You are on page 1of 5

Pola geometri batik cirebon

Leo Sutrisno

Dilaporkan bahwa batik Cirebon itu sudah berkembang sejak abad ke-16, tahun
1500-an. Pemakainya sangat terbatas, yaitu hanya keluarga keraton baik keraton
Kasepuhan maupun keraton Kanoman. Variasi motifnya tidak sebanyak batik
Yogya atau batik Solo. Di antaranya adalah: mega mendung (1.a), paksi naga lima
(1.b), singa barong (1.c), banjar barong (1.d), dan ayam alas (1.e).

Walaupun menggunakan motif yang sama, tingkat sosial pemakainya dapat dengan
mudah dikenali. Para ’punggawa’ atau ’abdi dalam’ menggunakan pola yang besar
dan kasar. Sebaliknya, para darah biru menggunakan batik dengan pola yang lebih
kecil dan lembut.

Pada awalnya, hanya dibuat satu versi batik yaitu batik pedalaman (keraton),
dengan motif yang cenderung menuangkan mengenai benda-benda keraton.
Dewasa ini batik Cirebon sering menampilkan gambar manusia, binatang, kapal,
rumah, dan bentuk-bentuk lain yang mirip karikatur.

Di antara motif-motif yang ada motif ’mega mendung’ merupakan motif yang
paling pesat perkembangannya. Motif ini terasa warna oriental yang didominasi
dengan warna biru. Warna biru tua melambangkan awan gelap yang mengandung
hujan, pemberi hidup. Warna biru muda melambangkan kehidupan yang semakin
cerah (Gambar 2).

Secara umum tidak mudah menemukan motif geometri batik gaya Cirebonan.
Namun, dengan geometri fraktal dapat ditelusuri juga ’DNA’-nya- kekhasannya.
Kelompok Pixel People dan Bandung Fe Institute di Badung secara intensif
menggali dan mengembangkan geometri fractal dari batik di Indonesia.

Dengan sampel 200 motif batik yang dikumpulkan dari seluruh Indonesia mereka
mengelompokkan motif batik menjadi lima kelompok DNA. Batik Cirebon
memiliki dimensi fraktal 1,10. batik Solo, Garut, Yogya, dan Madura memiliki
dimensi fraktal 1,30 – 1,40. Sebagian batik Solo dan Yogya berdimensi fraktal 1,25.
Sebagian batik Madura ada juga berdimensi fraktal 1,40. Batik Lasem dan Tasik
berdimensi fraktal 1,6.

Secara sederhana, dimensi dari suatu gambar dapat dibayangkan sebagai arah
gerakan. Misalnya, sebuah garis lurus berdimensi 1 karena hanya ada satu arah
gerakan, yaitu sepanjang garis itu sendiri. Sebuah bangun persegi berdimensi 2
karena ada dua arah gerak yang dapat dilakukan, yaitu menurut panjangnya dan
menurut lebarnya. Sebuah bangun kubus berdimensi 3 karena ada tiga arah gerak
yang dapat dibuat, yaitu menurut panjangnya, lebarnya, dan tingginya. Sebuah
titik berdimensi nol karena pada titik itu tidak dapat dibuat gerakan.
Secara matemtis, dimensi suatu benda didefinisikan sebagai
D = [ ln(Nn + 1/Nn) ] / [ ln(rn/rn + 1) ]. D adalah dimensi Fraktal, Nn adalah
banyaknya bagian yang dapat dibuat. Dan, rn adalah dimensi linear. Gambar 3.a,
sepenggal garis dipotong menjadi dua sama panjang, maka r1=1/2 . Kemudian, satu
bagian dibuang dan satu bagian yang lain disimpan, maka N1=1. Terus, dengan
cara yang sama, bagian ini dipotong menjadi dua yang sama panjang lagi maka
diperoleh r2=1/4. yang sepotong dibuang dan yang satu disimpan maka diperoleh
N2=1. dan seterusnya ulangi lagi-ulangi lagi hingga diperoleh bagian yang amat
sangat kecil, berupa sebuat titik. Menggunakan rumus D diperoleh harga D = 0.
Jadi, titik itu berdimensi 0.

Pada gambar 3.b, penggal garis dipotong menjadi dua sama panjang. Maka r1=1/2.
Kedua potong garis ini masing-masing disimpan untuk dipotong lagi maka N1=2.
Kalau dilanjutkan terus, masing-masing potongan itu dipotong lagi menjadi dua
sama panjang dan seterusnya maka diperoleh r2=1/4 dan N2=4. Dengan rumus
diperoleh D=1. Garis lurus berdimensi 1.

Pada Gambar 3.c, penggal garis lurus dipotong menjadi tiga bagian yang sama
panjang. Maka r1=1/3. Satu potongan tengah dibuang. Dua potong yang di pinggir
disimpan karena akan diproses lagi. Maka N1=2. Jika kedua potong penggal garis
dipotong menjadi tiga bagian yang sama panjang maka r2=1/9. masing-masing
potongan yang di tengah dibuang, N2=4 mak diperoleh D = ln(2) / ln(3) = 0.6309.

Demikian juga pada Gambar 3.d. satu penggal garis dipotong menjadi lima bagian
sama panjang. Dua potong yang di tepi dan satu potong yang ditengah disimpan
untuk diproses lagi. Cara ini akan menghasilkan D=0.6826.

Memperhatikan dimensi dari keempat contoh ini diperoleh dua jenis dimensi. Dua
yang pertama berbentuk bilangan bulat (0 dan 1). Dimensi ini disebut dimensi
linear Euclides. Dua yang terakhir berupa bilangan pecahan (0.6309 dan 0.6829).
Dimensi ini disebut dimensi fraktal.

Motof batik, ternyata berdimensi fraktal karena dimensinya bukan bilangan bulat.
Khusus batik Cirebon hanya memiliki satu dimensi fraktal yanitu 1.10. Inilah yang
menjadi ’DNA’ batik Cirebon. Tulisan lain akan membahas batik jawa timuran.
Semoga! (Om Tris).
INCLUDEPICTURE "
http://t1.gstatic.com/im
ages?q=tbn:5IxVTfn3
ppPvpM:http://www.in
dofamily.net/travel/ima
ges/stories/articlesima
ges/batik%2520cirebo
n--motif%2520mega1.
1.a Mega
jpg" mendung
\* MERGEFORM
ATINET 1.b Paksi naga liman

INCLUDEPICTURE "h
ttp://3.bp.blogspot.com/
_bEVHllFXCEY/St1nzt
11DPI/AAAAAAAAAB
Q/QUDTLp4Byak/s320/
batik.jpg" \* MERGEFO
RMATINET
1.c Singa barong 1.d Banjar barong
INCLUDEPICTURE "h
ttp://3.bp.blogspot.com/
_bEVHllFXCEY/St1nzt
11DPI/AAAAAAAAAB
Q/QUDTLp4Byak/s320/
INCLUDEPICTURE "http://3.bp.blogspot.com/_RiYXNP2NiBc/Sup7qQ8xSqI/AAAAAAAAAl8/iB_nD_uojxY/s320/bati
batik.jpg" \* MERGEFO
RMATINET

Gambar 2
.

a b c d

Gambar 3

You might also like