapan akan kebutuhan tenaga kependidikan yang ha
ndal dan profesional (kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru), kesiapan
karyawan maupun kesiapan dari unsur kesiswaan dan orang tua siswa dalam impleme
ntasi KTSP.
2.1 Persepsi Komite Sekolah tentang Kesiapan Aspek Non Materiil
Persepsi komite sekolah tentang kesiapan kompetensi kepemimpina
n kepala sekolah untuk menerapkan KTSP termasuk sudah baik (72,38%). Kepala seko
lah telah meningkatkan pelaksanaan administrasi sekolah, melakukan pengendalian
keberhasilan pendidikan, pelaksanaan pengawasan dan memberikan pelayanan profesi
onal penunjang pelaksanaan pembelajaran. Namun, kepala sekolah dinilai belum bai
k dalam memelihara sarana dan prasarana sekolah. Persepsi komite sekolah tentang
kesiapan siswa dalam penerapan KTSP sudah baik. Siswa sudah mulai siap dengan
situasi kompetisi dalam belajar dengan mengembangkan kreatifitasnya, menghargai
dan menghormati setiap warga sekolah, mampu mengikuti perkembangan IPTEKS dan me
rasa memiliki program sekolah. Partisipasi orangtua dalam penerapan KTSP juga su
dah pada kategori baik. Orang tua memiliki kesadaran yang tinggi akan arti pent
ingnya pendidikan bagi anak, terlibat dalam organisasi komite sekolah untuk memb
antu pemecahan masalah pendidikan di sekolah, terlibat dalam mengembangkan progr
am sekolah dan penyediaan fasilitas belajar untuk anak.
Namun, pada pihak lain kemampuan guru dan karyawan dalam menyiap
kan kompetensi mereka untuk penerapan KTSP dinilai komite sekolah masih perlu di
tingkatkan karena masih dalam kategori cukup. Guru dan karyawan sebagai basis pe
laksana operasional KTSP, oleh karena itu, dituntut sejumlah kompetensi secara p
rofesional.
2.2 Persepsi Kepala Sekolah tentang Kesiapan Aspek Non Materiil
Kepala sekolah pada jenjang pendidikan dasar menilai kesiapan se
kolah dari unsur kepemimpinan kepala sekolah dan kemampuan siswa untuk menerapka
n KTSP sudah sangat baik. Kualifikasi kesiapan kepala sekolah sangat baik ini di
maknai kepala sekolah telah melaksanakan pengendalian keberhasilan pendidikan, p
eningkatan pelaksanaan administrasi sekolah, peningkatan pelaksanaan tugas tenag
a kependidikan, peningkatan layanan profesional penunjang pelaksanaan pembelajar
an dan pelaksanaan pengawasan. Sedangkan kesiapan kemampuan siswa sangat baik da
lam penerapan KTSP ini dapat dijelaskan bahwa siswa memiliki kemampuan kreatif d
an inovatif dalam belajar, menciptakan suasana kompetitif dalam belajar, mengiku
ti perkembangan pengetahuan dan teknologi, saling menghargai antar warga sekolah
dan memiliki tanggung jawab untuk mencapai tujuan program sekolah, karena progr
am sekolah sudah sebagai miliknya.
Kesiapan komptensi guru, karyawan dan partisipasi orang tua dini
lai kepala sekolah masih berkualifikasi dibawah kepala sekolah dan siswa, yakni
baik.
2.3 Persepsi Guru tentang Kesiapan Aspek Non Materiil
Guru menilai kesiapan kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapa
n KTSP kategori sudah sangat baik, sedangkan kesiapan dari tenaga kependidikan l
ain, yakni guru dan karyawan pada kualifikasi baik. Demikian pula kesiapan siswa
untuk menyesuaikan penggunaan kurikulum 2006 KTSP dalam kualifikasi baik. Parti
sipasi orangtua siap mendukung penerapan KTSP pada tataran baik.
Aspek non materiil yang memiliki kesiapan paling tinggi menurut
persepsi guru adalah kepemimpinan kepala sekolah, pada kualifikasi sangat baik,
selanjutnya disusul kesiapan yang baik dari siswa, partisipasi orang tua, guru d
an karyawan. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa kesiapan guru dan karyawa
n lebih rendah dibandingkan kesiapan siswa dan partisipasi orangtua, namun secar
a keseluruhan semua aspek non materiil baik dari kepemimpinan kepala sekolah, ko
mpetensi guru dan karyawan, kemampuan siswa dan partisipasi orangtua sudah memil
iki kesiapan yang baik dalam penerapan KTSP.
