You are on page 1of 184

DAFTAR ISI 

 
 
   
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... i 
BAB X  BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP  ................... II.10‐1 
10.1 Kondisi Umum  ............................................................................................................. II.10‐2 
10.1.1 Peningkatan Ketahanan Pangan  dan Revitalisasi 
                     Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan .................................................. II.10‐2 
  10.1.2 Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi........................... II.10‐9 
10.1.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan 
             Pertambangan .................................................................................................. II.10‐12 
10.1.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup ................................................. II.10‐15 
10.1.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan II.10‐18  
10.1.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan ........................... II.10‐21 
10.1.7 Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam 
             serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ............... II.10‐25 
10.2 Permasalahan dan Sasaran ....................................................................................... II.10‐26 
10.2.1  Permasalahan .................................................................................................. II.10‐26 
10.2.1.1 Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi 
                Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan ................................ II.10‐27 
10.2.1.2 Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi ........ II.10‐30 
10.2.1.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral 
                dan Pertambangan ...................................................................... II.10‐32 
10.2.1.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup ............................... II.10‐34 
10.2.1.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi 
                Sumber Daya Hutan .................................................................... II.10‐35 
10.2.1.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan ......... II.10‐36 
10.2.1.7 Peningkatan Kualitas Infomasi Iklim dan Bencana  
  Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi  
  Perubahan Iklim ........................................................................... II.10‐38 
10.2.2  Sasaran ............................................................................................................... II.10‐39 
10.2.2.1 Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi 
                Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan ................................ II.10‐39 
10.2.2.2 Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi ........ II.10‐41 
10.2.2.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral 
                dan Pertambangan ...................................................................... II.10‐42 
10.2.2.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup ............................... II.10‐43 
10.2.2.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi 
   
  i 
                Sumber Daya Hutan .................................................................... II.10‐43 
10.2.2.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan ......... II.10‐43 
10.2.2.7 Peningkatan Kualitas Infomasi Iklim dan Bencana  
  Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi  
  Perubahan Iklim ........................................................................... II.10‐44 
10.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan ...................................................... II.10‐44 
10.3.1 Peningkatan Ketahanan Pangan  dan Revitalisasi 
                     Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan ................................................... II.10‐47 
        10.3.2 Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi ............................ II.10‐49 
10.3.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan 
             Pertambangan ................................................................................................. II.10‐52 
10.3.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup ................................................. II.10‐53 
10.3.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan II.10‐54  
10.3.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan ........................... II.10‐55 
10.3.7 Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam 
             serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim ............... II.10‐56 
 

   
ii   
BAB X
BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

Peranan sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDA dan LH) sangat penting
dalam pembangunan nasional, baik sebagai penyedia bahan baku bagi pembangunan
ekonomi maupun sebagai pendukung sistem kehidupan. Sesuai dengan fungsinya
tersebut, SDA dan LH perlu dikelola dengan bijaksana agar pembangunan serta
keberlangsungan kehidupan manusia dapat terjaga dan lestari saat ini dan di masa yang
akan datang.
Sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi, adanya kepentingan ekonomi yang
berorientasi jangka pendek serta lonjakan jumlah penduduk akan berimplikasi pada
meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam untuk bahan baku industri maupun
konsumsi. Peningkatan kebutuhan tersebut dapat berakibat pada peningkatan
pemanfaatan sumber daya alam, yang pada akhirnya akan menurunkan daya dukung
dan fungsi dari lingkungan hidup serta kerusakan sumber daya alamnya. Akibat
terjadinya degradasi lingkungan hidup ini sudah mulai dirasakan, terutama timbulnya
permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan, energi serta kebutuhan akan sumber
daya air di berbagai wilayah. Sebagai negara kepulauan, wilayah Indonesia yang
sebagian besar (75 persen wilayah) berupa lautan, merupakan negara yang sangat
rentan terhadap dampak terjadinya perubahan iklim global disamping masalah lonjakan
jumlah penduduk; sehingga kedua hal itu perlu diintegrasikan dalam kebijakan
pembangunan jangka menengah ke depan (2010-2014).
Sesuai dengan amanat RPJMN pertama (periode 2004 – 2009), lingkup
pembangunan bidang SDA dan LH meliputi 1) revitalisasi pertanian, dan 2) perbaikan
pengelolaan SDA dan perbaikan fungsi LH. Pelaksanaan dari kebijakan ini memberikan
hasil terhadap meningkatnya peran SDA dan LH dalam perkembangan perekonomian
nasional. Hal ini dicerminkan dengan semakin meningkatnya kontribusi Produk
Domestik Bruto (PDB) dari sektor-sektor yang berbasis SDA dan LH terhadap
pembentukan PDB nasional selama periode tersebut. Selain itu, sektor-sektor yang
berbasis SDA dan LH juga menjadi tumpuan utama bagi sebagian besar tenaga kerja,
terutama di perdesaan dan pesisir.
Sementara itu, pengelolaan SDA dan LH terus dilakukan untuk meningkatkan
kualitas dan kelestarian lingkungan hidup. Upaya ini dilakukan melalui peningkatan
kualitas sumber daya air, rehabilitasi dan konservasi hutan dan lahan, pengelolaan
sumber daya kelautan, serta peningkatan kualitas daya dukung lingkungan hidup.
Dengan semakin meningkatnya isu perubahan iklim global, upaya adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim terus meningkat selama periode tersebut.

II.10-1
10.1 Kondisi Umum

Dalam lima tahun ke depan (2010–2014), pembangunan SDA dan LH masih terus
diarahkan kepada dua kelompok (cluster), yaitu (i) pemanfaatan SDA yang mendukung
pembangunan ekonomi, dan (ii) peningkatan kualitas dan kelestarian LH. Pemanfaatan
SDA dalam mendukung pembangunan ekonomi dijabarkan pada tiga prioritas, yaitu (1)
Peningkatan Ketahanan Pangan, Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; (2)
Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi; dan (3) Peningkatan pengelolaan
Sumber Daya Mineral dan Pertambangan. Kemudian pembangunan SDA dan LH untuk
meningkatkan kualitas dan kelestarian LH ditekankan pada empat prioritas, yaitu (4)
perbaikan kualitas lingkungan hidup; (5) peningkatan konservasi dan rehabilitasi
sumber daya hutan; (6) peningkatan pengelolaan sumber daya kelautan; (7)
peningkatan kualitas informasi iklim dan bencana alam serta kapasitas adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim

10.1.1 Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan,


dan Kehutanan

Ketahanan pangan nasional merupakan pondasi utama pembangunan nasional


lima tahun ke depan. Kondisi ketahanan pangan nasional yang akan dicapai adalah
terpenuhinya kebutuhan pangan yang cukup, bergizi seimbang, dan terjangkau bagi
seluruh masyarakat. Pencapaian ketahanan pangan nasional memerlukan dukungan
penuh dari revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan. Sementara itu, revitalisasi
pertanian, perikanan, dan kehutanan juga dilaksanakan untuk menciptakan nilai
tambah dan meningkatkan daya saing di pasar global secara efisien dan modern untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam lima tahun terakhir, kinerja pembangunan ketahanan pangan
menunjukkan kecenderungan yang semakin baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa
indikator, seperti peningkatan produksi pangan, penjagaan stabilitas harga pangan
pokok, peningkatan kualitas dan keragaman konsumsi, dan peningkatan status gizi yang
secara umum semakin membaik.
Dalam kurun waktu 2005–2008, produksi komoditas pangan penting mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dan dapat memperkuat aspek ketersediaan pangan dari
dalam negeri. Produksi padi, jagung, kedele, dan gula, masing-masing meningkat rata-
rata 2,8 persen, 10,4 persen, 3,6 persen, dan 4,4 persen per tahun. Pada tahun 2009,
produksi padi diperkirakan akan mencapai 62,6 juta ton gabah kering giling (GKG),
jagung sekitar 17,0 juta ton, dan kedele sebesar 924,5 ribu ton. Dalam periode waktu
tersebut, produksi pangan sumber protein hewani juga meningkat, yaitu daging 2,2
persen per tahun, telur 7,5 persen per tahun, dan susu 1,4 persen per tahun. Produksi
perikanan sebagai sumber protein hewani lainnya dalam kurun waktu tersebut juga
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mencapai rata-rata 8,24 persen per
tahun. Perkembangan produksi beberapa komoditas pangan disajikan dalam Tabel 10.1.

II.10-2
TABEL 10.1
PERKEMBANGAN PRODUKSI BEBERAPA KOMODITAS BAHAN PANGAN
2005-2009

Komoditas 2005 2006 2007 2008 2009*)


Padi (juta ton GKG) 54,2 54,6 57,1 60,3 62,6
(juta ton) 12,5 11,6 13,3 16,3 17,0
Kedele (ribu ton) 808,4 747,6 592,5 776,5 924,5
Tebu (juta ton) 2,2 2,3 2,6 2,8 2,9
Daging (juta ton) 1,8 2,1 2,1 2,1 2,2
Perikanan (juta ton) 6,9 7,5 8,2 8,7 10,5
Keterangan: *) angka sementara/perkiraan
Sumber: BPS, Kementerian Pertanian, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Peningkatan produksi pangan dalam negeri tersebut telah mendorong terjaganya


stabilitas harga pangan pada tingkat yang terjangkau oleh masyarakat. Pada tahun 2008,
ketika harga beras di tingkat internasional berfluktuasi dan meningkat tajam, harga beras
dalam negeri relatif stabil (Gambar 10.1). Secara umum, ketersediaan pangan telah pula
menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia meskipun untuk beberapa daerah terpencil dan
pulau-pulau kecil masih menghadapi beberapa kendala terutama dukungan infrastruktur yang
belum optimal.
GAMBAR 10.1
PERKEMBANGAN HARGA BERAS DALAM NEGERI DAN INTERNASIONAL
15.000

Viet 15%
12.500
Thai 15%
IR II
10.000
(Rp/Kg)

7.500

5.000

2.500
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust

2007 2008

Sumber : Kementerian Perdagangan

II.10-3
Peningkatan produksi pangan dalam kurun waktu 2005–2008 telah mampu
meningkatkan ketersediaan karbohidrat (energi) dan protein bagi masyarakat. Produksi
itu telah melebihi tingkat ketersediaan yang direkomendasikan dalam Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII. Tingkat kecukupan konsumsi pangan yang
direkomendasikan adalah untuk energi sebesar 2.000 kkal/kapita/hari dan untuk
protein 52 gram/kapita/hari. Pada tahun 2007, tingkat ketersediaan energi mencapai
sebesar 3.737 kkal/kapita/hari, sementara konsumsi energi rata-rata penduduk
Indonesia adalah sebesar 2.025 kkal/kapita/hari. Pada tahun yang sama, tingkat
ketersediaan protein (sekitar 83,65 gram/kapita/hari) juga telah melebihi angka
konsumsi protein rata-rata sebesar 56,7 gram/kapita/hari. Membaiknya kondisi
ketersediaan dan konsumsi pangan masyarakat tersebut berpengaruh pula pada
peningkatan kualitas konsumsi pangan yang ditunjukkan oleh peningkatan skor Pola
Pangan Harapan (PPH) dari 74,9 pada tahun 2006 menjadi sebesar 82,9 pada tahun
2007.
Salah satu sumber protein hewani yang banyak tersedia di Indonesia adalah ikan.
Selain harganya terjangkau, ikan juga mempunyai kandungan gizi serta asam amino
yang sangat penting untuk kesehatan. Selama periode 2004–2008, ketersediaan ikan
untuk konsumsi juga meningkat sebesar 7,35 persen dari 22,58kg/kapita/tahun pada
tahun 2004 menjadi 29,98 kg/kapita/tahun pada tahun 2008. Peningkatan ini
disebabkan oleh peningkatan produksi, pengembangan informasi dan promosi
pemasaran hasil perikanan di dalam negeri, diantaranya peningkatan kampanye
gerakan “gemar makan ikan”.
Selain berperan penting dalam pembangunan ketahanan pangan nasional, sektor
pertanian, perikanan, dan kehutanan (PPK) juga berkontribusi penting dalam
perekonomian nasional terutama kontribusi untuk produk domestik bruto (PDB),
penyerapan tenaga kerja, serta pembentukan devisa negara.
Secara umum, kontribusi PDB sektor PPK terus meningkat, kecuali pada
kontribusi PDB subsektor kehutanan yang mengalami penurunan. Dalam periode
2005—2009 rata-rata pertumbuhan PDB sektor PPK sekitar 3,6 persen per tahun
(Tabel 10.2.). Angka ini telah melampaui sasaran RPJMN, yaitu rata-rata pertumbuhan
sekitar 3,52 persen per tahun. Meskipun total PDB sektor PPK semakin meningkat,
kontribusinya terhadap PDB nasional terus mengalami penurunan, yaitu dari 14,9
persen pada tahun 2004 menjadi 13,7 persen pada tahun 2008.

II.10-4
TABEL 10.2
PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN DAN SUBSEKTORNYA, 2005-2009

Rata- Rata-
Rata Rata
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009*
2005— 2005—
2008 2009*
Pertanian 2,7 3,4 3,5 4,8 3,6 3,5 3,6
1) Tanaman Bahan
2,6 3,0 3,5 5,4 3,6 3,1 3,5
Makanan
2) Tanaman Perkebunan 2,6 3,8 3,5 4,8 3,7 6,0 4,1
3) Peternakan & Hasilnya 2,0 3,4 3,3 3,0 2,9 3,0 2,9
4) Kehutanan -1,3 -2,9 -1,7 -0,6 -1,5 -1,6 -1,6
5) Perikanan 2,7 2,5 2,3 4,4 3,0 5,1 3,4
Sumber: Diolah dari BPS

Pertumbuhan PDB sektor PPK didukung oleh peningkatan produksi berbagai


komoditas pertanian, perikanan, dan kehutanan. Sebagaimana telah diuraikan di atas,
produksi komoditas tanaman bahan makanan mengalami peningkatan selama periode
2005—2008. Sementara itu, komoditas hortikultura dalam periode 2005—2009 juga
mengalami peningkatan, antara lain jeruk 9,4 persen per tahun, mangga 9,7 per tahun,
dan anggrek 55,2 persen per tahun. Beberapa komoditas perkebunan dalam periode
2005—2009 juga mengalami peningkatan, antara lain minyak sawit sebesar 13,5
persen per tahun, karet sebesar 5,3 persen per tahun, dan tebu/gula sebesar 6,9 persen
per tahun. Selain itu, produksi daging meningkat rata-rata sekitar 2,7 persen per tahun,
telur sekitar 7,5 persen per tahun, dan susu sekitar 1,4 persen per tahun.
Untuk subsektor peternakan, produksi daging, baik daging sapi, kerbau, kambing,
domba, maupun ayam ras, mengalami peningkatan rata-rata mencapai 2,7 persen per
tahun dalam periode 2005—2008. Dalam periode yang sama, produksi telur meningkat
rata-rata 7,5 persen per tahun dan produksi susu sebesar 1,4 persen per tahun. Pada
tahun 2008, produksi daging diperkirakan mencapai 2,1 juta ton, telur mencapai 1,5
juta ton, dan susu sebesar 574,4 ribu ton.
Untuk subsektor perikanan, produksi perikanan pada kurun waktu 2005–2008
meningkat, yaitu dari 6,87 juta ton menjadi 8,71 juta ton atau rata-rata meningkat
sebesar 8,2 persen. Kenaikan produksi tersebut diperoleh terutama dari peningkatan
produksi perikanan budidaya, di samping dari perikanan tangkap. Produksi perikanan
budidaya meningkat rata-rata sebesar 21,9 persen dengan komoditas utama adalah
rumput laut (seaweeds), udang (shrimp), ikan mas, nila, kepiting (crab), lele, patin
(catfish) dan lainnya. Peningkatan produksi perikanan tangkap mencapai rata-rata
sebesar 1,9 persen per tahun dengan komoditas utama, yaitu tuna dan lain-lain. Hal ini

II.10-5
menunjukkan bahwa kebijakan yang mengalihkan produksi dari perikanan tangkap ke
perikanan budidaya serta peningkatan pemberdayaan masyarakat selama ini cukup
membuahkan hasil.
Untuk subsektor kehutanan, selama periode 2005–2008 tingkat pertumbuhan
produksi kayu bulat dari hutan produksi rata-rata sebesar 9,9 persen per tahun,
terutama dari produksi kayu bulat hutan tanaman. Produksi kayu bulat mencapai titik
terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar 20,81 juta m3, jika dibandingkan dengan
produksi pada tahun 2008 yang mencapai 31,9 juta m3. Produksi kayu olahan yang
terdiri atas kayu lapis, kayu gergajian, wood working, blockboard, veneer, particle board,
dan lain-lain, mencapai titik tertinggi pada tahun 2007, dengan jumlah produksi total
sebesar 10,47 juta m3. Perincian jumlah produksinya adalah bahwa kayu lapis 3,4 juta
m3, kayu gergajian 525,29 ribu m3, dan blockboard 204,07 ribu m3. Sedangkan
produksi veneer mencapai puncaknya pada tahun 2005 sebesar 1,01 juta m3.

TABEL 10.3
TOTAL PRODUKSI KAYU BULAT DAN PERTUKANGAN
TAHUN 2005–2008 (JUTA M3)

No. Komoditas 2005 2006 2007 2008

1 Produksi Kayu Bulat 22,91 20,81 30,16 31,98


Produksi HTI Pulp
2 9,65 9,10 10,47 9,37
dan Pertukangan
Sumber : Direktorat Jenderal BPK, Kementerian Kehutanan, 2008

Sementara itu, dalam periode 2005 – 2008 produksi hasil hutan bukan kayu
(HHBK) masih relatif rendah. Produksi lebah madu sebanyak 6.830 ton, gaharu
sebanyak 525.000 kg, rotan sebanyak 437.138 ton, gondorukem sebanyak 69.593 ton,
damar sebanyak 23.588 ton dan terpentin sebanyak 16.532 ton.
Dalam hubungan dengan aspek ketenagakerjaan, jumlah dan pangsa tenaga kerja
di sektor PPK masih tinggi. Selama periode 2005 – 2008, jumlah tenaga kerja di sektor
PPK terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,9 persen per tahun. Pada tahun
2008, jumlah tenaga kerja di sektor PPK diperkirakan mencapai sekitar 42,7 juta orang,
dengan pangsa sekitar 43,7 persen dari tenaga kerja nasional.
Perkembangan rata-rata produktivitas tenaga kerja, Nilai Tukar Petani, dan Nilai
Tukar Nelayan juga meningkat. Rata-rata produktivitas tenaga kerja di sektor PPK
meningkat sekitar 1,6 persen per tahun. Selain itu, selama periode 2005 – 2008, NTP
rata-rata meningkat sebesar 1,7 persen per tahun. Pada tahun 2008, NTP dan NTN
diperkirakan dapat mencapai masing-masing 110,0 dan 103,9.

II.10-6
GAMBAR 10.2
PERKEMBANGAN INDEKS NILAI TUKAR PETANI (NTP), 2004—2008

120 110.0
107.0
102.9 101.0 102.5
100

80

60

40

20

0
2004 2005 2006 2007 2008

S
Sumber: Diolah dari BPS

Sektor PPK juga berperan penting dalam menyumbang devisa negara melalui
penyediaan komoditas perdagangan internasional. Beberapa komoditas di subsektor
perkebunan dan perikanan Indonesia telah mampu bersaing di pasar global. Indonesia
merupakan produsen utama dunia dari beberapa komoditas perkebunan, antara lain
produksi kelapa sawit (nomor 2 terbesar dunia setelah Malaysia), minyak kelapa
(nomor 2 setelah Filipina), lada (nomor 3 setelah Vietnam dan Malaysia), kakao (nomor
3 setelah Pantai Gading dan Ghana), dan kopi (nomor 4 setelah Brasil, Vietnam, dan
Kolombia). Kemudian untuk perikanan, komoditas ekspor utama adalah tuna, udang,
mutiara, dan rumput laut. Indonesia merupakan fishing ground tuna dan produsen
rumput laut terbesar di dunia.
Dalam kurun waktu 2005—2008 nilai ekspor komoditas pertanian secara
keseluruhan meningkat rata-rata sebesar 14,4 persen per tahun. Pada tahun 2008, nilai
ekspor terbesar dicapai oleh minyak sawit sekitar USD 12,9 miliar, kopi sebesar USD
980,4 juta, biji kakao sebesar USD 766,1 juta, rempah-rempah sebesar USD 329,3 juta,
dan buah-buahan sebesar USD 129,5 juta. Komoditas hasil pertanian yang nilai
ekspornya meningkat cukup tinggi adalah kopi sebesar 39,3 persen per tahun, karet
sebesar 23,0 persen per tahun, rempah-rempah sebesar 22,7 persen per tahun, dan biji
kakao sebesar 20,6 persen per tahun.
Selanjutnya untuk perikanan, pada periode 2005–2008 nilai ekspor komoditas
perikanan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 10,22 persen, yaitu dari US$ 1,91
miliar pada tahun 2005 menjadi US$ 2,56 miliar pada tahun 2008. Namun, volume
ekspor perikanan hanya meningkat sebesar 1,73 persen, dari 0,856 juta ton pada tahun
2005 menjadi 0,91 juta ton pada tahun 2008. Peningkatan nilai ekspor perikanan
tersebut terjadi yaitu karena terjadi peningkatan harga komoditas perikanan yang

II.10-7
cukup signifikan sebagai akibat adanya peningkatan mutu ekspor hasil perikanan,
berkurangnya hambatan tarif ekspor ke beberapa negara tujuan ekspor, seperti Jepang,
peningkatan kerja sama bilateral dan regional, serta adanya promosi produk perikanan
di luar negeri. Sampai saat ini, tujuan utama ekspor hasil perikanan adalah Jepang,
Hongkong, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Filipina, Taiwan, Amerika
Serikat, dan Uni Eropa. Pada periode yang sama, investasi di sektor perikanan mencapai
6 proyek PMDN dengan nilai Rp8,2 miliar dan 20 proyek PMA dengan nilai US$ 65,7
juta. Total investasi ini diperkirakan masih di bawah 1 persen terhadap investasi
nasional.
Untuk kehutanan, nilai ekspor produk kayu dan turunannya terus mengalami
kenaikan. Pada tahun 2001 nilai ekspor mencapai US$ 2,6 miliar dan meningkat menjadi
US$ 2,8 miliar pada tahun 2007. Kontribusi terbesar ekspor produk kayu berasal dari
kayu lapis. Walaupun terdapat kecenderungan penurunan, pada tahun 2001 ekspor
kayu lapis mencapai US$ 1,8 miliar dan menurun menjadi US$ 1,4 miliar pada tahun
2007. Komoditi yang mengalami kenaikan nilai ekspor antara lain wood charcoal, verner
sheet, fibreboard, dan pulp. Nilai ekspor kayu gergajian dan particle board pada tahun
2005 dan 2007 juga mengalami penurunan.

TABEL 10.4
PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR BEBERAPA KOMODITAS PERTANIAN,
PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (DALAM JUTA USD)

Komoditas 2004 2005 2006 2007 2008


1. Minyak Sawit 3.441,8 3.756,3 4.817,4 3.657,7 10.510,6
2. Getah Karet 14,7 6,4 11,3 12,3 14,5
3. Kopi 281,5 497,7 491,2 633,7 850,5
4. The 64,8 48,0 42,7 73,2 79
5. Rempah-rempah 153,7 138,0 158,5 258,5 313,2
6. Tembakau 45,6 62,9 50,9 56,6 61,8
7. Biji Coklat 370,2 468,2 491,8 623,1 746,5
8. Udang 892,5 948,1 1.115,9 1.029,9 1.220,4
9. Tuna/Cakalang 243,9 245,4 250,6 304,3 337,9
10. Mutiara 5,9 10,7 13,4 12,6 12,7
11. Damar 16,8 16,7 24,1 37,2 50,8
Sumber: BPS dan Kementerian

II.10-8
10.1.2 Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi

Minyak bumi, gas bumi, dan batubara mempunyai peranan besar sebagai
sumber energi untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat.
Selain sebagai pendukung pembangunan ekonomi, ketiga komoditas energi tersebut
juga berperan sebagai sumber penerimaan devisa negara yang sangat penting. Pada
kurun waktu tahun 2004-2008 kontribusi dalam penerimaan APBN berkisar antara 25-
32 persen. Pada tahun 2008, pendapatan dari minyak dan gas bumi mencapai Rp. 304,4
trilyun atau sekitar 31,6% dari pendapatan pemerintah, dan dari pertambangan umum
sebesar Rp. 41,7 trilyun (4,4%). Sehingga secara total, sektor energi dan pertambangan
umum memberikan kontribusi sebesar Rp. 349,5 trilyun terhadap penerimaan negara,
atau sekitar 36,3%.
Disamping sebagai sumber devisa, minyak dan gas bumi, serta batubara juga
mempunyai peranan yang besar dalam memasok energi/bahan bakar dan bahan baku
industri di dalam negeri (lihat Tabel 10.5). Untuk menjamin kebutuhan energi di dalam
negeri, terus dilakukan optimasi produksi minyak dan gas bumi, serta batubara. Sejak
tahun 2004 Indonesia telah berubah dari pengekspor minyak menjadi net oil importer.
Namun, dengan adanya penemuan cadangan baru, seperti di lapangan minyak Blok
Cepu, dalam waktu lima tahun ke depan akan terjadi kembali peningkatan produksi
minyak mentah.

TABEL 10.5
CADANGAN, PRODUKSI, INVESTASI MIGAS, MINERAL DAN BATUBARA SERTA
PERANAN MINYAK BUMI DALAM PENYEDIAN ENERGI NASIONAL

Satuan 2004 2005 2006 2007 2008


Minyak Milyar
8,61 8.62 8.92 8.40 8.21
Bumi Barel
Trilyun
Cadangan
Gas Kaki
Energi 188,34 185,8 187,09 164,99 170,07
Bumi Kubik
Primer
(TSCF)
Milyar
Batubara 7,0 6,8 9,5 18,7 20,98
Ton
Produksi
ribu
Minyak 1.095 1.062 1.006 954 977
barel/hari
Produksi Mentah
Energi Produksi
TSCF/hari 8.301 8.180 8.093 7.686 7.883
Primer Gas
Produksi
juta ton 132 153 194 217 229
Batubara

II.10-9
Satuan 2004 2005 2006 2007 2008

Minyak
Milyar
dan gas 5,9 8,3 9,6 11,2 13,5
USD
bumi
Investasi Mineral,
Batubara
Milyar
dan 1 0,9 1,4 1,2 1,6
USD
Panas
Bumi
Minyak Bumi dalam
Penyediaan Energi % 57 44,9 55 51 48,4
Nasional

Sumber: Kementerian ESDM

Pada tahun 2008, sebanyak 60% dari total produksi minyak mentah
dimanfaatkan untuk keperluan Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri, dan sisanya
diekspor. Namun pasokan minyak mentah ini masih belum cukup untuk memenuhi
permintaan BBM nasional, yakni sebesar 1.038 barel per hari. Sehingga masih
diperlukan impor minyak mentah dan BBM. Pada tahun 2008, untuk memenuhi
kebutuhan BBM dalam negeri, sebanyak 247 barel per hari minyak mentah dan
sebanyak 423 barel per hari BBM dipasok dari pasar internasional.
Gas bumi telah dimanfaatan oleh industri pupuk, baja, kilang petrokimia, LPG
(Liquefied Petroleum Gas), dan sebagainya. Pada tahun 2008, sebanyak 47,8% dari total
produksi gas bumi sebesar 7.883 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), telah
dimanfaatkan untuk kebutuhan di dalam negeri, terutama untuk keperluan bahan baku.
Sebagian besar dari gas bumi yang diproduksi masih diekspor ke Jepang, Taiwan dan
Korea dalam bentuk LNG, dan sebagian diekspor melalui pipa ke Singapura dan
Malaysia. Pemanfaatan gas untuk memenuhi keperluan dalam negeri akan semakin
meningkat dengan adanya beberapa Perjanjian Jual Beli Gas Bumi yang ditandatangani
dalam kurun waktu 2002-2008, sesudah UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi
diterbitkan.
Walaupun pemanfaatan batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
relatif masih kecil dibandingkan untuk ekspor, peranan batubara dalam sumber energi
didalam negeri semakin penting, dimana sekitar 25% dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
Untuk mengurangi ketergantungan akan impor minyak mentah dan BBM,
produksi dan cadangan minyak dan gas bumi terus ditingkatkan dengan memperbaiki
iklim investasi explorasi dan eksploitasi. Pada tahun 2008, cadangan minyak bumi
mencapai 8,21 milyar barel. Apabila diproduksi sesuai dengan tingkat produktivitas saat

II.10-10
ini, yakni 0,357 milyar barel per tahun, maka cadangan ini diperkirakan akan bertahan
selama 23 tahun. Cadangan gas bumi sebesar 170 trilyun kaki kubik (TSCF) dan dengan
tingkat produksi saat ini mencapai 2,9 TSCF per tahun, maka cadangan diperkirakan
akan bertahan selama 62 tahun. Cadangan batubara sebesar 20,98 miliar ton, dengan
tingkat penambangan seperti saat ini, yakni sekitar 200 juta ton per tahun, maka
cadangan ini diperkirakan akan bertahan selama 82 tahun.
Selain upaya-upaya peningkatan produksi minyak dan gas bumi, guna menjamin
pasokan energi di dalam negeri, upaya-upaya penganekaragaman (diversifikasi) sumber
energi lainya, selain minyak bumi, terus dilakukan. Upaya-upaya ini antara lain adalah
pemanfaatan gas dan batubara, serta energi baru terbarukan (EBT) untuk pembangkit
listrik, seperti pembangkit listrik tenaga panas bumi, tenaga surya dan angin,
mikrohidro, dan sebagainya, serta bahan bakar alternatif non-BBM, seperti bahan bakar
nabati (BBN) dan batubara cair dan gas (liqeufied dan gasified coal).
Penambahan kapasitas terutama dari pembangkit listrik tenaga panas bumi,
yakni 852 MW (2005) dan 1.052 MW (2008). Kapasitas terpasang energi tenaga surya
pada tahun 2008 sebesar 12,1 MW, dan tenaga angin sebesar 1,1 MW. Pamanfaatan BBN
pada tahun 2008 mencapai 2.558,7 ribu kilo liter (KL), yang terdiri dari bio-diesel
sebanyak 2.329,1 ribu KL, bio-ethanol sebanyak 192,4 KL, dan bio –oil sebanyak 37,2
ribu KL. Pemanfaatan BBN ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yakni
1.722 ribu KL (2007), 471,5 ribu KL (2006), dan 122,5 ribu KL (2005). Guna
mempercepat pemanfaatan EBT, program Desa Energi Mandiri (DME) telah
dikembangkan guna memanfaatkan EBT potensi setempat.
Potensi EBT terbesar adalah air (hydro), yakni sebesar 75.670 MW. Namun pada
tahun 2008, hanya sekitar 4.200 MW atau sekitar 5% dari potensial yang ada baru
dimanfaatkan. Upaya pemanfaatan energi air ini terus dilakukan, terutama melalui
akuisisi teknologi mikrohidro (50 kW-500kW) yang telah berkembang, dan
dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan listrik di pedesaan. Saat ini, kapasitas
terpasang minihidro dan mikrohidro telah mencapai 86,1 MW dari 500 MW sumber
daya yang tersedia.
Potensi EBT terbesar kedua adalah panas bumi, dengan total potensi panas bumi
sekitar 27 GW. Potensi terbesar panas bumi ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, dan
sisanya tersebar di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Dari potensi
sebesar ini yang dimanfaatkan baru sebesar 4%, yaitu PLTP di Kamojang, Lahendong,
Dieng, Gunung Salak, Darajat, Sarula, Sibayak dan Wayang Windu. Potensi sumber
energi biomassa juga cukup besar dan diperkirakan mencapai 50.000 MW, yang sampai
saat ini hampir belum dikelola. Di samping itu, bahan baku BBN cukup bervariasi dan
tersedia dengan jumlah yang cukup melimpah, seperti kelapa sawit, jarak, jagung, tebu,
ubi, dan aren. Ketersediaan bahan mentah yang melimpah ini membuat BBN akan
menjadi salah satu fokus utama dalam pemanfaatan EBT di tahun-tahun yang akan
datang.

II.10-11
Di samping peningkatan produksi minyak dan gas bumi, serta upaya
penganekaragaman energi, efisiensi dalam penyediaan dan pemanfaatan energi terus
dilakukan. Pada tahun 2008, intensitas energi, yakni rasio antara konsumsi energi final
dengan produk domestik bruto (PDB), menunjukkan angka yang masih cukup
tinggi/boros, yakni 382 TOE per juta US$ PDB. Walaupun demikian upaya-upaya ke arah
efisiensi telah dilakukan terutama melalui gerakan penghematan, seperti promosi
penggunaan lampu hemat energi, dan sebagainya. Di samping gerakan penghematan,
upaya mitigasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (CO2) telah dilakukan. Upaya-
upaya itu antara lain adalah dengan dicanangkannya program percepatan pembangkit
listrik 10,000 MW tahap kedua, yang sebagian besar sumber energinya berbasis panas
bumi, EBT dengan tingkat emisi CO2 yang sangat rendah, penggantian BBM dengan CNG
(Compressed Natural Gas) untuk kendaran umum di perkotaan, dsb.
Untuk menjamin penyediaan energi dengan harga yang terjangkau, subsidi BBM
dan listrik telah diterapkan. Di samping itu, sejak tahun 2007 subsidi LPG mulai
diterapkan seiring dengan diselenggarakannya gerakan konversi minyak tanah ke LPG.
Pada tahun 2008, subsidi BBM/LPG mencapai Rp. 140 trilyun dan subsidi listrik
mencapai Rp. 84 trilyun, sehingga secara total subsidi energi pada tahun 2008 mencapai
Rp. 224 trilyun. Subsidi ini merupakan subsidi yang tertinggi yang pernah diterapkan
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, Rp. 121 trilyun (2007), Rp. 98 trilyun
(2006), Rp. 113 trilyun (2005), dan Rp. 92 trilyun (2004), hal disebabkan terutama oleh
tingginya harga minyak mentah dan BBM impor. Dalam kurun waktu itu pula, volume
minyak tanah bersubsidi secara bertahap telah dikurangi, seiring dengan diterapkannya
gerakan konversi minyak tanah ke LPG. Pada tahun 2008, telah dilakukan pengalihan
penggunaan minyak tanah sebesar 2,069 juta KL.

10.1.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan

Sampai saat ini telah dicapai berbagai hasil dan kemajuan di sektor
pertambangan mineral dan batubara. Hasil ini merupakan tumpuan yang kuat untuk
memasuki pembangunan jangka menengah mendatang.
Pada bulan Desember 2008, telah diterbitkan Undang-Undang (UU) No. 4/2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, untuk menggantikan UU No. 11 Tahun
1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Perubahan mendasar
menurut UU ini adalah berubahnya bentuk pengelolaan sumber daya mineral dan
pertambangan dari rezim kontrak menjadi rezim perizinan, dan pengakuan adanya
kegiatan pertambangan rakyat dalam suatu wilayah pertambangan. Pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota diberi kewenangan untuk mengeluarkan izin
pertambangan di wilayahnya. Di samping itu, UU ini juga mengamanatkan adanya
peningkatan nilai tambah dari bahan tambang dengan mewajibkan perusahaan
tambang yang sudah berproduksi untuk membangun pabrik pengolahan di dalam
negeri.

II.10-12
Dalam lima tahun terakhir ini, penerimaan negara dari pertambangan umum
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2004 penerimaan tersebut sebesar
Rp. 8.933,3 miliar meningkat menjadi Rp. 42.120,8 miliar pada tahun 2008. Dalam
periode yang sama, investasi pertambangan umum mengalami pasang surut, di mana
sempat mengalami penurunan pada tahun 2005 dan 2007. Penurunan ini terutama
disebabkan oleh kurang mendukungnya iklim investasi sebagai akibat adanya konflik
fungsi lahan dan ketidakpastian regulasi. Pada tahun 2004 nilai investasi sebesar Rp 1
miliar US$ dan mencapai Rp 1,6 miliar US$ pada tahun 2008.
Sejumlah peta dan informasi geologi mengenai potensi sumber daya mineral dan
energi telah diselesaikan. Pemetaan geologi bersistem, telah diselesaikan seluruhnya,
terdiri 58 lembar peta geologi dengan skala 1:100.000 untuk Pulau Jawa dan Madura,
162 lembar dengan skala 1:250.000 untuk daerah di luar Pulau Jawa dan Madura.
Pemetaan gaya berat bersistem di Pulau Jawa dan Madura dengan skala 1:100.000 telah
diselesaikan sebanyak 49 lembar, sedangkan untuk luar Pulau Jawa dan Madura dengan
skala 1:250.000 telah selesai sebanyak 75 lembar. Bersamaan dengan itu, pemetaan
geologi dasar laut bersistem skala 1:250.000 telah diselesaikan sebanyak 17 lembar,
peta geologi kelautan regional dengan skala 1:1.000.000.
Sebanyak 74 lembar peta hidrogeologi bersistem di luar Pulau Jawa dan Madura
skala 1:250.000, sedangkan untuk Pulau Jawa dan Madura peta skala 1:100.000 telah
diselesaikan sebanyak 5 lembar. Penyelidikan potensi cekungan air tanah tingkat awal
telah menyelesaikan 105 cekungan atau 49,1 persen, dan penyelidikan tahap rinci
sebanyak 22 cekungan atau 10,3 persen dari seluruh cekungan air tanah di Indonesia.
Di samping itu, telah diselesaikan pemetaan geokimia mineral skala 1:250.000
sebanyak 38 lembar, inventarisasi sumber daya mineral skala 1:250.000 sebanyak 50
lembar, dan peta penyebaran potensi panas bumi dengan skala 1:5.000.000; pemetaan
geologi panas bumi skala 1:50.000 telah diselesaikan di 52 lokasi; penyelidikan
geofisika panas bumi di 29 lokasi; penyelidikan geokimia panas bumi di 19 lokasi; dan
pengeboran uji panas bumi di 2 lokasi. Bersamaan dengan itu, diselesaikan pula
inventarisasi batubara skala 1:250.000 sebanyak 23 lembar atau sekitar 46,0 persen
dari seluruh wilayah Indonesia yang mengandung batubara.
Sampai dengan tahun 2008 telah selesai penaksiran cadangan batubara
Indonesia, yaitu sebesar 20,98 miliar ton dengan sumber daya sebesar 104,8 miliar ton.
Cadangan tersebut terutama tersebar di Pulau Sumatera sebesar 60% dan Pulau
Kalimantan 35%, sedangkan sisanya tersebar di Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, dan Papua.
Kegiatan eksplorasi telah menghasilkan data perkiraan cadangan sumber daya
mineral logam, antara lain meliputi timah 2 juta ton, nikel 901,2 juta ton, bauksit 924,4
juta ton, emas 1,7 ribu ton, dan perak 8,7 ribu ton. Untuk sumber daya mineral industri:
batu kapur 30 miliar ton, dolomit 1,5 miliar ton, kaolin 9,3 juta ton, pasir kuarsa 4,7
miliar ton, belerang 5,7 juta ton, fosfat 4,3 juta ton, bentonit 1,4 miliar ton, feldspar 2,5
miliar ton, zeolit 207 juta ton, pirofilit 550 juta ton, granit 10 miliar ton, dan marmer 8,6

II.10-13
miliar ton, sedangkan potensi sumber daya energi panas bumi diperkirakan 27.510 MW.
Produksi bauksit sampai saat ini masih dipusatkan pada penambangan cadangan
bijih berkualitas ekspor di Pulau Bintan dan sekitarnya, dengan pasaran ekspor utama
ke Jepang. Cadangan bauksit yang jauh lebih besar terdapat di daerah Kalimantan Barat.
Sampai saat ini seluruh produksi konsentrat tembaga masih diekspor karena belum
tersedia pabrik peleburan tembaga di dalam negeri.
Pemasaran batubara di dalam negeri dan ekspor selama 2004-2008
menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Sebagian besar pemasaran batubara di
dalam negeri diserap oleh pembangkit listrik tenaga uap, industri semen, industri
tekstil, industri pulp, pabrik peleburan nikel dan timah, serta berbagai industri kecil
lainnya. Tingkat pemasaran batubara di dalam negeri juga meningkat dari 32,8 juta ton
(2004) menjadi 75,4 juta ton (2008). Adapun ekspor meningkat, dari 93,3 juta ton
(2004) menjadi 158,3 juta ton (2008).
Bahan-bahan tambang/galian lainnya, adalah bahan galian industri, seperti batu
kapur, dolomit, belerang, kaolin, pasir kuarsa, fosfat, bentonit, feldspar, dan marmer juga
produksinya mengalami peningkatan. Pertumbuhan sektor industri yang semakin
meningkat telah memacu pengembangan pertambangan bahan galian ini, terutama
dalam usaha memenuhi kebutuhan bahan baku industri tersebut. Produksi beberapa
jenis komoditi mineral mulai 2004-2008 dapat dilihat pada Tabel 10.6 di bawah ini.

