You are on page 1of 4

‘  


   

Leo Sutrisno

Kota kecamatan Lasem terletak 12 km arah timur kota Rembang, berbatasan dengan Laut
Jawa sebelah Utara. Luas daerah ini adalah 45,04 kilometer persegi dengan jumlah
penduduk 44.879 orang ( Litbang Kompas, 2003 ). Di kota ini juga terdapat sentra
industri batik kendatipun tidak setenar batik produksi Solo, Jogja atau Pekalongan.

Walaupun kota kecil, tetapi cukup tua dengan warna khas ¶kota Cina¶. Salah satu produk
andalan yang hingga kini masih µdibanggakan¶ adalah batik Lasem. Salah satu kekhasan
batik Lasem adalah warna merah manggis.

Memang pewarnaan kain batik produksi kota Lasem pada saat itu diekstrak dari kulit
buah manggis (Gambar 1.b). Bagi pembaca di Kota Pontianak, dalam dua bulan terakhir
ini tentu sering melihat buah manggis yang bergantungan di kios-kios penjual buah-
buahan (Gambar 1a).

Setiap perajin batik, dalam melukis batik melalui tiga tahap (Gambar 2). Dimulai dengan
µmenglowong¶ -melukiskan pola (a). Dilanjutkan dengan melukiskan µisi¶ di setiap
bangun yang tersedia (b). dan terakhir melukiskan bagian-bagian yang relative masih
µkosong¶ agar seluruh bidang kain tertutup (c).

Jika diperhatikan dengan seksama dalam lukisan batik itu terjadi µtransformasi¶ geometri
dari bangun yang sesungguhnya. Dalam Gambar 3 dicontohkan bentuk transformasi yang
terjadi dalam lukisan batik yang diberi tanda lingkaran. Dalam melukis batik ada proses
transformasi geometri.

Geometri telah meletakkan struktur dan bahasa visual bagi para perancang dan pembuat
batik. Geometri transformasi menjadi penting di alam modern ini untuk mengubah bentuk
benda-benda di sekitar kita menjadi bentuk yang sangat kecil tetapi tetap indah di dalam
bidang gambar.

Batik merupakan salah satu ciri khas budaya Indonesia. Dari motif dan warnanya, kita
bisa tahu dari daerah mana batik itu berasal. Batik produksi Lasem bercorak khas dengan
warna merah yang tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Corak batik Lasem
ini merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa, budaya lokal masyarakat pesisir
utara Jawa Tengah serta budaya Keraton Solo dan Yogyakarta.

Dalam buku Serat Mpu Badra Santi (Babad Tanah Lasem,1479, ditulis ulang oleh R
Panji Kamzah tahun 1858) dituliskan bahwa kota ini pernah disinggahi salah seorang
nahkoda kapal, Bi Nang Un, dari rombongan Laksamana Cengho. Puteri Na Li Ni, istri
nahkoda kapal itu, merupakan salah seorang perintis dunia batik Lasem. Selanjutnya,
para pedagang Tionghoa perantauan yang datang ke Lasem memberi pengaruh terhadap
corak batik di daerah ini. Bahkan, banyak pedagang ini yang kemudian beralih menjadi
pengusaha batik di kota Lasem ini.

Di tempat mukim baru, Na Li Ni menyusupkan motif burung hong, liong, bunga seruni,
banji, mata uang dan warna merah darah ayam khas Tiong Hwa dalam batik. Karena ciri
khas yang unik ini, batik lasem mendapat tempat penting di dunia perdagangan.
Pedagang antarpulau dengan kapal kemudian mengirim batik lasem ke seluruh wilayah
Nusantara.

Awalnya batik Lasem ini menjadi batik Encim, batik yang dipakai oleh wanita keturunan
Tionghoa yang berusia lanjut. Pengaruh masyarakat pesisir utara terlihat pada kombinasi
warna cerah merah, biru, kuning dan hijau. Pengaruh keraton juga ikut mewarnai corak,
motif dan ragam batik tulis Lasem ini. Misalnya, motif/ornamen kawung dan parang.

Ketika membuat desain motif batik tulis para pengusaha batik Lasem sangat dipengaruhi
budaya leluhur mereka seperti kepercayaan dan legendanya. Misalnya terdapat corak
ragam hias burung Hong (merak) dan binatang legendaris kilin (singa).

Pada masa kejayaan batik tulis Lasem setiap rumah tinggal orang Tionghoa
mengusahakan pembatikan dengan merekrut tenaga pembatik dari daerah desa sekitar
Lasem. Tenaga kerja ini melakukan pekerjaan sebagai sambilan saat menunggu musim
panen dan musim tanam padi di sawah.

Batik Lasem juga mengikuti pemikirian geometri ini. Melakukan proses transformasi
geometri seperti ini. Sehingga, dihasilkan berberapa motif batik yang khas Lasem. Batik
Lasem mempunyai ciri multikultural Jawa-Tionghoa. Warna-warni cerah serta motifnya
yang khas. Misalnya, motif Sapu jagat (Gambar 4.a); Merak Berungding (4.b); kembang
teratai (4.c), banji (4.d), Tiga Negeri (4.f).
:

ø ø ø 1.b

ø 





 ø
ø
ø ø

ø ø
4.a 4.b 4.c

4.d 4.e 4.f

You might also like