Kesiapan yang dilakukan guru dalam penerapan KTSP antara lain: p
engurangan penggunaan metode ceramah, menggunakan pendekatan individu dengan mem
berikan tugas yang berbeda-beda kepada siswa, pengelompokkan siswa berdasarkan k
emampuan, pengembangan bahan pembelajaran yang diarahkan kepada pemecahan masala
h sesuai kontekstual, pelibatan aktivitas siswa dalam berbagai kegiatan.
2.4 Persepsi Staf Karyawan Sekolah tentang Kesiapan Aspek Non Materiil
Berdasarkan persepsi staf karyawan sekolah kesiapan kepemimpinan
kepala sekolah dalam penerapan KTSP masuk kategori sangat baik, berarti sama de
ngan persepsi komite sekolah, guru dan kepala sekolah sendiri. Kompetensi guru d
an karyawan serta partisipasi orangtua dalam kategori baik. Kesiapan kemampuan
siswa dinilai staf karyawan masih pada kriteria cukup baik.
Komponen aspek non materiil (sumber daya manusia) sudah melakuka
n pengkajian KTSP melalui kegiatan sosialisasi, atau pun mencari buku-buku sumbe
r terkait dan selanjutnya memberikan respon atau sikap positif dan pada gilira
nnya mereka melakukan berbagai tindakan sesuai dengan sikap positif tersebut dal
am rangka persiapan penerapan KTSP.
2.5 Persepsi Siswa tentang Kesiapan Aspek Non Materiil
Siswa memberikan penilaian kesiapan non materiil kepemimpinan k
epala sekolah dalam penerapan KTSP, pada kategori baik. Demikian pula kesiapan s
iswa, partisipasi orang tua dan kesiapan kompetensi guru dan karyawan termasuk p
ada kualifikasi baik. Kepala sekolah telah melakukan pelaksanaan administrasi se
kolah dengan baik, demikian pula dalam pelaksanaan tugas-tugas yang lain, yakni
pelaksanaan pengendalian keberhasilan pendidikan, pelayanan profesional yang men
unjang pelaksanaan pembelajaran.
Kesiapan dari kemampuan siswa meliputi: meningkatkan kreativitas
dan bersikap inovatif dalam belajar, menciptakan suasana kompetitif dalam bela
jar, mengikuti perkembangan IPTEKS melalui berbagai sumber belajar tidak hanya d
ari sekolah dan merasa memiliki program sekolah, sehingga motivasi belajar tingg
i untuk mencapai tujuan program sekolah.
B. Pembahasan
1. Kesiapan Sekolah dari Aspek Materiil untuk Penerapan KTSP
Kesiapan sekolah pendidikan dasar dari aspek materiil untuk penerapan KT
SP dari kelima nara sumber menunjukkan sudah termasuk baik. Temuan ini berbeda d
engan permasalahan yang disampaikan Susilo (2007) bahwa di masyarakat seringkali
terjadi adanya pandangan stereotyp yang negatif terhadap adanya perubahan kurik
ulum. Pola pikir masyarakat sudah mengalami perubahan dalam merespon adanya per
ubahan kurikulum. Kurikulum yang baru dipandang sebagai upaya menyesuaikan perk
embangan IPTEK. Oleh karenanya semua komponen yang terlibat (kepala sekolah, gur
u, karyawan, siswa dan orang tua) mempelajari, merenungkan, memahami, dan selan
jutnya bergegas mempersiapkan diri secara matang untuk menyongsong penerapannya
secara benar.
Perubahan pola pikir masyarakat dalam merespon perubahan kurikulum sesua
i dengan pendapat Soetopo dan Soemanto (1986) bahwa pengembangan kurikulum didor
ong oleh perubahan tuntutan masyarakat akan fungsi sekolah yang disebabkan kemaj
uan ipteks, budaya dan nilai filsafat masyarakat. KTSP sebagai bentuk pengembang
an Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 (KBK) sebagai tuntutan kemajuan IPTEKS, pa
da gilirannya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dalam konteks ini,
perubahan sebuah kurikulum menjadi kebutuhan krusial dalam proses pengembangan p
endidikan di Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh Nurhadi (2004: 1).