II.10-14
TABEL 10.6
PRODUKSI BEBERAPA KOMODITI MINERAL NASIONAL

JenisKomoditi
Satuan 2004 2005 2006 2007 2008
Mineral
Emas ton 92,94 143,3 85,41 117,73 63,59
Perak ton 262,94 323,42 261,4 269,38 225,67
Tembaga ton 840,32 1.063,85 817,8 797,61 655,06
ribu
Bauksit 1.330,80 1.441,90 1.500,30 15.406,00 1.498,60
mt
ribu
Bijih Besi 70 62,5 240,3 1.894,80 3.965,00
mt
ribu
Bijih Nikel 4.095 4.081 4.354 6.623 14.902
ton
ribu
Fero Nikel 39.538 33.864 14.474 18.532 18.700
ton
ribu
Logam Timah 60,7 67,6 65,36 91,28 71,61
ton
Sumber: Kementerian ESDM

10.1.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup.

Pembangunan bidang lingkungan hidup dilaksanakan untuk dapat mencegah dan


mengantisipasi akibat yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan sumber daya alam. Meningkatnya kasus pencemaran lingkungan dan
penurunan daya dukung lingkungan diantaranya diakibatkan oleh laju pertumbuhan
penduduk, pembangunan infrastruktur, industrialisasi, pola kehidupan yang konsumtif,
lemahnya penegakan hukum, serta belum optimalnya kapasitas sumber daya manusia.
Persoalan lain yang dilakukan dalam pembangunan lingkungan hidup adalah
antisipasi terhadap perubahan iklim. Indonesia sebagai negara tropis dan kepulauan,
dikategorikan sebagai salah satu negara yang rentan terhadap perubahan iklim. Dampak
perubahan iklim sudah menjadi ancaman yang cukup serius bagi lingkungan. Tanda-
tanda dari dampak perubahan iklim di Indonesia dapat dilihat dari adanya kenaikan
temperatur udara, perubahan curah hujan, kenaikan permukaan air laut, dan perubahan
musim yang ekstrim. Kondisi ini menyebabkan terjadinya bencana kekeringan, banjir,
longsor, dan bencana alam lainnya.
Untuk mengatasi dan meminimalkan dampak aktivitas pembangunan dan
perubahan iklim tersebut terhadap lingkungan dalam Pembangunan Jangka Menengah
2004-2009 telah dilaksanakan berbagai kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang
mengarah kepada 4 program prioritas, yaitu: 1) Program Perlindungan dan Konservasi

II.10-15
Sumber Daya Alam; 2) Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup; 3) Program Peningkatan Kualitas serta Akses Informasi
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; dan 4) Program Pengendalian Pencemaran
dan Perusakan Lingkungan. Berikut ini uraian pencapaian masing-masing program
tersebut.
Dalam program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam dilakukan
berbagai upaya, diantaranya adalah melaksanakan identifikasi kerusakan dan
rehabilitasi daerah penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) seluas 20 Ha;
menyusun Model Pengelolaan Daerah Penyangga Kawasan Konservasi; terbentuknya
Balai Kliring Keanekaragaman Hayati, dan melaksanakan penandatanganan kerjasama
dalam jejaring informasi dengan Pemerintah Daerah DIY dan Sumatera Utara;
mengintegrasikan pertimbangan-pertimbangan lingkungan hidup dalam perencanaan
pembangunan dan penataan ruang wilayah, rekomendasi kebijakan pemanfaatan ruang
pulau berdasarkan daya dukung lingkungan, dan koordinasi penyiapan instrumen
Kajian Lingkungan Hidup Strategis; dan terlaksananya Program Menuju Indonesia Hijau
(MIH).
Dalam program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup telah dilaksanakan berbagai upaya seperti menyusun,
menyempurnakan, dan mengkaji peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan
hidup, meratifikasi konvensi internasional di bidang lingkungan hidup dan
instrumennya, mengalokasikan DAK pada 434 kabupaten/ kota dan dana dekonsentrasi
lingkungan pada 32 provinsi di tahun 2007, 2008, 2009, meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup untuk menciptakan “check and
balances” melalui pola kemitraan, kegiatan adiwiyata, kegiatan aliansi strategis
masyarakat peduli lingkungan, mengembangkan Debt for Nature Swaps (DNS) bidang
lingkungan hidup, menyusun panduan ekonomi ekosistem lahan basah, melakukan
kajian ekonomi ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun; program
insentif lingkungan; kerangka Indonesia Environment Fund Stategy; dan proposal
pendanaan lingkungan dari luar negeri dan integrasi instrumen lingkungan dalam
perbankan nasional, serta menyusun buku panduan penyusunan PDRB Hijau.
Selanjutnya, untuk meningkatkan Kapasitas dan Akses Informasi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup dilaksanakan berbagai kegiatan pengembangan data dan
informasi, seperti penyusunan laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (SLHI) 2004
hingga 2008, evaluasi Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) 2004 hingga 2007, dan
kajian status lingkungan 2002 – 2008, pelaksanaan sosialisasi metadata, data
warehouse untuk lingkungan hidup, pengumpulan data lingkungan hidup dari sektor
dan daerah, pembuatan sistem informasi geografis, laporan analisa kualitas sungai,
pembentukan advokasi komunikasi lingkungan dan sinergitas kemitraan dengan
Kaukus Lingkungan di DPRD tingkat provinsi, kabupaten dan kota, serta jaringan
Environmental Parliament Watch (EPW). Penyusunan sistem terintegrasi Neraca
Lingkungan dan Ekonomi di tingkat nasional oleh BPS, Pemda Provinsi Sulawesi

II.10-16
Tenggara, dan Pemda Provinsi Lampung, pengembangan sistem informasi terpadu
antara sistem jaringan pemantauan kualitas lingkungan hidup nasional dan daerah, dan
terlaksananya penandatanganan kerjasama dalam jejaring informasi dengan pemda DIY,
Sumatera Utara, penyusunan database Sumber Daya Genetik (SDG) holtikultura dan
pedoman CEP (Communication, Eduviation & Public Awareness) keanekaragaman hayati.
Upaya Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan juga dilakukan
melalui berbagai kegiatan, seperti pengembangan peraturan perundangan lingkungan
dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan, seperti disahkannya UU
No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah pada tanggal 7 Mei 2008, optimalisasi
peraturan dan metodologi di bidang pengkajian dampak lingkungan (AMDAL),
penerapan kebijakan dan standarisasi lingkungan melalui pengembangan Sistem
Manajemen Lingkungan (SML) – penerapan ISO 14001, ekolabel dan Pusat Produksi
Bersih Nasional, pelaksanaan pemantauan kualitas air dan udara di beberapa daerah
Kabupaten/Kota, penyelenggaraan program langit biru, pengendalian dan pengelolaan
pencemaran limbah padat dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Proper,
Adipura, program perlindungan lapisan ozon, penegakan hukum terpadu dan
penyelesaian hukum atas kasus perusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
serta pembentukan pos pengaduan dan pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan
hidup.
Khusus pengendalian pencemaran udara telah dilakukan melalui (1)
pemasangan peralatan pengamatan kualitas udara yaitu CO dan debu di Jakarta; (2)
tersedianya data kandungan timbal (Pb) di udara ambient di 10 kota, data terjadinya
hujan asam di 7 kota, data kebisingan kendaraan bermotor di 5 kota, Sistem
Pemantauan Kualitas Udara Ambien Kontinyu Air Quality Monitoring System (AQMS) di
10 kota dan passive sampler di 30 kota, dan data sumber pencemar emisi DKI Jakarta
dan sumber pencemar Pb di Tangerang; (3) tersedianya 41 jaringan stasiun pemantau
kualitas udara; (4) terselenggaranya Program Langit Biru (PLB) yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas udara perkotaan melalui pengendalian pencemaran emisi
sumber bergerak khususnya untuk sektor transportasi. Data pada tahun 2007
menunjukkan hasil yang sangat baik, yang ditunjukkan oleh kandungan Pb dalam bensin
di kota metropolitan dan besar yang sudah tidak terdeteksi lagi. Untuk kota-kota lainnya
masih terdeteksi namun masih di bawah standar, yaitu 0,013 gr/liter; dan (5)
terlaksananya Program Perlindungan Lapisan Ozon berupa penghapusan pemakaian
bahan perusak lapisan ozon (BPO) untuk aerosol, MAC dan foam sebesar 321 metric ton
(MT), dan pendistribusian peralatan untuk semua sektor.

II.10-17
TABEL 10.7
REKAPITULASI DATA INDEKS STANDAR PENCEMARAN UDARA TAHUNAN
2004-2007

Baik / Sehat Tidak sehat Berbahaya


No Kota (hari) (hari) (hari)
2004 2005 2006 2007 2004 2005 2006 2007 2004 2005 2006 2007
1 Jakarta 18 29 26 72 12 18 54 49 - 0 0 0
2 Bandung 64 40 14 0 - 0 0 0 - 0 0 0
3 Denpasar - - 0 0 - - 0 0 - 0 0
4 Medan 135 24 15 2 6 0 2 18 - 0 0 2
5 Pekanbaru 60 - 93 8 4 - 0 0 - 0 0
6 Pontianak 30 - 58 4 - - 4 0 - 0 0
Palangka
7 206 215 229 349 20 7 26 0 5 1 0 0
Raya
8 Semarang 60 229 0 14 - 0 0 0 - 0 0 0
9 Surabaya 74 21 25 62 6 4 19 7 - 0 0 0
10 Jambi - - 0 0 - - 0 0 - - 0 0
Sumber: Diolah dari SLHI, 2004-2007

Sementara itu, dalam rangka pengendalian pencemaran air, telah dilakukan


pengadaan data series kualitas air sungai prioritas di 30 provinsi, data kualitas air 6
danau, data kadar POS air dan sedimen di 12 lokasi, dan data kualitas air akibat kegiatan
PETI di 4 sungai.

10.1.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan

Peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan dimaksudkan untuk


meningkatkan fungsi dan daya dukung sumber daya hutan dengan berbagai upaya
seperti pemantapan kawasan hutan melalui pemantapan tata batas dan penetapan
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), optimalisasi hutan produksi, serta peningkatan
fungsi dan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS). Disamping itu, peningkatan
konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan ditujukan untuk meningkatkan
konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan.
Pada periode 2004-2008 upaya peningkatan konservasi dan rehabilitasi sumber
daya hutan telah dilakukan melalui: (1) Penataan batas kawasan; (2) penanggulangan
illegal logging dan kebakaran hutan, pengembangan jasa lingkungan, dan rehabilitasi
hutan dan lahan; (3) peningkatan fungsi dan daya dukung daerah aliran sungai (DAS);
dan (4) peningkatan penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi kehutanan.
Dalam rangka penataan batas kawasan hutan hingga saat ini telah diselesaikan
penataan batas sepanjang 5.079 km yang difokuskan pada 21 (dua puluh satu) lokasi
taman nasional model dan wilayah-wilayah rawan konflik dan perambahan kawasan
hutan.

II.10-18
Sejalan dengan penataan penyelesaian batas kawasan hutan tersebut, juga
dilakukan review Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hingga saat ini telah
diselesaikan review RTRW di 5 (lima) provinsi. Penyusunan rancang bangun KPH
sampai dengan tahun 2009 telah mencapai 1.066 unit KPH dengan luas 43,9 juta ha,
namun hingga saat ini belum ada satupun rancang bangun KPH tersebut yang telah
ditetapkan sebagai KPH definitif. Kondisi ini membawa dampak yang cukup signifikan
pada pengelolaan hutan yang terkait dengan pelestarian, perlindungan, dan
pemanfaatan sumber daya hutan.
Sementara itu, upaya konservasi sumber daya hutan melalui kegiatan
pengelolaan kawasan konservasi telah dilaksanakan di 50 taman nasional dan 483
kawasan konservasi lainnya (cagar alam, suaka margasatwa, taman buru dan hutan
lindung). Upaya tersebut telah berhasil meningkatkan kelestarian sumber plasma
nutfah baik tumbuhan dan satwa di habitatnya serta meningkatkan fungsi penyangga
bagi sistem kehidupan di sekitarnya. Dalam kurun waktu 2003 hingga 2007 kawasan
konservasi telah bertambah seluas 1.063.894 ha.
Ancaman peningkatan konservasi pada umumnya berasal dari kegiatan illegal
logging dan kebakaran hutan. Untuk itu, upaya penanggulangan praktek illegal logging
telah dilakukan antara lain melalui operasi hutan lestari, operasi fungsional, operasi
gabungan dan operasi rutin. Operasi tersebut telah berhasil menurunkan angka kasus
illegal logging di Indonesia dari 720 kasus pada tahun 2005 menjadi 161 kasus pada
tahun 2008, serta berhasil menghindari potensi kerugian negara sebanyak Rp 25 triliun
per tahun.
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dilakukan melalui
pembaharuan data sebaran hotspot secara berkala, antisipasi secara dini berdasarkan
data hotspot, peningkatan kesiagaan posko dan patroli kebakaran hutan, dan penguatan
kelembagaan pengendali kebakaran hutan. Upaya tersebut telah berhasil mengurangi
jumlah hotspot di dalam kawasan hutan, namun belum mampu mengurangi jumlah
hotspot secara maksimal di luar kawasan hutan.
Luas areal yang terbakar (baik di dalam dan di luar kawasan hutan) dari tahun
2004-2009 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2005-2006, jumlah hotspot
mencapai titik tertinggi yaitu 146.264 hotspot, hal ini dipicu adanya musim kemarau
panjang di Indonesia pada periode tersebut. Upaya penanggulangan kebakaran pada
tahun 2007 telah berhasil menurunkan tingkat kebakaran sebesar 74 persen dari tahun
sebelumnya (menjadi 37.909 hotspot). Sampai dengan triwulan ke tiga tahun 2009
jumlah hotspot yang terpantau menurun menjadi 31.756 hotspot.
Dalam rangka menunjang upaya konservasi hutan maka telah dikembangkan dan
ditingkatkan berbagai kegiatan jasa lingkungan dan peningkatan keanekaragaman
hayati. Jumlah pemegang Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) mengalami
peningkatan, dari 15 perusahaan pada tahun 2003 menjadi 25 perusahaan pada tahun
2008. Jumlah pengunjung ke kawasan konservasi mengalami peningkatan cukup tajam

II.10-19
dari 800.000 orang pada tahun 2004 menjadi 3.000.000 orang pada tahun 2008.
Pengelolaan keanekaragaman hayati melalui aktivitas izin penangkaran tumbuhan dan
satwa liar (TSL) juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2008, jumlah izin penangkar
TSL dilindungi sejumlah 154 unit, sedangkan untuk TSL yang tidak dilindungi menjadi
52 unit. Penerimaan devisa dari aktivitas ini pada tahun 2008 mencapai Rp.2 triliun.
Dalam rangka mempertahankan dan memulihkan daya dukung Daerah Aliran
Sungai (DAS) telah dilakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan melalui berbagai
kegiatan. Upaya tersebut telah berhasil menurunkan laju degradasi dan deforestasi
hingga 0,9 juta ha/tahun pada tahun 2008. Angka laju deforestasi dan degradasi pada 2
periode sebelumnya yaitu : periode tahun 1997-2000 sebesar 3,51 juta ha/tahun dan
periode 2000-2003 sebesar 1,5 juta ha/th.
GAMBAR 10.3
GRAFIK LAJU DEFORESTASI (JUTA HA/TAHUN)

4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1997-2000 2000-2001 2001-2002 2002-2003 2004-2005

Sumber : Eksekutif Data Strategis Kehutanan, Kementerian Kehutanan, 2008.


Rehabilitasi kawasan hutan dilaksanakan melalui Gerakan Rehabilitasi Hutan
dan Lahan, Hutan Tanaman Industri (HTI), pengayaan oleh Hak Pengusahaan Hutan
(HPH), pembangunan model Unit Manajemen Hutan Meranti, Silvikultur Intensif (SILIN)
dan rehabilitasi yang dilakukan PT. Perhutani. Hasil rehabilitasi PT. Perhutani hingga
tahun 2005 mencapai luas 1.827.900 ha, tahun 2006 menjadi seluas 2.230.010 ha,
tahun 2007 menjadi seluas 3.171.709 ha, tahun 2008 menjadi seluas 4.010.673 ha, dan
hingga triwulan ke tiga tahun 2009 menjadi 6.607.343 ha. Selain itu, dilakukan upaya-
upaya pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemulihan fungsi
dan daya dukung DAS di luar kawasan hutan. Upaya tersebut dilakukan melalui aksi
penanaman pohon serentak, gerakan perempuan tanam dan pelihara, hari menanam
pohon, dan kegiatan one man one tree.
Dalam rangka mendukung peningkatan dan pemulihan fungsi DAS melalui
kegiatan rehabilitasi tersebut telah dibangun 20.000 ha Hutan Kemasyarakatan (HKm)
di 10 provinsi, Ijin Usaha Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (IUPHKm) kepada 57

II.10-20
kelompok masyarakat di 19 kabupaten. Selain itu telah ditetapkan areal kerja seluas
176.000 ha untuk 13 provinsi. Selain itu, untuk menanggulangi lahan kritis di luar
kawasan hutan telah dibangun hutan rakyat (HR), sampai dengan triwulan ke tiga telah
dibangun 2.800.000 ha HR.

10.1.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

Sumber daya kelautan Indonesia yang terdiri dari pesisir, pulau pulau kecil dan
lautan serta biota di dalamnya mempunyai peranan penting bagi pembangunan nasional
baik dari aspek ekonomi, sosial, keamanan dan ekologis. Dengan total luas laut
Indonesia sekitar 5,8 juta kilometer persegi (km2), yang terdiri dari 2,3 juta km2
perairan kepulauan, 0,8 juta km2 perairan teritorial, dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia, 17.480 pulau dan panjang pantai 95.181 km, dan letaknya yang
strategis di antara 2 benua dan menjadi jalur perdagangan dunia yang penting, maka
posisi dan letak kepulauan Indonesia yang bersifat archipelagic, menjadi sangat penting
perannya dalam pembangunan nasional. Ekosistem laut juga sangat perperan penting
dalam siklus hidrologi dan keseimbangan alam yang dapat mempengaruhi iklim global.
Oleh sebab itu, upaya pengelolaan sumber daya kelautan dimaksudkan untuk
meningkatkan manfaat sumber daya kelautan secara optimal dengan tetap memelihara
fungsi laut sebagai pendukung sistem kehidupan.
Dalam upaya mengamankan kedaulatan NKRI dan menjaga keberlangsungan
sumber daya laut dari berbagai ancaman kerusakan, termasuk illegal, unreported and
unregulated fishing (IUU fishing) maka peningkatan pengawasan dan keamanan maritim
menjadi sangat penting untuk diperhatikan dalam pembangunan kelautan nasional.
Sampai dengan tahun 2008, upaya yang telah dilakukan antara lain peningkatan
pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dengan 25 kapal
pengawas, operasi bersama, dan pengembangan sistem pengawasan berbasis
masyarakat melalui pembentukan 1.369 kelompok masyarakat pengawas. Dalam
periode 2004 – 2008 jumlah tindak pidana perikanan menurun dari 174 kasus pada
2004 menjadi 62 kasus pada 2008.

II.10-21
GAMBAR 10.4
PERKEMBANGAN JUMLAH TINDAK PIDANA PERIKANAN

174 165
180
160 139
134
140
120
100
62
80
60
40
20
0
2004 2005 2006 2007 2008
S
u
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan
Indonesia dikenal sebagai salah satu penyumbang kekayaan hayati terumbu
karang terbesar di dunia. Dengan luas total sebesar 50.875 km2 (World Resources
Institute, 2002), sekitar 51 % terumbu karang di kawasan Asia Tenggara dan 18 %
terumbu karang di dunia, berada di wilayah perairan Indonesia. Untuk itu, diperlukan
upaya untuk mempertahankan kualitas ekosistem perairan agar dapat
mempertahankan fungsi terumbu karang secara optimal dalam mendukung sistem
kehidupan.
GAMBAR 10.5
KONDISI TERUMBU KARANG INDONESIA

40
35
30
Sangat Baik
25
Baik
20
Cukup
15
Kurang
10
5
0
2004 2005 2006 2007 2008

Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan

Sebagai upaya untuk menyelamatkan ekosistem wilayah pesisir dan laut guna
menjaga kelestarian sumber daya ikan selama kurun waktu 2005-2009 telah dilakukan

II.10-22
rehabilitasi dan konservasi sumber daya pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil antara lain
melalui: (i) Pengelolaan kawasan konservasi laut seluas 13,5 juta hektar, termasuk
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD); dan (ii) Dilaksanakannya pengelolaan dan
rehabilitasi terumbu karang pada 21 kabupaten/kota di 8 provinsi.
Dalam kurun waktu tersebut, upaya peningkatan kerja sama dalam pengelolaan
ekosistem pesisir dan laut juga telah dilakukan melalui: (i) Pengembangan kerja sama
antarnegara tetangga dalam pengelolaan ekosistem pesisir dan laut seperti Sulu-
Sulawesi Marine Ecoregion (SSME) dan Bismarck - South Solomon Marine Ecoregion
(BSSME), Arafuru and Timor Seas Ecosystem Action (ATSEA), serta inisiasi Coral Triangle
Initiative (CTI) yang melibatkan enam negara dalam rangka pelestarian ekosistem
terumbu karang di daerah utara dan timur Indonesia dan peningkatan ekonomi di
daerah tersebut; (ii) Pengembangan kerja sama regional antar wilayah laut di Selat
Karimata, Teluk Tomini, Teluk Bone, dan lain-lain; dan (iii) Pengkajian dan pemacuan
stok ikan.
Pada tahun 2009 pemerintah mengesahkan Undang-Undang No. 21 tahun 2009
tentang persetujuan pelaksanaan ketentuan konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
tentang hukum laut tanggal 10 Desember 1982 yang berkaitan dengan konservasi dan
pengelolaan sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang beruaya jauh.
Undang-Undang ini selanjutnya dapat menjadi payung dalam pengelolaan sumber daya
perikanan yang berkelanjutan.
Selanjutnya, dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran dunia akan pentingnya
peran pelestarian sumber daya kelautan dan mengantisipasi dampak perubahan iklim,
Indonesia menjadi negara penggagas penyelenggaraan World Ocean Conference 2009
yang menghasilkan Manado Ocean Declaration yang disepakati oleh 76 negara untuk
memasukkan isu kelautan ke dalam agenda UNFCCC.
Dalam pengembangan dan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil,
telah dilakukan beberapa upaya pengelolaan secara terpadu dengan menerapkan ICM
(integrated coastal management), pengesahan produk peraturan perundangan antara
lain Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil, kerja sama pengelolaan wilayah laut dan pesisir antardaerah,
pengelolaan pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terdepan/terluar, serta pengembangan
sumber daya kelautan non konvensional.
Dalam rangka pengelolaan pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terdepan/terluar,
pada kurun waktu 2005-2008 pemerintah telah mengesahkan Peraturan Presiden
Nomor 78 tahun 2005 tentang pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar. Selain itu, telah
dilakukan identifikasi, verifikasi, penamaan pulau dan pemberdayaan pulau-pulau kecil
terutama pulau terluar melalui pemberian sarana dan prasarana dasar serta
pemberdayaan masyarakat. Sampai dengan tahun 2008 jumlah pulau yang telah
diverifikasi mencapai sebanyak 10.160 pulau. Pada tahun 2007 telah didaftarkan untuk
pertama kalinya sejumlah 4.891 pulau ke PBB melalui United Nations Group of Experts

II.10-23
on Geographical Names (UNGEGN).
Selain itu, dalam upaya untuk mengurangi tekanan terhadap eksploitasi sumber
daya ikan yang berlebihan pemerintah juga telah mengembangkan program
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan, dan masyarakat
pesisir lainnya. Pada tahun 2005 telah dilakukan program pemberdayaan masyarakat
pesisir yang mencakup 206 kabupaten/kota, pada tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-
masing mencakup 140 kab/kota, 156 kab/kota, dan 115 kab/kota. Pemberdayaan
masyarakat pesisir tersebut antara lain ditempuh melalui pelaksanaan pembangunan
Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN), yang sampai dengan tahun 2008 telah mencapai
225 SPDN yang tersebar di 136 kabupaten/kota, pengembangan usaha perikanan
tangkap skala kecil melalui optimasi penangkapan, pelelangan, penanganan ikan serta
optimasi 4.380 Kelompok Usaha Bersama (KUB).
Selanjutnya, pengembangan sumber daya kelautan non konvensional telah
dilakukan melalui pengelolaan barang muatan kapal tenggelam (BMKT), pariwisata
bahari, pemanfaatan sumber daya hayati sebagai sumber biotek kelautan, serta
pemanfaatan energi laut. Selain untuk mendukung upaya pelestarian, pengkayaan
sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan bahari Indonesia, BMKT juga diharapkan
dapat memberikan manfaat yang optimal dan seimbang antara ekonomis dan non
ekonomis. Sampai saat ini BMKT yang telah diangkat mencapai 34.793 unit benda
berharga.
Potensi bioteknologi kelautan dan perikanan berupa senyawa-senyawa bioaktif
produk alam (natural products) seperti skualen, omega-3, fikokoloid dan biopolimer
yang terdapat pada mikro dan makroalgae, mikroorganisme maupun invertebrata
sangat tinggi dan banyak terdapat di perairan Indonesia. Berbagai potensi tersebut
sampai saat ini belum dimanfaatkan dan dikelola secara optimal, padahal potensi
tersebut memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan antara lain untuk keperluan
industri makanan sehat, farmasi, kosmetik dan industri berbasis bioteknologi lainnya.
Selain menjadi sumber pangan, laut juga mengandung beraneka sumber daya
energi. Energi laut dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu energi panas laut, energi
pasang surut, dan energi gelombang. Untuk lautan di wilayah Indonesia, potensi termal
2,5 x 1023 joule dengan efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga persen dapat
menghasilkan daya sekitar 240.000 MW. Dengan potensi sumber energi yang melimpah,
konversi energi panas laut dapat dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan energi
listrik di Indonesia. Selain itu, wilayah Indonesia terdiri dari banyak pulau dan memiliki
cukup banyak selat sempit serta teluk yang memungkinkan untuk memanfaatkan energi
pasang surut.
Dalam pengembangan riset dan Iptek kelautan dan perikanan, pada periode
2005-2008 telah dihasilkan teknologi perbenihan ikan yang berkualitas, pengembangan
iptek dan teknologi tepat guna untuk masyarakat (iptekmas), penyebaran peta fishing
ground, dan pengembangan stasiun pemantauan data-data kelautan.

II.10-24
10.1.7 Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Indonesia, sebagai negara tropis dan kepulauan, dikategorikan sebagai salah satu
negara yang kaya akan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati (megadiversity
country) namun rentan terhadap perubahan iklim. Kekayaan sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati di satu sisi dapat menjadi peluang untuk mengurangi dampak
perubahan iklim, namun di sisi yang lain juga berpotensi terkena dampak dari
perubahan iklim itu sendiri. Saat ini, karena paradigma pelaksanaan pengelolaan
lingkungan hidup yang tidak tepat, dampak perubahan iklim sudah menjadi ancaman
yang cukup serius bagi lingkungan, bahkan menyebabkan timbulnya berbagai macam
bencana. Kurangnya program adaptasi dan mitigasi untuk mengantisipasi kenaikan
temperatur udara, curah hujan, kenaikan permukaan air laut, dan perubahan musim
yang ekstrim menyebabkan timbulnya kerugian yang besar bagi masyarakat akibat
terjadinya bencana kekeringan, banjir, longsor, dan bencana alam lainnya.
Fenomena alam yang terjadi seperti perubahan iklim dan bencana alam yang
terjadi tersebut juga menimbulkan konsekuensi yang memperparah penurunan kualitas
hidup. Gejala perubahan iklim seperti kenaikan temperatur, perubahan intensitas dan
periode hujan, pergeseran musim hujan / kemarau, dan kenaikan muka air laut, akan
mengancam daya dukung lingkungan dan kegiatan seluruh sektor pembangunan.
Dampak perubahan iklim global pada akhirnya akan berpengaruh signifikan terhadap
ketersediaan sumber daya air, ketahanan pangan dan energi yang jika tidak diantisipasi
akan memperburuk kinerja pembangunan khususnya sektor sumber daya alam.
Pelaksanaan UNFCCC di Bali pada tahun 2007 merupakan momentum yang
memberikan arti kepada langkah Indonesia dalam merespon dampak perubahan iklim
tersebut. Mengacu pada konvensi UNFCCC Article 3 para 4, upaya untuk merespon isu
perubahan iklim harus diintegrasikan dengan program pembangunan nasional. Sampai
saat ini telah dilakukan beberapa upaya perbaikan kerusakan lingkungan yang
mengarah kepada upaya adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim serta
meningkatkan penyediaan informasi dini cuaca dan iklim.
Dalam hal kebijakan, Indonesia telah menyusun dokumen Rencana Aksi Nasional
untuk Menghadapi Perubahan Iklim, dan dokumen National Development Planning:
Indonesia Responses to Climate Change. Selanjutnya dilakukan beberapa upaya
perbaikan kerusakan lingkungan yang mengarah kepada upaya mitigasi dampak
perubahan iklim, serta adaptasi perubahan iklim global dan bencana alam dengan
meningkatkan upaya penyediaan informasi dini cuaca dan iklim ekstrim yang secara
cepat dapat diterima oleh masyarakat dan frekuensi penyampaian informasi cuaca
umum dalam kondisi khusus.
Upaya mitigasi ini ditandai dengan disetujuinya 70 usulan proyek CDM oleh
Komnas MPB hingga tahun 2008. Dari 70 usulan proyek tersebut, 21 di antaranya telah
diakui oleh PBB dengan terdaftar di CDM Executive Board. Dari 20 proyek yang disetujui

II.10-25
Komnas MPB tersebut diharapkan dapat mereduksi emisi sekitar lebih dari 30 juta ton
setara CO2.
TABEL 10.8
PERKEMBANGAN USULAN PROYEK CDM 2005-2009

Status 2005 2006 2007 2008 2009 Total


Disetujui Komnas
5 6 13 46 34 (Juli 2009) 104
MBP
Terdaftar di
0 8 4 9 2 (Feb 2009) 24
Executive Board CDM
Sumber: KLH, 2009

Dalam penanganan bencana alam, upaya yang telah dilakukan ialah


pembangunan sarana dan pengembangan informasi meteorologi, klimatologi, kualitas
udara dan geofisika secara komprehensif. Beberapa hasil yang dapat dilihat diantaranya
yaitu kecepatan waktu penyediaan informasi gempa bumi dan tsunami saat ini telah
mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu di bawah 7 menit, penayangan informasi
cuaca dan kejadian gempa bumi di media massa dan media elektronika menjadi 4 kali
per hari dalam kondisi khusus, penyampaian layanan cuaca penerbangan pada bandar
udara, serta layanan cuaca maritim pada pelayaran yang disiarkan melalui radio pantai;
penyusunan peta iklim, peta agro klimat (Pulau Jawa), peta iso dan peta curah hujan di
seluruh Indonesia; peningkatan akurasi dan kecepatan penyampaian informasi gempa
bumi dan peringatan dini tsunami; peningkatan penyebaran dan akses informasi kepada
masyarakat, termasuk informasi mitigasi bencana dan potensi sumber daya alam dan
lingkungan; peningkatan akurasi dan kecepatan penyampaian informasi gempa bumi
dan peringatan dini tsunami; pengembangan sistem informasi dini yang berkaitan
dengan dinamika global dan perubahan kondisi alam, seperti gempa bumi, tsunami,
banjir dan kekeringan.

10.2 Permasalahan Dan Sasaran

10.2.1 Permasalahan

Sampai saat ini, upaya untuk meningkatkan manfaat SDA dan peningkatan
kualitas LH terus dilakukan. Meskipun demikian, permasalahan pemanfaatan SDA yang
belum memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup masih dihadapi yang
mengakibatkan daya dukung lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam
semakin menipis. Penurunan kualitas SDA ditunjukkan dengan tingkat eksploitasi hutan
yang semakin mengkhawatirkan akibat terjadinya pembalakan liar (illegal logging),
meluasnya kebakaran hutan dan lahan, penambangan liar, rusaknya wilayah laut akibat
penangkapan ikan yang melanggar dan merusak (illegal and destructive fishing). Selain

II.10-26
itu, meningkatnya konversi hutan alam, dan meluasnya alih fungsi lahan pertanian dan
tambak untuk kegiatan ekonomi lainnya juga mempengaruhi tingkat produksi pangan
yang dapat mengancam ketahanan pangan nasional.
Permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk
mendukung pembangunan ekonomi adalah masih belum optimalnya pemanfaatan
sumber daya alam untuk pembangunan. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat
eksploitasi sumber daya hutan dan energi untuk pembangunan, masih rendahnya
pemanfaatan sumber daya perikanan dibanding potensinya, serta masih kurang
optimalnya usaha pertanian, perikanan dan kehutanan dalam mendorong ketahanan
pangan dan perekonomian nasional.

10.2.1.1 Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan,


dan Kehutanan

Sektor pertanian mengemban peran penting untuk menyediakan bahan pangan


bagi seluruh masyarakat. Ke depan, tantangan dan permasalahan serius yang akan
dihadapi adalah memantapkan ketahanan dan kemandirian pangan yang bertumpu
pada produksi dalam negeri. Produksi bahan pangan dalam negeri harus dapat
mengimbangi atau bahkan melebihi kebutuhan pangan dan kebutuhan bahan baku
industri. Permasalahan lain yang dihadapi dalam peningkatan ketahanan pangan adalah
kemampuan produksi pangan, pertanian, dan perikanan yang akan menghadapi kendala
dan keterbatasan dukungan kapasitas sumber daya alam.
Pada satu sisi, peningkatan permintaan akan bahan pangan terjadi seiring
dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk serta meningkatnya daya beli dan
selera masyarakat akan bahan pangan, yang dipicu oleh membaiknya kondisi ekonomi
dalam lima tahun ke depan. Di sisi lain, penurunan kuantitas dan kualitas sumber daya
lahan, tambak dan air, akan menjadi kendala dan keterbatasan dalam meningkatkan
kemampuan produksi komoditas pangan. Terjadinya alih fungsi lahan pangan ke non
pertanian, degradasi lahan pertanian dan lahan tambak, keterbatasan sarana dan
prasarana produksi pertanian dan perikanan, serta dampak negatif dari fenomena
perubahan iklim, juga akan menjadi permasalahan lain yang akan mengurangi
kemampuan produksi bahan pangan dalam lima tahun ke depan.
Produksi dan produktivitas pertanian, perikanan, dan kehutanan masih perlu
terus ditingkatkan. Selain permasalahan dan tantangan yang telah disebutkan di atas,
kendala lain yang dihadapi adalah jaminan penyediaan dan aksesibilitas masyarakat
pertanian, perikanan, dan kehutanan terhadap input produksi (pakan, pupuk, dan
benih). Permasalahan deforestasi, degradasi hutan dan lahan, pemanfaatan potensi yang
tidak berkelanjutan (seperti overfishing di beberapa wilayah pengelolaan perikanan),
serta pemanfaatan potensi sumber daya yang masih belum optimal juga akan menjadi
kendala dalam peningkatan produksi dan produktivitas. Peningkatan produksi dan
produktivitas juga masih memerlukan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik

II.10-27
dalam aspek input produksi maupun penanggulangan penyakit tumbuhan/tanaman dan
kesehatan hewan/ikan, serta teknologi pengolahan kayu di sektor kehutanan. Di sektor
kehutanan produksi Hutan Tanaman Industri (HTI) maupun Hutan Rakyat (HR) belum
dapat memenuhi kebutuhan kayu untuk industri (di luar pulp). Selain itu, keterbatasan
sarana dan prasarana pertanian, perikanan, dan kehutanan sangat mempengaruhi
upaya peningkatan produksi dan produktivitas. Keterbatasan ketersediaaan sarana dan
prasarana antara lain, ditunjukkan oleh jumlah pelabuhan dan armada perikanan.
Sarana dan Prasarana pelabuhan dan armada perikanan di wilayah Indonesia Timur
yang mempunyai beberapa jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi masih belum
tersedia secara cukup dibandingkan dengan di wilayah Indonesia Barat. Selain itu,
armada perikanan nasional yang masih didominasi oleh kapal ikan skala kecil dengan
kemampuan penangkapan yang terbatas berakibat pada rendahnya tingkat produksi
perikanan tangkap. Kondisi ini diperparah dengan adanya fenomena perubahan iklim
yang menyebabkan semakin kerapnya terjadi badai dan bencana alam lain yang turut
menghambat upaya peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perikanan, dan
kehutanan.
Selain semakin terbatasnya kemampuan produksi untuk memenuhi permintaan,
ketahanan pangan nasional ke depan akan dihadapkan pula pada tantangan dalam
menjaga stabilitas harga pangan dan masih belum meratanya aksesibilitas masyarakat
terhadap pangan. Sehubungan dengan itu, dalam periode lima tahun ke depan,
aksesibilitas masyarakat miskin dan rawan pangan terhadap pangan masih akan
menjadi perhatian utama untuk diatasi. Masalah aksesibilitas ini terkait pula dengan
perlunya upaya untuk tetap menjaga stabilitas harga pangan domestik, terutama agar
terjangkau bagi masyarakat miskin. Stabilisasi harga pangan ini juga akan terkait
dengan permasalahan pengelolaan logistik dan distribusi pangan yang harus mampu
menjawab permasalahan belum meratanya kemampuan produksi pangan antarwilayah
dan antarwaktu. Untuk itu, sarana dan prasarana distribusi pangan, termasuk
pemasaran produk perikanan berkualitas dan merata masih harus terus ditingkatkan
efektivitas dan efisiensinya. Kelancaran distribusi sangat berpengaruh terhadap
kualitas produk perikanan, oleh sebab itu terbatasnya sarana dan prasarana dalam
distribusi produk perikanan merupakan masalah yang perlu segera ditangani.
Selanjutnya, dalam periode 2010 – 2014, upaya peningkatan ketahanan pangan
juga akan menghadapi permasalahan yang terkait dengan peningkatan pemenuhan
kebutuhan konsumsi pangan bagi masyarakat. Masih adanya penduduk dan wilayah
rawan pangan akan menjadi prioritas pemerintah dalam memberikan bantuan bahan
pangan. Selain itu, peningkatan aksesibilitas masyarakat miskin terhadap bahan pangan
juga masih akan menjadi permasalahan ketahanan pangan dalam lima tahun ke depan.
Perkembangan diversifikasi konsumsi pangan masih perlu dipercepat dalam lima tahun
ke depan. Selama ini, konsumsi energi masyarakat sebagian besar masih berasal dari
kelompok padi-padian (sekitar 54 persen), terutama beras. Penganekaragaman
konsumsi pangan dan pemenuhan pangan hewani dan ikan bagi masyarakat ini juga

II.10-28
akan menjadi komponen penting dalam perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat
agar sesuai dengan pola konsumsi pangan yang cukup dan bergizi seimbang. Lebih
lanjut, sistem mutu dan penanggulangan masalah keamanan pangan, termasuk
penanggulangan penyakit zoonosis dan higienisasi serta penggunaan bahan berbahaya
dalam produk perikanan, masih harus ditingkatkan dan menjadi perhatian bersama ke
depan.
Terkait penyediaan ikan untuk konsumsi masyarakat, kurang memadainya
kondisi prasarana dan sarana pemasaran produk perikanan dalam negeri, rendahnya
kesadaran masyarakat terhadap nilai kandungan gizi ikan, adanya pola makan yang
berbeda antarwilayah dan rendahnya jaminan keamanan produk perikanan
menyebabkan masih rendahnya tingkat konsumsi ikan.
Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian, perikanan, dan
kehutanan dalam perdagangan dan pemasaran juga masih akan menjadi tantangan dan
permasalahan dalam lima tahun ke depan. Walaupun kemampuan produksi beberapa
komoditas pertanian, perikanan, dan kehutanan telah meningkat, namun daya saing
produk pertanian Indonesia di pasar ekspor dan pasar domestik secara umum masih
perlu ditingkatkan. Dalam upaya ini, kondisi sarana dan prasarana pertanian, perikanan,
kehutanan, dan perdesaan perlu terus dikembangkan untuk dapat mendukung
kelancaran proses produksi dan pengolahan produk. Peningkatan nilai tambah dan daya
saing selama ini juga masih terkendala oleh relatif rendahnya mutu produksi dan
produk olahannya. Selain itu, peningkatan nilai tambah harus pula ditopang dengan
perbaikan pasca panen dan pengembangan industri pengolahan yang berbasis produk
pertanian, perikanan, dan kehutanan, yang selama ini belum berkembang baik. Lebih
lanjut, ketersediaan pasokan bahan baku, pemasaran dan sistem distribusi secara
umum juga perlu ditingkatkan untuk mendukung upaya peningkatan daya saing
pertanian, perikanan, dan kehutanan. Dalam perdagangan internasional, perdagangan
dan pemasaran produk masih menghadapi beberapa permasalahan dan hambatan, baik
tarif maupun non tarif. Tingkat kemampuan berkompetisi dari industri kayu maupun
kayu olahan dibandingkan dengan industri lainnya relatif masih rendah. Ke depan,
kebijakan perdagangan internasional harus dikembangkan agar daya saing dan
kemampuan ekspor semakin meningkat. Peran ilmu pengetahuan dan teknologi juga
penting dalam upaya peningkatan nilai tambah dan daya saing. Efisiensi alat-alat
produksi pertanian, perikanan, dan kehutanan, termasuk efisiensi industri
pengolahannya dan efisiensi peralatan pengolah masih menjadi tantangan ke depan.
Industri dalam negeri juga harus diarahkan agar ketergantungan industri pertanian,
perikanan, dan kehutanan dalam negeri terhadap input produksi impor dapat terus
dikurangi dari waktu ke waktu.
Peningkatan kapasitas masyarakat pertanian, perikanan, dan kehutanan, serta
pengembangan kelembagaan pertanian, perikanan, dan kehutanan juga masih menjadi
permasalahan yang harus dihadapi oleh pembangunan pangan dan pertanian dalam
lima tahun ke depan. Efisiensi kelembagaan petani/petani hutan/nelayan/pembudidaya

II.10-29
ikan masih perlu terus ditingkatkan. Dengan jumlah petani/petani
hutan/nelayan/pembudidaya ikan yang relatif banyak, pengembangan kelembagaan
petani/nelayan akan menjadi potensi untuk pembangunan yang sangat besar. Untuk itu,
perlu dukungan peningkatan efektivitas sistem kelembagaan penelitian dan inovasi
teknologi. Selain itu, kelembagaan penyuluhan yang selama ini belum mampu
mendiseminasikan perkembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat secara luas. Di samping itu, kelembagaan pendanaan dan
pembiayaan (permodalan) usaha pertanian dan perikanan juga masih belum
berkembang yang menyebabkan petani/nelayan/pembudidaya ikan menghadapi
kendala dalam mengakses modal yang diperlukan. Hal-hal tersebut merupakan sebagian
penyebab dari belum efisiennya usaha pertanian/perikanan dan belum terintegrasinya
kegiatan agribisnis/agroindustri di perdesaan yang sebagian besar masyarakatnya
bertumpu pada sektor pertanian/perikanan/ kehutanan. Kelembagaan pertanian,
perikanan, dan kehutanan yang efisien hendaknya mampu membangun keterkaitan dan
sinergitas seluruh kegiatan pertanian, perikanan, dan kehutanan dari hulu sampai
dengan hilir.