Kesiapan-kesiapan aspek materiil yang sudah baik dilakuk
an sekolah pendidikan dasar meliputi: pengkajian, pemahaman dan penyusunan peran
gkat kurikulum, penyediaan fasilitas sarana dan prasarana, pengkajian, pemahaman
pedoman pengelolaan keuangan sekolah dan melakukan penyusunan kegiatan sesuai p
edoman, penyiapan lingkungan sosial dan lingkungan fisik sekolah. Semua kompone
n di atas merupakan komponen dari implementasi kurikulum, sebagaimana pendapat
J. Drost (2005) mencakup 3 kekuatan pokok, yakni (a). pengembangan program sekol
ah dan strukur kurikulum, (b) pelaksanaan pembelajaran, tugas guru yang utama ad
alah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perilaku peserta didik
dan pengembangan bahan belajar, sarana /media pembelajaran, dan tugas kepala men
ingkatkan pelaksanaan admisitrasi sekolah (c) pengembangan evaluasi hasil belaja
r, dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidika
n, bench marking dan penilaian program.
2. Kesiapan Sekolah dari Aspek Non Materiil untuk Penerapan KTSP
Kesiapan dari aspek non materiil dalam penerapakan KTSP yang pal
ing tinggi kualifikasinya dari 5 nara sumber adalah kepemimpinan kepala sekolah.
Temuan ini dapat dipahami karena sejak digulirkan otonomi daerah tahun 1999 dan
bersamaan itu pula diterapkan manajemen berbasis sekolah (MBS), kepala sekolah
dituntut untuk dapat mengelola sekolahnya, sehingga mutu lulusannya terkendali.
Posisi kepala sekolah sebagai manajer sekolah, maka kepala sekolah meningkatkan
layanan profesionalnya untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran, menerapkan mana
jemen yang transparan dan akuntabel serta melaksanakan fungsi pengawasan. Tugas
dan tanggung jawab profesional kepala sekolah telah terkondisikan sejak tahun 19
99, oleh karena itu kesiapan kepemimpinan kepala sekolah dalam penerapan KTSP pa
da tahun 2008 ini sudah sangat baik.
Guru dan karyawan sebagai tenaga kependidikan yang langsung meng
operasionalkan KTSP dalam proses pembelajaran dituntut memiliki kompetensi baru
yang paling banyak, sehingga kesiapannya dalam penerapan KTSP membutuhkan kerja
keras dan waktu yang paling lama dibanding unsur non materiil yang lain. Pada
sekolah yang telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004 cen
derung memiliki tenaga kependidikan yang sangat baik kesiapannya dalam menerapka
n KTSP, sebab antara KBK dengan KTSP memiliki kesamaan sebagai kurikulum yang be
rorientasi pada kompetensi, yakni tercapainya ketuntasan materi dengan belajar b
ermakna, pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Lebih rendahnya kesiapan guru dibandingkan kesiapan siswa dapat
dijelaskan pula ada faktor kejenuhan kinerja guru, sebab setiap kali kurikulum b
erubah, yang sasaran perubahan adalah sistem pembelajaran yang dikelola guru. Pa
da sisi lain kesejahteraan guru masih belum sebanding dengan tenaga profesi lain
. Namun, walaupun demikian kesiapan kompetensi guru sudah pada kategori baik.
Kesiapan kepala sekolah, guru dan karyawan dalam penerapan KTSP
ini berarti sudah mengacu pada teori organisasi modern yang disampaikan Susilo (
2007), kinerja organisasi menekankan unsur manusia pada dimensi teknis yakni men
ekankan kecakapan yang dibutuhkan untuk menggerakkan organisasi dan dimensi man
usia yang menekankan perilaku manusia dalam organisasi . Dalam latar organisasi
sekolah, unsur kepala sekolah, guru dan staf karyawan administrasi dituntut sela
lu mengembangkan diri baik kecakapannya maupun perilakunya sehingga efektivitas
dan prestasi kerjanya benar-benar terwujud.
Kesiapan siswa yang baik dalam penerapan KTSP menunjukkan kharak
teristik peserta didik yang inovatif, artinya cepat tanggap terhadap tuntutan pe
rkembangan pengetahuan dan teknologi dan berusaha menyesuaikan diri dalam arus p
erkembangan IPTEK, salah satunya menyesuaikan tuntutan perubahan kurikulum di se
kolah masing-masing. Adanya kesiapan siswa yang baik merupakan salah satu indika
tor dari prinsip-prinsip pelaksanaan KTSP berdasarkan Peraturan Menteri No. 22
/2006 tentang Standar Isi. Prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut: “pelaks
anaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik
untuk menguasai kompetensi”.
Tingginya partisipasi orangtua menunjukkan adanya hubungan yang
bersifat timbal balik antara sekolah dengan masyarakat dalam rangka mencapai tuj
uan program sekolah. Usaha proaktif dari pihak sekolah yang melibatkan orangtua
dalam mengembangkan program sekolah akan berdampak positif terhadap sikap dan pe
rilaku orangtua terhadap sekolah, yakni orangtua merasa memiliki program sekolah
dan selalu membantu sekolah dalam memecahkan masalah, terutama yang berkaitan d
engan pendanaan sekolah.
PENUTUP
1. Simpulan
1.1.Sekolah pada jenjang pendidikan dasar 9 tahun dalam aspek materiil atau sumb
er daya alamiah sudah memiliki kesiapan yang baik dalam penerapan KTSP. Kesiapan
aspek materiil yang dimaksud meliputi: kesiapan komponen perangkat kurikulum ya
ng menunjang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran, ketersediaan sa
rana dan prasarana sekolah yang mendukung proses pembelajaran, pengelolaan keuan
gan sekolah yang transparan dan akuntabel, pengelolaan lingkungan sosial yang ko
ndusif untuk belajar yaitu diciptakan suasana yang tenang, nyaman dan aman, sert
a telah dilakukan pengelolaan lingkungan fisik sekolah yang berwujud perawatan g
edung, pengadaan air, dan merawat sekolah dari pengaruh panas dan hujan.
1.2.Kesiapan sekolah dalam penerapan KTSP untuk aspek non-materiil atau sumber d
aya manusia sekolah sudah baik. Kepemimpinan kepala sekolah, guru dan karyawan,
siswa dan orangtua telah meningkatkan kemampuan atau kompetensi mereka sesuai de
ngan peran dan tugas masing-masing.
1.3.Kepemimpinan kepala sekolah telah meningkatkan layanan profesional untuk men
dukung proses pembelajaran, memberikan layanan admistrasi sekolah, melakukan pen
gendalian mutu sekolah dan pengawasan mutu tenaga pendidik dan tenaga kependidik
an.
1.4.Kesiapan yang dilakukan guru dalam penerapan KTSP antara lain: pengurangan p
enggunaan metode ceramah, menggunakan pendekatan individu dengan memberikan tuga
s yang berbeda-beda kepada siswa, pengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan, pe
ngembangan bahan pembelajaran yang diarahkan kepada pemecahan masalah sesuai kon
tekstual, pelibatan aktivitas siswa dalam berbagai kegiatan.
1.5.Kesiapan yang dilakukan karyawan dalam penerapan KTSP antara lain: meningka
tkan kompetensinya dalam rangka membantu administrasi guru tentang kesiswaan, pe
rpustakaan dan pembuatan laporan penilaian, dan membantu administrasi kepala sek
olah tentang kesiswaan, guru, sarana dan prasarana pembelajaran dan administrasi
tentang keuangan.
1.6.Kesiapan dari kemampuan siswa meliputi: meningkatkan kreativitas dan bersika
p inovatif dalam belajar, menciptakan suasana kompetitif dalam belajar, mengiku
ti perkembangan IPTEKS melalui berbagai sumber belajar tidak hanya dari sekolah
dan merasa memiliki program sekolah, sehingga motivasi belajar tinggi untuk menc
apai tujuan program sekolah.
1.7.Kesiapan partisipasi orang tua adalah memiliki kesadaran yang tinggi akan a
rti pentingnya pendidikan bagi anak, menyediakan fasilitas belajar yang diperluk
an anak, terlibat dalam organisasi komite sekolah untuk membantu pemecahan masal
ah pendidikan di sekolah, terlibat dalam mengembangkan program sekolah dan penye
diaan fasilitas belajar untuk anak.
2. Saran
2.1 Bagi Dinas Pendidikan Kota, tindak lanjut dari sudah baiknya kesiapan pe
ndidikan dasar 9 tahun dalam penerapan KTSP adalah mengarahkan dan mengkoordinir
pelaksanaan penerapan KTSP di sekolah-sekolah secara benar dan melakukan pengaw
asan agar pelaksanaan KTSP tidak menyimpang dari ketentuan.