10.2.1.2 Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi

Permasalahan sektor energi timbul karena adanya laju pertumbuhan


peningkatan permintaan energi akibat kegiatan ekonomi dan bertambahnya jumlah
penduduk, yang melebihi laju pertumbuhan pasokan energi. Selain itu kondisi geografis
negara kepulauan, yang terdiri atas belasan ribu pulau besar dan kecil, serta luasnya
wilayah nusantara, mempengaruhi tingkat pelayanan, efisiensi dan keandalan sistem
penyediaan dan penyaluran energi di seluruh Indonesia.
Dalam kurun waktu 2004-2008, walaupun pangsa minyak bumi dalam bauran
energi nasional telah mengalami penurunan, namun volume pemakaiannya masih
bertambah dari tahun ke tahun, dan diperkirakan akan terus tumbuh dalam kurun
waktu lima tahun mendatang. Kesenjangan antara konsumsi BBM dengan kemampuan
memproduksi minyak mentah dan BBM di dalam negeri telah menyebabkan
ketergantungan yang besar terhadap impor, baik impor minyak mentah maupun BBM.
Ketergantungan terhadap impor ini menyebabkan ketahanan energi nasional menjadi
rentan terhadap fluktuasi harga serta pasokan/permintaan minyak mentah dunia.
Kesenjangan antara pasokan dan permintaan BBM dalam negeri juga disebabkan oleh
menurunnya produksi minyak mentah dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terjadi
karena sebagian besar (lebih dari 90%) lapangan minyak yang saat ini beroperasi
merupakan lapangan minyak tua (mature), sedangkan penambahan lapangan minyak
baru tidak dapat mengimbangi laju kebutuhan minyak mentah dalam negeri. Salah satu
kendala utama pembukaan lapangan minyak baru adalah adanya konflik atau
ketidakselarasan fungsi lahan, terutama dengan fungsi kawasan hutan konservasi dan
lindung. Selain itu kendala lain adalah keterbatasan permodalan nasional, sehingga
ketergantungan terhadap investor asing masih cukup tinggi.

II.10-30
Ketergantungan terhadap impor BBM juga disebabkan oleh karena infrastrukur
kilang minyak masih sangat terbatas kapasitasnya. Saat ini, terdapat 10 (sepuluh) kilang
minyak yang beroperasi, baik yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) maupun oleh
badan usaha swasta, dengan total kapasitas pengolahan sebesar 1,156 juta barel per
hari. Karena konfigurasinya, tidak semua kilang yang ada dapat memproses minyak
mentah dari dalam negeri dan hanya dapat memproses minyak mentah impor.
Saat ini sekitar 48,4 persen energi yang dikonsumsi secara nasional berasal dari
minyak bumi, sedangkan pemanfaatan sumber energi selain minyak bumi, seperti gas
bumi, batubara, dan EBT masih terbentur oleh berbagai hal. Gas bumi belum dapat
dimanfaatkan secara optimal. Saat ini pemanfaatan gas untuk dalam negeri masih
terkendala oleh kontrak-kontrak jangka panjang dari Perjanjian Jual Beli Gas yang
ditandangani sebelum diterbitkannya UU No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,
dimana sebagian besar gas ini diekspor. Pemanfaatan gas untuk dalam negeri juga
terkendala oleh terbatasnya infrastruktur di dalam negeri, seperti terminal penyimpan,
jaringan transmisi dan distribusi gas, dan sebagainya. Demikian juga halnya
pemanfaatan batubara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mengahadapi kendala
keterbatasan infratruktur, baik berupa pelabuhan maupun jaringan pengangkut
batubara.
Energi panas bumi, walaupun merupakan salah satu EBT bersih lingkungan,
untuk mengembangkannya dalam skala yang besar membutuhkan investasi yang tinggi,
kesiapan institusi, peraturan yang berkaitan dengan harga uap/listrik, dan sumber daya
manusia. Pengembangan panas bumi, menurut UU No. 27/2003 tentang Panas Bumi,
diserahkan kepada Pemerintah Daerah, dan hal ini menuntut ditingkatkannya
kemampuan aparat dan sumber daya manusia di Daerah. Untuk mengembangkan
energi nuklir, kendala terbesar yang dihadapai adalah kekhawatiran masyarakat
terhadap pengelolaan limbah uranium, di samping dibutuhkannya nilai investasi yang
tinggi, teknologi tinggi maupun kesiapan budaya dan sumber daya manusia. Demikian
pula halnya dengan energi surya yang sampai saat ini belum dapat berkembang menjadi
salah satu sumber energi alternatif yang dapat digunakan secara masal. Hal ini
disebabkan oleh karena biayanya yang relatif masih tinggi.
Meskipun telah banyak kemajuan dalam upaya meningkatkan efisiensi dalam
penyediaan dan pemanfaatan energi namun tingkat inefisiensi masih tinggi jika
dibandingkan dengan beberapa negara lain. Angka intensitas energi nasional, dalam
periode tahun 2005—2008 adalah sekitar 401 ton oil equivalent (TOE)/juta US$ PDB
(2005 dan 2006), 397 TOE/juta US$ PDB (2007), dan 382 TOE/juta US$ PDB (2008)
sedangkan angka-angka intensitas energi negara-negara di Asean, pada tahun 2008
Malaysia (335 TOE/juta US$ PDB), dan rata-rata negara maju yang tergabung dalam
OECD adalah 136 TOE/juta US$ PDB. Inefisiensi terutama terjadi dalam pemakaian BBM
di sektor transportasi perkotaan, diantaranya belum melembaganya layanan sistem
transportasi umum masal yang memanfaatkan konsumsi energi rendah.

II.10-31
Walaupun dirancang untuk menyediakan energi yang terjangkau oleh
masyarakat luas, subsidi harga BBM/LPG dan listrik ikut menyumbang terhadap
inefisiensi dan pemborosan penggunaan energi – tidak mendorong prakarsa masyarakat
untuk melakukan penghematan energi. Disamping menyumbang terhadap pemborosan,
subsidi harga BBM juga melemahkan upaya penggunaan energi alternatif selain BBM.
Harga energi non-BBM menjadi tidak lagi kompetitif, jauh di atas harga energi BBM
bersubsidi. Hal ini berdampak terhadap tidak berkembangnya pengusahaan EBT, seperti
tenaga surya, angin, BBN, dan sebagainya.
Konsumsi energi yang inefisien juga berdampak kepada laju peningkatan emisi
karbondioksida (CO2). Saat ini emisi CO2 dari sektor energi menyumbang sekitar 14%
dari total emisi CO2 secara nasional, kedua sesudah emisi yang bersumber dari sektor
kehutanan dan gambut. Saat ini, kepedulian masyarakat dunia terhadap fenomena
perubahan iklim global semakin tinggi, sehingga upaya-upaya mitigasi dari fenomena
perumbahan iklim, yakni penurunan emisi CO2 di tingkat nasional, melalui pemanfaatan
jenis bahan bakar dan teknologi bersih/ramah lingkungan, perlu dalam perkembangan
dan dijadikan konsensus yang lebih luas.
Di samping inefisiensi, penyediaan energi final, terutama listrik dan BBM, juga
terkendala oleh terbatasnya tingkat pelayanan infrastruktur energi, seperti fasilitas
produksi, pengolahan, pengangkutan dan distribusi, terutama di daerah-daerah
perdesaan, terpencil, dan perbatasan. Hal ini mengakibatkan ongkos penyediaan energi
menjadi tinggi serta harga energi yang harus dibeli masyarakat menjadi mahal, sehingga
akses masyarakat terhadap energi di bebrapa wilayah menjadi terkendala. Akuntabilitas
masyarakat terhadap energi secara nasional ditunjukkan oleh rendahnya konsumsi rata-
rata energi per kapita, yang pada tahun 2008 adalah sekitar 0,467 SBM.

10.2.1.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan

Permasalahan yang dihadapi sektor pertambangan diantaranya adalah


rendahnya minat berinvestasi untuk pengusahaan mineral dan batubara. Keadaan
ini disebabkan masalah kepastian hukum dan belum optimalnya sistem insentif untuk
menarik masuknya investor baru dalam usaha pertambangan. Berbagai kegiatan usaha
pertambangan mulai dari eksplorasi, eksploitasi, serta pengolahan hasil tambang
memerlukan dana yang besar, dan oleh karena itu pembangunan di bidang
pertambangan ini masih sangat tergantung kepada investor skala besar, termasuk
investor asing. Investasi asing, di samping akan membawa modal, umumnya juga
memasukkan kemampuan teknologi, manajemen, dan saluran pemasaran. Namun,
persaingan untuk menarik investasi tersebut, baik antarnegara maupun antarsektor
ekonomi di dalam negeri, semakin ketat di tahun-tahun mendatang.
Di samping itu, pembangunan di bidang pertambangan dihadapkan pada masih
terbatasnya jumlah maupun kualitas sumber daya manusia profesional dalam
penguasaan teknologi tenaga-tenaga pertambangan, sehingga belum dapat memenuhi

II.10-32
kebutuhan yang semakin meningkat. Kegiatan eksplorasi dan pengusahaan
pertambangan pada masa mendatang cenderung menghadapi tantangan yang mengarah
ke daerah yang lebih sulit dan terpencil. Hal ini menuntut upaya penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi pertambangan yang lebih maju.
Sampai saat ini keterkaitan usaha pertambangan dengan industri pengolahan
dan sektor-sektor lainnya belum optimal berkembang. Hal ini berakibat hilangnya
kesempatan untuk memperoleh nilai tambah yang potensial, serta ketergantungan
industri dalam negeri terhadap impor bahan baku hasil tambang. Dalam kaitan itu,
peningkatan industri pengolahan hasil tambang, pengembangan serta penerapan
standardisasi produk dan jasa pertambangan, merupakan tantangan yang harus
mendapatkan perhatian khusus dalam rangka pengembangan keterkaitan usaha
pertambangan dengan sektor industri secara efisien.
Permintaan akan komoditi tambang, terutama batubara, dari luar negeri
meningkat dari tahun ke tahun, terutama apabila harga minyak mentah dunia
meningkat. Peningkatan permintaan ini diikuti dengan peningkatan produksi dan expor
batubara. Namun di lain pihak, kebutuhan batubara di dalam negeri meningkat dengan
tajam, terutama untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listrik. Ke depan,
Domestic Market Obligation (DMO) bagi pengusaha batubara menjadi sesuatu yang
sangat penting untuk memenuhi kebutuhan batubara untuk dalam negeri.
Amanat UU No 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara serta
UU No. 12 tahun 2008 tentang Otonomi Daerah, memberikan peran lebih besar kepada
daerah belum diikuti dengan peningkatan kemampuan teknis/ managerial aparat
Pemerintah Daerah. Karakterisktik industri pertambangan yang unik dan khusus
memerlukan pemahaman yang mendalam, baik dari segi teknis penambangan,
pembiayaan, maupun penanganan dampak sosial/lingkungan dari kegiatan
penambangan, termasuk reklamasi dan konservasi. Rendahnya kemampuan aparatur
pemerintah daerah dalam pengelolaan pertambangan serta kurang harmonisnya
peraturan perundangan lintas sektor, menyebabkan timbulnya permasalahan dalam
perijinan, pengawasan eksploitasi, produksi, serta pengendalian dampak lingkungan
dan konflik lahan.
Indonesia selain memiliki cadangan mineral berskala besar juga memiliki
cadangan mineral berskala kecil dan tersebar di banyak tempat. Cadangan mineral
tersebut sering tidak efisien jika diusahakan secara modern dan menggunakan
teknologi canggih, tetapi masih ekonomis jika diusahakan oleh pertambangan rakyat.
Pertambangan jenis ini sering diusahakan oleh rakyat setempat tanpa memperhatikan
kelestarian lingkungan ataupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sementara itu, usaha pertambangan rakyat secara tradisional tidak mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat penambang secara berarti.
Kegiatan usaha pertambangan banyak menimbulkan dampak negatif terhadap
kelestarian fungsi lingkungan hidup fisik meliputi air, udara, tanah, dan bentang alam,

II.10-33
ataupun nonfisik seperti sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Persyaratan
lingkungan yang semakin ketat di tingkat nasional dan internasional memerlukan
perhatian yang semakin besar terhadap aspek lingkungan hidup dalam kegiatan
pertambangan. Di samping itu, pembangunan pertambangan sebagai upaya
pemanfaatan sumber daya alam belum dilaksanakan, ditata, dan dikembangkan secara
terpadu dengan pembangunan wilayah dalam suatu kerangka tata ruang yang
terintegrasi.
Kegiatan perencanaan dan pengembangan pertambangan, baik oleh swasta
maupun Pemerintah, menuntut tersedianya data dan informasi geologi sumber daya
mineral secara lengkap dan rinci. Dewasa ini upaya pengumpulan, pengolahan,
penyimpanan serta pemanfaatan informasi geologi dan sumber daya mineral belum
sepenuhnya mampu memberikan informasi secara cepat, lengkap dan efisien. Sistem
informasi geologi dan sumber daya mineral perlu dipadukan dengan memanfaatkan
teknologi informasi yang mutakhir.
Belum terpadunya konsep penataan ruang juga menjadi kendala dalam
pengembangan usaha pertambangan karena sering mengakibatkan tumpang tindih
dalam pemberian hak pemanfaatan lahan dan ruang. Tumpang tindih lahan antara
kawasan tambang dan kawahan hutan lindung/konservasi telah menghambat laju
pertumbuhan investasi eksplorasi tambang. Sebagian besar kawasan tambang yang
sudah dikeluarkan ijin penambangannya berada dikawasan hutan lindung, yang umunya
ditetapkan kemudian. Konflik fungsi peruntukan lahan ini telah mengurangi jaminan
hukum dalam pengusahaan pertambangan. Untuk itu perlu ada harmonisasi yang lebih
efektif antara pemanfaatan potensi mineral dan batubara dengan pelestarian jasa
lingkungan kawasan hutan.

10.2.1.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup.

Berbagai upaya untuk menanggulangi kerusakan lingkungan hidup telah


dilakukan namun pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup masih terus
terjadi. Pencemaran dari aktivitas industri, pembangunan infrastruktur, eksploitasi
sumberdaya mineral, limbah domestik serta teknologi yang tidak ramah lingkungan
terus berjalan. Di beberapa lokasi, tingkat pencemaran terhadap ekosistem dan
keanekaragaman hayatinya sudah melebihi baku mutu lingkungan. Akibatnya daya
dukung dan daya tampung lingkungan dalam mendukung program-program
pembangunan menjadi menurun. Untuk itu diperlukan pengelolaan lingkungan hidup
yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan lintas sektoral.
Permasalahan lainnya yang dihadapi dalam penanganan kerusakan lingkungan
adalah rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi pengelola. Selain itu,
ketersediaan sistem data dan informasi juga masih perlu diperbaiki. Hal ini
mempengaruhi ketepatan perencanaan, monitoring dan evaluasi penanganannya.
Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan institusi serta

II.10-34
sistem informasi lingkungan hidup yang terintegrasi.
Keberhasilan pembangunan, selain meningkatkan kesejahteraan juga
menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. Dalam Pembangunan Jangka Menengah
2004-2009, telah dilakukan upaya untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya tersebut. Namun demikian, karena masih rendahnya kesadaran
masyarakat, pendekatan pelaksanaan pembangunan yang kurang berwawasan
lingkungan serta kebijakan pengelolaan keanekaragaman hayati yang belum terpadu,
maka masih diperlukan upaya-upaya pelestarian keanekaragaman hayati yang
berkelanjutan dan didukung oleh semua pemangku kepentingan. Berkaitan dengan
permasalahan ini, Bappenas, pada tahun 2003, telah menerbitkan dokumen Indonesia
Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2003-2020. Dokumen ini disusun dan
disepakati oleh para pihak baik di tingkat nasional maupun regional. Sekretariat United
Nation Convention on Bio-Diversity (UNCBD) juga telah merujuk dokumen ini sebagai
dokumen nasional Indonesia.
Selain berdampak pada penurunan kualitas lingkungan, pemanfaatan dan
pengelolaan SDA sebagai sumber daya ekonomi juga berpotensi menimbulkan konflik
antar daerah. Penanganan konflik ini sudah diagendakan dalam RPJMN 2004-2009.
Namun demikan belum diterjemahkan dalam bentuk program dan kegiatan yang nyata.
Hal ini mempengaruhi ketidakjelasan hak dan kewenangan untuk mencapai
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan dan lestari.
Untuk itu diperlukan upaya untuk mengatasi konflik dengan merumuskan kembali
peraturan-peraturan mengenai perlindungan lingkungan dan penegakan hukumnya
secara konsisten, penataan ruang bersama yang memperhatikan kelestarian dan
keseimbangan pemanfaatan SDA dan LH oleh semua pihak, membangun mekanisme
penyelesaian konflik di tingkat pusat, regional dan lokal untuk mencegah kemungkinan
timbulnya konflik antarsektor pembangunan serta antara wilayah ekologis dengan
administratif dalam hal pemanfaatan SDA.

10.2.1.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan

Secara umum dalam lima tahun terakhir ini berbagai permasalahan, hambatan,
dan tantangan dalam pembangunan kehutanan adalah belum optimalnya pengelolaan
kawasan hutan dalam rangka pelestarian, pengawetan, dan pemanfaatan sumber daya
hutan, serta masih tingginya laju deforestasi dan degradasi hutan.
Salah satu penyebab belum optimalnya pengelolaan kawasan hutan karena
belum terselesaikannya tata batas kawasan hutan. Ketidakjelasan tata batas kawasan ini
memberikan ancaman pada pengelolaan kawasan hutan terutama di kawasan
konservasi. Ketidakjelasan kawasan hutan juga memicu terjadinya tumpang tindih
kawasan hutan dengan kegiatan sektor lain serta alih fungsi kawasan hutan untuk
penggunaan lain di luar kehutanan yang tidak terkendali. Selain itu, ketiadaan Kesatuan

II.10-35
Pengelolaan Hutan (KPH) sebagai unit pengelola hutan menunjukkan bahwa kawasan
hutan masih berstatus ‘open access’. Masih tingginya kawasan hutan berstatus ‘open
access’ juga merupakan ancaman terhadap pengelolaan hutan.
Belum jelasnya tata batas kawasan hutan tersebut juga telah menyebabkan
terjadinya deforestasi dan degradasi hutan. Dalam lima tahun terakhir ini, laju
deforestasi telah mencapai sekitar 1 juta ha per tahun. Sedangkan hutan yang sudah
mengalami degradasi adalah kawasan hutan yang mengalami penurunan kualitas
ekosistem hutan, dari hutan primer ke hutan sekunder, dari hutan sekunder menjadi
semak belukar dan alang-alang yang mencapai lebih dari 50 juta hektar. Laju deforestasi
yang cukup tinggi dan degradasi hutan yang terus meluas tersebut merupakan
penyebab meningkatnya luas lahan kritis. Luas lahan kritis dan sangat kritis di
Indonesia mencapai 30,19 juta ha yang tersebar di 472 Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari
target rehabilitasi hutan dan lahan kritis sampai dengan tahun 2009 yaitu seluas 5 juta
ha, baru tercapai 2,029 juta hektar.
Permasalahan lain yang menyebabkan kerusakan kawasan hutan adalah kejadian
kebakaran hutan dan tekanan demografi. Masih banyaknya hot spot merupakan
permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kehutanan. Sementara itu, kawasan
konservasi seluas 27,3 juta ha dan hutan lindung seluas 31,60 juta ha saat ini juga
mengalami tekanan oleh masyarakat sehingga dikhawatirkan mengganggu fungsi dan
perannya sebagai penyangga kehidupan. Tekanan demografi kepada kawasan
konservasi menyebabkan terjadinya fragmentasi habitat satwa yang berdampak pada
menurunnya atau terancam punahnya populasi tanaman dan satwa. Luas kawasan
konservasi yang dirambah saat ini mencapai 460.407,89 ha, beberapa habitat
endangerad spesies mengalami ancaman kepunahan. Di samping itu, masih terjadinya
perdagangan tanaman dan satwa liar yang terancam punah akibat kemampuan aparat
yang masih rendah serta belum terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung.
Peran hutan sebagai penyangga kehidupan dan habitat alami saat ini belum
dinilai sebagai jasa lingkungan yang diperhitungkan. Selain hasil hutan non-kayu, jasa
lingkungan dari ekosistem hutan belum tercermin pada penilaian total forest value
sebagai regulator air, sumber keanekaragaman hayati, udara bersih, keseimbangan
iklim, keindahan alam, dan kapasitas asimilasi lingkungan yang memiliki manfaat besar
sebagai penyangga kehidupan dan potensi ekonomi.

10.2.1.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

Sektor kelautan masih banyak menghadapi kendala dalam upaya untuk


mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan bagi sumber pendapatan negara
serta mengoptimalkan fungsi laut sebagai sistem penyangga kehidupan dan kekayaan
plasma nuftah yang potensinya terbesar di dunia.
Masih merebaknya praktek IUU dan destructive fishing merupakan salah satu
kendala utama yang dihadapi. Pencurian ikan (illegal fishing), baik oleh kapal-kapal

II.10-36
domestik dengan atau tanpa ijin maupun kapal-kapal asing di perairan teritorial
maupun di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), menyebabkan hilangnya sumber
daya ikan sekitar 1-1,5 juta ton per tahun atau senilai sekitar US$ 2 milyar. Upaya
pengendalian dan pengawasan illegal fishing masih belum optimal, akibat kurangnya
sarana dan alat di laut. Sementara itu, penangkapan ikan yang merusak lingkungan
seperti penggunaan bahan peledak dan racun (potasium) masih banyak terjadi, yang
juga dipicu oleh meningkatnya permintaan ikan karang dari luar negeri dengan harga
yang cukup tinggi. Kegiatan ini menyebabkan rusaknya ekosistem terumbu karang yang
merupakan habitat ikan yang sangat penting. Dari berbagai kasus illegal fishing selama
ini, modus operandi pelanggaran yang dilakukan oleh kapal asing maupun eks asing
antara lain pelanggaran tanpa dokumen izin, menyalahi daerah tangkapan (fishing
ground), menyalahi ketentuan alat tangkap, pemindahan hasil tangkapan (transhipment)
di laut, pemalsuan dokumen dan manipulasi informasi hasil tangkapan atau ikan yang
diangkut.
Selain itu, habitat ekosistem pesisir dan laut semakin rusak sehingga
menyebabkan menurunnya ketersediaan sumber daya plasma nutfah dan meluasnya
abrasi pantai. Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut semakin
meningkat, khususnya di wilayah padat kegiatan seperti pantai utara Pulau Jawa dan
pantai timur Pulau Sumatera. Rusaknya habitat ekosistem pesisir seperti deforestasi
hutan mangrove serta terjadinya degradasi sebagian besar terumbu karang dan padang
lamun telah mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati
(biodiversity). Erosi ini juga diperburuk oleh perencanaan tata ruang dan
pengembangan wilayah yang kurang tepat. Beberapa kegiatan yang diduga sebagai
penyebab terjadinya erosi pantai, antara lain pengambilan pasir laut untuk reklamasi
pantai, pembangunan hotel, perumahan, serta industri dan kegiatan-kegiatan lain yang
bertujuan untuk memanfaatkan pantai dan perairannya. Perubahan lingkungan dan
abrasi pantai mengancam keberadaan lahan produktif dan wilayah pariwisata.
Di samping itu, tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan laut juga
berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber utama pencemaran pesisir
dan laut terutama berasal dari darat, yaitu kegiatan industri, rumah tangga, dan
pertanian. Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama
dari kegiatan perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak serta kegiatan
pertambangan. Kondisi diperparah dengan adanya dampak perubahan iklim terhadap
wilayah laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil. Selama kurun waktu 2006 – 2008, jumlah
pulau yang tenggelam diperkirakan mencapai sekitar 20 pulau lebih. Selain itu,
ekosistem pesisir khususnya terumbu karang dan padang lamun akan terganggu yang
pada akhirnya akan mengancam ketersediaan ikan sebagai sumber pangan bagi
masyarakat.
Permasalahan lainnya adalah belum optimalnya pengelolaan pulau-pulau
kecil. Indonesia memiliki banyak sekali pulau-pulau kecil, tetapi lebih dari tiga
dasawarsa terakhir pulau-pulau kecil tersebut kurang atau tidak memperoleh perhatian

II.10-37
dan atau tersentuh kegiatan pembangunan. Pulau kecil sangat rentan terhadap
perubahan alam karena daya dukung lingkungannya sangat terbatas dan cenderung
mempunyai spesies endemik yang tinggi. Wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya
masih terbelakang, terutama di pulau kecil perbatasan, wilayah perbatasan, termasuk
pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar, serta
merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan negara.
Permasalahan utama dari ketertinggalan pembangunan di wilayah perbatasan adalah
arah kebijakan pembangunan kewilayahan yang selama ini cenderung berorientasi
’inward looking’ sehingga seolah-olah kawasan perbatasan seperti pulau-pulau terdepan
hanya menjadi halaman belakang dari pembangunan negara.
Hal lainnya yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan sumber daya
kelautan adalah masih rendahnya pemanfaatan Rencana Tata Ruang sebagai acuan
dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan. Pembangunan kelautan yang
dilakukan di suatu wilayah saat ini masih sering dilakukan tanpa mempertimbangkan
keberlanjutannya. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek
seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya kelautan secara
berlebihan sehingga menurunkan kualitas (degradasi) dan kuantitas (deplesi) sumber
daya kelautan dan lingkungan hidup. Selain itu, seringkali pula terjadi konflik
pemanfaatan ruang antarsektor akibat kurangnya pengendalian dalam pemanfaatan
ruang pesisir.
Minimnya riset teknologi kelautan dan penerapannya untuk mendukung
pembangunan kelautan nasional, termasuk riset sumber daya kelautan di laut dalam.
Lemahnya sinergi kebijakan Iptek nasional, termasuk kelautan, menyebabkan kegiatan
Iptek belum sanggup memberikan hasil yang signifikan. Kebijakan bidang pendidikan,
industri, dan Iptek belum terintegrasi sehingga mengakibatkan kapasitas yang tidak
termanfaatkan pada sisi penyedia, tidak berjalannya sistem transaksi, dan belum
tumbuhnya permintaan dari sisi pengguna yaitu industri kelautan dan perikanan. Di
samping itu, kebijakan fiskal juga dirasakan belum kondusif bagi pengembangan
kemampuan Iptek kelautan dan perikanan.

10.2.1.7 Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Penanganan isu perubahan iklim (climate change) baik berupa kegiatan adaptasi
maupun mitigasi belum dilaksanakan secara optimal di Indonesia. Padahal Indonesia
sebagai negara kepulauan yang melimpah sumberdaya alam dan memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi di daerah tropis, mempunyai posisi yang rentan dan
strategis untuk berperan dalam menangani isu ini. Program adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim mutlak dilakukan, yang selain untuk menghindari dampak
perubahan iklim juga untuk mengurangi degradasi kualitas lingkungan hidup.
Dalam hal penanganan perubahan iklim dan bencana alam, walaupun sudah

II.10-38
dilakukan upaya penyediaan sistem informasi yang cepat namun masih diperlukan
peningkatan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini dapat mempengaruhi
pada akurasi informasi yang tersedia. Untuk itu diperlukan ketersediaan sumber daya
untuk perawatan dan penambahan sebaran peralatan observasi dan kalibrasi; peraturan
perundangan yang mengatur tentang penyelenggaraan dan integrasi informasi dari
aspek Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika (MKKuG); serta metoda
diseminasi informasi potensi tsunami, dan produk informasi MKKuG lainnya kepada
masyarakat yang lebih luas.
Permasalahan lainnya yang dihadapi dalam penanganan kerusakan lingkungan
dan perubahan iklim ialah rendahnya kapasitas sumber daya manusia dan institusi
pengelola. Selain itu, ketersediaan sistem data dan informasi juga masih perlu
diperbaiki. Hal ini mempengaruhi ketepatan perencanaan, monitoring dan evaluasi
penanganannya. Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan
institusi serta sistem informasi lingkungan hidup yang terintegrasi.

10.2.2 Sasaran

Sasaran pokok yang ingin dicapai dalam pembangunan SDA dan LH pada RPJMN
2010-2014 secara umum adalah meningkatnya kontribusi pembangunan SDA dan LH
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan kontribusi terhadap penyerapan tenaga
kerja PPK di perdesaan, serta meningkatkan sumbangan ekspor dari sektor PPK. Selain
itu, sasaran pembangunan SDA dan LH lainnya adalah menjaga kondisi SDA dan LH
seperti saat ini atau meningkat kualitasnya.

10.2.2.1 Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan,


dan Kehutanan

Sasaran utama prioritas Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi


Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan adalah: (1) Terpeliharanya ketersediaan beras dan
meningkatnya tingkat ketersediaan pangan pokok lainnya dari produksi dalam negeri;
(2) Tercapainya tingkat pertumbuhan PDB sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan
rata-rata 3,7 - 3,9 persen per tahun; (3) Meningkatnya aksesibilitas rumah tangga
miskin dan rumah tangga rawan pangan terhadap pangan; (4) Terjaganya stabilitas
harga komoditas pangan, termasuk ikan pada tingkat yang terjangkau oleh kelompok
masyarakat berpendapatan menengah ke bawah (5) Meningkatnya ketersediaan dan
konsumsi ikan sebagai sumber pangan protein hewani; (6) Meningkatnya nilai tambah
dan daya saing produk pertanian, perikanan, dan kehutanan di kawasan Asia dan global;
(7) Membaiknya tingkat kesejahteraan petani, yang diindikasikan oleh peningkatan
indeks Nilai Tukar Petani (NTP) menjadi 115-120 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN)
menjadi 115-120.
Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, perikanan, dan
kehutanan terutama diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan pangan dan bahan

II.10-39
baku industri dalam negeri. Untuk itu, sasaran ini akan diwujudkan melalui pencapaian:
(i) terpeliharanya swasembada beras dan meningkatnya swasembada bahan pangan
lain (jagung, kedele, gula, daging sapi, dan susu) dari produksi dalam negeri, dengan
sistem produksi yang semakin efisien; (ii) terjaminnya ketersediaan input produksi
pangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan, baik benih/bibit, pupuk, obat-obatan, alat
maupun mesin; (iii) meningkatnya produksi perikanan menjadi 22,39 juta ton pada
tahun 2014; (iv) terpeliharanya dan/atau meningkatnya kuantitas dan kualitas sumber
daya lahan dan air untuk kegiatan pertanian, perikanan, dan kehutanan; (v)
terbangunnya dukungan sarana dan prasarana pembangunan pertanian, perikanan,
kehutanan, dan perdesaan yang memadai terutama di sentra-sentra produksi; (vi)
berkembangnya ilmu pengetahuan, dan teknologi yang mendukung pembangunan
pertanian, perikanan, dan kehutanan; (vii) terkendalinya organisme pengganggu
komoditas pertanian, perikanan, dan kehutanan; (viii) berkembangnya usaha hutan
rakyat untuk bahan baku industri pertukangan 250 ribu, hutan desa 500.000 ha, dan
hutan kemasyarakatan 2 juta ha; (ix) penambahan tanaman HTI dan HTR seluas 3 juta
ha; (x) peningkatan produksi hasil hutan kayu, hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan jasa
lingkungan sebesar 5%; (xi) pengelolaan logged over area (LOA) oleh pemegang ijin
usaha pemanfaatan hasil hutan kayu restorasi seluas 2,5 juta ha.
Efisiensi sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan domestik akan dicapai
melalui: (i) meningkatnya dan terjaminnya jumlah cadangan pangan pemerintah dan
pemerintah daerah untuk stabilisasi harga pangan; (ii) terbangunnya kebijakan
perdagangan dan ekspor-impor pangan yang mendukung kepentingan ketahanan
pangan nasional; (iii) terbangunnya sarana dan prasarana distribusi, pemasaran, dan
logistik bahan pangan dalam negeri; serta (iv) terkendalinya gejolak harga pangan
antarwilayah dan antarwaktu.
Sedangkan sasaran pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan masyarakat akan
diwujudkan melalui: (i) meningkatnya kualitas dan keragaman konsumsi pangan
masyarakat dengan pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) mendekati nilai 95; (ii)
meningkatnya ketersediaan ikan untuk dikonsumsi menjadi 38,67 kg per kapita per
tahun; (iii) berkembangnya agroindustri pengolahan yang berbasis bahan pangan lokal;
(iv) menurunnya jumlah dan persentase penduduk dan wilayah yang mengalami
kerawanan pangan; (v) terjaminnya cadangan pangan pemerintah dan pemerintah
daerah untuk keperluan bantuan pangan; (vi) terbangunnya sistem dan pengawasan
mutu, keamanan, dan kehalalan pangan; (vii) meningkatnya pengetahuan masyarakat
terhadap pemenuhan pangan yang bergizi dan seimbang serta pola hidup sehat; serta
(viii) terbangunnya kelembagaan dan jaringan pangan dan gizi yang terkoordinasi dan
terpadu.
Sasaran dalam peningkatan nilai tambah, daya saing, dan pemasaran produk
pertanian, perikanan, dan kehutanan, meliputi: (i) meningkatnya volume dan/atau nilai
ekspor produk pertanian, perikanan, dan kehutanan strategis; (ii) menurunnya jumlah
kasus penolakan ekspor produk pertanian, perikanan dan kehutanan di pasar

II.10-40
internasional; (iii) meningkatnya dukungan sarana dan prasarana pemasaran produk
pertanian, perikanan, dan kehutanan dalam negeri; (iv) meningkatnya fungsi sistem
perkarantinaan pertanian, perikanan, dan kehutanan; (v) meningkatnya kuantitas dan
kualitas produk olahan dari hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan olahan; (vi)
memperluas akses pasar domestik dan internasional bagi produk perikanan; (vii)
meningkatnya Industri Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IPHHK) berbahan baku kayu
berdiameter kecil, dari hutan tanaman, serta limbah menjadi 75 % dari total industri
yang ada; (viii) sertifikat Pengelolaan Hutan Lestari kepada 50 unit manajemen hutan
tanaman dan 50% unit Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) bersertifikat
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL); (ix) sebesar 50% produksi tebangan
bersertifikat Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK); (x) efisiensi penggunaan bahan
baku industri rata-rata 10%.
Sasaran dalam peningkatan kapasitas petani, nelayan, dan pembudidaya ikan
meliputi: (i) meningkatnya kuantitas, kualitas, dan cakupan penyuluhan pertanian,
perikanan, dan kehutanan; (ii) terwujudnya harmonisasi peraturan pertanian,
perikanan, dan kehutanan dari pusat sampai daerah; (iii) meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan masyarakat pertanian, perikanan, dan kehutanan, termasuk dalam hal
pengolahan hasil; serta (iv) meningkatnya dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta penelitian yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian, perikanan, dan
kehutanan.

10.2.2.2 Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi

Pembangunan ketahanan dan kemandirian energi dilakukan untuk mencapai


beberapa hal, yakni: (a) diversifikasi atau bauran energi yang dapat menjamin
kelangsungan dan jumlah pasokan energi di seluruh wilayah Indonesia dan untuk
seluruh penduduk Indonesia dengan tingkat pendapatan yang berbeda-beda; (b)
meningkatnya penggunaan EBT dan berpartisipasi aktif dan memanfaatkan
berkembangnya perdagangan carbon secara global; (c) meningkatnya efisiensi
konsumsi dan penghematan energi baik di lingkungan rumah tangga maupun industri
dan sektor transportasi; dan (d) meningkatnya produksi dan pemanfatan energi yang
bersih dan ekonomis.
Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan ketahanan dan kemandirian
energi pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: (i) tercapainya peranan gas bumi
sebesar 20% dan batubara sebesar 30% dalam bauran energi primer, serta EBT sebesar
16%; (ii) tercapainya produksi minyak bumi 1,01 juta barel per hari, produksi gas bumi
1.633 ribu SBM per hari atau 9.000 MMSCF per hari serta gas metana batubara 113 ribu
SBM per hari; (iii) meningkatnya produksi BBM 45,9 juta KL, LPG 2 juta ton, LNG 23,15
juta ton; (iv) meningkatnya cadangan minyak bumi menjadi 8.651,8 milyar barel, gas
bumi 172 TSCF, gas metana batubara 24 TSCF; (v) tercapainya produksi BBN, yakni bio-
diesel 2.737 ribu KL dan bio-ethanol 1.334 ribu KL, dan penggunaan BBN dalam
pemakaian bahan bakar total, yakni bio-diesel 8% dan bio-ethanol 5%; (vi) tercapainya

II.10-41
pengalihan pemakaian minyak tanah ke LPG sebesar 77,7 persen; (vii) tercapainya
penggunaan panas bumi PLTP 5,807 MW, mikrohidro PLTMH 1.897 MW, tenaga surya
PLTS 6.120 MWp, tenaga angin PLT Angin 0,6 MW; (viii) tercapainya efisiensi
pemanfaatan energi dengan elastisitas energi sebesar 1,48 dan intensitas energi sebesar
370 TOE/US$ juta PDB; dan (ix) meningkatnya tingkat penghematan energi sebesar 13-
15% dari perkiraan penggunaan energi business as usual.

10.2.2.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan

Pembangunan peningkatan pengelolaan sumber daya mineral dan


pertambangan dilakukan untuk mencapai beberapa hal, yakni: (i) meningkatnya
produksi dan jenis produk tambang untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan
bahan bakar dan bahan baku di dalam negeri; (ii) terwujudnya penambangan yang
efisien dan produktif didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi, kualitas sumber
daya manusia dan manajemen usaha pertambangan; (iv) meningkatnya peran serta
masyarakat, terutama melalui wadah koperasi, dalam pengusahaan pertambangan,
terutama pertambangan rakyat; (v) meluasnya kegiatan pengusahaan pertambangan
yang mendukung pengembangan wilayah, terutama kawasan timur Indonesia; (vi)
tersedianya pelayanan informasi geologi/sumber daya mineral, baik untuk keperluan
eksplorasi, penataan ruang, reklamasi kawasan bekas tambang, maupun mitigasi
bencana alam.
Sasaran produksi pertambangan mineral dan batubara yang akan dicapai pada
tahun 2014 adalah: (i) tercapainya produksi batubara 309 juta ton, dengan Domestic
Market Obligation sebanyak 110 juta ton; (ii) tercapainya produksi timah sebesar
110,25 ribu ton; (iii) tercapainya produksi bijih nikel sebesar 12,32 juta ton, feronikel
sebesar 20,36 ribu ton, dan nikel matte sebesar 91,82 ribu ton; (iv) tercapainya
produksi bauksit sebesar 11,46 juta ton; (v) tercapainya produksi konsentrat tembaga
sebesar 944,92 ribu ton; (vi) tercapainya produksi emas sebesar 117,75 ton dan perak
sebesar 274,41 ton; dan (vii) tercapainya produksi bijih besi sebesar 4,59 juta ton.
Sedangkan sasaran dalam penyediaan informasi dasar geologi dan reklamasi kawasan
tambang yang akan dicapai adalah sebagai berikut: (i) selesainya rekomendasi usulan
rata-rata per tahun sebanyak 40 wilayah kerja pertambangan (WKP) dan wilayah
pertambangan (WP); (ii) selesainya pemetaan/peta geologi daerah bahaya seluruh
gunung api; (iii) selesainya pemetaan geofisika udara di Pulau Kalimantan dan Sulawesi;
(iv) selesainya peta dasar geologi bagi daerah-daerah pusat pertumbuhan ekonomi di
Pulau Jawa; (v) selesainya pemetaan geologi teknik tata ruang kawasan di beberapa
daerah; (vi) selesainya reklamasi kawasan pertambangan seluas rata-rata 6.200 ha per
tahun; dan (vii) pengurangan volume gas flare (100 persen), limbah (75 persen), dan
peningkatan penggunaan bahan-bahan kimia dan lumpur pemboran ramah lingkungan
(100 persen).

II.10-42
10.2.2.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup.

Dari sektor lingkungan hidup, secara umum, sasaran pembangunan yang ingin
dicapai adalah mengelola daya dukung dan memulihkan kualitas daya tampung
lingkungan hidup. Sasaran khusus yang hendak dicapai antara lain adalah: (i)
terkendalinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup; (ii) terjaganya kelestarian
SDA dan LH dan kemampuan SDA dalam mendukung pembangunan berkelanjutan; (iii)
meningkatnya kapasitas sumber daya manusia pengelola lingkungan, menguatnya
kelembagaan pengelola lingkungan hidup, harmonisnya kerangka regulasi dan
terlaksananya kepastian hukum dan penyelesaian konflik pemanfaatan lingkungan
hidup, serta tersedianya data dan informasi kualitas SDA dan LH sebagai dasar
perencanaan pembangunan.

10.2.2.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan

Sasaran yang akan dicapai dalam konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan
adalah: (i) Penyelesaian tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km, batas luar, dan
batas fungsi kawasan hutan; (ii) Keputusan penunjukan kawasan hutan provinsi selesai
100 persen; (iii) Meningkatnya pengelolaan konservasi dan pendayagunaan taman
nasional dan kawasan konservasi lainnya; (iv) Penanganan kasus baru tindak pidana
kehutanan (illegal logging, perambahan, perdagangan tumbuhan dan satwa liar secara
ilegal, penambangan ilegal) terselesaikan 75 persen; (v) Menekan praktek pencurian
dan perdagangan kayu dan produk hutan lainnya secara ilegal hingga 75 persen dari
tahun 2009; (vi) Penyelesaian kasus perambahan di kawasan konservasi dengan target
20 persen dari total areal perambahan; (vii) penurunan jumlah hot spot sebesar 20
persen dari rata-rata tahun 2004-2009 di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi; (viii)
Populasi spesies kunci yang terancam punah minimal stabil atau bertambah 3 persen
dari tahun 2008 sesuai kemampuan biologis dan habitat yang tersedia; (ix) Rencana
Pengelolaan DAS terpadu pada 108 unit DAS prioritas; (x) Penanaman areal rehabilitasi
hutan dan lahan serta fasilitasi penanaman lahan kritis dengan areal tanaman seluas 2,5
juta ha; (xi); Tersedianya areal pengelolaan hutan kemasyarakatan seluas 2 juta ha; dan
(xii) Pembangunan penyedia bibit di tiap regional.

10.2.2.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan bidang kelautan dalam RPJMN
2010-2014 adalah: (i) terwujudnya sistem pengendalian dan pengawasan sumber daya
kelautan secara terpadu dan meningkatnya tingkat ketaatan dalam pemanfaatan
sumber daya kelautan dan perikanan; (ii) terwujudnya kebijakan nasional
pembangunan negara kepulauan Indonesia yang terpadu; (iii) terwujudnya pengelolaan
pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terdepan yang menjadi batas wilayah NKRI sehingga
menjadi pulau-pulau bernilai ekonomi tinggi; (iv) terwujudnya upaya rehabilitasi,
konservasi dan preservasi ekosistem pesisir dan laut; (v) terwujudnya kerja sama

II.10-43
internasional, regional, dan antardaerah dalam bidang konservasi, seperti Coral Triangle
Initiative (CTI), Sulu-Sulawesi Marine Ecoregion (SSME), Bismarck South Solomon
Ecoregion (BSSE), Arafura Timor Sea Ecosystem Action (ATSEA), Teluk Tomini, Teluk
Bone, Selat Karimata, dan lain-lain; (vi) terjadinya peningkatan riset pengembangan
teknologi kelautan dan penerapannya untuk mendukung pembangunan kelautan
nasional.

10.2.2.7 Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Sasaran prioritas untuk meningkatkan kualitas informasi iklim dan bencana alam
ini adalah meningkatnya kapasitas pemahaman institusi dalam melakukan adaptasi dan
mitigasi perubahan iklim. Secara khusus, sasaran prioritas peningkatan Kapasitas
Adaptasi dan Mitigasi Dampak Perubahan Iklim adalah: (i) meningkatnya kesiapan
sektor pembangunan dalam menghadapi dampak perubahan iklim baik dalam
perencanaan maupun penganggaran; (ii) menurunnya emisi karbon; (iii) menguatnya
kapasitas sumber daya manusia, kapasitas kelembagaan dan meningkatnya pendanaan
alternatif untuk pelaksanaan kegiatan dalam rangka pengendalian terhadap perubahan
iklim, serta tersedianya data dan informasi yang cukup sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan tersebut.

10.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan

Dalam kerangka Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-


2025, pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup terutama mendukung
Misi 2 Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, Misi 5 Mewujudkan pemerataan
pembangunan dan berkeadilan, Misi 6 Mewujudkan Indonesia asri dan Lestari, dan Misi
7 Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional.
Dalam mendukung Misi 2 mewujudkan bangsa yang berdaya saing,
pembangunan bidang SDA dan LH akan menekankan peranan pertanian, perikanan,
kehutanan, dan pertambangan sebagai basis pengembangan aktivitas ekonomi, dan
mendukung sektor industri, serta memanfaatkan kondisi global saat ini sebagai peluang
dalam meningkatkan daya saing.
Untuk mendukung Misi 5 mewujudkan pemerataan pembangunan dan
berkeadilan, Pembangunan bidang SDA dan LH terutama difokuskan pada menjaga
ketahanan pangan dengan meningkatkan kemampuan produksi dalam negeri, dengan
harga yang terjangkau dan sesuai dengan keanekaragaman sumber daya pangan lokal,
serta mengantisipasi dinamika harga pangan di pasar global yang dikhawatirkan akan
mengakibatkan krisis pangan, disamping dampak perubahan iklim yang berpotensi
menurunkan kemampuan produksi pangan seperti perubahan pola tanam serta banjir
dan kekeringan.

II.10-44
Berkaitan dengan dukungan terhadap Misi 6 mewujudkan Indonesia asri dan
lestari, pembangunan SDA dan LH akan mengutamakan pada memulihkan daya dukung
SDA dan LH untuk meningkatkan produksi dalam negeri dan meningkatkan nilai
tambah, mengamankan ketersediaan energi yang terukur sesuai dengan sumber daya
dan kebutuhan dan meningkatkan pengembangan energi alternatif, serta memanfaatkan
jasa lingkungan dalam mencegah degradasi lingkungan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mencintai lingkungan.
Dukungan pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup terhadap Misi
7 mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional, dilakukan dengan membangkitkan wawasan dan
budaya bahari dan mengamankan wilayah kedaulatan yuridiksi dan aset NKRI,
menguatkan peranan SDA bidang kelautan dan mengembangkan industri kelautan
secara sinergi dan berkelanjutan, serta melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim di wilayah pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
wilayah pesisir.
Kebijakan pembangunan SDA dan LH dalam RPJM 2010-2014 diarahkan untuk:
(1) mendukung pembangunan perekonomian nasional terutama dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, mewujudkan daya saing ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat; serta (2) meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan
pelestarian lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam rangka mendukung pembangunan perekonomian nasional untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya saing ekonomi, serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat, pembangunan SDA dan LH terutama akan
dilakukan melalui strategi: (1) penguatan pembangunan pertanian dan peningkatan
pembangunan kelautan serta sumber daya kehutanan sesuai potensi daerah secara
terpadu yang didukung dengan pengembangan Iptek; (2) peningkatan pemanfaatan
energi terbarukan, khususnya bioenergi, panas bumi, tenaga air, tenaga angin, dan
tenaga surya untuk kelistrikan; (3) pengembangan sumber daya air; (4) pengembangan
industri kelautan dan perikanan; serta (5) pengembangan sumber daya mineral.
Selanjutnya pembangunan SDA dan LH dalam rangka meningkatkan pengelolaan
sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup untuk mencapai pembangunan
yang berkelanjutan, akan dilakukan melalui strategi: (1) penguatan kelembagaan dan
peningkatan kesadaran serta partisipasi aktif masyarakat dalam rehabilitasi dan
konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup; (2) pelestarian dan konservasi
keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; (3) pemantapan kelembagaan dan kapasitas
antisipatif dalam penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; serta (4)
pengelolaan lingkungan yang didukung oleh semua sektor terkait. Upaya-upaya
pembangunan SDA dan LH tersebut didukung dengan kualitas perencanaan tata ruang
yang terintegrasi dan disepakati para pihak, sehingga dapat menjadi instrumen dalam
penyelesaian konflik dan pengelolaan SDA dan LH.

II.10-45
II.10-46
10.3.1 Peningkatan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan

Untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan, maka kebijakan umum dalam
peningkatan ketahanan pangan adalah meningkatkan ketahanan dan kemandirian
pangan serta kecukupan gizi masyarakat secara luas. Selain itu, diarahkan pula untuk
melanjutkan dan meningkatkan revitalisasi pertanian, perikanan, dan kehutanan untuk
mewujudkan daya saing produk pertanian, perikanan, dan kehutanan, dan peningkatan
pendapatan petani, dan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Adapun arah kebijakan strategis dari prioritas ini adalah:
1. Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, perikanan, dan
kehutanan terus dilakukan untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan
dan bahan baku industri. Beberapa kebijakan dan strategi dalam peningkatan
produksi dan produktivitas komoditas pangan dan bahan baku industri PPK
diarahkan untuk: (i) meningkatkan ketersediaan dan kualitas input produksi,
antara lain benih/bibit, pupuk, pakan, lahan, kapal, alat mesin, dan sarana
tangkap termasuk kebijakan subsidi yang lebih efisien; (ii) meningkatkan
dukungan penelitian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan teknologi terapan serta
penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan; (iii) meningkatkan efektivitas
pengendalian organisme pengganggu tanaman, peningkatan kesehatan
hewan/ikan, dan pengembangan sistem perkarantinaan; (iv) mendorong
investasi pangan, pertanian, perikanan, kehutanan, dan industri perdesaan yang
berbasis produk lokal; (v) mencegah/mengurangi terjadinya alih fungsi lahan
pertanian secara luas ke non pertanian serta konservasi sumber daya lahan dan
air; (vi) memperluas areal lahan pertanian dan perikanan baru serta
mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering, lahan basah, dan lahan terlantar,
termasuk lahan untuk pembudidayaan ikan dan perluasan wilayah tangkapan
nelayan nasional ke ZEEI dan laut lepas; (vii) membenahi, menata, dan
mengharmonisasikan peraturan perundangan untuk menjamin kepastian hukum
atas lahan pertanian, perikanan, dan kehutanan, serta untuk meningkatkan
penguasaan lahan oleh petani/nelayan/pembudidaya ikan; (viii)
mengembangkan infrastruktur pertanian, perikanan, kehutanan, dan perdesaan
seperti jalan produksi/ usahatani, jalan desa, pencetakan sawah, jaringan irigasi,
saluran tambak, tata air mikro, gully plug, dam pengendali sedimentasi
pelabuhan perikanan, dan infrastruktur perdesaan lainnya seperti transportasi,
listrik, dan alat komunikasi; dan (ix) mengembangkan upaya mitigasi dan
adaptasi terhadap dampak perubahan iklim di sektor pertanian, perikanan, dan
kehutanan.
2. Peningkatan efisiensi distribusi pangan untuk menjamin agar seluruh rumah
tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup
sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Fokus perhatian dalam

II.10-47
kebijakan dan strategi ini diarahkan untuk : (i) meningkatkan jumlah cadangan
pangan pemerintah dan pemerintah daerah untuk stabilisasi harga; (ii)
mengembangkan kebijakan perdagangan dan ekspor-impor untuk mendukung
ketahanan pangan; (iii) meningkatkan sarana dan prasarana distribusi pangan
agar lebih efisien dalam perdagangan dan mengurangi kerusakan bahan pangan;
(iv) mengembangkan kebijakan dan peraturan daerah yang dapat memperlancar
dan mengefisienkan distribusi pangan antar daerah/wilayah; serta (v)
mengembangkan usaha pengolahan dan pemasaran produk pangan di perdesaan
yang berbasis bahan pangan lokal.
3. Peningkatan pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan menjadi kebijakan dan
strategi pembangunan ketahanan pangan yang perlu memperoleh perhatian
yang memadai agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah
mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalan. Arah kebijakan dan
strategi operasional yang akan dilakukan meliputi: (i) mengembangkan
penganekaragaman (diversifikasi) pengolahan dan konsumsi pangan berbasis
sumber daya lokal; (ii) meningkatkan konsumsi ikan dan diversifikasi produk
perikanan; (iii) meningkatkan jumlah cadangan pangan pemerintah dan
pemerintah daerah untuk keperluan bantuan pangan; (iv) meningkatkan
kemampuan masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengembangkan
cadangan pangan; (v) meningkatkan pengetahuan dan perilaku masyarakat
tentang pangan yang bergizi dan seimbang serta pola hidup sehat, terutama
untuk memperbaiki status gizi ibu hamil dan anak balita; (vi) mengembangkan
penelitian pangan dan gizi, serta industri pangan lokal; (vii) mengembangan
sistem mutu, kehalalan, dan keamanan pangan, termasuk pengendalian risiko
penyakit zoonosis; (viii) meningkatkan pencegahan dan penanganan keadaan
rawan pangan dan gizi karena keterbatasan akses, akibat adanya bencana alam
dan bencana sosial; (ix) meningkatkan efisiensi dan efektivitas bantuan
pangan/subsidi pangan kepada golongan masyarakat tertentu (masyarakat
miskin, ibu hamil, balita gizi buruk); (x) mengembangkan jaringan antarlembaga
masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan; serta (xi) meningkatkan
efektivitas fungsi lembaga ketahanan pangan dan gizi, baik di pusat maupun
daerah.
4. Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan pemasaran produk pertanian,
perikanan, dan kehutanan. Kebijakan dan strataegi ini diharapkan mampu
mendorong terjadinya transformasi struktur ketenagakerjaan dari sektor
pertanian secara luas ke sektor lain, serta mampu meningkatkan nilai tambah
dan daya saing produk pertanian, perikanan, dan kehutanan, baik di pasar
domestik, Asia, maupun global. Kebijakan dan strategi ini diarahkan untuk: (i)
meningkatkan mutu produk pertanian, perikanan dan kehutanan, serta efisiensi
produksi; (ii) mengembangkan industri pengolahan (agroindustri) hasil
pertanian, perikanan, dan kehutanan, serta jasa pendukungnya; (iii) membangun

II.10-48
dan merehabilitasi sarana dan prasarana distribusi dan pemasaran serta
manajemen logistik dalam menjaga kesinambungan pasokan produk; (iv)
mengembangkan sentra usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan secara
terpadu; (v) mengembangkan kebijakan perdagangan internasional yang
mendukung peningkatan daya saing nasional; (vi) mengembangkan kebijakan
perdagangan internasional dan peningkatan upaya diplomasi ke negara-negara
pengimpor produk; (vii) meningkatkan pengendalian, pengawasan dan advokasi
tentang mutu, keamanan, dan kehalalan produk pertanian, perikanan, dan
kehutanan; serta (ix) meningkatkan kebijakan fiskal untuk “retool” industri kayu
dan kayu olahannya.
5. Peningkatan kapasitas masyarakat pertanian, perikanan, dan kehutanan.
Kebijakan dan strategi kebijakan yang ditujukan untuk mencapai arah kebijakan
tersebut, yaitu: (i) meningkatkan pengetahuan petani/petani
hutan/nelayan/petambak agar dapat meningkatkan kesejahteraannya; (ii)
meningkatkan dan mengembangkan kelembagaan petani/petani
hutan/nelayan/petambak; (iii) meningkatkan kuantitas dan kualitas penyuluhan
pertanian, perikanan, dan kehutanan; (iv) mengembangkan dukungan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta diseminasinya kepada
petani/nelayan/petambak; (v) merumuskan kebijakan pembangunan pertanian,
perikanan, dan kehutanan yang mendukung petani/petani
hutan/nelayan/petambak; (vi) mengembangkan sistem data dan informasi
pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang integratif dan mudah
diakses oleh petani/nelayan/pembudidaya ikan; (vii) meningkatan
kemampuan/keterampilan serta penguatan dan pemberdayaan petani, nelayan
dan pembudidaya ikan; dan (viii) memfasilitasi dan mendorong pengembangan
kelembagaan pembiayaan dan asuransi bagi masyarakat pertanian, perikanan,
dan kehutanan yang terjangkau.
Prioritas Bidang Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan dituangkan dalam 5 fokus prioritas, yaitu: (1) Peningkatan Produksi dan
Produktivitas untuk Menjamin Ketersediaan Pangan dan Bahan Baku Industri dari
Dalam Negeri; (2) Peningkatan Efisiensi Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan;
(3) Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Pangan; (4) Peningkatan Nilai
Tambah, Daya Saing, dan Pemasaran Produk Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; serta
(5) Peningkatan Kapasitas Masyarakat Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.

10.3.2 Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi

Untuk mencapai sasaran dari segi ketahanan dan kemandirian, kebijakan umum
peningkatan ketahanan dan kemandirian energi diarahkan pada tiga hal pokok, yaitu: (i)
menjamin keamanan pasokan energi dengan meningkatkan (intensifikasi) eksplorasi,
ekploitasi, dan optimasi produksi minyak dan gas bumi, serta eksplorasi untuk

II.10-49
meningkatkan cadangan minyak dan gas bumi, termasuk gas metana batubara; (ii)
mengurangi ketergantungan yang berlebihan terhadap minyak bumi dengan
menganekaragamkan atau diversifikasi energi primer, termasuk memanfaatkan EBT
serta energi bersih; dan (iii) meningkatkan produktivitas pemanfaatan energi melalui
gerakan efisiensi dan konservasi (penghematan), serta pemerataan penyediaan energi
sesuai dengan kebutuhan dan daya beli masyarakat. Disamping itu, ketahanan dan
kemandirian energi juga akan didukung oleh adanya kebijakan harga energi serta
insentif yang rasional, artinya kebijakan harga energi yang secara bertahap
menggambarkan nilai ekonomi energi.
Penghematan pemanfaatan energi terutama akan dilakukan untuk sektor-sektor
yang mengkonsumsi energi yang besar seperti industri, pembangkit listrik dan
transportasi. Dalam pelaksanaannya, kebijakan umum ini akan dilakukan secara
integratif antara penguasaan teknologi energi, baik teknologi pencarian sumber daya
energi (eksplorasi), pengambilan atau pemanfaatan energi (eksploitasi) maupun
teknologi konversi dan distribusi energi. Selain itu pembangunan infrastruktur energi
juga memegang peranan penting di dalam upaya meningkatkan penyaluran energi,
terutama dalam upaya untuk meningkatkan penggunaan energi non-minyak bumi
(diversifikasi).
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari ketiga kebijakan umum tersebut, maka arah
dan kebijakan strategi peningkatan ketahanan dan kemandirian energi dalam RPJMN
2010-2014 adalah sebagai berikut.
Peningkatan produksi dan cadangan minyak dan gas bumi melalui peningkatan
daya tarik investasi eksplorasi dan eksploitasi terutama ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan baik itu bahan bakar dan bahan baku industri dalam negeri maupun sumber
penerimaan devisa negara.
Beberapa kebijakan dan strategi yang akan dilakukan untuk: (i) mendorong
penyelidikan dan pemetaan geologi untuk meningkatkan penguasaan data cadangan
serta melakukan inventarisasi dan pemutakhiran data potensi pengembangan lapangan
minyak bumi, gas bumi, dan gas metana batubara; (ii) menerapkan insentif yang lebih
efektif untuk mendorong kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi, gas bumi,
dan gas metana batubara, serta meningkatkan kualitas promosi dan penawaran
lapangan minyak dan gas bumi serta pengawasan produksi dan pemanfaatan minyak
dan gas bumi untuk kepentingan bahan baku, terutama pupuk dan petrokimia, di dalam
negeri; (iii) mendorong pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan teknologi,
terutama teknologi tinggi EOR (enhanced oil recovery) untuk memanfaatkan lapangan-
lapangan minyak bumi yang sudah tua umurnya; dan (iv) meningkatkan transparansi,
tata kelola, dan menghilangkan korupsi dan biaya yang tidak efisien di sektor hulu
energi, yakni eksplorasi dan eksploitasi.
Peningkatan produktivitas dan pemerataan pemanfaatan energi dan penggunaan
energi baru dan terbarukan ditujukan untuk peningkatan efisiensi penyediaan dan

II.10-50
pemanfaatan energi, penghematan penggunaan energi, peningkatan akses masyarakat
akan energi, serta penggunaan sumber energi bukan fosil, seperti tenaga panas bumi,
matahari, angin, dan sebagainya. Efisiensi di bidang penggunaan energi selain ditujukan
untuk meningkatkan produksi nasional dengan menggunakan energi yang lebih rendah,
juga dimaksudkan untuk menurunkan emisi karbon, memperbaiki daya saing dan
mendorong perekonomian, serta meningkatkan kesejahteraan. Penyediaan energi
secara merata sesuai dengan kebutuhan dan daya beli masyarakat dilakukan melalui
penerapan diversifikasi energi serta peningkatan tingkat pelayanan jaringan distribusi
serta akses energi.
Untuk meningkatkan produktifitas dan pemerataan pemanfaatan energi,
beberapa kebijakan dan strategi yang akan dilakukan diarahkan untuk: (i)
menyesuaikan harga energi melalui penyempurnaan subsidi BBM/LPG dan listrik untuk
mendorong masyarakat pemakai energi menggunakan secara lebih hemat dan
memperbesar akses pelayanan energi untuk masyarakat yang belum terlayani; (ii)
menerapkan insentif-disinsentif secara tepat untuk mendorong penggunaan teknologi
yang efisien pada kegiatan produksi (eksploitasi) energi primer, pengolahan (kilang
minyak dan gas, pusat pembangkit listrik), penghantaran (sistem jaringan transmisi dan
dsitribusi), serta pemakaian energi (transportasi, rumah tangga, listrik dan industri);
(iii) mempromosikan budaya hemat energi ke berbagai kalangan masyarakat, termasuk
pendidikan hemat energi sejak dini; (iv) menguatkan kelembagaan dan peraturan
perundangan gerakan efisiensi dan konservasi energi; (v) meningkatkan kualitas
pengawasan atas efisiensi fasilitas dan kegiatan produksi, pengolahan, penghantaran,
dan konsumsi energi; (vi) menambah pasokan energi melalui pembangunan kilang
minyak dan gas, infrastruktur pembangkit listrik, transmisi dan distribusi energi dengan
mutu yang memadai; (vii) meningkatkan kompetisi yang sehat dan transparan di sektor
hilir energi, agar tercapai pelayanan yang baik dan harga yang rasional dan terjangkau
bagi masyarakat luas; (viii) meningkatkan efisiensi produksi dan distribusi energi
sehingga terdapat tambahan energi yang dapat disediakan bagi masyarakat yang belum
memiliki pelayanan energi.
Untuk meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan, serta energi
bersih, beberapa kebijakan dan strategi yang akan dilakukan diarahkan untuk (i)
mendorong pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik skala memengah
dan besar; (ii) mendorong pemanfaatan mikrohidro untuk pembangkit listrik skala kecil
dan menengah, terutama didaerah-daerah yang tidak terjangkau oleh sistem jaringan
kelistrikan nasional; (ii) mendorong pemanfaatan bahan bakar nabati, dengan
penanamanya pada wilayah-wilayah yang memiliki lahan tidak terpakai namun luas dan
memiliki potensi produksi pertanian yang tinggi; dan (iii) mendorong pemanfaatan
tenaga surya dan angin pada daerah/kepulauan terpencil dan daerah-daerah dengan
tingkat ketersediaan energi yang masih rendah namun memiliki intensitas sinar
matahari/angin yang cukup tinggi seperti NTT, NTB, Papua, Maluku, dan sebagainya.
Prioritas bidang Peningkatan Ketahanan dan Kemandirian Energi, dituangkan

II.10-51
dalam 2 fokus prioritas, yaitu: (1) Peningkatan Produksi dan Cadangan Minyak Bumi
dengan indikator persentase peranan gas bumi, batubara dalam bauran energi primer,
jumlah produksi minyak dan gas bumi, serta gas metana batubara, jumlah cadangan
minyak bumi, gas, dan metana batubara; (2) Peningkatan Produktivitas Pemanfaatan
dan Pemerataan Energi dengan indikator jumlah produksi BBN, yakni bio-diesel dan
bio-ethanol, dan penggunaannya dalam pemakaian bahan bakar secara nasional,
penggunaan panas bumi PLTP, mikrohidro PLTMH, tenaga surya dan angin untuk
pembangkit listrik, elastisitas dan intensitas energi, persentase penghematan energi,
dan penurunan emisi karbondioksida CO2 yang bersumber dari penggunaan energi.

10.3.3 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan

Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, kebijakan umum pembangunan


pertambangan mineral dan batubara diarahkan pada dua hal pokok, yaitu: (i)
meningkatkan poduksi dan nilai tambah produk tambang mineral dan batubara; dan (ii)
mengurangi dampak negatif akibat kegiatan pertambangan dan bencana geologi.
Sebagai penjabaran lebih lanjut dari kedua hal pokok tersebut, maka arah kebijakan dan
strategi pembangunan pertambangan mineral dan batubara dalam RPJMN 2010-2014
adalah sebagai berikut:
Peningkatan produksi nilai tambah produk tambang mineral dan batubara
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan bahan bakar terutama untuk
industri di dalam negeri. Beberapa kebijakan dan strategi yang akan dilakukan
diarahakan untuk: (i) memberikan insentif fiskal (fiscal regime) yang stabil dan
kompetitif dalam menarik investasi pertambangan mineral dan batubara; (ii)
memperbaiki dan menyederhanakan birokrasi perijinan (licensing regime) pengusahaan
pertambangan; (iii) memperjelas pembagian kewenangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah terutama yang berkaitan dengan pemberian ijin dalam pengusahaan
pertambangan; (iv) mengembangkan informasi potensi dan wilayah cadangan; (v)
meningkatkan kemampuan teknis dan managerial aparat pemerintah daerah dalam
melakukan pengelolaan perijinan dan inventarisasi cadangan; (vi) menciptakan
keamanan usaha dan berusaha dalam pengusahaan pertambangan mineral dan
batubara; (vii) mengembangkan industri pengolahan dan pemurnian (smelter) untuk
mengubah bahan-bahan mentah mineral logan dan non logam menjadi bahan setengah
jadi atau bahkan menjadi bahan yang final; (viii) meningkatkan produksi batubara serta
pemanfaatannya untuk kepentingan dalam negeri (domestic market obligation)
terutama sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik; (ix) mendorong
berkembangnya industri oil synthetic dan clean-coal technology, serta industri
peningkatan mutu batubara (upgraded brown coal), pencairan batubara (coal
liquefaction) dan gasifikasi batubara (coal gasification); (x) meningkatkan produksi uap
panas bumi melalui kegiatan eksplorasi dan eksploitasi panas bumi; dan (xi)
mendorong pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik;
Pengurangan dampak negatif akibat dari kegiatan pertambangan dan bencana

II.10-52
geologi dilakukan untuk mencegah kerusakan lingkungan, baik air, tanah, maupun
udara, yang berlebihan akibat kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral
dan batubara, dengan memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup termasuk
mengurangi emisi gas rumah kaca yang berpotensi menyebabkan perubahan iklim
global. Beberapa kebijakan dan strategi yang akan dilakukan diarahkan untuk: (i)
mencegah kerusakan dan pencemaran lingkungan melalui pembinaan lindungan
lingkungan, keselamatan operasi, dan usaha penunjang bidang migas; (ii) mencegah
kerusakan cadangan mineral dan batubara serta mengembangkan wilayah pencadangan
tambang nasional dengan melakukan best mining practices dan menerapkan mekanisme
depletion premium; (iii) meningkatkan rehabilitasi kawasan bekas tambang; dan (iv)
mitigasi, pengembangan teknologi, dan fasilitasi dalam rangka penetapan langkah-
langkah penanggulangan krisis energi dan bencana geologi.
Prioritas Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
diuraikan dalam 2 fokus yaitu: (1) Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Produk
Pertambangan Mineral dan Batubara, dengan indikator produksi batubara dan Domestic
Market Obligation dari batubara, produksi mineral, seperti emas, perak, timah, nikel,
feronikel dan nikel matte, bauksit, konsentrat tembaga, dan bijih besi, serta persentase
pemanfaatannya untuk bahan baku industri dalam negeri, jumlah WKP dan WP; dan (2)
Pengurangan Dampak Negatif Akibat Kegiatan Pertambangan dan Bencana Geologi,
dengan indikator penyediaan peta geologi daerah bahaya seluruh gunung api, pemetaan
geofisika udara di Pulau Kalimantan dan Sulawesi, peta dasar geologi bagi daerah-
daerah pusat pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa, pemetaan geologi teknik tata ruang,
dan reklamasi kawasan bekas tambang, pengurangan volume gas flare, limbah, dan
peningkatan penggunaan bahan-bahan kimia ramah lingkungan.

10.3.4 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup

Pembangunan di bidang lingkungan hidup merupakan perwujudan dari Visi


“Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur” dan Misi Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025 butir ke enam yaitu “Mewujudkan Indonesia asri dan
lestari”. Dalam RPJPN, prioritas kebijakan pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup pada RPJM 2010-2014 diarahkan pada: (1) penguatan kelembagaan
dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses
rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang disertai
dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; (2) terpeliharanya keanekaragaman
hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya yang dimanfaatkan untuk
mewujudkan nilai tambah, daya saing bangsa, serta modal pembangunan nasional pada
masa yang akan datang; (3) mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta
penanggulangan bencana di setiap tingkatan pemerintahan; (4) terlaksananya
pembangunan kelautan sebagai gerakan yang didukung oleh semua sektor.
Dalam rangka mendukung arah kebijakan dalam RPJP dan memperhatikan

II.10-53
kondisi umum lingkungan hidup saat ini, maka diperlukan kebijakan pengelolaan
lingkungan hidup yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan didukung oleh program-
program lintas sektor. Kebijakan ini diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran
prioritas yaitu mengelola daya dukung dan memulihkan kualitas daya tampung
lingkungan hidup. Untuk mengelola daya dukung dan memulihkan kualitas daya
tampung lingkungan hidup, kerangka regulasi diarahkan untuk mewujudkan lingkungan
hidup yang dapat mendukung program pembangunan nasional yang berwawasan
lingkungan dan berkelanjutan. Arah kebijakan ini akan dicapai dengan strategi : 1)
pengendalian dan pemantauan pencemaran pada air, lahan, udara, dan keanekaragaman
hayati (kehati); 2) perbaikan kerangka regulasi dan peningkatan upaya penegakan
hukum lingkungan secara konsisten; 3) perbaikan kualitas lingkungan melalui upaya
rehabilitasi dan konservasi serta pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan; 4)
penataan dan pengelolaan lingkungan yang harmonis dari hulu ke hilir; 5) peningkatan
kapasitas sumber daya manusia dan penguatan institusi pengelola lingkungan hidup; 6)
peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat; 7) pengembangan penelitian
pengelolaan lingkungan; 8) penyelesaian konflik pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup; dan 9) pengembangan sumber-sumber pendanaan lingkungan
alternatif.
Selanjutnya, Prioritas Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup ini diuraikan dalam
2 fokus prioritas yaitu: (1) Pengendalian Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan
Hidup, dengan indikator kinerja menurunnya tingkat pencemaran lingkungan dan
meningkatnya usaha-usaha pengendalian perusakan lingkungan; dan (2) Peningkatan
Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, dengan indikator
kinerja meningkatnya kapasitas kelembagaan, partisipasi masyarakat, dan ketersediaan
data dan informasi untuk pengelolaan lingkungan hidup.

10.3.5 Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan

Pembangunan sumber daya hutan ke depan tidak lagi difokuskan pada


pemanfaatan kayu saja, tetapi perlu melihat manfaat hutan dalam mempertahankan
keseimbangan siklus hidrologi. Karena itu, selain harus menerapkan konsep
pembangunan hutan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan hutan yang tersisa
maka upaya rehabilitasi kawasan hutan dan lahan kritis serta perlindungan dan
konservasi sumber daya hutan pada DAS harus menjadi prioritas nasional. Hal ini
diperlukan untuk meningkatkan daya dukung dan fungsi DAS dalam rangka menjamin
ketersediaan air.
Kebijakan konservasi dan rehabilitasi sumber daya hutan, dalam lima tahun ke
depan, diarahkan untuk: (i) Memantapkan status hukum dan peningkatan kapasitas
pengelolaan kawasan hutan; (ii) Memantapkan kelembagaan dalam pengelolaan sumber
daya hutan; (iii) Memelihara dan meningkatkan daya dukung dan fungsi lingkungan; (iv)
Memantapkan fungsi konservasi alam dengan peningkatan kualitas pengelolaan Taman
Nasional dan Kawasan Konservasi lainnya, pemanfaatan keanekaragaman hayati dan

II.10-54
tumbuhan dan satwa liar (TSL); (v) Meningkatkan pengembangan pemanfaatan jasa
lingkungan hutan dan wisata alam; (vi) Meningkatkan perlindungan hutan melalui
kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan serta meningkatkan
perlindungan dan pengamanan hutan dari berbagai ancaman (illegal logging,
perambahan, perdagangan TSL illegal); (vii) Meningkatkan kapasitas pengelolaan
kawasan konservasi melalui peningkatan kelembagaan pengelola kawasan konservasi,
kemandirian dan produktivitas, (viii) Meningkatkan akses dan keterkaitan masyarakat
dalam kegiatan konservasi yang dilaksanakan melalui collaborative management dan
pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan; (ix) Meningkatkan daya dukung dan fungsi
DAS dalam rangka menjamin ketersediaan air.
Prioritas Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan diuraikan
dalam 4 fokus yaitu: (1) Pemantapan Kawasan Hutan, dengan indikator kinerja jumlah
Surat Keputusan (SK) penunjukkan kawasan hutan, selesainya penunjukan kawasan
pengganti prosentase dari proses tukar menukar kawasan hutan dengan kawasan
kompensasi, selesainya batas luar kawasan hutan konservasi dan hutan lindung,
meningkatnya jumlah patok tanda batas (dalam persen) yang terpetakan, beroperasinya
KPH; (2) Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan dengan indikator
kinerja menurunnya kebakaran hutan, meningkatnya jumlah regu masyarakat peduli
api, meningkatnya batas KPA, KSA, TB dan HL yang telah disinkronkan, menguatnya
kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi serta PNBP jasa lingkungan (air, karbon
dan panas bumi); (3) Peningkatan Fungsi DAS dengan indikator jumlah rencana
pengelolaan DAS prioritas secara terpadu dan rehabilitasi hutan; serta (4)
Pengembangan Penelitian dan Iptek Sektor Kehutanan dengan indikator produk iptek,
data dan informasi kehutanan.

10.3.6 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan

Kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan, dalam lima tahun ke depan,


diarahkan untuk: (1) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kelautan untuk
pembangunan; dan (2) Meningkatkan fungsi laut sebagai sistem penyangga kehidupan
dan penyedia pangan dunia.
Secara spesifik arah kebijakan dan strategi pengelolaan sumber daya kelautan
adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan rehabilitasi, konservasi, pengendalian dan pengawasan
pemanfaatan sumber daya kelautan, yang dilakukan melalui upaya: (i)
membangun sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber
daya laut dan pesisir, yang disertai dengan penegakan hukum yang konsisten; (ii)
meningkatkan upaya penanganan praktek IUU Fishing dan kegiatan perikanan
yang merusak; (iii) meningkatkan sarana dan prasarana pengawasan dan
peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemanfaatan sumber
daya kelautan dan perikanan; (iv) pengendalian pencemaran dan perusakan

II.10-55
lingkungan hidup di wilayah pesisir, dan laut; (v) meningkatkan konservasi dan
rehabilitasi ekosistem pesisir yang meliputi terumbu karang, mangrove dan
padang lamun.
2. Meningkatkan pendayagunaan sumber daya laut, pesisir dan pulau-pulau kecil
serta tata kelola sumber daya kelautan, yang dilakukan dengan upaya: (i)
menetapkan kebijakan pembangunan kelautan dan negara kepulauan secara
terpadu; (ii) Menerapkan prinsip-prinsip manajemen pesisir terpadu (integrated
coastal management, ICM) di wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil; (iii)
mengelola dan mendayagunakan pulau-pulau kecil dan pulau-pulau terdepan;
(iv) mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang/Zonasi wilayah pesisir sesuai
dengan hirarki perencanaan sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi
pembangunan antar sektor dan antar wilayah; (v) upaya adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim serta bencana alam laut; dan (vi) meningkatkan kerja
sama internasional, regional, dan antardaerah dalam pengelolaan sumber daya
kelautan
3. Mengembangkan Iptek Kelautan, yang diupayakan melalui: (i) meningkatkan
kuantitas dan kualitas riset dan pengembangan teknologi kelautan, serta riset
sumber daya non hayati lainnya; (ii) Peningkatan penerapan hasil-hasil riset
teknologi kelautan untuk mendukung pembangunan kelautan; (iii) peningkatkan
sarana dan prasarana pelaksanaan penelitian dan pengembangan; dan (iv)
meningkatkan penyediaan informasi dan statistik kelautan yang tepat dan
akurat.
Prioritas Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Kelautan ini diuraikan dalam 3
fokus prioritas yaitu: (1) Peningkatan Rehabilitasi, Konservasi, Pengawasan dan
Pengendalian Pemanfaatan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, dengan indikator luas
wilayah konservasi laut dan tingkat ketaatan dalam pemanfaatan SDKP; (2)
Pendayagunaan Laut, Pesisir, Pulau-pulau Kecil dan Pulau-Pulau Terdepan, dengan
indikator terintegrasinya pengelolaan wilayah laut, pesisir, pulau-pulau kecil,
pengelolaan pulau-pulau terdepan dan tingkat implementasi adaptasi dan mitigasi
bencana di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil serta Tertatanya wilayah pesisir; dan (3)
Inovasi Riset dan Teknologi Terapan Kelautan, dengan indikator pengembangan Iptek
dasar dan aplikasi Iptek terapan.