2.2.Kepala sekolah sebagai manajer sekolah dalam pelaksanaan KTSP selalu ditunt
ut untuk mengembangkan budaya organisasi yang berorientasi pada tercapainya tuju
an program sekolah, yang melibatkan beberapa komponen terkait.
2.3.Partisipasi masyarakat (komite sekolah) selalu dilibatkan dalam mengelola pe
ndidikan sekolah, tidak terbatas dalam kegiatan mengkoordinir dana masyarakat, n
amun juga termasuk penerapan KTSP dalam pembelajaran di kelas.
2.4.Guru sebagai tulang punggung pelaksanaan KTSP dalam pembelajaran di kelas, d
ituntut selalu meningkatkan kompetensi profesionalnya dalam mengelola pembelajar
an mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan A. 1998. “Langkah-langkah Strategis ke Arah Pemecahan Masalah Pening
katan Mutu SMP”, dalam Kajian Pendidikan dan Kebudayaan No. 014/IV/September 199
8. Jakarta: Balitbang Depdikbud.
Ace Suryadi. 1999. Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan. Jakarta: Balai Pu
staka.
Ahmed, Manzoor. (1999). Pendidikan Indonesia Mengatasi Krisis-Menuju Pembaruan.
Konferensi, Jakarta 23-28 Februari 1999. Jakarta: Depdiknas, Bappenas, Bank Duni
a, dan Bank Pembangunan Asia
Babari, J. dan Onny S. Prijono. 1996. “Pendidkan sebagai Sarana Pemberdayaan”, d
alam Prijono, Onny S. dan A.M.W. Pranarka. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan
, dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Bappenas. (2000). Program Pembangunan Nasional (Propenas).
Borg, Walter R. Dan Meredith D. Gall. (1983). Educational Research: An Introduct
ion. New York : Longmand in Indonesia. Hongkong: A Joint Publication of Asian De
velopment Bank and Comparative Education Research Centre The University of Hong
Kong.
Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta: Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah. (1997). Statistik pendidikan: survey sos
ial ekonomi nasional.
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah. (2000). Berbagai Permasalahan Pendidikan
di Jawa Tengah . Semarang: Dinas Pendidikan.
Direktorat Pembinaan SMP Dirjen Manajemen Dikdasmen Depdiknas. 2006. Grand Desig
n Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun 2006 – 2009.
J. Drost. SJ. 2005. Dari KBK sampai MBS. Jakarta: Buku Kompas
Fuller, Bruce. 1987. What School Factors Raise Achivement in The Third World.
Dalam Review of Educational Research No. 57 (3)
Gunawan, Ary H,1995. Kebijakan-Kebijakan Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Hamijoyo, Santoso S. 2002. “Status dan Peran Guru, Akibatnya pada Mutu Pendidika
n”, dalam Syarif Ikhwanudin dan Dodo Murtadhlo. 2002. Pendidikan untuk Masyaraka
t Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo.
Indra Djati Sidi. 2002. Menuju Masyarakat Pembelajar: Menggagas Paradigma Baru P
endidikan. Jakarta:Paramadina dan Logos Wacana Ilmu.
Miftah, Toha. 1983. Perilaku Organisasi. Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta.
CV. Rajawali.
Mulyasa, Enco. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. PT. Remaja Rosdakar
ya
--------------------. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung. PT. Re
maja Rosdakarya.
Nurhadi.et.al. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Univer
sitas Negeri Malang.
PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Prasetya Irawan. 1999. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIE LAN.
Rich, John Martin. 1992. Inovation in Education: Reformers and Their Critics. Ne
w York: Cross Cultural Approach.
Smith, Robert G. 1982. Learning How to Learn : Applied Theory for Adult. Open Un
iv. Press. Milton Keynes.
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: S
inar Baru Algensindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandu
ng: PT. Remaja Rosdakarya.
Susilo, Joko, Muhammad. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pel
aksanaan dan Kesiapan Sekolah dalam Menyongsong. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Suryadi, A. (1986). Determinats of defferential mathematics performance among po
or-rural 9th in the Indonesian junior scondary schools. Desertasi tidak direbitk
an: State University of New York at Albany.
Suryadi, Ace dan Dasim Budimansyah. 2004. Pendidikan Nasional Menuju Masyarakat
Masa Depan. Jakarta: Genesindo.
Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia
Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adi Cita.
Tilaar, H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspe
ktif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Zeis, R.S. 1986. Curriculum Principle and Foundations. New York: Harper & Row Pu
blisher.

You might also like