10.3.7 Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Kebijakan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dan bencana alam


dalam tahun 2010 – 2014 diarahkan untuk mewujudkan peningkatan kapasitas
penanganan dampak perubahan iklim dan bencana alam yang cepat, tepat dan akurat.
Sedangkan strategi untuk mencapai kebijakan ini adalah: (i) peningkatan kapasitas
sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan; (ii) peningkatan akurasi jangkauan

II.10-56
dan kecepatan penyampaian informasi dengan menambah dan membangun jaringan
observasi, telekomunikasi dan sistem kalibrasi; (iii) pendirian Pusat Basis Data dan
informasi yang terintegrasi; (iv) peningkatan kerja sama dan mengembangkan
penelitian mengenai perubahan iklim dan resiko bencana alam; (v) penyediaan peta
kerentanan wilayah Indonesia terhadap dampak perubahan iklim; (vi) pendirian
stasiun monitoring perubahan iklim di seluruh wilayah Indonesia; (vii) pengembangan
kebijakan dan peraturan perundangan mengenai perubahan iklim dan kebencanaan.
Prioritas Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim dijabarkan dalam 3 fokus prioritas, yaitu: (1)
Peningkatan Kualitas Informasi Iklim, Cuaca dan Bencana Alam Lainnya, dengan
indikator meningkatnya kapasitas pelayanan serta ketersediaan data dan informasi
iklim, cuaca dan bencana alam lainnya yang cepat dan akurat; (2) Peningkatan Adaptasi
dan Mitigasi terhadap Perubahan Iklim, dengan indikator meningkatnya kemampuan
adaptasi dan mitigasi para pihak dalam menghadapi dampak perubahan iklim; dan (3)
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Penanganan Perubahan Iklim, dengan indikator
menguatnya kapasitas institusi dalam mengantisipasi dan menangani dampak
perubahan iklim

II.10-57
RENCANA TINDAK PRORITAS BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP


PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
1. PENINGKATAN PRODUKSI • Meningkatnya produksi dan produktivitas 41.653,7
DAN PRODUKTIVITAS komoditas pangan, pertanian, perikanan dan
UNTUK MENJAMIN kehutanan
KETERSEDIAAN PANGAN
• Meningkatnya cadangan pangan pemerintah,
DAN BAHAN BAKU
pemerintah daerah dan masyarakat.
INDUSTRI DARI DALAM
NEGERI

a. Pengelolaan produksi tanaman Meningkatnya perluasan penerapan budidaya tanaman Luas areal penerapan budidaya serealia yang tepat dan 2650,2 3750,4 Program Peningkatan Produksi, Kementan 2.259,0
serealia serealia yang tepat dan berkelanjutan untuk berkelanjutan (ribu ha) : Produktivitas Dan Mutu Tanaman
peningkatan produksi melalui peningkatan SLPTT padi non hibrida (ribu ha) 2000 2500 Pangan Untuk Mencapai
produktivitas per satuan luas. SLPTT padi hibrida (ribu ha) 200 500 Swasembada Dan Swasembada
Berkelanjutan
SLPTT Padi lahan kering (ribu ha) 300 500
SLPTT Jagung hibrida (ribu ha) 150 250
Pengembangan peningkatan produksi gandum (ribu ha) 0,1 0,2

Pengembangan peningkatan produksi sorghum (ribu ha) 0,1 0,2

Peta sentra produksi komoditas serealia (paket) 1 1


Data luas tanam komoditas serealia 1 1

II.M-1
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
b. Pengelolaan produksi tanaman Meningkatnya perluasan penerapan budidaya tanaman Luas areal penerapan budidaya tanaman kacang-kacangan 319,29 742,91 Program Peningkatan Produksi, Kementan 1.256,5
kacang-kacangan dan umbi- kacang-kacangan dan umbi-umbian yang tepat dan dan umbi-umbian yang tepat dan berkelanjutan (ribu ha) : Produktivitas Dan Mutu Tanaman
umbian berkelanjutan untuk peningkatan produksi melalui Pangan Untuk Mencapai
peningkatan produktivitas per satuan luas. SLPTT kedelai (ribu ha) 250 500 Swasembada Dan Swasembada
SLPTT kacang tanah (ribu ha) 50 200 Berkelanjutan
SLPTT kacang hijau (ribu ha) - 25
PTT kacang hijau (ribu ha) 3,21 -

PTT ubi kayu (ribu ha) 6,53 6,61


PTT ubi jalar (ribu ha) 9,5 11,2
PTT pangan lokal (ribu ha) 0,05 0,1
Peta sentra produksi beberapa komoditas kabi (paket) 1 1
Data luas tanam beberapa komoditas kabi (paket) 1 1
c. Pengelolaan sistem penyediaan Terselenggaranya sistem pembinaan lembaga Lembaga perbenihan tanaman pangan yang dibina di lokasi Program Peningkatan Produksi, Kementan 334,0
benih tanaman pangan perbenihan tanaman pangan yang efisien dan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat : Produktivitas Dan Mutu Tanaman
berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman Pangan Untuk Mencapai
pangan yang tepat BPSBTPH (Balai) 32 32 Swasembada Dan Swasembada
BBI (Balai) 31 31 Berkelanjutan

d. Penyaluran subsidi benih tanaman Tersalurnya benih tanaman pangan bersubsidi Jumlah benih tanaman pangan bersubsidi (ribu ton) 178,18 226,92 Program Peningkatan Produksi, Kementan
pangan Produktivitas Dan Mutu Tanaman
Pangan Untuk Mencapai
Swasembada Dan Swasembada
Berkelanjutan

II.M-2
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
e. Pengelolaan sistem penyediaan dan Terselenggaranya sistem penyediaan dan pengawasan Sarana produksi tersedia dan terawasi di lokasi penerapan 13.836 18.354 Program Peningkatan Produksi, Kementan 735,7
pengawasan sarana produksi sarana produksi tanaman pangan yang efisien dan budidaya tanaman pangan yang tepat (unit) : Produktivitas Dan Mutu Tanaman
tanaman pangan berkelanjutan di lokasi penerapan budidaya tanaman Pangan Untuk Mencapai
pangan yang tepat. Swasembada Dan Swasembada
Berkelanjutan
Bantuan RPPPO (unit) 200 1200
Bantuan Traktor R-2 (unit) 623 912
Bantuan Traktor R-4 (unit) 7 10
Bantuan pompa air (unit) 350 512
Penguatan UPJA pemula (unit) 8.747 8.071
Penguatan UPJA berkembang (unit) 2.864 4.313
Penguatan UPJA profesional (unit) 585 2792
Penguatan kP3 (unit) 430 514
Penguatan PPNS Pupes (orang) 30 30
Skrening pestisida (unit) 30
Tersusunnya roadmap kebutuhan dan penyediaan pupuk dan 1
alsintan (paket)

II.M-3
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
f. Penyaluran pupuk bersubsidi Tersalurnya pupuk bersubsidi Jumlah pupuk bersubsidi (juta ton) 11,1 12,2 Program Peningkatan Produksi, Kementan
Produktivitas Dan Mutu Tanaman
Pangan Untuk Mencapai
Swasembada Dan Swasembada
Berkelanjutan
g. Penguatan perlindungan tanaman Terkendalinya serangan OPT dan DFI di lokasi Jumlah luas areal tanaman pangan yang terserang OPT (ribu 59 89,5 Program Peningkatan Produksi, Kementan 526,3
pangan dari gangguan OPT dan penerapan budidaya tanaman pangan yang tepat ha) dan Produktivitas Dan Mutu Tanaman
DFI Pangan Untuk Mencapai
Swasembada Dan Swasembada
Jumlah luas areal tanaman pangan yang terkena DFI (ribu ha) 88,5 134,25
Berkelanjutan

h. Pengembangan metode pengujian Berkembangnya metode pengujian mutu benih dan Jumlah metode pengujian mutu benih yang dikembangkan, 8 8 Program Peningkatan Produksi, Kementan 37,2
mutu benih dan penerapan sistem penerapan sistem mutu laboratorium pengujian benih divalidasi dan disyahkan (metode) Produktivitas Dan Mutu Tanaman
mutu laboratorium pengujian benih tanaman pangan dan hortikultura Pangan Untuk Mencapai
Swasembada Dan Swasembada
Jumlah laboratorium yang menerapkan sistem mutu 8 8 Berkelanjutan
(laboratorium)

Jumlah laboratorium peserta uji profisiensi (laboratorium) 30 30

Jumlah pelaksanaan uji petik mutu benih yang beredar 15 25


(contoh benih)

II.M-4
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
i. Pengembangan peramalan Tersedianya informasi dan model peramalan Jumlah informasi peramalan serangan OPT (unit) 5 5 Program Peningkatan Produksi, Kementan 44,6
serangan Organisme Penganggu Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT) sebagai Produktivitas Dan Mutu Tanaman
Jumlah teknologi pengamatan, peramalan dan pengendalian 8 8
Tumbuhan rujukan dalam pengamanan produksi tanaman pangan Pangan Untuk Mencapai
OPT (model)
dan hortikultura Swasembada Dan Swasembada
Jumlah propinsi yang menerapkan teknologi pengamatan, 6 18 Berkelanjutan
peramalan dan pengendalian OPT (provinsi)

j. Peningkatan Produksi, Berkembangnya sistem agribisinis yang efisien dan Laju pertumbuhan produksi tanaman buah 5% 5,60% Program Peningkatan Produksi, Kementan 429,9
Produktivitas dan Mutu Produk berkelanjutan yang mampu menyediakan produk buah Produktivitas Dan Mutu Produk
Tanaman Buah Berkelanjutan yang cukup, bermutu dan aman konsumsi Tanaman Hortikultura Berkelanjutan
Proporsi produk buah bermutu di pasar 20% 50%
k. Peningkatan Produksi, Berkembangnya sistem agribisnis yang efisien dan Laju pertumbuhan produksi Tanaman Sayuran dan 3,50% 4,20% Program Peningkatan Produksi, Kementan 442,0
Produktivitas dan Mutu Produk berkelanjutan yang mampu menyediakan produk Biofarmaka (naik terhadap tahun sebelumnya) Produktivitas Dan Mutu Produk
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka sayuran dan biofarmaka yang cukup, bermutu dan Tanaman Hortikultura Berkelanjutan
Laju pertumbuhan luas panen Tanaman sayuran dan 2,50% 2,50%
Berkelanjutan aman konsumsi
biofarmaka (naik terhadap tahun sebelumnya)

l. Peningkatan Produksi, Berkembangnya sistem agribisnis yang efisien dan Laju pertumbuhan produksi Tanaman Hias 6,5 6,5 Program Peningkatan Produksi, Kementan 447,8
Produktivitas dan Mutu Produk berkelanjutan yang mampu menyediakan produk Produktivitas Dan Mutu Tanaman
Tanaman Hias Berkelanjutan tanaman hias yang cukup, bermutu dan aman konsumsi Pangan Untuk Mencapai
Swasembada Dan Swasembada
Proporsi tanaman hias segar bermutu di pasar 10 20 Berkelanjutan

II.M-5
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
m. Pengembangan sistem perbenihan, Peningkatan usaha/produsen benih, pupuk dan sarana % jumlah usaha/produsen benih hortikultura Program Peningkatan Produksi, Kementan 312,9
pupuk dan sarana produksi lainnya produksi lainnya guna mendukung keberlanjutan * buah (%) 3 3 Produktivitas Dan Mutu Produk
saing
ketersediaan produk hortikultura yang berdaya saing. Tanaman Hortikultura Berkelanjutan
* Sayuran (%) 2 2
* Tanaman Hias (%) 1 1
* Biofarmaka (%) 2 2
% penggunaan benih bermutu
* buah (%) 60 80
* Sayur umbi (%) 17 30
* Sayur biji (%) 75,2 80,9
n. Pengembangan Sistem Berkembangnya sistem perlindungan tanaman dalam Proporsi luas serangan OPT utama hortikultura terhadap total 5% 5% Program Peningkatan Produksi, Kementan 281,1
Perlindungan Tanaman mendukung pengembangan agribisnis hortikultura luas panen. (maksimal terhadap Luas panen) Produktivitas Dan Mutu Produk
Hortikultura Tanaman Hortikultura Berkelanjutan

II.M-6
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
o. Peningkatan produksi, Terfasilitasinya pengembangan budidaya tanaman Capaian luas areal (ribu hektar) pembinaan dan Program Peningkatan Produksi, Kementan 251,8
produktivitas dan mutu tanaman semusim (tebu,kapas, tembakau dan nilam) pengembangan tanaman semusim : Produktivitas Dan Mutu Tanaman
semusim S b d G
- Swasembada l N
Gula i l
Nasional Perkebunan Berkelanjutan
Ø Tebu 465 641
- Pengembangan komoditas Pemenuhan konsumsi Dalam
Negeri
Ø kapas 15 25
- Pengembangan komoditas Ekspor
Ø Tembakau 205 205
Ø Nilam 14 18

II.M-7
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
p. Peningkatan produksi, Terfasilitasinya pengembangan budidaya tanaman Peningkatan luas areal (ribu hektar) pembinaan dan Program Peningkatan Produksi, Kementan 1.254,6
produktivitas dan mutu tanaman rempah dan penyegar (kopi, teh, kakao, lada, cengkeh) pengembangan tanaman rempah dan penyegar : Produktivitas Dan Mutu Tanaman
rempah dan penyegar Perkebunan Berkelanjutan

- Pengembangan komoditas Ekspor


Ø kopi 1291 1354
Ø Teh 129 130
Ø kakao 1655 2020
Ø Lada 192 196
- Pengembangan komoditas Pemenuhan konsumsi Dalam
Negeri
Ø Cengkeh 465 484
- Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu kakao Nasional
(ribu ha)
Rehabilitasi 81,85 10
Intensifikasi 30,55 20
Peremajaan 22,6 5
Pengendalian OPT 135 35
Pemberdayaam petani (kelompok Tani) 6.750 1.750

II.M-8
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
q. Dukungan penyediaan benih Terfasilitasinya penyediaan benih unggul bermutu · Jumlah penggunaan benih unggul bermutu dan sarana Program Peningkatan Produksi, Kementan 169,4
unggul bermutu dan sarana dalam rangka mendukung peningkatan produktivitas produksi perkebunan (%) Produktivitas Dan Mutu Tanaman
produksi perkebunan dan mutu tanaman perkebunan J l h penggunaan benih
Jumlah b ih unggull bermutu
b t 45 60 Perkebunan Berkelanjutan
r. Dukungan perlindungan Terfasilitasinya pengamatan dan pengendalian · Revitalisasi Perlindungan Perkebunan Program Peningkatan Produksi, Kementan 127,3
perkebunan dan penanganan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) tanaman - Areal pengendalian OPT dan intensitas serangan OPT 51.467 54.841 Produktivitas Dan Mutu Tanaman
gangguan usaha perkebunan perkebunan pada 13 komoditas perkebunan (ha) Perkebunan Berkelanjutan
Ø Penanganan gangguan usaha perkebunan 36 44
· Jumlah luas areal perkebunan yang terkena dampak - 8.000
perubahan iklim (ha)
s. Dukungan pengujian dan Terlaksananya pengawasan dan pengujian benih Jumlah bibit yang tersertifikasi (dalam 1.000 batang) Program Peningkatan Produksi, Kementan
pengawasan mutu benih serta tanaman perkebunan Produktivitas Dan Mutu Tanaman
penerapan teknologi proteksi Perkebunan Berkelanjutan
Ø Jumlah bibit yang tersertifikasi (dalam 1.000 batang) 201.542 255.869 352,8
tanaman perkebunan

Terlaksananya penerapan teknologi proteksi tanaman · Eksplorasi dan invetarisasi koleksi, teknik
perkebunan perbanyakan/pengembangan pelepasan dan evaluasi
pemanfaatan musuh alami, agens hayati dan pestisida
nabati
Ø Jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan 19 25
(paket)

II.M-9
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
t. Peningkatan kuantitas dan kualitas Peningkatan kualitas dan kuantitas benih dan bibit · Peningkatan kuantitas semen (dosis) 2.700 4.000 Program Pencapaian Swasembada Kementan 1.021,0
benih/bibit dengan ternak (sapi potong, sapi perah, domba, kambing, ayam Daging Sapi Dan Peningkatan
mengoptimalkan sumber daya buras itik) yang bersertifikat melalui:
buras, Penyediaan Pangan Hewani Yang
lokal Aman, Sehat, Utuh Dan Halal
· Penguatan kelembagaan perbibitan yang · Peningkatan produksi embrio 400 700
menerapkan Good Breeding Practices
· Peningkatan penerapan standar mutu benih dan · Bibit sapi 2.625 4.150
bibit ternak
· Peningkatan penerapan teknologi perbibitan · Bibit unggas lokal 60.000 84.800

· Pengembangan usaha dan investasi perbibitan · Bibit kambing/domba 2.000 2.820

II.M-10
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
u. Peningkatan produksi ternak Meningkatnya populasi dan produksi ternak Peningkatan produksi dan produktivitas ternak (sapi ekor) 21.000 31.625 Program Pencapaian Swasembada Kementan 2.418,7
ruminansia dengan pendayagunaan ruminansia Daging Sapi Dan Peningkatan
sumber daya lokal Penyediaan Pangan Hewani Yang
Swasembada daging sapi (share produk dalam negeri %) 76 90 Aman, Sehat, Utuh Dan Halal

Pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk organik dan 0 10.000


pemberian paket bantuan sosial pupuk organik (rumah
kompos) (Dampak Perubahan Iklim)

Pengembangan dan pembinaan Biogas Asal Ternak Bersama 100 300


Masyrakat (BATAMAS) terutama di sentra terpencil dan
padat ternak (unit) (Dampak Perubahan Iklim)

Pengembangan integrasi ternak dan tanaman melalui 75 110


pengelolaan kotoran ternak (padat dan cair) menjadi pupuk
organik dan pengolahan limbah tanaman untuk ternak
terutama di sentra perkebunan, tanaman pangan dan holti
kulture (kelompok) (Dampak Perubahan Iklim)

II.M-11
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
v. Peningkatan produksi ternak non Meningkatnya populasi dan produksi, serta Pengembangan kelompok unggas lokal 230 470 Program Pencapaian Swasembada Kementan 611,4
ruminansia dengan pendayagunaan meningkatnya pendayagunaan sumber daya lokal Pengembangan kelompok non unggas 28 72 Daging Sapi Dan Peningkatan
sumber daya lokal ternak non ruminansia Penyediaan Pangan Hewani Yang
Pengembangan pakan ternak 25 70
Aman, Sehat, Utuh Dan Halal
Pengembangan alsin ternak 50 45
w. Pengendalian dan penanggulangan Penguatan kelembagaan kesehatan hewan Penguatan otoritas veteriner melalui Puskeswan dan lab (unit) 110 140 Program Pencapaian Swasembada Kementan 1.148,2
penyakit hewan menular strategis Daging Sapi Dan Peningkatan
dan penyakit zoonosis Penyediaan Pangan Hewani Yang
Perlindungan hewan terhadap penyakit eksotik Terlaksananya vaksinasi dan pengobatan thd penyakit hewan 100 140 Aman, Sehat, Utuh Dan Halal
(juta dosis)

Terjaminnya mutu obat hewan Terlaksananya pengambilan dan pemeriksaan sampel dlm 200 280
rangka survailance PHMSZE (ribu sampel)

Terlaksananya produksi dan pendaftaran dan pengawasan 250 350


obat hewan yang beredar di Indonesia (produk/merek)

x. Perluasan areal pertanian Meningkatnya luasan areal baru lahan pertanian dalam Luasan (Ha) perluasan areal Tanaman pangan (sawah dan 32.505 2.000.000 K) Program Penyediaan dan Kementan 13.085,8
mendukung peningkatan produksi pertanian lahan kering), hortikultura, perkebunan Dan kawasan PengembanganPrasarana Dan
peternakan Sarana Pertanian
y. Pengelolaan air untuk pertanian Meningkatnya ketersediaan air irigasi untuk pertanian Tersedianya (unit) pengembangan sumber air alternatif skala 1.005 7.085 Program Penyediaan dan Kementan 3.649,7
kecil (melalui irigasi pedesaan, pengembangan sumber air PengembanganPrasarana Dan
tanah, pompanisasi air permukaan) yang berfungsi. Sarana Pertanian

Tersedianya optimasi pemanfaata Air irigasi (melalui 108.486 2.000.000 K)

perbaikan JITUT/JIDES dan pengembangan TAM) yang


berfungsi (ha)

II.M-12
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Tersedianya (unit) pengembangan konservasi air (melalui 464 18.799 K)

pengembangan Embung, chek dam, sumur resapan,


Antisipasi kekeringan dan banjir) yang berfungsi

z. Pengembangan pengelolaan lahan Meningkatnya produktivitas lahan pertanian, dan Terlaksananya Lahan yang dioptimasi, dikonservasi, 25.709 74.648 Program Penyediaan dan Kementan 2.979,7
pertanian prasarana Jalan Usaha Tani/Jalan Produksi serta direhabilitasi dan direklamasi PengembanganPrasarana Dan
pengendalian lahan untuk mendukung peningkatan K)
Sarana Pertanian
konservasi DAS Hulu 160.000 Ha (Adaptasi Iklim) 9.600 160.000
produksi pertanian
Terbangunnya Rumha kompos 6.500 unit 235 6.500 K)

Terlaksananya Pengembangan System of Rice Intensificaion 62 2.000 K)

2000 paket (adaptasi iklim)


Tersedianya data bidang tanah petani yang disertifikasi 726 200.000 K)

200.000 persil
Tersedianya jalan sepanjang 12.500 km untuk JUT dan jalan 952 12.500 K)

produksi, serta tersedianya data bidang tanah petani yang


layak disertifikasi
aa. Pengembangan penangangan pasca Meningkatnya penanganan pasca panen hasil pertanian Jumlah kelompok tani yang menerapkan penangnan pasca 1.800 poktan/ 2.520 poktan Program Peningkatan Nilai Tambah Kementan 328,8
panen pertanian panen sesuai GHP dan standar mutu gapoktan gapoktan / Daya Saing, Industri Hilir,
Pemasaran Dan Ekspor Hasil
Pertanian

II.M-13
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
bb. Pengembangan ketersediaan dan Meningkatnya pemantapan ketersediaan pangan dan Jumlah Desa Mandiri Pangan yang dikembangkan. 1.750 Desa 5.000 Desa Program Peningkatan Diversifikasi Kementan 982,6
penanganan rawan pangan penanganan rawan pangan Dan ketahanan Pangan Masyarakat
Jumlah Lumbung Pangan yang dikembangkan
dikembangkan. 800 Lb 2 500 Lb
2.500

Lokasi Rawan Pangan. 350 450


kab kab
Tersedianya Data dan Informasi tentang ketersediaan, 33 33
cadangan dan daerah rawan pangan. Prop Prop

Terlaksananya pemantauan dan pemantapan ketersediaan 33 33


dan kerawanan pangan. Prop Prop
cc. Penelitian Dan Pengembangan Meningkatkan Inovasi Teknologi Peternakan dan Jumlah rekomendari pembangunan peternakan dan veteriner, 10 10 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 511,3
Peternakan Dan Veteriner Veteriner Mendukung Program Percepatan Produksi diseminasi, promosi, publikasi hasil penelitian dan koordinasi Varietas Unggul Berdaya Saing
Swasembada Daging Sapi (P2SDS) dengan stakeholders

II.M-14
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah SDG peternakan, TPT dan veteriner yang 112 112
dikonservasi dan dikarakterisasi

Jumlah galur baru ternak dan TPT yang dihasilkan 6 8

Jumlah inovasi peternakan, TPT dan veteriner yang dihasilkan 22 25


dan dialihkan/didesiminasikan kepada pengguna

dd. Penelitian/Analisis Sosial Ekonomi Hasil penelitian/ analisis sosial ekonomi dan Jumlah rekomendasi kebijakan tentang Penguatan daya saing 12 12 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 98,7
Dan kebijakan Pertanian rekomendasi kebijakan pertanian dan perlindungan usaha pertanian; Pengelolaan sumber daya Varietas Unggul Berdaya Saing
pertanian dan pembangunan infrastruktur pertanian;
Pengembangan kelembagaan dan paraturan mendorong iklim
usaha yang kondusif; Makro ekonomi mendorong
pertumbuhan sektor pertanian; Pembangunan pertanian dan
perdesaan

ee. Penelitian dan pengembangan Meningkatnya inovasi teknologi pascapanen Jumlah teknologi penanganan segar produk hortikultura 5 2 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 93,3
pascapanen pertanian danpengembangan produk hasil pertanian Varietas Unggul Berdaya Saing
Jumlah produk diversifikasi pangan dan substitusi pangan 6 8
impor
· Jumlah produk pengembangan/ product development 2 10
untuk peningkatan nilai tambah

II.M-15
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
ff. Penelitian dan pengembangan Peningkatan inovasi teknologi tanaman pangan Jumlah varietas unggul baru padi, serealia, kacang-kacangan 5-6 14 - 15 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 657,3
tanaman pangan mendukung ketahanan dan kemandirian pangan & umbi-umbian Varietas Unggul Berdaya Saing
J l h tteknologi
· Jumlah k l i budidaya,
b did panen d
dan pasca panen 5 8
primer
· Jumlah aksesi sumber daya genetik (SDG) padi, 800 800
serealia, kacang-kacangan dan umbi-umbian terkoleksi,
teridentifikasi dan terkonservasi untuk perbaikan sifat
varietas

· Jumlah produksi benih sumber (BS, FS) padi, serealia, BS 10 ton FS BS 15 ton FS
kacang-kacangan dan umbi-umbian dengan SMM ISO 20 ton 20 ton
9001-2000

gg. Penelitian dan pengembangan Peningkatan inovasi tek. tan. perkebu-nan untuk Jumlah varietas/klon unggul tanaman perkebunan 10 15 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 579,8
tanaman perkebunan meningkatkan produktivitas, diversifikasi dan nilai Varietas Unggul Berdaya Saing
Jumlah teknologi untuk peningkatan produktivitas tanaman 42 52
tambah tan. perkebunan
perkebunan
Jumlah produk olahan tanaman perkebunan 20 33

II.M-16
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
hh. Pengembangan perpustakaan dan Meningkatnya penyebaran teknologi hasil litbang Jumlah judul jurnal primer dan publikasi bibliografis (judul) 13 13 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 78,1
penyebaran teknologi pertanian pertanan mendukung ketahanan dan kemandirian Varietas Unggul Berdaya Saing
J l h perpustakaan
Jumlah k yang dibi d ditata
dibina dan di (Uk/UPT) 65 65

Jumlah tambahan koleksi 30 jdl/3 dtbase 50 jdl/ 4


dtbase
Jumlah kegiatan diseminasi dan perpustakaan (keg) 8 8

ii. Penelitian/perekayasaan dan Meningkatnya inovasi dan adopsi teknologi Inovasi teknologi dan sistem mekanisasi pertanian untuk 4 4 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 82,2
pengembangan mekanisasi mekanisasi pertanian untuk peningkatan produktiifitas, peningkatan; produktivitas, efisiensi, kualitas, nilai tambah Varietas Unggul Berdaya Saing
pertanian efisiensi dan nilai tambah produk pertanian dan komoditas utama pertanian dan limbahnya
limbahnya

Kerjasama litbang mektan serta bahan rekomendasi 3 3


kebijakan (paket)
Prototipe alsin yang didiseminasikan (Paket) 1 1

II.M-17
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
jj. Penelitian dan pengembangan Peningkatan inovasi dan adopsi hasil bioteknologi dan Jumlah aksesi SDGP dan database yang dikonservasi atau 2250 aksesi; 4 2250 aksesi; 4 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 173,1
bioteknologi dan sumber daya pemanfaatan sumberdaya genetik pertanian (SDGP) diremajakan dtbase dtbase Varietas Unggul Berdaya Saing
ik i k d k k h d i k J l h varietas
Jumlah i l harapan
atau galur h di kkedelai,
padi, d l i ddan jjagung 51 galur
l 5 Galur
G l
berproduktivitas tinggi dan berumur genjah kedelai dan transgenik
padi; 3 (LUT)
populasi baru
padi; 6 galur
transgenik

Jumlah galur harapan gandum tropis Galur gandum


adaptif iklim
LUT

Jumlah galur padi dan jagung efisien penggunaan pupuk 125 galur 2-4 varietas
sintetik calon hibrida unggul hibrida
jagung unggul jagung Galur
padi
transgenik

Jumlah biofertilizer untuk padi dan tebu 20 isolat 1 biofertilizer


potensial tebu
biofertilizer

II.M-18
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah tanaman manggis dan durian tanpa biji 2 metode Bahan
regenerasi dan sambungan
transformasi

Jumlah peta gen sifat-sifat penting pada kelapa sawit, jarak 7 sekuens -
pagar dan sapi whole genom

kk. Pengkajian dan Percepatan Pengembangan teknologi perta-nian serta pembinaan Jumlah koordinasi penyusunan penganggaran, pelaksanaan 10 10 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 1.934,7
Diseminasi Inovasi Teknologi dan koordinasi kegiatan Balai Pengkajian Tekno-logi dan monev kegiatan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Varietas Unggul Berdaya Saing
Pertanian Pertanian (koordinasi)

Jumlah advokasi teknis dan kebijakan operasional 34 69


pembangunan pertanian wilayah, regional, dan nasional
(advokasi)

Jumlah adaptasi teknologi spesifik lokasi (teknologi) 64 96

Jumlah diseminasi inovasi pertanian (kegiatan) 329 446

II.M-19
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
ll. Penelitian dan Pengembangan Meningkatnya inovasi teknologi tan.hortikultura Jml VUB yang diminati knsumen 40 1032 Program Penciptaan Teknologi Dan Kementan 377,3
hortikultura mendukung pengembangan kawasan hortikutura Jumlah PN yang terkonservasi dan terkarakterisasi 20 Bw, 455 600 acc 4100 Varietas Unggul Berdaya Saing
acc, 3925
Jml benih sumber :
Sayuran 20.000 GO 20 28.000 GO 40
ton ton

VUB buah trop dan sub trop 14335 batang 18700 batang

Aksesi mutasi buah trop 960 960

Planlet, benih, stek tan hias 151800 254000

Jumlah benih batas bawah dan batas atas hasil SE 100.000 5.000.000
Jumlah teknologi prod hortikultura ramah lingkungan 12 12

II.M-20
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
mm. Peningkatan kualitas Pelayanan Pelayanan karantina pertanian dan pengawasan Vol. dan frek. operasional karantina pertanian dan 350 450 Program Peningkatan kualitas Kementan 1.476,4
karantina Pertanian dan keamanan hayati yang efektif pengawasan keamanan hayati (ribu - sertifikasi karantina) Pengkarantinaan Pertanian Dan
Pengawasan keamanan Hayati
Hayati. Pengawasan keamanan Hayati
Tingkat kesesuaian tindakan karantina dan operasional 100% 100%
pengawasan keamanan hayati terhadap kebijakan teknis
operasional yang ditetapkan.
50% 50%
Tingkat penurunan NNC (Notification of Non Compliance )
75% 90%
Peningkatan Indesk kepuasan dan kepatuhan pengguna jasa
nn. Pelayanan perizinan dan investasi Peningkatan penerimaan penyiapan bahan analisa, Jumlah ijin usaha pertanian, ijon pemasukan/pengeluaran 2.500 5.000 Program Dukungan Manajemen Kementan 64,1
pertanian fasilitas proses teknis permohonan ijin, pendaftaran di benih/bibit, obat hewan dan pakan ternak, produk ternak dan Dan Pelaksanaan Tugas Teknis
bidang pupuk, pestisida dan alat mesin pertanian, agensia hayati, serta rekomendasi produk pangan Lainnya Departemen Pertanian
benih/bibit, produk ternak dan pangan segr serta
penyiapan bahan pemantauan dan evaluasi

Bahan informasi dan bahan kebijakan pengembangan 1 1


investasi pertanian (publikasi, pameran, bahan analisis untuk)
kebijakan pertanian) (paket)

II.M-21
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
oo. Pengembangan perlindungan dan Meningkatnya kinerja pelayanan teknis perlindungan - Jumlah Permohonan hak PVT 30 39 Program Dukungan Manajemen Kementan 38,7
pendaftaran varietas tanaman varietas tanaman Dan Pelaksanaan Tugas Teknis
- Jumlah pendaftaran varietas tanaman 100 109 Lainnya Departemen Pertanian

- Jumlah pelayanan Uji BUSS 40 32

- Jumlah penerbitan sertifikat hak PVT 27 33

- Jumlah penanaman varietas tanaman 130 139

pp. Pengelolaan Sumber Daya Ikan Meningkatnya Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) • Jumlah lokasi pemantauan dan evaluasi perlindungan dan · 6 prov 33 prov Program Pengembangan dan KKP 354,6
(SDI) yang terjamin ketersediaan sumber daya ikan dengan pengkayaan SDI Pengelolaan Perikanan Tangkap
data dan pengelolaan pemanfaatan yang terintegrasi,
akuntabel dan tepat waktu.
• Jumlah ekosistem PUD yang teridentifikasi (8 prov per 8 prov 40 prov K)

tahun)
• Jumlah peraian teritorial dan kepulauan yang teridentifikasi 1 WPP 11 WPP
sumber dayanya 33 prov

• Jumlah ZEEI yang teridentifikasi sumber dayanya 11 prov 27 prov K)

Pembinaan dan Pengembangan Terwujudnya kecukupan kapal perikanan Indonesia Jumlah dan jenis kapal penangkap ikan yang memenuhi 500 unit 700 unit Program Pengembangan dan KKP 384,0
qq. Kapal Perikanan, Alat Penangkap (yang laik laut, laik tangkap dan laik simpan), alat standar laik laut, laik tangkap dan laik simpan Pengelolaan Perikanan Tangkap
Ikan, dan Pengawakan Kapal penangkap ikan (yang sesuai SNI) dan pengawakan
Perikanan yang memenuhi standar di setiap WPP
Jumlah alat penangkap ikan dan alat bantu penangkapan ikan 600 unit 2.929 unit
yang memenuhi standar

II.M-22
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah awak kapal perikanan yang memenuhi standar 60 orang 240 orang
kompetensi

rr. Pengembangan Pembangunan dan Meningkatnya pembangunan dan pencapaian standar Jumlah pelabuhan perikanan dengan fokus pembangunan di 968 unit 988 unit Program Pengembangan dan KKP 6.084,8
Pengelolaan Pelabuhan Perikanan pelayanan prima di pelabuhan perikanan dengan lingkar luar dan daerah perbatasan yang potensial Pengelolaan Perikanan Tangkap
fasilitas penunjang produksi, pengolahan, pemasaran
dan kesyahbandaran yang sesuai standar.
Jumlah penyiapan pembangunan pelabuhan perikanan sesuai 35 Lokasi 190 Lokasi K)

dengan rencana induk


Jumlah pelabuhan perikanan yang mempunyai Wilayah Kerja 10 50
Operasional Pelabuhan Perikanan (WKOPP)

ss. Pelayanan Usaha Perikanan Meningkatnya pelayanan prima dan ketertiban usaha Jumlah keabsahan dan kelengkapan dokumen usaha 8.000 SIUP, 12.000 SIUP, Program Pengembangan dan KKP 200,9
Tangkap yang Efisien, Tertib, dan perikanan tangkap sesuai ketersediaan SDI di setiap perikanan tangkap SIPI/SIKPI SIPI/SIKPI Pengelolaan Perikanan Tangkap
Berkelanjutan WPP secara akuntabel dan tepat waktu.

Jumlah pelaku usaha perikanan tangkap yang memenuhi 2.500 4.500


kewajiban sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Jumlah kapal dan jenis alat penangkap ikan yang 4.900 SIPI 8.900 SIPI
diperbolehkan sesuai dengan ketersediaan sumber daya ikan
di setiap WPP

II.M-23
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
tt. Pengembangan Usaha Jumlah kawasan potensi perikanan tangkap yang Jumlah kawasan minapolitan potensi perikanan tangkap yang 1 PP 1 PP Program Pengembangan dan KKP 454,1
Penangkapan Ikan dan menjadi kawasan Minapolitan dengan usaha yang memiliki Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang Mandiri. 5 PPI 5 PPI Pengelolaan Perikanan Tangkap
Pemberdayaan Nelayan Skala bankable serta realisasi investasi usaha perikanan
Kecil tangkap.
Jumlah Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang Mandiri. 999 KUB 1.800 KUB

Jumlah usaha perikanan tangkap yang memenuhi kelayakan 999 KUB 1.800 KUB
usaha dan bankable
uu. Pengembangan Sistem Produksi Meningkatnya produksi perikanan budidaya dengan Jumlah produksi perikanan budidaya air tawar. 1,4 juta ton 4,6 juta ton Program Peningkatan Produksi KKP 620,8
Pembudidayaan Ikan mutu terjamin dan data akurat. Perikanan Budidaya
Jumlah produksi perikanan budidaya air payau. 1.137.920 ton 2.022.220 ton

Jumlah produksi perikanan budidaya laut 2.846.475 ton 10.288.175


ton
Jumlah usaha perikanan budidaya yang bersertifikat dan 1.000 unit 7.000 unit
memenuhi standar.
vv. Pengembangan Sistem Perbenihan Terpenuhinya kebutuhan benih untuk produksi dan Jumlah produksi induk unggul. 6,5 juta ekor 52,2 juta ekor K) Program Peningkatan Produksi KKP 534,3
Ikan pasar dengan mutu terjamin dan data akurat. induk induk Perikanan Budidaya
267.280 ton 2,7 juta ton K)

(2.784 unit
kebun bibit)

51 unit 404 unit K)


Jumlah unit perbenihan yang bersertifikat dan benih yang
memenuhi standar

II.M-24
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
ww. Pengembangan Sistem kesehatan kawasan perikanan budidaya yang sehat serta produk Jumlah laboratorium uji yang memenuhi standar teknis. Lab. kualitas Lab. Kualitas Program Peningkatan Produksi KKP 678,3
Ikan dan Lingkungan perikanan yang aman dikonsumsi. air : 25 unit air : 48 unit Perikanan Budidaya
Pembudidayaan Ikan kawasan
perikanan budidaya yang sehat
serta produk perikanan yang aman Lab. HPI Lab. HPI : 35
dikonsumsi. (hama unit
penyakit ikan)
: 20 unit

Lab. Residu : Lab. Residu :


9 unit 25unit

Jumlah kawasan perikanan budidaya yang sehat serta 350 kab 450 kab
persentasi jenis biota perairan yang dikonservasi.

II.M-25
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
xx. Pengembangan Sistem Usaha kawasan potensi perikanan budidaya menjadi kawasan Jumlah kelompok usaha perikanan budidaya yang memenuhi 157 kelompok 3.388 Program Peningkatan Produksi KKP 466,4
Pembudidayaan Ikan Minapolitan dengan usaha yang bankable. standar kelembagaan dan jumlah tenagakerja yang memiliki kelompok Perikanan Budidaya
kopetensi
kopetensi. 394 orang 2 364 orang
2.364
Jumlah usaha perikanan budidaya yang memperoleh SNI serta 936 unit usaha 4.948 unit
jumlah lembaga sertifikasi yang terakreditasi usaha
19 Lab uji 43 Lab uji
3 LSSM
(lembaga
sertifikat
sistem mutu)

15 LSSM
yy. Pengembangan Sistem Prasarana kawasan perikanan budidaya yang memiliki prasarana Luas lahan budidaya sesuai target produksi disertai data 1.115.666 Ha, 1.365.416 Ha, Program Peningkatan Produksi KKP 667,5
dan Sarana Pembudidayaan Ikan dan sarana sesuai kebutuhan. potensi yang akurat. 70 potensi 150 potensi Perikanan Budidaya
kawasan kawasan

zz. Pengawalan dan Penerapan Sentra produksi perikanan budidaya yang memiliki Persentase unit usaha yang mendapatkan pelayanan sertifikasi 100% 100% Program Peningkatan Produksi KKP 1.109,5
Teknologi Terapan Adaptif komoditas unggulan dan menerapkan teknologi sesuai standar dengan informasi yang akurat. Perikanan Budidaya
Perikanan Budidaya inovatif.
aaa. Penelitian dan Pengembangan Wilayah perairan Indonesia yang teridentifikasi potensi Jumlah rekomendasi pengelolaan 6 buah 23 buah K) Program Penelitian dan KKP 413,0
IPTEK Perikanan Tangkap produksi, karakteristik, kebutuhan konservasi SDInya Pengembangan IPTEK kelautan dan
serta jumlah inovasi teknologi dan rekomendasi Perikanan
pengelolaannya.

II.M-26
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
bbb. Penelitian dan Pengembangan HKI (Hak kekayaan Intelektual), rekomendasi, inovasi Jumlah rekomendasi yang meningkatkankan efisiensi 5 25 K) Program Penelitian dan KKP 434,4
IPTEK Perikanan Budidaya teknologi dan produk biologi yang meningkatkan produksi, ragam varietas baru/unggul, kualitas dan keamanan Pengembangan IPTEK kelautan dan
produksi ragam,
efisiensi produksi, ragam kualitas dan keamanan komoditas unggulan Perikanan
komoditas unggulan.

ccc Peningkatan Pengelolaan Hutan Peningkatan produksi hutan tanaman Penambahan areal ijin usaha pemanfaatan hutan tanaman 450.000 ha 3.000.000 ha Peningkatan Pemanfaatan Hutan Kemenhut 249,5
Tanaman (HTI/HTR) seluas 3 juta ha Produksi

Penambahan areal tanaman pada hutan tanaman (HTI/HTR) 450.000 ha 2.650.000 ha


seluas 2,65 juta ha.

Sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari pada 50 unit 5 unit 50 unit


manajemen hutan tanaman

Terbangunnya Silvo Pastura seluas 50.000 ha 10.000 ha 50.000 ha

II.M-27
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
ddd Peningkatan Pengelolaan Hutan Peningkatan produksi hutan alam Produksi hasil hutan kayu/bukan kayu/jasa lingkungan 1% 5% Peningkatan Pemanfaatan Hutan Kemenhut 275,7
Alam Produksi sebesar 5 % Produksi

Unit IUPHHk bersertifikat PHPL meningkat 50 % 10% 50%

50% produksi penebangan bersertifikat Legalitas kayu 10% 50%

Pengelolaan LOA oleh IUPH-RE seluas 2,5 juta Ha 300.000 ha 2.500.000 ha

eee. Peningkatan perencanaan areal hutan produksi tertata baik dalam kesatuan Terbentuknya KPHP pada seluruh kawasan hutan produksi 20% 100% Peningkatan Pemanfaatan Hutan Kemenhut 100,5
pengelolaan hutan produksi pengelolaan hutan produksi (KPHP) maupun unit-unit Produksi
usaha pemanfaatan hutan produksi Tersedianya areal calon/usulan pemanfaatan hutan produksi 20% 100%
dalam bentuk unit-unit usaha pada 26 provinsi.

fff Peningkatan usaha industri primer Peningkatan ekspor industri hasil hutan Pemenuhan bahan baku dari hutan tanaman dan limbah 15% 75% Peningkatan Pemanfaatan Hutan Kemenhut 121,7
kehutanan meningkat 75% Produksi
Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu 10% 50%
meningkat 50%
Efisiensi penggunaan bahan baku industri meningkat sebesar 2% 10%
10% (rata-rata 2% per tahun)

II.M-28
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
ggg. Pengembangan Perhutanan Sosial Meningkatnya pengelolaan hutan melalui Fasilitasi penetapan areal kerja pengelolaan hutan 400.000 Ha 2.000.000 Ha Peningkatan Fungsi dan Daya Kemenhut 6.239,2
pemberdayaan masyarakat kemasyarakatan (Hkm) seluas 2 juta ha Dukung DAS berbasis
F ilit i 500 kelompok/unit
Fasilitasi k l k/ it ijin
iji usaha
h pengelolaan
l l Hk
Hkm kl k
100 klpk kl k
500 klpk Pemberdayaan Masyarakat

Fasilitasi 50 unit kemitraan usaha Hkm 10 Unit 50 Unit


Fasilitasi dukungan kelembagaan ketahanan pangan di 32 4 Prov 32 Prov
provinsi
Fasilitasi pembangunan hutan rakyat kemitraan untuk 50.000 Ha 250.000 Ha
bahan baku kayu industri pertukangan seluas 250.000 Ha

Fasilitasi pembentukan dan berfungsinya sentra HHBK 6 kab 30 kab


Unggulan di 30 kabupaten
Areal kerja hutan desa seluas 500.000 ha 100.000 Ha 500.000 Ha
2. PENINGKATAN EFISIENSI Membaiknya distribusi bahan pangan antar wilayah Nilai fluktuasi harga pangan; 1.185,6
SISTEM DISTRIBUSI DAN
STABILISASI HARGA
Terkendalinya harga pangan pokok pada tingkat yang Perbedaan harga bahan pangan antar wilayah;
PANGAN
terjangkau masyarakat luas

Perbedaan harga bahan pangan antar waktu;


Jumlah dan persentase peningkatan cadangan beras
pemerintah.

II.M-29
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
a. Pengembangan pemasaran Meningkatnya pemasaran hasil pertanian Jumlah kelembagaan pemasaran bagi petani (pasar) 186 223 Program Peningkatan Nilai Tambah Kementan 386,9
domestik Jumlah hasil pertanian yang diserap pasar dalam negeri 0% 5% Daya Saing, Industri Hilir,
Pemasaran Dan Ekspor Hasil
b. Pengembangan Sistem Distribusi Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) (Gap) 750 2.000 P t i Peningkatan Diversifikasi Kementan
Program 798,7
dan Stabilitas Harga Pangan. pangan. Dan ketahanan Pangan Masyarakat
Tersedianya data dan informasi tentang distribusi, harga 33 33
dan akses pangan. (prop)
Terlaksananya pemantauan dan pemantapan distribusi, 33 33
harga dan akses pangan.
3. PENINGKATAN · Meningkatnya kecenderungan dan kualitas · Persentase penurunan dan jumlah penduduk rawan pangan; 2.526,7
PEMENUHAN KEBUTUHAN konsumsi pangan masyarakat
KONSUMSI PANGAN
· Meningkatnya keragaman konsumsi pangan · Persentase dan jumlah wilayah rawan pangan;
· Tingkat konsumsi energi dan protein;
· Nilai/skor Pola Pangan Harapan (PPH);

· Persentase dan jumlah unit pengolahan pangan yang


berbasis sumberdaya pangan lokal;

II.M-30
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
a. Penjaminan pangan asal hewan Penguatan peran dan fungsi lembaga otoritas veteriner Jumlah kebijaka kesmavet (pedoman) 25 31 Program Pencapaian Swasembada Kementan 1.059,7
yang aman dan halal serta Daging Sapi Dan Peningkatan
pemenuhan persyaratan produk Penyediaan Pangan Hewani Yang
hewan non pangan Peningkatan jaminan produk hewan ASUH dan daya Aman, Sehat, Utuh Dan Halal
saing produk hewan

Tersosialisasikannya resiko residu dan cemaran pada Pertumbuhan terpenuhinya persyaratan dan standar keamanan 169 400
produk hewan serta zoonosis kepada masyarakat dan dan mutu produk hewan pangan dan non pangan
tersedianya profil keamanan produk hewan nasional (RPU,RPH,RPB,TPU,KIOS DAGING,TPS) Unit
serta peta zoonosis

Peningkatan penerapan kesrawan di RPH/RPU Jumlah lab yang dibina (unit) 35 41


b. Peningkatan Sistem karantina kebijakan teknis karantina Tumbuhan yang efektif · Jml Rumusan kebijakan teknis operasional karantina 3 3 Program Peningkatan kualitas Kementan 39,5
Tumbuhan dalam operasional pencegahan masuk dan tumbuhan yang dihasilkan/disempurnakan dan dapat Pengkarantinaan Pertanian Dan
menyebarnya OPTK berimplementasi (paket) Pengawasan keamanan Hayati

II.M-31
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
c. Peningkatan Sistem karantina kebijakan teknis karantina Hewan yang efektif dalam · Jumlah Rumusan kebijakan teknis operasional 3 3 Program Peningkatan kualitas Kementan 39,5
Hewan operasional pencegahan masuk, menyebar dan karantina hewan yang dihasilkan/disempurnakan dan dapat Pengkarantinaan Pertanian Dan
HPHk
keluarnya HPHk. berimplementasi (paket) Pengawasan keamanan Hayati

d. Pengembangan Meningkatnya pemantapan penganekara-gaman · Desa P2KP (Percepatan penganekaragaman konsumsi 2.000 10.000 Program Peningkatan Diversifikasi Kementan 994,3
penganekaragaman konsumsi konsumsi pangan dan keamanan pangan pangan. (desa) Dan ketahanan Pangan Masyarakat
pangan dan peningkatan keamanan · Promosi penganekaragaman konsumsi pangan dan 383 Pusat/ 484 Pusat/
pangan segar keamanan pangan Prov/kab Prov/kab
· Penanganan keamanan pangan tingkat produsen dan 33 Prop 429 kab
konsumen
· Terlaksananya pemantauan dan pemantapan 33 33
penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan
pangan (prov)

· Tersedianya data dan informasi tentang pola konsumsi, 33 33


penganekaragaman dan keamanan pangan (prov)

· Tersedianya data dan informasi tentang pola konsumsi, 33 33


penganekaragaman dan keamanan pangan segar (prov)

II.M-32
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
e. Fasilitasi Pengembangan Jaminan Meningkatnya unit penanganan, pengolahan dan Jumlah laboratorium sertifikasi yang memiliki sarana 17 lab 40 lab K) Program Peningkatan Daya Saing KKP 233,8
Mutu dan keamanan Hasil distribusi hasil perikanan yang memperoleh sertifikasi prasarana sesuai standar mutu laboratorium Produk Perikanan
Perikanan sesuai standar nasional dan internasional K)
Jumlah kegiatan penanganan, pengolahan, distribusi dan 179 SNI 1.095 SNI
pengujian mutu hasil perikanan yang memperoleh SNI dan
persyaratan internasional

f. Fasilitasi Penguatan dan Meningkatnya jumlah desa yang memiliki pasar yang Jumlah pelelangan ikan dan pasar ikan yang berfungsi sesuai 18 TPI 271 TPI K) Program Peningkatan Daya Saing KKP 590,9
Pengembangan Pemasaran Dalam mampu memfasilitasi penjualan hasil perikanan dan standar Produk Perikanan
Negeri Hasil Perikanan tingkat konsumsi ikan 7.061 pasar 35 ribu pasar K)

Jumlah lokasi pelaksanaan kegiatan Gemarikan (Gerakan 33 provinsi 33 provinsi


Memasyarakatkan Makan Ikan)

II.M-33
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
g Pengembangan dan Pembinaan Pengembangan dan Pembinaan Perkarantinaan Ikan Persentase media pembawa hama penyakit ikan impor, ekspor 63.34% 83.34% Program Peningkatan Dukungan KKP 1.702,0
Perkarantinaan Ikan dan antar area yang bebas hama penyakit ikan karantina Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
dengan laboratorium karantina yang sesuai standar OIE dan Teknis Lainnya KKP
SNI
4. PENINGKATAN NILAI Meningkatnya ekspor hasil –hasil pertanian, perikanan Laju pertumbuhan ekspor hasil pertanian, perikanan dan 1.178,0
TAMBAH, DAYA SAING, DAN dan kehutanan kehutanan
PEMASARAN PRODUK
PERTANIAN, PERIKANAN
Berkembangnya usaha pengolahan hasil pertanian, Jumlah usaha pengolahan hasil pertanian, perikanan dan
DAN KEHUTANAN
perikanan dan kehutanan kehutanan yang bernilai tambah dan berdaya saing

a. Pengembangan mutu dan Meningkatnya mutu dan keamanan pangan hasil Jumlah usaha pasca panen dan pengolahan yang menerapkan 330 unit + 54 330 unit + 54 Program Peningkatan Nilai Tambah Kementan 303,0
standardisasi pertanian pertanian sistem jaminan mutu. unit organik unit organik Daya Saing, Industri Hilir,
Pemasaran Dan Ekspor Hasil
Jumlah pengujian mutu alat mesin pertanian 42 sertifikat 42 sertifikat Pertanian
b. Pengembangan pengolahan hasil Berkembangnya pengolahan hasil pertanian yang Jumlah usaha pengolahan hasil pertanian yang bernilai 11200 4000 Program Peningkatan Nilai Tambah Kementan 777,5
pertanian berkelanjutan tambah dan berdaya saing (unit) Daya Saing, Industri Hilir,
Pemasaran Dan Ekspor Hasil
Pertanian
c. Pengembangan pemasaran Meningkatnya pemasaran internasional hasil pertanian Jumlah ekspor dan surplus neraca perdagangan hasil Meningkat Meningkat Program Peningkatan Nilai Tambah Kementan 278,5
internasional pertanian 15% dan 15% dan Daya Saing, Industri Hilir,
meningkat meningkat Pemasaran Dan Ekspor Hasil
30% 30% Pertanian

II.M-34
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
d. Pengembangan Sistem Imformasi kebijakan teknis pengawasan keamanan hayati yang Jml Rumusan kebijakan teknis operasional pengawasan 2 2 Program Peningkatan kualitas Kementan 70,0
dan Peningkatan sistem efektif dalam operasional pengawasan keamanan keamanan hayati yang dihasilkan/disempurnakan dan dapat Pengkarantinaan Pertanian Dan
Pengawasan keamanan Hayati hayati hewani dan Nabati; dan sistem informasi yang berimplementasi Pengawasan keamanan Hayati
optimal dalam mendukung operasional Program
Barantan
Tingkat kesiapan infrastruktur sistem informasi Barantan 40% 90%

Prosentase peningkatan akses informasi melalui jaringan ke 25% 25%


pusat data Barantan oleh instansi terkait, pengguna jasa dan
unit kerja lingkup Barantan

e. Peningkatan kualitas Penyelenggaraan laboratorium yang berkualitas dalam Jumlah teknik dan metoda tindakan karantina dan 4 5 Program Peningkatan kualitas Kementan 99,3
Penyelenggaraan laboratorium Uji mendukung efektifitas penilaian dan pengendalian pengawasan keamanan hayati yang diujicobakan dan Pengkarantinaan Pertanian Dan
Standar karantina Pertanian resiko ditempat pemasukkan dan pengeluaran dikembangkan Pengawasan keamanan Hayati

Jumlah sampel lab. yang diperiksa sesuai ruang lingkup 5.000 8.000
pengujian (Uji Standar, rujukan, konfirmasi dan profisiensi)

Jumlah laboratorium karantina yang diakreditasi 2 5


f Fasilitasi Pengembangan Industri Meningkatnya volume produk olahan hasil perikanan Jumlah sarana prasarana pengolahan sesuai target produksi 58 lokasi 84 lokasi Program Peningkatan Daya Saing KKP 245,5
Pengolahan Hasil Perikanan dengan kemasan dan mutu terjamin pengolahan Produk Perikanan
1. Jumlah sentra pengolahan 5 lokasi 25 lokasi K)

2. Volume produksi dari UKM 2,3 juta ton 2,8 juta ton

II.M-35
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
h Fasilitasi Penguatan dan Meningkatnya jumlah pangsa pasar ekspor perikanan Jumlah penambahan negara tujuan ekspor 3 5 Program Peningkatan Daya Saing KKP 94,1
Pengembangan Pemasaran Luar Produk Perikanan
Jumlah UKM binaan yang berpotensi ekspor 50 50
Negeri Hasil Perikanan

i Fasilitasi Pembinaan dan Meningkatnya jumlah nilai investasi (PMA dan Jumlah unit usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 430 UPI Program Peningkatan Daya Saing KKP 244,9
Pengembangan Sistem Usaha dan PMDN) bidang pengolahan dan pemasaran hasil yang memenuhi standar ketenagakerjaan sesuai SKKNI Produk Perikanan
Investasi Perikanan perikanan dan jumlah unit pengolahan ikan yang
memenuhi standar ketenagakerjaan
j. Peningkatan tertib peredaran hasil Penatausahaan hasil hutan dan iuran kehutanan · PNBP dari pemanfaatan hutan produksi meningkat sebesar 2% 10% Peningkatan Pemanfaatan Hutan Kemenhut 325,5
hutan dan iuran hasil hutan berjalan tertib sesuai ketentuan 10% Produksi
· Implementasi SIM PUHH secara online di seluruh unit 20% 100%
management IUPHHK dan IPHHK
k. Penelitian dan Pengembangan ketersediaan dan termanfaatkannya IPTEK dasar dan § Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan pada bidang 20% 100% Penelitian dan Pengembangan Kemenhut 109,7
Hasil Hutan terapan bidang pengolahan hasil hutan pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul Departemen Kehutanan
§ Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh 20% 100%
pengguna bidang pengolahan hasil hutan sebanyak 5 judul

l. Penelitian dan Pengembangan ketersediaan dan pemanfaatan IPTEk dasar dan terapan § Iptek dasar dan terapan bidang hutan tanaman dan hasil 20% 100% Penelitian dan Pengembangan Kemenhut 158,2
Peningkatan Produktivitas Hutan hutan tanaman hutan bukan kayu (HHBK) sebanyak 6 judul Departemen Kehutanan

§ Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh pengguna 20% 100%
bidang hutan tanaman dan HHBK sebanyak 6 judul

II.M-36
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
5. PENINGKATAN KAPASITAS Meningkatnya kemampuan dan mutu layanan · jumlah kelembagaan dan tenaga penyuluh pertanian, 2.926,4
MASYARAKAT PERTANIAN, penyuluhan bagi petani, petani hutan, nelayan dan perikanan, dan kehutanan
PERIKANAN DAN
PERIKANAN, pembudidaya ikan
KEHUTANAN

a Pemantapan sistem pelatihan Menumbuh kembangkan kelembagaan pelatihan dan jumlah kelembagaan UPT Pusat dan P4S yang 40 880 Program Pengembangan Sdm Kementan 968,1
pertanian kelembagaan petani terakreditasi Pertanian Dan kelembagaan Petani
Meningkatkan kualitas dan kuantitas ketenagaan
pelatihan pertanian
Mengembangkan pelatihan aparatur pertanian Jumlah aparatur pertanian yang ditingkatkan kompetensinya 17.010 27.983
melalui pelatihan (orang)

Mengembangkan pelatihan non aparatur pertanian Jumlah non aparatur pertanian yang ditingkatkan 14.491 24.678
kompetensinya melalui pelatihan(orang)

Meningkatkan penyelenggaraan pelatihan pertanian Persentase jumlah kegiatan yang mendukung 60 90


penyelenggaraan pelatihan pertanian yang dirancang dan
dianggarkan (%)

Mengembangkan kerjasama pelatihan pertanian Jumlah kegiatan kerjasama pelatihan dan prosentase jumlah 15 15
jenis pelatihan yang dirancang dan dilaksanakan (paket)

II.M-37
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
b Pemantapan sistem penyuluhan Menata dan menguatkan kelembagaan penyuluhan Jumlah kelembagaan penyuluhan pertanian yang terbentuk 245 491 Program Pengembangan Sdm Kementan 4.202,4
pertanian pertanian sesuai UU No. 16 Tahun 2006 tentang SP3k(Bakorluh dan Pertanian Dan kelembagaan Petani
Bapeluh)
Menumbuhkembangkan kelembagaan petani Jumlah kelembagaan petani (gapoktan) 28.304 72.000

Meningkatnya BPP model Jumlah BPP model 336 458


Meningkatkan kualitas dan kuantitas ketenagaan Jumlah ketenagaan penyuluhan pertanian yang ditingkatkan 27.393 72.000
penyuluh pertanian kualitas dan kuantitasnya(orang)

Meningkatkan mutu penyelenggaraan penyuluhan Persentase jumlah kegiatan yang mendukung 30 100
pertanian penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang dirancang dan
dianggarkan (%)

c Pelayanan pembiayaan Pertanian, Peningkatan realisasi penyaluran kredit program (KKP- Realisasi penyaluran kredit program untuk pertanian (KKP-E, 1,5 trilyun 2,5 trilyun Program Dukungan Manajemen Kementan 5.621,6
Pengembangan Usaha Agribisnis E dan KUR) pembiayaan komersial, pembiayaan KUR) danPelaksanaan TugasTeknis
Perdesaan (PUAP) dan Penguatan syariah, pengembangan sentra usaha pertanian Lainnya Departemen Pertanian
kelembagaan Ekonomi Perdesaan perdesaan, dan pengembangan Gapoktan PUAP Realisasi penyaluran pembiayaan Syariah dan pembiayaan 4 trilyun 8 trilyun
Melalui LM3 komersial untuk sektor pertanian

Jumlah sentra-sentra usaha pertanian di perdesaan 200 200

Jumlah Gapoktan PUAP (unit) 10.000 10.000


d. Pelatihan kelautan dan Perikanan Terselenggaranya pelatihan yang sesuai standar serta Jumlah lulusan pelatihan yang sesuai standar serta jumlah 6.160 15.000 Program Pengembangan SDM KKP 347,6
persentase lulusan yang meningkat kinerjanya sesuai lulusan yang meningkat kinerjanya sesuai standar kompetensi masyarakat masyarakat Kelautan dan Perikanan
standar kompetensi dan kebutuhan pasar dan kebutuhan pasar 1.103 aparatur 2200 aparatur

II.M-38
BIDANG PEMBANGUNAN : SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan

FOKUS TOTAL
PRIORITAS KEMENTERIAN/ ALOKASI
SASARAN TARGET
NO /KEGIATAN INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA ANGGARAN
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) 2010-2014
PRIORITAS TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
e Penyuluhan kelautan dan Meningkatnya kawasan potensi perikanan yang Jumlah kelompok potensi perikanan yang disuluh 300 kelompok 700 kelompok Program Pengembangan SDM KKP 447,1
Perikanan memiliki kelompok pelaku utama yang mandiri dalam di 50 kawasan di 50 kawasan Kelautan dan Perikanan
mengembangkan usaha perikanan

f. Pendidikan kelautan dan Perikanan Terpenuhinya tenaga terdidik kompeten sesuai standar Jumlah lulusan pendidikan yang kompeten sesuai standard 1.400 orang 7000 orang K) Program Pengembangan SDM KKP 963,4
dan kebutuhan serta prioritas nasional dan kebutuhan serta prioritas nasional Kelautan dan Perikanan

g Penyuluhan kehutanan Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat Pembentukan 500 kelompok masyarakat produktif mandiri 100 klpk 500 klpk Dukungan Manajemen dan Tugas Kemenhut 407,2
dalam pembangunan kehutanan serta peningkatan Teknis Lainnya Departemen
kesejahteraan masyarakat Kehutanan
Peningkatan kapasitas 4.500 orang penyuluh kehutanan 900 Org 4.500 Org
Kampanye Indonesia Menanam (KMI) pada 33 provinsi 33 Prov 33 Prov
Kemitraan/jejaring kerja penyuluhan kehutanan sebanyak 5 1 Paket 5 Paket
paket
h Penyelenggaraan Pendidikan dan Meningkatnya kualitas dan kapasitas SDM Penyelenggaraan SMk kehutanan 1440 siswa 285 siswa 1.440 siswa Dukungan Manajemen dan Tugas Kemenhut 761,2
Pelatihan Aparatur Departemen Depratemen kehutanan serta SDM kehutanan lainnya Teknis Lainnya Departemen
Kehutanan dan SDM kehutanan (Pemda dan Masyarakat) Diklat teknis dan administrasi 15.000 orang peserta 3.000 orang 15.000 orang Kehutanan
Lainnya
karyasiswa lulus studi S2/S3 sebanyak 325 orang siswa 65 siswa 325 siswa

Sertifikat ISO 9001 : 2007 Sekolah Menengah kejuruan 0 unit 5 unit


(SMK) kehutanan sebanyak 5 unit

TOTAL 49.470,3

Keterangan :
K)
Angka Kumulatif 5 tahun (2010-2014)

II.M-39
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
1 Peningkatan produksi dan cadangan migas
(intensification)
2.350,26
a. Penyiapan Kebijakan Dan Peningkatan Kerja Pengembangan program, peningkatan penerimaan negara, Jumlah kejadian kelangkaan 3 12 K) PROGRAM KESDM 2,76
Sama Bilateral Dan Multilateral Dalam Rangka investasi, kerjasama, dan kapasitas nasional bidang migas pasokan BBM dan LPG PENGELOLAAN
Optimasi Penerimaan Negara Dan Peningkatan DAN PENYEDIAAN
Investasi Kegiatan Usaha Migas Serta MINYAK DAN GAS
Pemberdayaan Kapasitas Nasional BUMI

Jumlah laporan monitoring dan 1 lap 5 lap K) -


pengawasan pendistribusian
BBM dan LPG

Persentase terpenuhinya 100% 100% 9,00


kebutuhan bahan baku pupuk
dan petrokimia dalam negeri

II.M-40
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Peningkatan kapasitas 4 4 15,42
infrastruktur

Roadmap rasionalisasi subsidi 1,00


BBM
Jaminan pasokan gas untuk 70% 70% 5,53
industri, transportasi,
pembangkit listrik

Jumlah realisasi Investasi 15.415 19.188 40,46


subsektor migas (Juta US$)

Transparansi dan akuntabilitas 100% 100% 75,25


pencatatan pendapatan negara

Ratio tenaga kerja asing dengan 1 1 13,89


tenaga kerja nasional

Persentase pemanfaatan barang 55 295 K) 16,09


dan jasa dalam negeri pada
usaha minyak dan gas bumi

II.M-41
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
b. Pembinaan dan Penyelenggaraan Usaha Hulu Meningkatnya pengelolaan,pengusahaan dan pembinaan Jumlah Kontrak Kerja Sama 40 KKS Migas 40 KKKS PROGRAM KESDM 117,38
Minyak dan Gas Bumi usaha hulu minyak dan gas bumi dan CBM Minyak dan gas Bumi dan dan 10 KKS Migas dan 10 PENGELOLAAN
CBM yang ditawarkan dan GMB ditawar- KKS GMB DAN PENYEDIAAN
ditandatangani kan ditawar- kan MINYAK DAN GAS
BUMI

Jumlah produksi migas dan 57,97


CBM
- Minyak Bumi (MBOPD) 965 1.200 (*) -
- Gas Bumi (MBOEPD) 1.593 1.633 -
- CBM (MBOEPD) - 113,12 -

Jumlah investasi sub sektor 554 Juta USD 665 Juta USD 7,27
minyak dan gas bumi dan CBM dan 150 Juta dan 180 Juta
USD dari USD dari
komitmen 3 komitmen 3
tahun pertama tahun pertama

II.M-42
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Jumlah kegiatan eksplorasi Survei Survei 59,94
dalam upaya mencari cadangan Seismik 2D Seismik 2D
migas baru 14.700 km, 2.000 km,
Survei Survei
Seismik 3D Seismik 3D
7.975 km2, 1.000 km2,
Pemboran 63 Pemboran 45
sumur sumur

Jumlah pelaksanaan Survei Data seismik Data seismik 213,68


Umum di Wilayah Terbuka 2D dan hasil 2D dan hasil
pengolahanny pengolahanny
a di Lepas a di Lepas
Pantai Pantai
Sulawesi Indonesia
Selatan Barat
sepanjang sepanjang
2000 km 2000 km

Jumlah kegiatan penyiapan, 8 (delapan) 50 K) 28,66


promosi dan penawaran event
Wilayah Kerja Baru Migas

Menyiapkan Rencana Induk 1,8% dari 2% produksi 2,21


Petrokimia (DME) produksi nasional
nasional

II.M-43
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Prosentasi pemanfaatan gas 50% 67% 6,24
bumi untuk kebutuhan dalam
negeri.

Potensi Cadangan Minyak dan 3,50


Gas Bumi dan CBM

· Jumlah laporan evaluasi 1 lap 4 lap K) -


cadangan migas dan CBM

a. Potensi Cadangan Minyak 8.363,19 8.651,18 -


(MMSTB)

b. Potensi Cadangan Gas Bumi 170,7 172 -


(TSCF)

c. Potensi Cadangan CBM - 24 -


(TSCF)

Jumlah Sumber Daya Minyak 163,64 BBOE 190,76 BBOE 6,24


dan Gas Bumi dan CBM

Jumlah laporan sumber daya 1 lap 5 lap K) -


migas dan CBM di seluruh
cekungan Indonesia

II.M-44
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Jumlah persetujuan Plan of 2 37 K) 6,59
Development (POD) I

Jumlah persetujuan harga gas 15 78 K) 7,70


bumi

Jumlah persetujuan amandemen 3 15 K) 1,99


dan atau perpanjangan kontrak

Jumlah persetujuan 2 21 K) 2,37


Participating Interest (PI)
kepada BUMD atau perusahaan
nasional terkait dengan POD I.

Prosentase pengembangan dan 97% 99% 4,52


pemanfaatan gas bumi.

Prosentase penyerahan data 90% 95% 4,42


minyak dan gas bumi dan
CBM.

Prosentase pengelolaan data 90% 95% 5,84


dan informasi bidang eksplorasi
dan eksploitasi migas.

II.M-45
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Prosentase perkembangan 20% 60% 1,30
penanganan tumpang tindih
lahan.

Prosentase Pengelolaan, 100% 100% 5,51


Pembahasan dan Evaluasi
Laporan Kegiatan KKKS dari
BPMIGAS.

c. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan Jumlah Kegiatan Penelitian dan 47 179 K) PROGRAM KESDM 359,93
Minyak dan Gas Bumi pengembangan teknologi minyak dan gas bumi. Pengembangan PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
ENERGI DAN
SUMBER DAYA
MINERAL

o Jumlah Kontrak Pelayanan 40 244 K) -


Jasa Teknologi

o Jumlah Realisasi 45.495 338557,2 K) 336,42


Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) kegiatan Jasa
Penelitian dan Pengembangan
terhadap target yang ditetapkan
(Dalam Juta Rp)

II.M-46
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
d. Survei dan Pelayanan Geologi Meningkatnya pemanfaatan hasil survei penelitian, Jumlah wilayah/kawasan 2 10 K) PROGRAM KESDM 348,67
penyelidikan dan pelayanan geologi pemetaan geologi bersistem PENELITIAN,
dan bertema MITIGASI DAN
PELAYANAN
GEOLOGI

Jumlah peta geofisika bersistem 2 14 K) 432,14


dan bertema yang dihasilkan

Jumlah peta geokimia yang 6 30 K) 34,70


dihasilkan
Jumlah peta seismotektonik 2 10 K) 15,36
yang dihasilkan

Jumlah peta geomorfologi yang 2 10 K) 15,36


dihasilkan
Jumlah peta geologi kuarter 2 10 K) 21,83
yang dihasilkan
Jumlah perolehan / pendaftaran 7 35 K) 11,05
sistim mutu
e. Penyelidikan dan Pelayanan Sumber Daya Meningkatnya pemanfaatan wilayah keprospekaan sumber Jumlah lokasi Penyelidikan 22 110 K) 154,72
Geologi daya geologi status keprospekan sumber
daya Panas bumi

Jumlah lokasi Penyelidikan 18 90 K) 480,73


status keprospekan sumber
daya Batubara dan CBM

II.M-47
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Jumlah lokasi Penyelidikan 5 25 K) 16,58
status keprospekan sumber
daya Gambut dan Bitumen
Jumlah lokasi Penyelidikan 28 144 K) 88,41
status keprospekan sumber
d
Jumlah ikegiatan
l kajian/evaluasi 8 40 K) 57,47
WKP dan WP
2 Peningkatan produktivitas dan pemerataan 842,54
pemanfaatan energi, serta penggunaan energi
terbarukan

a Pembinaan dan Pengusahaan Panas Bumi dan Tercapainya target kontribusi PLTP pada program 10.000 Jumlah kapasitas PLTP 1.261 5.795 PROGRAM
Air Tanah MW tahap II terpasang sebesar 5795 MW di PEMBINAAN DAN
tahun 2014 PENGUSAHAAN
MINERAL.
357,891
BATUBARA. PANAS
BUMI DAN AIR
TANAH

Tersedianya regulasi bidang panas bumi dan air tanah Jumlah regulasi panas bumi 20 50 K)

dan air tanah


Jumlah PNBP dari sektor 63.961 188.867
panas bumi (ribu USD)

II.M-48
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Tercapainya target produksi listrik panas bumi - Penyusunan klasifikasi data 2 keg 10 keg K)

potensi dan cadangan panas


bumi untuk ketenagalistrikan
dan pemanfaatan langsung
energi panas bumi

- Perencanaan produksi listrik 9.712.224 45.061.921


dari panas bumi (MWh)

Tersedianya informasi investasi produksi industri Jumlah lokasi penugasan 6 30 K)

minuman berbahan baku air tanah dari 33 provinsi survei pendahuluan untuk
meningkatan status potensi
b Penelitian dan Pengembangan Teknologi Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan Jumlah Kegiatan Penelitian dan 22 90 K) PROGRAM KESDM 133,74
Ketenagalistikan dan Energi Baru Terbarukan pengembangan teknologi ketenagalistrikkan dan energi Pengembangan PENELITIAN DAN
baru terbarukan. PENGEMBANGAN
ENERGI DAN
SUMBER DAYA
MINERAL

o Jumlah Kontrak Pelayanan 1 5 K) -


Jasa Teknologi
o Jumlah Realisasi 200 200 0,80
Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) kegiatan Jasa
Penelitian dan Pengembangan
terhadap target yang ditetapkan
(Dalam Juta Rp)

II.M-49
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
c Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu Terfasilitasinya pengembangan budidaya tanaman tahunan Peningkatan luas areal (ribu PROGRAM Deptan 350,1
tanaman Tahunan (Prioritas Nasional dan (kelapa, kelapa sawit, karet, jambu mete, jarak pagar) hektar) pembinaan dan PENELITIAN DAN
Bidang) pengembangan tanaman PENGEMBANGAN
tahunan ENERGI DAN
SUMBER DAYA
MINERAL

Pengembangan Komoditas
Ekspor

Karet 3.445 3.488


Jambu Mete 573 578
Penyediaan bahan tanaman
sumber bahan bakar nabati
(bio energi)
Jarak Pagar 10 22

Kelapa 3.807 3.834


Kelapa Sawit 8.127 8.988
Revitalisasi perkebunan

II.M-50
PRIORITAS BIDANG: Ketahanan dan Kemandirian Energi

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Kelapa sawit 125 148
Karet 10 51
Kakao 0 32
Penyusunan kebijakan
Pengembangan bio energi
Pengembangan Desa Mandiri
Energi (DME)
Koordinasi dengan pihak
terkait dalam menyediakan
insentif pajak untuk mendorong
pemantapan energi terbarukan

Berpartisipasi aktif dalam Tim


Koordinasi Interdept
pengembangan bio-fuel
Pengembangan integrasi kebun- 27
ternak (paket)

TOTAL 3.192,80
(*) Target Sesuai Renstra ESDM hanya 1.010 MBOPD (kemampuan pelaksanaan)

II.M-51
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
1 Peningkatan produksi dan nilai tambah Terjaminnya kebutuhan mineral dan batubara untuk Jumlah produksi batubara,
produk pertambangan mineral dan batubara kebutuhan industri dalam negeri mineral (tembaga, perak,
Meningkatnya nilai tambah produk tambang emas, timah, dsb), panas
bumi

Jumlah cadangan batubara,


mineral, panas bumi 1.127,1

Jumlah pasokan batubara ke


dalam negeri

a Kegiatan Penyusunan Kebijakan dan Program Tersedianya pelayanan data dan informasi Mineral, Jumlah Pedoman/NSPK untuk 8 35 k) PROGRAM KESDM 22,6
serta Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Batubara, Panas Bumi dan air tanah secara lengkap, aktual aplikasi pengelolaan kegiatan PEMBINAAN DAN
Mineral. Batubara dan Panas Bumi dan on line; pertambangan di PENGUSAHAAN
Provinsi/Kabupaten/ Kota MINERAL.
BATUBARA. PANAS
BUMI DAN AIR
TANAH

II.M-52
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Terinventarisirnya potensi PNBP dari KP/IUP seluruh Verifikasi/ inventarisasi/ 7 keg 8 keg 115,2
Indonesia; Tersedianya data on line PNBP, antara rekonsiliasi/ sosialisasi kajian
pemerintah pusat dan pemerintah daerah; Terlaksananya PNBP bidang pertambangan
dekonsentrasi penagihan PNBP KP terbitan daerah; mineral, batubara dan panas
Tersedianya data mineral, batubara, panas bumi dan air bumi
tanah secara on line antara pemerintah pusat dan Dana bagi hasil sektor 90-92% 98-100%
pemerintah daerah;Tersosialisasinya UU Nomor 4 Tahun pertambangan ke pemerintah
2009;Tumbuhnya perijinan IUP; Tersedianya data dan daerah sesuai dan tepat waktu
informasi peluang investasi pembangunan smelter mineral
logam utama (Ni, Au, Cu, Al, Sn); Tersedianya data dan
Predikat Wajar Tanpa Tercapai Tercapai
informasi infrastruktur penunjang pelabuhan angkut
Pengecualian dari BPK atas predikat WTP predikat WTP
batubara; Meningkatnya pemanfaatan briket batubara;
pencatatan PNBP sektor
Terlaksananya pengembangan; Meningkatnya
pertambangan berdasarkan
pemahaman aparat daerah dan pelaku tambang rakyat
Sistem Akuntansi Instansi
dalam pengelolaan/ pemahaman Pedoman Teknis
Pemerintah (SAI)
Pertambangan Rakyat pertambangan skala kecil;

Jumlah evaluasi pelaksanaan 50 kab/kota 91 Kab/kota


otonomi daerah dalam
pengelolaan kegiatan
pertambangan di pemerintah
provinsi/kabupaten/kota

II.M-53
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Pelaksanaan otonomi daerah 50 kab/kota 91 Kab/kota 44,5
dalam pengelolaan kegiatan
pertambangan di pemerintah
provinsi/ kabupaten/kota

Penyusunan kajian investasi di 8 keg 40 keg k) 45,0


sektor mineral. batubara dan
panas bumi

Jumlah perencanaan produksi 17,5


mineral. batubara dan panas
bumi:

a. Batubara (juta ton) 250 1.426 k)


b. Panas Bumi 70 4.616 k)
c. Mineral
– Tembaga (ton) 1.016.949 4.115.060 k)
– Emas (kg) 115.998 497.558 k)
– Perak (kg) 261.897 1.258.450 k)
– Logam Timah (ton) 105.000 530.250 k)
– Ni+Co in matte (ton) 77.700 421.358 k)
– Bijih Nikel (ton) 11.064.084 57.930.176 k)
– Feronikel (mt) 18.276 95.689 k)
– Bauksit (mt) 10.284.923 53.850.587 k)
– Intan (crt) 96.000 484.800 k)
– Bijih Besi (mt) 4.125.235 21.599.218 k)
– Granit (m3) 2.029.294 10.625.132 k)

II.M-54
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Penyusunan perumusan sistem 12 keg 60 k) 42,1
prosedur teknis (inventarisasi,
evaluasi, pemantauan,
pembinaan aparat, identifikasi)
perencanaan produksi

Jumlah rencana pasokan 75 469 k) 7,0


batubara untuk kebutuhan
dalam negeri (juta ton)

Pengembangan pemanfaatan 3 keg 15 k) 74,4


briket batubara, pengembangan
daerah percontohan dan
optimalisasi nilai tambah
mineral dan batubara

Jumlah penetapan wilayah 3 15 k) 64,8


usaha pertambangan (WUP),
Wilayah pencadangan negara
(WPN), dan Wilayah ijin usaha
Pertambangan (WIUP) mineral
dan batubara

II.M-55
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Penetapan Wilayah Kerja 6 30 k) 3,3
Pertambangan (WKP) panas
bumi

Jumlah buku data informasi 1 7 k) 6,2


mineral. batubara. panas bumi
dan air tanah

Evaluasi Penggunaan Lahan 1 5 k) 5,0


Pertambangan

b. Pembinaan dan Pengusahaan Mineral dan Terciptanya optimalisasi penerimaan negara khususnya Evaluasi dan veifikasi 2 keg 10 k) PROGRAM KESDM 26,2
Batubara dari sektor batubara diperlukan pengumpulan dan evaluasi ketenagakerjaan sub sector PEMBINAAN DAN
data biaya penjualan dalam kaitannya dengan penetapan mineral, batubara dan panas PENGUSAHAAN
DHPB secara kontinu bumi MINERAL.
BATUBARA. PANAS
BUMI DAN AIR
TANAH

Evaluasi pelaksanaan 4 keg 20 k) 30,3


Community Development

Terciptanya penguatan kelembagaan daerah dalam sektor Kajian (verifikasi dan 6 Wilayah 9 Wilayah 5,5
pertambangan dalam rangka OTDA dan dekosentrasi, inventarisasi) nilai tambah
serta terlaksananya kertasama terpadu pusat, daerah, bahan galian tambang
masyarakat dan pengusaha

Terciptanya pengembangan batubara sebagai energi Jumlah terselesaikannya 10 Wilayah 12 Wilayah 5,2
alternatif utama melalui peningkatan produksi, konflik tumpang tindih dalam
pemanfaatan dalam negeri, dll. wilayah PKP2B

II.M-56
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Terciptanya bank data mineral dan batubara nasional yang Jumlah penagihan PNBP 34% 30% 7,5
komprehensif, sehingga dapat meningkatkan pelayanan di bidang Minerba
sektor mineral dan batubara

Terciptanya pengusahaan mineral dan batubara yang Persentase Realisasi Masterlist 33%:67% 42%:58% 20,9
kondusif (pembelian dalam negeri dan
impor) perusahaan KK dan
PKP2B

Terciptanya penanggulangan PETI melalui program Jumlah Divestasi dan 33 Perusahaan 32 Perusahaan 10,3
verifikasi terhadap perusahaan tambang Perubahan Saham Bidang
Mineral dan Batubara
Terlaksananya inventarisasi batubara mutu rendah dan Persentase penggunaan Naik 2 % Naik 3 % 17,2
cara peningkatan nilai tambahnya kandungan lokal (local content)
untuk menunjang
pembangunan berkelanjutan

Terlaksananya promosi kepentingan nasional dalam Sistem yang terintegrasi, 6 sistem 6 sistem 3,3
rangka pelaksanaan dan pembinaan usaha jasa mineral mudah digunakan, handal dan
dan batubara dan peningkatan local content pelayanan publik yang lebih
baik.

Jumlah Perusahaan yang 42 KK dan 76 42 KK dan 76 12,5


diawasi kegiatan usaha PKP2B PKP2B
pertambangannya

Tersusunnya laporan 1 LAKIP 5 LAKIP 2,3


akuntabilitas Kinerja DBM

II.M-57
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah perusahaan KK dan 42 KK dan 76 42 KK dan 76 5,0
PKP2B Eksplorasi dan FS yang PKP2B PKP2B
dievaluasi RKAB nya

Jumlah laporan kegiatan 20 provinsi 20 provinsi 10,0


perusahaan KK dan PKP2B dan 30 dan 30
yang dievaluasi perusahaan perusahaan
KK/PKP2B KK/PKP2B
Jumlah Neraca cadangan, 5 cadangan 5 cadangan 13,2
sumberdaya dan cadangan Izin Izin Usaha dan Izin Usaha dan
usaha, KK dan PKP2B yang 20 KK 20 KK
dievaluasi

Jumlah Kebijakan eksplorasi 40 KK/20 40 KK/20 12,5


perusahaan induk (principal ) PKP2B PKP2B
dari perusahaan tambang yang
beroperasi di Indonesia yang
dievaluasi

II.M-58
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah laporan rencana kerja 42 KK dan 76 42 KK dan 76 3,9
dalam amandemen PKP2B PKP2B
kontrak/perjanjian Minerba
yang dievaluasi

Jumlah Pengadaan alat-alat 1 software, 2 1 software, 2 26,5


software, sistem pengawasan sistem dan 5 sistem dan 5
eksplorasi dan penyampaian unit unit
laporan kegiatan eksplorasi
perusahaan

Jumlah seminar prospek 1 provinsi 5provinsi k) 5,5


eksplorasi Sumber Daya
Mineral batubara di Indonesia

Jumlah Pedoman untuk 1 Pedoman 1 Pedoman 23,1


perusahaan KK/PKP2B dan dan 10 KK dan 10 KK
Kajian tahap Produksi Mineral

II.M-59
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah pengawasan produksi Produksi: Produksi: 52,8
kepada perusahaan KK dan 10KK/ 10KK/
PKP2B 45PKP2B 45PKP2B
Konstruksi: 5 Konstruksi: 5
KK/ 15 KK/ 15
PKP2B PKP2B
Evaluasi Rencana dan Produksi: Produksi: 7,7
Pelaksanaan Kegiatan 10KK/ 10KK/
Perusahaan KK dan PKP2B 45PKP2B 45PKP2B
Konstruksi: 5 Konstruksi: 5
KK/ 15 KK/ 15
PKP2B PKP2B
Jumlah invoice/kontrak 10 KK/ 45 14 KK/ 45 60,3
penjualan KK/PKP2B yang PKP2B PKP2B
dievaluasi
Jumlah KP Mineral di Sulteng 700 800 3,5
dan Sultra & batubara di
Kalsel dan Kaltim yang
diinventarisir
Jumlah daerah yang terkait 3 Prov. 25 3 Prov. 25 20,2
dengan aktivitas Pertambangan Kab Kab
Tanpa Izin (PETI)

II.M-60
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah proses Persetujuan 42 KK 76 42 KK 76 5,4
Prinsip. Peningkatan Tahap dan PKP2B PKP2B
Perubahan Luas Wilayah KK
dan PKP2B

Jumlah dokumen elektronik 500 700 4,6


berupa rekapitulasi data
perizinan IUP. IUPK. KK dan
PKP2B

Jumlah lokasi pelaksanaan 3 Provinsi 25 3 Provinsi 25 20,3


pembinaan perizinan Kab Kab
pengusahaan mineral dan
batubara
Jumlah lokasi pelaksanaan 5 Provinsi 25 Provinsi 10,3
sosialisasi PP tentang
Pengusahaan Pertambangan
Minerba Sebagai Pelaksanaan
UU No.4 Tahun 2009

Peningkatan mutu serta kinerja 1 PKT 1 PKT 3,8


pelayanan Pelayanan Usaha
Minerba dalam menjalankan
tugas dan fungsinya

II.M-61
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Persentase Pelaksanaan 1 pedoman 5 pedoman 3,8
Pedoman
Jumlah kontrak KK dan 42 KK 76 42 KK 76 9,9
PKP2B yang sudah di PKP2B PKP2B
amandemen
c. Pembinaan dan Pengusahaan Panas Bumi dan Tercapainya target PNBP dari sektor panas bumi Verifikasi/ inventarisasi/ 1 pkt 5 pkt PROGRAM KESDM 19,3
Air Tanah rekonsiliasi/ sosialisasi kajian PEMBINAAN DAN
PNBP bidang pertambangan PENGUSAHAAN
panas bumi MINERAL,
BATUBARA, PANAS
BUMI DAN AIR
TANAH

Tercapainya target pemanfaatan langsung panas bumi Pelaksanaan penugasan survei 6 30 k) 4,6
pendahuluan untuk
meningkatan status potensi

Tersedianya data potensi panas bumi yang menarik bagi Jumlah inventarisasi pajak air 6 33 k) 10,5
investor tanah (provinsi)
Tersedianya informasi yang lengkap tentang pajak air Penetapan Zona Pemanfaatan 6 33 k) 34,3
tanah di daerah dari 33 provinsi Air Tanah (CAT)

Tersedianya zona pemanfaatan air tanah dari 33 provinsi Jumlah inventarisasi investasi 1 5 k) 7,7
produksi industri minuman
berbahan baku air tanah
(Provinsi)

II.M-62
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
d. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan Jumlah Kegiatan Penelitian dan 44 216 k) PROGRAM KESDM 142,3
Mineral dan Batubara pengembangan teknologi mineral dan batubara. Pengembangan PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
ENERGI DAN
SUMBER DAYA
MINERAL

Jumlah Realisasi Penerimaan 3.028 17.518 k) 17,5


Negara Bukan Pajak (PNBP)
kegiatan Jasa Penelitian dan
Pengembangan terhadap target
yang ditetapkan (Dalam Juta
Rp)

2. Pengurangan dampak negatif akibat Terhindarnya kerusakan lingkungan, baik itu air, Peta geologi dan kawasan
kegiatan pertambangan, krisi energi, dan tanah, maupun udara, yang berlebihan akibat rawan bencana gunung api
bencana geologi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya aktif, dan daerah krisis energi 727,2
mineral dan batubara Tersedianya informasi geologi
dan informasi sumber daya yang berkualitas
Jumlah lokasi reklamasi dan
pasca tambang dan peningkatan
kualitas baku mutu air limbah
kegiatan tambang

II.M-63
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Pengurangan volume gas flare,
limbah, dan peningkatan
penggunaan bahan-bahan kimia
dan lumpur pemboran ramah
lingkung

a. Pembinaan Keteknikan Lindungan Lingkungan Meningkatnya kompetensi KTT dan penanggung jawab Prosentase penjaminan 100% 100% PROGRAM 3,6
dan Usaha Penunjang Bidang Mineral. Batubara. kegiatan di lapangan pada IUP (KP) reklamasi dan pasca tambang PEMBINAAN DAN
Panas Bumi dan Air Tanah pada kegiatan usaha PENGUSAHAAN
pertambangan MINERAL.
BATUBARA. PANAS
BUMI DAN AIR
TANAH

Prosentase kualitas baku mutu 100% 100% 2,7


air limbah tambang pada
kegiatan usaha pertambangan

b. Pembinaan Keteknikan Lindungan Lingkungan Tersedianya sebanyak 200 standar, norma, pedoman, Jumlah rancangan SNI dan 5 SNI & 4 5 SNI & 4 PROGRAM KESDM 16,2
dan Usaha Penunjang Bidang Mineral. Batubara. kriteria dan prosedur di bidang lindungan lingkungan, SKKNI bidang pertambangan SKKNI SKKNI PEMBINAAN DAN
Panas Bumi dan Air Tanah keselamatan pertambangan, standardisasi, teknik Minerbapabum PENGUSAHAAN
pertambangan serta usaha jasa pertambangan MINERAL.
minerbapabum BATUBARA. PANAS
BUMI DAN AIR
TANAH

II.M-64
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Terciptanya kegiatan pertambangan mineral, batubara Jumlah kegiatan usaha 60 64 8,3
dan panas bumi yang memenuhi kaidah good mining pertambangan mineral dan
practice batubara yang taat melakukan
pelaksanaan reklamasi lahan
bekas tambang

Tersedianya 1000 orang inspektur tambang di seluruh Jumlah kompetensi tenaga 100 200 7,6
Indonesia dan peningkatan kemampuan teknis melalui kerja industri pertambangan
diklat pusat maupun daerah minerbapabum melalui
sertifikasi

Meningkatnya kompetensi KTT dan penanggung jawab Persentase recovery 85 95 8,5


kegiatan di lapangan pada IUP (KP) penambangan dan pengolahan
terkait konservasi bahan galian
pada kegiatan usaha
pertambangan

Tingkat kekerapan kecelakaan 0,74 0,66 3,5


pada perusahaaan
pertambangan

Luas lahan kegiatan usaha 6000 ha 6500 ha 9,1


pertambangan yang reklamasi
oleh pemegang usaha
pertambangan

II.M-65
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah peraturan menteri 6 23 k) 9,5
tentang pembinaan dan
pengawasan kegiatan usaha
pertambangan

Jumlah norma/pedoman 14 146 k) 27,3


teknis/juknis/kriteria aspek K3.
keselamatan operasi. teknis
pertambangan. lindungan
lingkungan. usaha jasa dan
standardisasi

Jumlah usaha jasa lokal dan 600 3550 k) 20,7


nasional yang berusaha di
bidang usaha jasa
pertambangan
Jumlah SNI/SKKNI hasil kaji 6 36 k) 3,8
ulang
Jumlah Propinsi/perguruan 3 15 k) 4,0
tinggi/perusahaan yang
memahami dengan baik system
kompetensi dan SNI

Jumlah Perusahaan yang 15 20 4,0


menerapkan standar

II.M-66
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah Pemda yg 20 20 11,5
melaksanakan pengelolaan
usaha pertambangan yg benar

Jumlah perusahaan yang laik 60 60 16,9


secara teknik
Jumlah Inventarisasi daerah yg 3 3 3,0
terkena dampak pengolahan
emas menggunakan bahan
kimia

Jumlah perusahaan tambang 15 15 3,3


yg melakukan perencanaan
pasca tambang sesuai dengan
tata guna lahan

Jumlah Inventarisasi 3 3 2,0


Penguasaan dan penetapan
teknologi perusahaan
Jumlah pengawasan perusahaan 40 40 8,7
usaha jasa

Jumlah perusahaan yang 60 60 3,3


dinilai dlm rangka penilaian
prestasi K3
Jumlah tim yg berperan dlm 19 20 4,0
fire & rescue challenge regional

II.M-67
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah pemda yg berperan 40 40 5,6
aktif dlm pengawasan K3

Jumlah perusahaan yg dinilai 45 45 6,3


dlm rangka prestasi
pengelolaan lingkungan

Penyelesaian kasus lingkungan 100% 100% 3,9

Jumlah perusahaan yg berperan 15 15 23,4


dlm meningkatkan nilai
tambah, pegelolaan
pertambangan dengan baik

Jumlah Laporan akuntabilitas 1 5 k) 1,6


kinerja instansi pemerintah

Jumlah kepala dinas dan aparat 50 50 23,0


yang meningkat memahaminya
dalam GMP

Jumlah SDM yg meningkat 50 50 18,6


kemampuan keteknikan dan
lingkungan

II.M-68
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
c. Mitigasi dan Pelayanan Kebencanaan Geologi Meningkatnya pemanfaatan hasil penelitian dan Jumlah Peta Geologi 2 10 k) PROGRAM KESDM 17,7
penyelidikan di bidang vulkanologi dan mitigasi bencana Gunungapi Aktif PENELITIAN,
geologi MITIGASI DAN
PELAYANAN
GEOLOGI
Jumlah Peta Kawasan Rawan 1 5 k) 8,3
Bencana Gunungapi Aktif
Skala 1:50,000
Jumlah peta yang diterbitkan 5 25 k) 34,4
Peta Zona Kerentanan Gerakan
Tanah

Jumlah peta yang diterbitkan 3 15 k) 15,1


Peta Kawasan Rawan Bencana
Gempabumi dan Tsunami

Jumlah gunung api yang 10 66 k) 50,2


dipantau untuk kegiatan
gunungapi aktif tipe A dari Pos
Pengamatan Gunungapi

II.M-69
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah kegiatan pemahaman 7 35 k) 3,9
masyarakat tentang
kebencanaan geologi melalui
pelatihan kebencanaan,
pameran, dan pembuatan film
yang lebih intensif

Jumlah 2 10 k) 8,1
Pedoman/peraturan/norma
Mitigasi Bencana Gunungapi
dan Pedoman Gerakan Tanah,
Gempabumi dan Tsunami

Jumlah layanan pemberian 1 5 k) 10,5


rekomendasi teknis hasil
mitigasi bencana geologi;

d. Riset dan Pengembangan Teknologi Meningkatnya pemanfaatan hasil pengembangan metoda Jumlah perangkat sistem 4 20 k) PROGRAM KESDM 13,8
Kebencanaan Geologi dan teknologi dalam mendukung upaya mitigasi bencana monitoring kegunungapian PENELITIAN,
geologi hasil rancang bangun sendiri di MITIGASI DAN
20 gunung api PELAYANAN
GEOLOGI
Jumlah data geokimia 4 25 k) 19,3
gunungapi di 25 gunungapi
Jumlah kegiatan mitigasi di 15 80 k) 24,0
kawasan Bencana G. Merapi

II.M-70
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
e. Fasilitasi dalam rangka penetapan langkah- Meningkatnya data dan informasi dalam rangka meng- Jumlah data dan informasi 6 prov. 33 k) PROGRAM KESDM 6,1
langkah penanggulangan krisis dan darurat identifikasi daerah rawan krisis. untuk identifikasi daerah krisis. DUKUNGAN
energi, serta pengawasan pelaksanaan kebijakan MANAJEMEN DAN
energi lintas sektor PELAKSANAAN
TUGAS TEKNIS
LAINNYA DEWAN
ENERGI NASIONAL

Jumlah data dan informai 1 pkt 5 pkt k) 5,9


dalam penyusunan kriteria
pedoman penanggulangan
krisis dan darurat energi.
Jumlah data dan informasi 1 pkt 5 pkt k) 6,1
dalam penyusunan skenario
penanggulangan krisis dan
darurat energi.
Meningkatnya pengawasan pelaksanaan kebijakan energi Jumlah laporan pengawasan 1 pkt 5 pkt k) 0,9
pelaksanaan KEN.

Jumlah laporan pengawasan 1 pkt 5 pkt k) 2,4


implementasi EBT

II.M-71
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Jumlah data dan informasi 1 pkt 5 pkt k) 6,1
teknis dalam mendukung
pengawasan pelaksanaan
kebijakan penyediaan dan
pemanfaatan energi

Meningkatnya koordinasi dalam rangka penyusunan Penyusunan perencanaan, 1 pkt 5 pkt k) 0,9
perumusan pedoman penanggulangan krisis energi dan pelaksanaan dan evaluasi.
Laporan hasil evaluasi -- 4pkt k) 0,9
Kegiatan fasilitasi
penanggulangan krisis dan
darurat energi.

umlah rapat rapat dalam rangka 4 pkt k) 0,9


penyusunan pedoman dan
rapat koordinasi evaluasi dalam
rangka fasilitasi
penanggulangan krisis dan
darurat energi.

f Pembinaan Lindungan Lingkungan, Pembinaan dan Pengawasan Kehandalan Infrastruktur,K3, Prosentase pengurangan 60 100 PROGRAM KESDM 4,1
Keselamatan Operasi dan Usaha Penunjang Keselamatan Operasi, dan Lingkungan, serta Usaha volume pembakaran gas flare PENGELOLAAN
Bidang Migas Penunjang dan Teknis serta Standardisasi (%) DAN PENYEDIAAN
MINYAK DAN GAS
BUMI

II.M-72
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Prosentase pengurangan 20 74 35,1
volume pembuangan air limbah
ke lingkungan (%)
Prosentase pengurangan 20 47 6,5
volume limbah pada sumbernya
(%)
Prosentase peningkatan jumlah 50 100 2,8
penggunaan bahan, bahan
kimia dan lumpur bor yang
ramah lingkungan

Prosentase Penurunan Jumlah penurunan penurunan 26,6


tingkat kegagalan operasi tingkat tingkat
infrastruktur kegiatan usaha kegagalan kegagalan
hilir Migas operasi operasi
infrastruktur infrastruktur
pada 50 BU pada 75 BU

Prosentase penurunan jumlah 70% 80% 22,5


tingkat kecelakaan kerja
operasi kegiatan usaha hulu
migas

Prosentase peningkatan 20 100 6,9


pemahaman peraturan
keselamatan operasi kegiatan
usaha migas (%)

II.M-73
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Prosentase peningkatan 0 5 4,5
penggunaan sistem basis data
usaha penunjang migas dalam
operasi internal (%)

Jumlah tersedianya Rancangan 5 5 29,9


Standar Nasional Indonesia
untuk kegiatan usaha migas
(buah)

Jumlah tersedianya Rancangan 3 3 29,9


Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (RSKKNI)
untuk kegiatan usaha migas

Prosentase tingkat kegagalan 30% 23% 13,5


operasi kegiatanhilir migas (%)

Prosentase penurunan angka 20% 100 1,6


kecelakaan kerja kegiatan
usaha migas

II.M-74
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan Pertambangan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM / LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
Prosentase peningkatan Tercapainya Tercapainya 43,8
kemampuan nasional dalam prosentase prosentase
merancang dan merakit peningkatan peningkatan
instalasi peralatan migas kemampuan kemampuan
nasional dalam nasional dalam
merancang merancang
dan merakit dan merakit
sistem alat sistem alat
ukur migas ukur migas
sebesar 60 % sebesar 80 %

TOTAL 1.854,3

II.M-75
PRIORITAS BIDANG: Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
1 Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Menurunnya tingkat pencemaran lingkungan 920,3
Lingkungan Hidup dan meningkatnya usaha-usaha pengendalian
perusakan lingkungan

a. Pengendalian Pencemaran Air Menurunnya beban pencemar air dari industri yang Jumlah industri pertambangan, energi dan migas 200 220 Program Pengelolaan KLH 142,0
dipantau dan diawasi yang dipantau dan diawasi Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Jumlah agroindustri yang dipantau dan diawasi 220 245 Hidup

Jumlah industri manufaktur yang dipantau dan 260 330


diawasi
Jumlah industri yang taat terhadap peraturan LH 480 720

Jumlah izin pembuangan air limbah ke laut yang 20 100 K)

dikeluarkan
Jumlah pedoman teknis/peraturan perundang- 2 26 K)

undangan

II.M-76
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
b. Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik Meningkatnya kinerja pengelolaan limbah domestik Jumlah kota metropolitan dan besar yang dipantau 27 27 Program Pengelolaan KLH 91,1
(sampah) di kota-kota yang dipantau Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Jumlah ibukota provinsi yang dipantau 20 20
Hidup

Jumlah penurunan beban pencemar dari sumber 10% 10%


limbah cair domestik dari kegiatan apartemen dan
perumahan mewah di 3 propinsi (Banten, DKI
Jakarta, dan Jawa Barat)

Jumlah pedoman teknis di bidang pengelolaan 2 10 K)

limbah domestik

% capaian peningkatan kinerja pengelolaan 50% 75%


sampah melalui pengawasan

% volume pengurangan sampah melalui 3 R 2,50% 15%


(Reduce, Reuse, Recycle ) dalam skala kota untuk
kota besar dan metropolitan [dari baseline data
tahun 2008]
c. Pengendalian Pencemaran Limbah Usaha Skala Meningkatnya pengelolaan usaha skala kecil Jumlah pedoman teknis di bidang pengendalian 1 5 K) Program Pengelolaan KLH 74,0
Kecil pencemaran limbah usaha skala kecil Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Hidup
Jumlah sentra usaha skala kecil yang dibina 3 39 K)

Jumlah penurunan beban pencemar dari sentra 80% 80%


usaha skala kecil yang dibina

II.M-77
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
d. Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Kegiatan Meningkatnya kebijakan dan penaatan pengelolaan Jumlah produk perumusan kebijakan dan/atau 1 5 K) Program Pengelolaan KLH 106,0
Pertambangan, Energi, Minyak dan Gas B3 dan limbah B3 serta meningkatnya jumlah limbah standar dan/atau pedoman pengelolaan B3 & Sumber Daya Alam
B3 yang dikelola dalam kegiatan pertambangan, limbah B3 kegiatan pertambangan, energi, minyak dan Lingkungan
energi, minyak dan gas dan gas [Draft Permen LH] Hidup

Jumlah kegiatan pemantauan dan/atau analisis 1 5 K)

dan/atau evaluasi pelaksanaan kebijakan


pengelolaan B3 & limbah B3 kegiatan
pertambangan, energi, minyak dan gas

Jumlah perusahaan yang mendapat pengawasan 200 220


kinerja penaatan pengelolaan B3 & limbah B3
kegiatan pertambangan, energi, minyak dan gas

Jumlah daerah dan/atau perusahaan yang 5 10


mendapat bimbingan teknis pengelolaan B3 &
limbah B3 kegiatan pertambangan, energi, minyak
dan gas

Jumlah lingkup kegiatan dari seluruh ketentuan 3 19 K)

konvensi internasional pengelolaan B3 dan


Limbah B3 yang ada

II.M-78
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
e. Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Manufaktur, Meningkatnya kebijakan dan pertimbangan teknis Jumlah kebijakan, pedoman teknis yang 2 10 K) Program Pengelolaan KLH 107,8
Agroindustri dan Jasa dalam pengawasan penaatan pengelolaan limbah B3 diterapkan dalam Pengelolaan Limbah B3 pada Sumber Daya Alam
serta meningkatnya jumlah limbah B3 yang dikelola kegiatan manufaktur dan agroindustri [dalam dan Lingkungan
dalam kegiatan manufaktur, agroindustri dan jasa bentuk pedoman] Hidup

Jumlah pengawasan kinerja industri yang 480 575


dilakukan pembinaan dan pengawasan

Jumlah daerah dan/ atau perusahaan yang 5 45 K)

mendapat bimbingan teknis pengelolaan B3 &


limbah B3 kegiatan manufaktur agroindustri dan
jasa

Jumlah lingkup kegiatan dalam pelaksanaan 4 20 K)

ketentuan konvensi internasional pengelolaan B3


dan limbah B3 (dari seluruh ketentuan
internasional yang ada)

II.M-79
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
f. Administrasi Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Meningkatnya penaatan pengelolaan bahan dan Jumlah kebijakan/ pedoman/ standar/ data base 2 14 K) Program Pengelolaan KLH 88,8
limbah B3 yang dihasilkan dalam rangka kegiatan Sumber Daya Alam
administrasi pengelolaan B3 & limbah B3 dan Lingkungan
[Permen LH dan pedoman] Hidup

Jumlah registrasi B3 dan rekomendasi, ijin dan 1.000 5000 K)

notifikasi pengelolaan limbah B3

Jumlah provinsi yang mendapat bimbingan teknis 5 33


administrasi pengelolaan B3 & limbah B3

Jumlah kegiatan dalam pelaksanaan ketentuan 4 20 K)

konvensi internasional pengelolaan B3 dan


Limbah B3 (dari seluruh ketentuan internasional
yang ada)

II.M-80
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
g. Pengelolaan Kualitas Air dan Kawasan Gambut Tersedianya perangkat kebijakan pengelolaan % penyiapan penetapan kelas air di tingkat 25% 100% K) Program Pengelolaan KLH 150,5
kualitas air, ekosistem gambut dan ekosistem danau kabupaten/kota untuk 13 sungai-sungai prioritas Sumber Daya Alam
yang terpadu dan bersifat lintas K/L, antara lain dari 119 kabupaten/kota, yang terkoordinasi lintas dan Lingkungan
dengan Kemen PU, Kemenhut, Kementan, dan K/L dan daerah Hidup
pemda
Jumlah pembinaan teknis pengelolaan kualitas air 20% 100% K)

terhadap 119 kabupaten/kota di 13 DAS, yang


terkoordinasi dengan K/L terkait

% penyiapan pemetaan kesatuan hidrologi gambut 10% 100% K)

yang terkoordinasi dengan K/L terkait

Jumlah provinsi dilakukannya verifikasi 1 33 K)

karakteristik ekosistem gambut yang terkoordinasi


dengan K/L terkait

Tersusunnya Program dan Rencana Aksi Terpadu 15 15


Pengelolaan Ekosistem 15 Danau Prioritas
Berkelanjutan yang terkoordinasi dengan K/L
terkait
Jumlah pemantauan dan evaluasi pengendalian 3 11
kerusakan ekosistem situ yang terkoordinasi
dengan K/L terkait

Terimplementasinya kegiatan Integrated Citarum 20% 100% 26,0


Water Resources Management (ICWRM) ADB
Loan

II.M-81
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
h. Peningkatan Konservasi Keanekaragaman Meningkatkan kualitas kebijakan untuk menangani Jumlah dokumen laporan dan rekomendasi 3 15 K) Program Pengelolaan KLH 75,8
Hayati konservasi keanekaragaman hayati kebijakan konservasi keanekaragaman hayati Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Hidup
Jumlah rekomendasi kajian kebijakan konservasi 1 5 K)

keanekaragaman hayati diimplementasikan

Jumlah hasil rekomendasi pemantauan 1 5 K)

pelaksanaan kebijakan konservasi


keanekaragaman hayati yang ditindaklanjuti

Jumlah daerah kegiatan pemantauan pelaksanaan 10 50 K)

kegiatan konservasi keanekaragaman hayati

Terfasilitasinya pengembangan program Taman 2 10 K)

Keanekaragaman Hayati di beberapa daerah

II.M-82
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
i Pemulihan dan Penanganan Media Lingkungan Meningkatnya kebijakan, pertimbangan teknis dan Jumlah kebijakan/ pedoman/ standar yang 3 7 K) Program Pengelolaan KLH 58,2
(Lahan, Pesisir dan Perairan) Tercemar Limbah pengawasan penaatan pelaksanaan pengelolaan dihasilkan dalam rangka pemulihan kualitas media Sumber Daya Alam
B3 limbah B3 dalam rangka pemulihan kualitas media lingkungan tercemar Limbah B3 [draft kebijakan] dan Lingkungan
lingkungan akibat pencemaran limbah B3 Hidup

Jumlah lokasi pemantauan media lingkungan 30 30


tercemar limbah B3 [status rencana pemulihan]

Jumlah lokasi pengawasan pengelolaan limbah di 5 25 K)

pelabuhan (umum dan khusus)


Jumlah pengawasan kegiatan pemulihan kualitas 8 50 K)

media lingkungan [status penanganan media


lingkungan tercemar limbah B3]

Jumlah pelaksanaan sistem tanggap darurat 1 5 K)

pengelolaan B3 dan limbah B3 [draft Permen LH]

Jumlah lingkup kegiatan dalam pelaksanaan 3 15 K)

ketentuan konvensi internasional pengelolaan B3


dan Limbah B3 (dari seluruh ketentuan
Internasional yang ada)

Jumlah publikasi/modul informasi pengelolaan B3 2 10 K)

dan limbah B3

II.M-83
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
2. Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDA dan Meningkatnya kapasitas kelembagaan, partisipasi 619,7
LH masyarakat, dan ketersediaan data dan informasi
untuk pengelolaan lingkungan hidup

a. Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Meningkatnya kapasitas kelembagaan yang % pengembangan kebijakan kelembagaan 100% 100% Program Pengelolaan KLH 67,7
Lingkungan Hidup menangani pengelolaan lingkungan hidup daerah lingkungan hidup Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Hidup
% pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan 33 33
urusan pemerintahan daerah bidang LH di daerah
provinsi setiap tahun

% terlaksananya monev dan pembinaan Penerapan 33 33


SPM bidang LH terhadap pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota di
lembaga LH daerah provinsi setiap tahun

% terlaksananya Kerja Sama Antar Daerah 20% 100%


(KSAD) dalam PLH (sampai keluarnya MoU
dalam pengelolaan LH di daerah) di 10 daerah
provinsi dan daerah kab/kota

Updating basis data peta kelembagaan lingkungan 100% 100%


hidup daerah untuk lembaga LH kab/kota dan
provinsi

Diterapkannya pedoman monitoring dan evaluasi 5% 75% K)

kapasitas kelembagaan LH daerah di 520


Kabupaten/Kota setiap tahun

Pembinaan revitalisasi kelembagaan lingkungan 100% 100%


hidup daerah dan Indikator Kinerja Kunci (IKK)
bidang lingkungan hidup di 33 provinsi setiap
tahun

II.M-84
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
b. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dan Meningkatnya kualitas kebijakan, partisipasi Terbentuknya kelompok masyarat dan lembaga 45 246 K) Program Pengelolaan KLH 70,3
Lembaga Kemasyarakatan dalam Pengelolaan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan yang kemasyarakatan (EPW, Kaukus, Ormas, OKP, Sumber Daya Alam
Lingkungan Hidup terlibat dalam perlindungan dan pengelolaan Profesi/Asosiasi, pengembangan perumahan yang dan Lingkungan
lingkungan hidup berwawasan lingkungan dan CSR bidang Hidup
lingkungan) yang berpartisipasi dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Meningkatnya keterlibatan jumlah kelompok 35 195 K)

masyarat dan lembaga kemasyarakatan (EPW,


Kaukus, Ormas, OKP, Profesi/Asosiasi,
pengembangan perumahan yang berwawasan
lingkungan dan CSR bidang lingkungan) dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
di daerah

Jumlah kelompok masyarakat bersama dengan 200 K)

Pemda yang terlibat dalam melaksanakan kegiatan


3 R (Reduce, Reuse, Recycle )

II.M-85
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
c. Peningkatan Data, Informasi dan Infrastruktur Tersedianya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup % Provinsi yang menyusun SLHD dari 33 55% 100% Program Pengelolaan KLH 77,7
Sistem Informasi Lingkungan Hidup (IKLH) dalam skala provinsi dan kabupaten/kota, Provinsi yang direncanakan Sumber Daya Alam
dan meningkatnya kualitas data, informasi, dan dan Lingkungan
sistem informasi pengelolaan lingkungan hidup Hidup

% kabupaten/ kota yang menyusun SLHD dari 35% 100%


456 kabupaten/ kota yang direncanakan

% jenis data sektor terkait tingkat pusat yang 60% 100%


terkumpul dari 80 jenis data sektor yang
direncanakan
Jumlah kajian informasi yang diimplementasikan 4 20 K)

dalam kebijakan di bidang lingkungan hidup per


tahun
Jumlah aplikasi e-gov di bidang lingkungan hidup 2 30 K)

II.M-86
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
d. Peningkatan Sarana Teknis Pengendalian Meningkatnya kualitas pemantauan lingkungan yang % jumlah data pemantauan kualitas lingkungan 30% 70% Program Pengelolaan KLH 117,3
Dampak Lingkungan didukung dengan sarana pengendalian teknis dampak (air, udara, tanah, kebisingan, deposisi asam, Sumber Daya Alam
lingkungan yang berkualitas POP’s, biologi) dan Lingkungan
Hidup

% jumlah laboratorium pengujian parameter 30% 70%


kualitas lingkungan yang dibina sesuai dengan
peraturan yang berlaku

% jumlah pelatihan/ workshop/ seminar/ 30% 70%


lokakarya yang diikuti oleh personil Pusarpedal

% jumlah sarana dan prasarana teknis Pusarpedal 30% 70%


yang memenuhi kelayakan sesuai peraturan yang
berlaku

% jumlah metode pengujian parameter kualitas 30% 70%


lingkungan yang dikaji

% jumlah baku mutu lingkungan yang dikaji 10% 50%

II.M-87
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
e. Peningkatan Instrumen Ekonomi dalam Meningkatkan kualitas kebijakan insentif dan % telaahan teknis diterima menjadi rekomendasi 80% 80% Program Pengelolaan KLH 96,5
Pengelolaan Lingkungan Hidup pendanaan lingkungan dalam pengelolaan teknis pinjaman lunak lingkungan (90-100 Sumber Daya Alam
lingkungan hidup di beberapa sektor (K/L) dan proposal per tahun) dan Lingkungan
Pemda (kerjasama lintas K/L) Hidup

Jumlah penerimaan program pinjaman lunak 80% 80%


terhadap jumlah UMKM yang mengajukan
permohonan pinjaman untuk melaksanakan
peningkatan kualitas LH
% Jumlah pemantauan terhadap UMKM yang 80% 80%
telah mendapat insentif

Jumlah pedoman dan fasilitas teknis yang terkait 5 28 K)

dengan valuasi ekonomi SDA dan LH

Jumlah dokumen tentang bahan rumusan 4 20 K)

kebijakan insentif dan pendanaan lingkungan

Bimbingan teknis pengembangan instrumen 100% 100%


ekonomi dan perhitungan PDRB Hijau di daerah
terpilih

II.M-88
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
f. Penanganan Kasus Lingkungan Meningkatnya kualitas penanganan kasus lingkungan % pengaduan masyarakat yang dikelola melalui 100% 100% Program Pengelolaan KLH 89,7
penerimaan, penelaahan dan klasifikasi, penerusan Sumber Daya Alam
kepada pihak terkait yang berwenang, atau dan Lingkungan
ditangani langsung Hidup

% dugaan tindak pidana LH yang ditindaklanjuti 80% 100%


melalui proses penyelidikan dan penyidikan
(pulbaket) sampai proses pengadilan

% penanganan kasus perdata LH yang 80% 100%


ditindaklanjuti secara perdata di dalam maupun di
luar pengadilan

Jumlah kasus lingkungan yang terevaluasi dan 2 18 K)

tereksaminasi

II.M-89
TARGET TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS
SASARAN KEMENTERIAN/ ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM
(Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) LEMBAGA TERKAIT 2010-2014
(Rp. Milyar)
2010 2014
g Peningkatan Kapasitas Penegakan Hukum Meningkatnya kapasitas aparat penegak hukum Jumlah hakim lingkungan yang meningkat 150 550 K) Program Pengelolaan KLH 59,8
Lingkungan lingkungan kapasitasnya (green bench ) Sumber Daya Alam
dan Lingkungan
Jumlah kepolisian lingkungan yang meningkat 66 330 K) Hidup
kapasitasnya

Jumlah penyidik PPNS yang meningkat 100 1800 K)

kapasitasnya

Jumlah JPU yang meningkat kapasitasnya 66 432 K)

Jumlah litigator yang meningkat kapasitasnya 5 245 K)

Jumlah SDM pengelola pengaduan yang 50 1450 K)

meningkat kapasitasnya

Jumlah mediator, arbiter, pihak ketiga yang 99 1499 K)

meningkat kapasitasnya

Teroptimalisasi PPNS dan PPLH di regional 5 25 K)

Terlaksananya koordinasi nasional dan regional di 6 30 K)

bidang penegakan hukum lingkungan

TOTAL 1.540,0
Keterangan :
K)
Angka Kumulatif 5 tahun (2010-2014)

II.M-90
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
1. Perencanaan Makro Bidang Terjaminnya kepastian kawasan hutan 1. Data dan informasi geospasial dasar Perencanaan Kemenhut 1.312,3
Kehutanan dan Pemantapan Kawasan sehingga dapat berfungsi secara optimal tematik kehutanan terkini tingkat nasional Makro Bidang
Hutan sebanyak 5 judul Kehutanan dan
2. Ijin pinjam pakai kawasan hutan Pemantapan
dengan kompensasi PNBP paling tinggi 300 Kawasan Hutan
unit
3. Rencana makro kehutanan tentang
perlindungan dan konservasi sumberdaya
alam, pemanfaat, rehabilitasi hutan dan
lahan dan penataan ruang sebanyak 4
judul

4. Tata batas kawasan hutan sepanjang


25.000 Km, terdiri dari batas luar dan
batas fungsi kawasan hutan
5. Penunjukan kawasan hutan provinsi
terselesaikan 100%
6. Keputusan Menteri Kehutanan tentang
penetapan wilayah Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) dan Kesatuan
Pengelolaan HUtan Lindung (KPHL) di 28
propinsi

II.M-91
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
a. Pengukuhan Kawasan Hutan Tata batas kawasan hutan serta Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 3.400 km 25.000 km Perencanaan Kemenhut 393,4
terkendalinya perubahan fungsi dan km, terdiri dari batas luar dan batas fungsi Makro Bidang
peruntukan kawasan hutan kawasan hutan Kehutanan dan
Pemantapan
Keputusan penunjukan kawasan hutan 20% 100%
Kawasan Hutan
propinsi selesai (100%)
Penetapan kelompok hutan yang telah selesai 15% 75%
tata batas temu gelang sebanyak 75%

Rekomendasi tentang perubahan fungsi 15% 75%


kawasan hutan terselesaikannya sebanyak
75%
Penanganan berupa penerbitan Surat 15% 75%
keputusan tentang pelepasan kawasan hutan
terselesaikan sebanyak 75%
b. Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Terwujudnya pengelolaan kawasan hutan Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan 4 Prov 28 Prov Perencanaan Kemenhut 189,0
Hutan (KPH) dalam unit-unit pengelolaan, baik produksi (KPHP) di 28 provinsi Makro Bidang
kawasan hutan konservasi, hutan produksi Kehutanan dan
Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan 4 Prov 28 Prov
maupun hutan lindung Pemantapan
konservasi (KPHK) di seluruh Indonesia
Kawasan Hutan

Penetapan wilayah kesatuan pengelolaan hutan 4 Prov 28 Prov


lindung (KPHL) di 28 provinsi
Peraturan perundang-undangan penyelenggaraan 2 Judul 4 Judul
kesatuan pengelolaan hutan (KPH) sebnayak 4
judul

II.M-92
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
Peta areal kerja dan peta pencadangan 15% 90%
(IUPHHK-HT dan HA, HKm, HTR) selesai
90%.
c. Penyusunan rencana makro kawasan Perencanaan kawasan hutan secara Rencana makro kehutanan tentang perlindungan 1 judul 4 judul Perencanaan Kemenhut 298,5
hutan optimal yang meliputi rencana makro dan konservasi SDA, pemanfaatan, rehabilitasi Makro Bidang
kawasan hutan, penataan ruang, statistik hutan dan lahan, dan penataan ruang sebanyak 4 Kehutanan dan
dan pengemhangan jaringan komunikasi judul Pemantapan
data kehutanan Kawasan Hutan
Persetujuan substansi teknis kehutanan dalam 50% 100%
revisi RTRWP di seluruh Indonesia
Bahan kebijakan perencanaan ruang, 2 judul 8 judul
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang kawasan hutan sebanyak 3 judul dan data
strategis kehutanan sebanyak 5 judul.

d. Inventarisasi dan pemantauan Data dan informasi sumber daya hutan Data dan informasi geospasial dasar tematik 1 judul 5 judul Perencanaan Kemenhut 378,0
sumberdaya hutan yang meliputi :hasil inventarisasi, kehutanan terkini tingkat nasional sebanyak 5 Makro Bidang
pemantauan, pemetaan dan pengelolaan judul Kehutanan dan
jaringan data spasial Data dan informasi potensi kayu di kawasan 1 judul 5 judul Pemantapan
hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul Kawasan Hutan

Data dan informasi pendugaan carbon kawasan 1 judul 5 judul


hutan tingkat nasional sebanyak 5 judul

Basis data spasial sumberdaya hutan yang 1 kali 5 kali


terintegrasi sebanyak 5 kali update

II.M-93
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
e. Pengendalian penggunaan kawasan Terlaksananya penggunaan kawasan hutan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan dengan 16% 80% Perencanaan Kemenhut 53,5
hutan untuk pembangunan di luar sesuai dengan persyaratan teknis dan kompensasi penerimaan bukan pajak (PNBP) Makro Bidang
kegiatan kehutanan ketentuan yang berlaku paling tinggi 80% dari pemohon Kehutanan dan
Wajib bayar tertib membayar PNBP Penggunaan 15% 80% Pemantapan
Kawasan Hutan minimal 80% Kawasan Hutan
Data dan informasi penggunaan kawasan hutan 6 Prov 32 Prov
tersedia di 32 provinsi
Peraturan perundangan untuk pengendalian dan 1 Judul 1 Judul
penertiban penggunaan kawasan hutan tanpa ijin
sebanyak 1 judul

2. Konservasi Keanekaragaman Hayati Biodiversity dan ekosistemnya berperan Taman nasional dan kawasan konservasi Konservasi Kemenhut 4.348,2
dan Perlindungan Hutan signifikan sebagai penyangga lainnya yang potensi keanekaragaman Keanekaragaman
ketahanan ekologis dan penggerak hayatinya tinggi, terdapat spesies langka dan Hayati dan
ekonomi riil serta pengungkit martabat flagship, atau mempunyai fungsi pelindung Perlindungan
bangsa dalam pegaulan global hulu sungai, dan atau memiliki potensi wisata Hutan
alam signifikan, sudah dapat mandiri dalam
arti mampu menghasilkan uang untuk
membiayai program pengembangan
konservasi

II.M-94
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
Populasi keanekaragaman hayati dan spesies
yang terancam pubah meningkat 3% dari
kondisi tahun 2008 sesuai kondisi biologis dan
kesediaan habitat

Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal


logging, perambahan, perdagangan
tumbuhan dan satwa liar (TSL) ilegal,
penambangan ilegal dan kebakaran hutan )
penanganannya terselesaikan minimal 75%

Hotspot (titik api) di pulau Kalimantan, pulau


sumatera, dan pulau sulawesi berkurang 20%
setiap tahun

Meningkatnya destinasi wisata alam yang


dapat berperan dalam pasara wisata nasional

a. Pengembangan Kawasan Konservasi dan Meningkatnya pengelolaan dan Konflik dan tekanan terhadap kawasan taman 1% 5% Konservasi Kemenhut 1.381,3
Ekosistem Esensial pendayagunaan 50 unit taman nasional nasional dan kawasan konservasi lainnya (CA, Keanekaragaman
dan 477 unit kawasan konservasi lainnya SM, TB, dan HL) menurun sebanyak 5% Hayati dan
(CA, SM, TB, dan HL) dan ekosistem Perlindungan
i l Pengelolaan ekosistem esensial sebagai 2% 10%
penyangga kehidupan meningkat 10%.

II.M-95
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
Penanganan perambahan kawasan hutan pada 2 Prov 12 Prov
12 provinsi prioritas (Sumut, Riau, Jambi,
Sumsel, Sumbar, Lampung, Kaltim, Kalteng,
Kalsel, Kalbar, Sultra, dan Sulteng)

Restorasi ekosistem kawasan konservasi, 1 1 paket 5 paket K)

paket per tahun


b. Penyidikan dan Perlindungan Hutan Meningkatnya pengamanan kawasan Kasus baru tindak pidana kehutanan (illegal 15% 75% Konservasi Kemenhut 761,2
hutan, hasil hutan dan jaminan terhadap logging, perambahan, perdagangan TSL, illegal, Keanekaragaman
hak negara atas hutan penambangan illegal dan kebakaran) Hayati dan
penanganannya terselesaikan minimal sebanyak Perlindungan
75% Hutan
Tunggakan perkara (illegal logging, 25% 76,30%
perambahan, perdagangan TSL illegal,
penambangan illegal dan kebakaran)
terselesaikan sebanyak 25% per tahun
Kasus hukum perambahan kawasan konservasi 4% 20%
terselesaikannya sebanyak 20%

c. Pengembangan konservasi spesies dan Meningkatnya kualitas konservasi Populasi keanekaragaman hayati dan spesies 0% 3% Konservasi Kemenhut 466,0
genetik keanekaragaman hayati dan produk terancam punah meningkat sebesar 3% dari Keanekaragaman
tumbuhan dan satwa liar kondisi tahun 2008 sesuai kondisi biologis dan Hayati dan
kesediaan habitat Perlindungan
Penangkaran dan pemanfaatan jenis 1% 5% Hutan
keanekaragaman hayati secara lestari meningkat
5%
Kerjasama internasional dan konvensi di bidang 1 paket 5 paket K)

konservasi kenakeragaman hayati sebanyak 1


paket per tahun
Penyelenggaraan skema DNS Kehutanan, 1 1 paket 5 paket K)

paket per tahun

II.M-96
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
d. Pengendalian kebakaran hutan Meningkatkan system pencegahan Hotspot di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, 20% 67,20% Konservasi Kemenhut 1.275,0
pemadaman, penanggulangan, dampak dan Pulau Sulawesi berkurang 20% setiap tahun. Keanekaragaman
kebakaran hutan dan lahan Hayati dan
Luas kawasan hutan yang terbakar ditekan 10% 50% Perlindungan
hingga 50% dibandingkan kondisi tahun 2008 Hutan

Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah dan 6 DAOPS 30 DAOPS


masyarakat dalam penanggulangan bahaya
kebakaran hutan di 30 DAOPS

e. Pengembangan pemanfaatan jasa Meningkatnya pemanfaatan jasa Pengusahaan pariwisata alam meningkat sebesar 5 Unit 25 Unit Konservasi Kemenhut 464,7
lingkungan dan wisata alam lingkungan dan wisata alam 60% dibandingkan tahun 2008, dan ijin usaha Keanekaragaman
pemanfaatan jasa lingkungan air baru sebanyak Hayati dan
25 unit. Perlindungan
Hutan

PNBP dibidang pengusahaan pariwisata alam 20% 100%


meningkat 100% dibandingkan tahun 2008.

Peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar 6% 30%


kawasan konservasi tertentu meningkat menjadi
minimal Rp 800.000,00 per bulan per kepala
keluarga (atau sebesar 30%) melalui upaya-
upaya pemberdayaan masyarakat.

II.M-97
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
3. Peningkatan Fungsi Daya Dukung Berkurangnya lahan kritis pada DAS Fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi hutan Peningkatan Kemenhut 9.053,8
DAS Prioritas sehingga dapat mengurangi dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, Fungsi dan Daya
resiko bencana alam, dan meningkatkan gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas Dukung DAS
kesejahteraan masyarakat dalam usaha 2,5 juta ha. Berbasis
komoditas kehutanan Pemberdayaan
Masyarakat
Fasilitasi penetapan areal kerja pengelolaan
hutan kemasyarakatan (HKm) seluas 2juta
ha.

Fasilitasi pembangunan hutan rakyat untuk


bahan baku industri pertukangan seluas
250.000 ha.
Fasilitasi penetapan areal sumber benih di
seluruh bioregion seluas 6.000 ha, dan
pengelolaan areal sumber benih yang telah
ada seluas 4.500 ha.

II.M-98
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
Rencana pengelolaan DAS terpadu pada 108
unit DAS prioritas.

Fasilitasi penetapan areal kerja hutan desa


seluas 500.000 ha.
a. Penyelenggaraan Rehabilitasi Hutan dan berkurangnya lahan kritis melalui Fasilitasi dan pelaksanaan rehabilitasi hutan 160.000 Ha 800.000 Peningkatan Kemenhut 8.222,5
Lahan, dan Reklamasi Hutan di DAS rehabilitasi dan reklamasi hutan pada DAS prioritas seluas 800.000 ha. Ha Fungsi dan Daya
Prioritas Dukung DAS
Fasilitasi rehabilitasi lahan kritis pada DAS 100.000 Ha 500.000 Berbasis
prioritas seluas 500.000 ha. Ha Pemberdayaan
Fasilitasi pengembangan hutan kota seluas 1.000 Ha 5.000 Ha Masyarakat
5.000 ha.
Fasilitasi rehabilitasi hutan mangrove, gambut 60.000 Ha 295.000
dan rawa seluas 295.000 ha Ha
b. Pengembangan perbenihan tanaman ketersediaan materi genetik, sumber Areal sumber benih seluas 4.500 ha terkelola 4.500 Ha 4.500 Ha Peningkatan Kemenhut 109,5
hutan benih, dan benih berkualitas yang secara baik Fungsi dan Daya
memadai Fasilitasi pembangunan areal sumber benih 1.200 Ha 6.000 Ha Dukung DAS
seluas 6.000 ha Berbasis
Pengembangan Seed for People 1 paket per 1 paket 5 paket K) Pemberdayaan
tahun Masyarakat
Pengembangan sentra bibit 1 paket/tahun 1 paket 5 paket K)

c. Pembinaan penyelenggaraan pengelolaan Terselenggaranya pengelolaan DAS secara Rencana pengelolaan DAS terpadu di 108 DAS 22 DAS 108 DAS Peningkatan Kemenhut 721,9
DAS terpadu pada DAS priorutas prioritas Fungsi dan Daya
Dukung DAS
Terbangunnya base line data pengelolaan DAS 7 BPDAS 36 BPDAS
Berbasis
di 36 BPDAS
Pemberdayaan
Tersedianya data dan peta lahan kritis di 36 7 BPDAS 36 BPDAS Masyarakat
BPDAS

II.M-99
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
4. Pengembangan Penelitian dan IPTEK Minimal 60% hasil penelitian dan Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan Penelitian dan Kemenhut 233,6
Sektor Kehutanan pengembangan kehutanan dapat oleh pengguna untuk bidang hutan alam, Pengembangan
dimanfaatkan dalam pengambilan biodiversitas dan pengelolaan DAS sebanyak Departemen
kebijakan, pengelolaan teknis 7 judul Kehutanan
kehutanan dan pengayaan ilmu
pengetahuan, termasuk pengembangan
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan
kebijakan dan teknis yang berkaitan
oleh pengguna bidang hutan tanaman dan
dengan isu-isu perubahan iklim
HHBK sebanyak 6 judul

Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan


oleh pengguna bidang pengolahan hasil hutan
sebanyak 5 judul

Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan


oleh pegguna bidang lansekap hutan,
perubahan iklim dan kebijakan kehutanan
sebanyak 7 judul

a. Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ketersediaan dan termanfaatkan iptek Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan pada 20% 100% Penelitian dan Kemenhut 113,4
Kehutanan dan Perubahan Iklim. dasar dan terapan bidang lansekap hutan, bidang lansekap hutan, perubahan iklim dan Pengembangan
adaptasi dan mitigas perubahan iklim, dan kebijakan kehutanan sebanyak 7 judul Departemen
kebijakan kehutanan Kehutanan

II.M-100
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Hutan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT (Rp. Milyar)
2010 2014
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan oleh 20% 100%
pengguna pada bidang lansekap hutan,
perubahan iklim dan kebijakan kehutanan
sebanyak 7 judul.

b. Penelitian dan Pengembangan Tersedia dan termanfaatkannya Iptek Iptek dasar dan terapan yang dihasilkan 20% 100% Penelitian dan Kemenhut 120,2
Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya dasar dan terapan konservasi dan bidang hutan alam, biodiversitas dan Pengembangan
Alam. rehabilitasi sumberdaya alam pengelolaan DAS, 7 judul. Departemen
Iptek dasar dan terapan yang dimanfaatkan 20% 100% Kehutanan
oleh pengguna bidang hutan alam,
biodiversitas dan pengelolaan DAS sebanyak
7 judul.

TOTAL 14.947,9
Keterangan :
K)
Angka Kumulatif 5 tahun (2010-2014)

II.M-101
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaam Sumber Daya Kelautan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
1 Peningkatan Rehabilitasi, Konservasi, Meningkatnya tingkat ketaatan Tingkat ketaatan pemanfaatan sumber daya 3.250,2
Pengawasan dan Pengendalian Sumber pemanfaatan sumber daya kelautan dan kelautan dan perikanan
Daya Kelautan dan Perikanan perikanan
Meningkatnya luas kawasan konservasi Luas kawasan konservasi laut
laut
a Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Meningkatnya usaha perikanan yang sesuai Jumlah usaha penangkapan ikan di wilayah bagian 280 kapal 2.680 kapal Program KKP 170,1
Daya Perikanan ketentuan barat yang sesuai ketentuan (Kapal) Pengawasan
Sumber Daya
Kelautan dan
Jumlah usaha penangkapan ikan di wilayah bagian 180 kapal 1.712 kapal Perikanan
timur yang sesuai ketentuan
b Peningkatan Operasional Pengawasan Sumber Meningkatnya wilayah perairan Indonesia Jumlah wilayah perairan yang bebas kegiatan 4 wilayah 27 wilayah Program KKP 87,0
Daya Kelautan yang bebas kegiatan ilegal dan merusak perusakan ekosistem perairan Pengawasan
Sumber Daya
Jumlah wilayah perairan yang bebas kegiatan 7 wilayah 40 wilayah Kelautan dan
pencemaran perairan perairan Perikanan
c Peningkatan Operasional dan Pemeliharaan Meningkatnya wilayah pengelolaan Jumlah wilayah pengelolaan perikanan bagian barat 3 WPP 5 WPP Program KKP 1.617,3
Kapal Pengawas perikanan bebas IUU fishing bebas IUU Fishing Pengawasan
Sumber Daya
Jumlah wilayah pengelolaan perikanan bagian timur 6 WPP 6 WPP Kelautan dan
bebas IUU Fishing Perikanan

II.M-102
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaam Sumber Daya Kelautan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
d Pengembangan Sarana dan Prasarana Terpenuhinya sarana dan prasarana Jumlah pemenuhan sarana pengawasan yang Program KKP 536,9
Pengawasan dan Pemantuan Kapal Perikanan pengawasan dengan rancang bangun dan memadai secara terintegrasi, akuntabel dan tepat Pengawasan
sistem pemantauan yang terintegrasi dan waktu Sumber Daya
tepat sasaran Kelautan dan
Perikanan
-Kapal Pengawas 0 55 K)

-Speedboat 15 137 K)

-Stasiun Radar Satelit 0 0 K)

-Transmitter VMS 0 1 K)

Pemenuhan prasarana pengawasan yang memadai


secara terintegrasi, akuntabel dan tepat waktu

-Kantor dan Bangunan Pengawas 5 30 K)

-Dermaga 2 27 K)

-Pos Pengawas 15 70 K)

e Penyelesaian Tindak Pidana Kelautan dan Meningkatnya pelaku tindak pidana Jumlah kapal yang diperiksa 4000 40164 K) Program KKP 93,5
Perikanan kelautan dan perikanan yang divonis secara Pengawasan
akuntabel dan tepat waktu serta persentase Sumber Daya
penurunan tindak pidana kelautan dan Kelautan dan
perikanan Perikanan

II.M-103
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaam Sumber Daya Kelautan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
f Pengelolaan dan Pengembangan Konservasi Terkelolanya 20% kawasan ekosistem kawasan konservasi laut dan kawasan konservasi 900 ribu ha 4,5 juta ha K) Program KKP 745,5
Kawasan dan Jenis terumbu karang, lamun, mangrove dan 15 perairan tawar dan payau yang dikelola secara Pengelolaan
jenis biota perairan yang terancam punah berkelanjutan seluas 4,5 juta ha Sumber Daya
Laut, Pesisir dan
Pulau-Pulau
Jumlah kawasan konservasi dan jenis biota perairan 9 Kawasan dan 9 Kawasan dan Kecil
dilindungi yang diidentifikasi dan dipetakan secara 3 jenis 3 jenis
akurat.

2 Pendayagunaan Laut, Pesisir, Pulau-Pulau Integrasi pengelolaan wilayah laut, Terintegrasinya pengelolaan wilayah laut, 2.831,4
Kecil, dan Pulau-Pulau Terdepan pesisir, pulau-pulau kecil pesisir, pulau-pulau kecil
Peningkatan pengelolaan pulau-pulau Terkelolanya pulau-pulau terdepan
terdepan
Adaptasi dan mitigasi bencana di Tingkat implementasi adaptasi dan mitigasi
wilayah pesisir, pulau-pulau kecil bencana di wilayah pesisir, pulau-pulau kecil

Penataan wilayah pesisir Tertatanya wilayah pesisir


a Penataan Ruang dan Perencanaan Pengelolaan Tersedianya 145 rencana zonasi nasional/ Jumlah kawasan laut dan pesisir yang memiliki peta 6 kawasan 50 kawasan K) Program KKP 481,1
Wilayah Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil provinsi/ kabupaten/ kota, 50 masterplan potensi dan arahan pemanfaatan yang terintegrasi, Pengelolaan
minapolitan, 30 masterplan kluster pulau- akuntabel dan terkini Sumber Daya
pulau kecil bernilai ekonomi tinggi serta 12 Laut, Pesisir dan
master plan kawasan sentra produksi Pulau-Pulau
Jumlah kawasan pulau-pulau kecil yang memiliki 23 kawasan 145 kawasan K)
kelautan Kecil
peta potensi dan arahan pemanfaatan yang
terintegrasi, akuntabel dan terkini

II.M-104
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaam Sumber Daya Kelautan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
b Pendayagunaan Pesisir dan Lautan Terkelolanya 50 Kawasan minapolitan yang Jumlah luasan kawasan pesisir rusak yang pulih 60 ha 5.000 ha K) Program KKP 404,5
tahan terhadap ancaman kerusakan dan kembali. Pengelolaan
mempunyai infrastruktur dasar, serta 3 Sumber Daya
produk kelautan Jumlah ragam dan volume produk kelautan yang Laut, Pesisir dan
dikembangkan pada kawasan pesisir dan lautan. Pulau-Pulau
Kecil
2 kapal 12 kapal K)
- BMKT
50 ribu ton 500 ribu ton K)
- Garam
200 ribu liter 7,2 juta liter K)

- Deep sea water


c Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil Terwujudnya 200 pulau kecil yang Jumlah pulau kecil yang diidentifikasi dan dipetakan 20 pulau 205 pulau K) Program KKP 578,6
memiliki infrastruktur mamadai, ekosistem potensinya secara akurat termasuk pulau-pulau kecil Pengelolaan
baik, siap terhadap bencana, dan 25 di terluar Sumber Daya
antaranya terinvestasi Laut, Pesisir dan
Jumlah pulau kecil yang memiliki infrastuktur 20 pulau 205 pulau K) Pulau-Pulau
memadai secara terintegrasi termasuk pulau-pulau Kecil
kecil terluar
d Pelayanan Usaha dan Pemberdayaan Meningkatnya keberdayaan dan Jumlah kelompok usaha mikro di kawasan pesisir Program KKP 1.300,7
Masyarakat kemandirian 2 juta usaha skala mikro di dan pulau-pulau kecil yang bankable. Pengelolaan
seluruh kawasan minapolitan pesisir, Sumber Daya
beroperasinya sarana usaha mikro di 300 Laut, Pesisir dan
- Pengembangan sarana usaha Mikro LKM 100 unit 100 unit
kabupaten/kota pesisir Pulau-Pulau
- Dana Pemberdayaan Masyarakat Desa/PNPM MK 120 kab/kota 120 kab/kota Kecil

- Tenaga pendamping 480 orang 480 orang


- Kelompok Usaha Mikro 800.000 usaha 800.000 usaha

II.M-105
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaam Sumber Daya Kelautan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
e Pembinaan dan koordinasi penyiapan produk Terselenggaranya pemenuhan peraturan Persentase pemenuhan peraturan perundang- 50% 90% Program KKP 66,5
hukum dan penataan organisasi KKP perundang-undangan serta organisasi dan undangan serta efektivitas dan kemutakhiran hukum Peningkatan
tata laksana laut, perjanian, perizinan, organisasi dan tata laksana Dukungan
sesuai kebutuhan nasional dan tantangan global, Manajemen dan
serat pelayanan bantuan hukum yang akuntabel Pelaksanaan
Tugas Teknis
Lainnya KKP

3 Inovasi Riset dan Teknologi Terapan Kelautan Dimanfaatkannya hasil penelitian dan Pengembangan Iptek dasar dan aplikasi Iptek terapan 951,9
pengmbangan Iptek KP
a Penelitian dan Pengembangan IPTEK Kelautan Rekomendasi dan inovasi teknologi Jumlah rekomendasi dan inovasi teknologi 2 10 K) Program KKP 242,8
perlindungan pantai, energi terbarukan, perlindungan, pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, Penelitian dan
pengawasan, eksplorasi, eksploitasi, instrumentasi kelautan, maritim, mitigasi/adaptasi Pengembangan
instrumentasi kelautan, maritim, bencana dan perubahan iklim yang meningkatkan IPTEK Kelautan
mitigasi/adaptasi bencana dan perubahan efisiensi pengelolaan sumber daya kelautan secara 9 45 K) dan Perikanan
iklim yang meningkatkan efisiensi berkelanjutan
pengelolaan sumber daya kelautan

b Penelitian dan Pengembangan IPTEK Wilayah laut, pesisir dan pulau-pulau kecil Jumlah rekomendasi pengelolaan dan model Rekomendasi Rekomendasi K) Program KKP 260,7
Kewilayahan, Dinamika dan Sumber Daya yang teridentifikasi potensi, karakteristik, pemanfaatannya, serta Jumlah paket data terkait dan/atau model dan/atau model Penelitian dan
Nonhayati Pesisir dan Laut kebutuhan konservasi SDNHL dan dengan fenomena alam dan sumber daya non hayati pemanfaatan: 3 pemanfaatan: 15 Pengembangan
fenomena alamnya serta jumlah di wilayah pesisir ,laut, serta pulau-pulau kecil IPTEK Kelautan
rekomendasi pengelolaan dan model dan Perikanan
pemanfaatannya.

II.M-106
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Pengelolaam Sumber Daya Kelautan
TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
SASARAN (Hasil Outcomes/Output ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
yang diharapkan) 2010-2014
TERKAIT
2010 2014 (Rp. Milyar)
1paket data 5 paket data K)

terkait fenomena terkait fenomena


alam laut, 5 alam laut, 25
paket data terkait paket data terkait
SDNH, pesisir, SDNH, pesisir,
dan laut dan laut

c Penelitian dan Pengembangan IPTEK HKI, rekomendasi serta inovasi teknologi Jumlah HKI, rekomendasi serta inovasi teknologi Paket Teknologi: HKI : 2; Paket K) Program KKP 242,0
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan bioteknologi yang meningkatkan dan bioteknologi yang meningkatkan efisiensi 3 Teknologi: 16 Penelitian dan
dan Perikanan efisiensi pengolahan secara optimal, ragam, pengolahan secara optimal, ragam, nilai tambah, Pengembangan
nilai tambah, kualitas dan keamanan produk kualitas dan keamanan produk unggulan/ prospektif. IPTEK Kelautan
unggulan/ prospektif. dan Perikanan

d Penelitian dan Perekayasaan Sosial Ekonomi Rekomendasi pengelolaan sumber daya Jumlah rekomendasi pengelolaan sumber daya Rekomendasi: 4 Rekomendasi: K) Program KKP 206,3
Kelautan dan Perikanan kelautan dan perikanan berkelanjutan dan kelautan dan perikanan berkelanjutan dan model bh 20 bh Penelitian dan
model pengembangan usaha dan pemasaran pengembangan usaha dan pemasaran berbasis Pengembangan
berbasis minapolitan. minapolitan IPTEK Kelautan
Model Model K)
dan Perikanan
pengembangan: 4 pengembangan:
bh 20bh
TOTAL 7.033,5
Keterangan :
K)
Angka Kumulatif 5 tahun (2010-2014)

II.M-107
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
1. Peningkatan Kualitas Informasi Iklim, Cuaca Meningkatnya kapasitas pelayanan serta ketersediaan 2.070,1
dan Bencana Alam Lainnya data dan informasi iklim, cuaca dan bencana alam
lainnya yang cepat dan akurat

a. Pengelolaan Metorologi Publik BMKG Meningkatnya pelayanan data dan informasi meteorologi Persentase tingkat kemampuan 50% 80% Pengembangan dan BMKG 899,7
publik serta peringatan dini cuaca ekstrim pelayanan data dan informasi Pembinaan
meteorologi publik Meteorologi,
Klimatologi dan
Persentase tingkat kemampuan 50% 80% Geofisika
pelayanan data dan informasi
potensi kebakaran hutan

Persentase tingkat kemampuan 50% 80%


pelayanan data dan informasi
cuaca ekstrim

II.M-108
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
b. Pengelolaan Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim Meningkatnya kualitas dan kuantitas pelayanan data dan Jumlah pelayanan informasi 75% 95% Pengembangan dan BMKG 151,6
BMKG informasi di bidang iklim agroklimat dan iklim maritim iklim agroklimat dan iklim Pembinaan
maritim Meteorologi,
Klimatologi dan
Persentase pengguna informasi 75% 90% Geofisika
iklim agroklimat dan iklim
maritim
c. Pengelolaan Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Tersedianya kebijakan teknis dalam penanganan Kesinambungan (sustainabilitas) 100% 100% Pengembangan dan BMKG 515,0
penyediaan informasi gempa bumi dan tsunami Ina-TEWS Pembinaan
Meteorologi,
Klimatologi dan
Geofisika
Kesinambungan sistem 90% 90%
pengamatan di bidang
gempabumi dan tsunami

Kesinambungan sistem analisa 90% 90%


data di bidang gempabumi dan
tsunami

II.M-109
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
d. Pengelolaan Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Tersedianya pelayanan data dan informasi di bidang Jumlah pelayanan informasi 70% 90% Pengembangan dan BMKG 46,0
BMKG perubahan iklim dan kualitas udara, serta kerjasama di perubahan iklim dan kualitas Pembinaan
tingkat nasional dan internasional terkait kegiatan di bidang udara Meteorologi,
perubahan iklim dan kualitas udara Klimatologi dan
Geofisika
Persentase pengguna informasi 65% 90%
perubahan iklim dan kualitas
udara
e. Pengelolaan Meteorologi Penerbangan dan Meningkatnya kualitas, kuantitas dan jangkauan pelayanan Persentase tingkat kemampuan 40% 85% Pengembangan dan BMKG 395,4
Maritim BMKG data, informasi dan jasa di bidang meteorologi penerbangan Pelayanan data dan informasi Pembinaan
dan maritim meteorologi maritim Meteorologi,
Klimatologi dan
Geofisika
Persentase Tingkat Kemampuan 40% 85%
Pelayanan Data dan Informasi
Meteorologi Penerbangan

Frekuensi Pelayanan Informasi 365 1460


Meteorologi Maritim

Ketersediaan data meteorologi 680 890

II.M-110
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
f. Pengelolaan Seismologi Teknik, Geofisika Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan data Tersedianya peralatan 40 300 K) Pengembangan dan BMKG 62,5
Potensial dan Tanda Waktu BMKG dan informasi bidang seismologi teknik, geofisika potensial pengamatan seismoteknik, Pembinaan
dan tanda waktu geopotensial dan tanda waktu Meteorologi,
Klimatologi dan
Geofisika
Kesinambungan (sustainabilitas) 90% 90%
sistem pengamatan, analisa, dan
pelayanan dalam bidang
seismoteknik, geopotensial, dan
tanda waktu

Tersedianya data dan informasi 90% 90%


dalam bentuk peta secara
kumulatif dan bulletin di bidang
seismoteknik, geopotensial, dan
tanda waktu

2. Peningkatan Adaptasi dan mitigasi terhadap Meningkatnya kemampuan adaptasi dan mitigasi para 652,7
Perubahan Iklim pihak dalam menghadapi dampak perubahan iklim

II.M-111
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
a. Pengendalian Pencemaran Udara Menurunnya beban pencemar udara dari industri yang Jumlah industri pertambangan, 200 220 Program Pengelolaan KLH 120,8
dipantau dan diawasi energi dan migas yang dipantau Sumber Daya Alam dan
dan diawasi Lingkungan Hidup

Jumlah agroindustri yang 220 245


dipantau dan diawasi
Jumlah industri manufaktur yang 260 330
dipantau dan diawasi

Jumlah industri yang taat 480 720


terhadap peraturan LH
Jumlah penurunan beban 2,5% 12,5% K)

pencemar udara dari industri


yang dipantau dan diawasi

Jumlah pedoman 2 26 K)

teknis/peraturan perundang-
undangan

II.M-112
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
b. Pengendalian Pencemaran Udara Dari Emisi dan Menurunnya emisi dan kebisingan dari kendaraan di Jumlah peraturan perundangan 2 37 K) Program Pengelolaan KLH 104,8
Kebisingan Kendaraan Bermotor prioritas kota-kota yang dipantau yang ditetapkan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup

Jumlah daerah (provinsi/kota) 4 36 K)

yang difasilitasi dalam


penyusunan Peraturan Daerah
tentang pengendalian
pencemaran udara khususnya
sumber bergerak

Jumlah kota yang difasilitasi 4 36 K)

dalam penerapan pemeriksaan


emisi dan perawatan kendaraan
bermotor (P&P)

II.M-113
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Jumlah kebijakan sektor yang 2 10 K)

difasilitasi dalam mendukung


reduksi emisi (penetapan
standar emisi dan kebisingan,
bahan bakar, manajemen
transportasi, kendaraan tidak
bermotor (NMT), uji emisi bagi
kendaraan pribadi, land use
planning )

Jumlah kota yang dievaluasi 16 36


kualitas udaranya

Jumlah pembinaan teknis dalam 5 25 K)

pengendalian pencemaran
sumber bergerak

II.M-114
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
c. Perlindungan Atmosfir dan Pengendalian Tersedianya perangkat kebijakan dan terlaksananya Jumlah konsep kebijakan di 3 17 K) Program Pengelolaan KLH 112,1
Dampak Perubahan Iklim kegiatan untuk melindungi fungsi atmosfir & bidang perlindungan atmosfir Sumber Daya Alam dan
mengendalikan dampak perubahan iklim dan pengendalian dampak Lingkungan Hidup
perubahan iklim

% penyiapan penyusunan 100% 100%


perangkat untuk sektor yang
akan mendapatkan bimbingan
teknis untuk melakukan
inventori GRK & BPO

Jumlah sektor yang - 6


mendapatkan bimbingan teknis
untuk melakukan inventori GRK
& BPO
% penetapan baseline untuk 100% 100%
pengurangan konsumsi Bahan
Perusak Ozon (BPO) - HCFC

% pengurangan konsumsi Bahan - 10%


Perusak Ozon (BPO) - HCFC

II.M-115
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Jumlah pemerintah daerah 3 11
provinsi yang dilakukan
pembinaan teknis untuk kajian
kerentanan dan adaptasi
perubahan iklim

Jumlah sektor dan daerah yang 5 50 K)

mendapatkan bimbingan teknis


untuk melakukan kegiatan
perlindungan atmosfir dan
pengendalian dampak
perubahan iklim

Implementasi konsep Program 2 22 K)

Kampung Iklim
d. Peningkatan Konservasi dan Pengendalian Meningkatnya kualitas kebijakan konservasi dan Jumlah kebijakan konservasi 3 15 K) Program Pengelolaan KLH 143,3
Kerusakan Hutan dan Lahan pengendalian kerusakan hutan dan lahan, yang terpadu dan dan pengendalian kerusakan Sumber Daya Alam dan
bersifat lintas K/L, antara lain dengan Kemenhut, hutan dan lahan yang Lingkungan Hidup
Kemen.PU, BPN, Pemda ditetapkan/ diterbitkan (kriteria
dan pedoman), yang
terkoordinasi antara K/L dan
daerah
Data sebaran hotspot di 8 80% 80%
Provinsi rawan kebakaran hutan
dan lahan, yang terkoordinasi
antara K/L dan daerah

II.M-116
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Diterapkannya mekanisme 8 8
pencegahan kebakaran hutan
dan lahan di 8 Provinsi rawan
kebakaran hutan dan lahan,
yang terkoordinasi antara K/L
dan daerah
Data kondisi kerusakan hutan 80% 80%
dan lahan pada 11 DAS
prioritas dan berpotensi rawan
longsor, yang terkoordinasi
antara K/L dan daerah

Data tutupan lahan dan 100% 100%


perubahan penggunaan lahan
Land Use Change melalui
Program Menuju Indonesia
Hijau
Jumlah provinsi (pendekatan 10 30
ekosistem) yang dipantau sesuai
data potensi dan kejadian
bencana

% rekomendasi yang 50% 50%


diimplementasikan daerah dari
jumlah propinsi yang dipantau
setiap tahunnya

II.M-117
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
e. Peningkatan Konservasi dan Pengendalian Meningkatnya kualitas kebijakan konservasi dan Jumlah kajian, rekomendasi, 3 19 K) Program Pengelolaan KLH 75,9
Kerusakan Ekosistem Pesisir dan Laut pengendalian kerusakan ekosistem pesisir dan laut dan kebijakan peningkatan Sumber Daya Alam dan
konservasi dan pengendalian Lingkungan Hidup
kerusakan pesisir dan laut yang
ditetapkan (per tahun)

% capaian inventarisasi data 10% 50%


kerusakan ekosistem pesisir dan
laut dengan basis jumlah
kabupaten yang memiliki pesisir

Jumlah daerah yang diverifikasi 5 41 K)

tingkat kerusakan ekosistem dan


kualitas lingkungan (per tahun)

Jumlah model implementasi 5 25 K)

kebijakan di regional

II.M-118
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
f. Pengawasan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang Terlaksananya pengawasan pemanfaatan ruang dan % penyelesaian dokumen 16,7% 100% Program Pengelolaan KLH 95,7
evaluasi pemanfaatan ruang berdasarkan daya dukung dan konsep, naskah akademis, Sumber Daya Alam dan
daya tampung lingkungan, yang terpadu dan bersifat lintas pedoman dan peraturan Lingkungan Hidup
K/L perundang-undangan berkaitan
dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan [dari 12
dokumen yang direncanakan]
yang terkoordinasi antar K/L

% penyelesaian dokumen 20% 100%


pedoman kebijakan pengawasan
pemanfaatan ruang berdasarkan
daya dukung dan daya tampung
lingkungan [dari 5 dokumen
yang direncanakan] yang
terkoordinasi antark K/L

% penyelesaian kajian daya 0 100%


dukung 4 pulau besar yang
terkoordinasi antar K/L

II.M-119
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
% penyelesaian kajian 0 100%
penyimpangan pemanfaatan
ruang dan dampaknya terhadap
lingkungan kerusakan dan
bencana [dari 20 lokasi yang
direncanakan] dan didiseminasi
kepada K/L dan daerah terkait

% penerapan instrumen daya 6,70% 100,00%


dukung dan daya tampung
lingkungan hidup dalam
perencanaan ruang dan evaluasi
pemanfaatan ruang di kabupaten
dan propinsi [dari 11 kabupaten
dan 4 propinsi yang
direncanakan] yang
terkoordinasi antar K/L dan
daerah
% penerapan instrumen daya 0 100%
dukung dan daya tampung
lingkungan hidup di wilayah
ekoregion yang terkoordinasi
antar K/L dan daerah

II.M-120
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Jumlah propinsi 2 33
dilaksanakannya pengawasan
dan evaluasi pemanfaatan ruang
dan alih fungsi lahan/ruang dan
pelaksanaan instrumen
pengawasan pemanfaatan ruang
di kawasan lahan gambut, hutan
dan DAS prioritas untuk
menunjang pencapaian Prioritas
Nasional 9 RPJMN 2010-2014

% PPLHD yang ditingkatkan 10% 100%


kapasitasnya dalam pengawasan
pemanfaatan ruang [dari 250
orang PPLHD yang
direncanakan]

3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Menguatnya kapasitas institusi dalam mengantisipasi 10% 100% 1.506,6
Penanganan Perubahan Iklim dan menangani dampak perubahan iklim

II.M-121
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
a. Pengelolaan Instrumentasi, Rekayasa dan Tersedianya kebijakan teknis bidang instrumentasi, Jumlah kebijakan teknis 17 107 K) Pengembangan dan BMKG 172,9
Kalibrasi BMKG rekayasan dan kalibrasi instrumentasi, rekayasa dan Pembinaan
kalibrasi yang disusun Meteorologi,
Klimatologi dan
Geofisika
Persentase informasi 10% 30%
pengelolaan instrumentasi,
rekayasa dan kalibrasi secara
maksimal
b. Pengelolaan Jaringan Komunikasi BMKG Tersedianya kebijakan teknis bidang jaringan komunikasi Jumlah kebijakan teknis 63% 100% Pengembangan dan BMKG 127,9
jaringan komunikasi yang Pembinaan
disusun Meteorologi,
Klimatologi dan
Persentase informasi 90% 90% Geofisika
pengelolaan jaringan
komunikasi
c. Pengelolaan Data Base BMKG Tersedianya mekanisme yang mengatur ketersediaan dan Jumlah kebijakan database 11 86 K) Pengembangan dan BMKG 68,0
pengelolaan database yang disusun Pembinaan
Meteorologi,
Klimatologi dan
Geofisika
Persentase informasi 20% 100%
pengelolaan database secara
maksimal

II.M-122
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
d. Pengembangan UPT BMKG Terbinanya pelaksanaan UPT BMKG Persentase Pembinaan dan 80% 90% Pengembangan dan BMKG 688,7
pengembangan UPT BMKG Pembinaan
seluruh Indonesia Meteorologi,
Klimatologi dan
Geofisika
e. Penelitian dan Pengembangan BMKG Terselenggaranya penelitian dan pengembangan bidang Jumlah penelitian dan 0 75 K) Program Dukungan BMKG 81,7
meteorologi, klimatologi, kualitas udara dan geofisika pengembangan bidang Manajemen dan Tugas
meteorologi Teknis Lainnya

Jumlah penelitian dan 0 40 K)

pengembangan bidang
klimatologi
Jumlah penelitian dan 0 16 K)

pengembangan bidang kualitas


udara
Jumlah penelitian dan 0 92 K)

pengembangan bidang geofisika

Jumlah penelitian dan 0 51 K)

pengembangan yang digunakan


dalam operasional

Jumlah penelitian dan 0 30 K)

pengembangan yang di
publikasikan

II.M-123
PRIORITAS BIDANG: Peningkatan Kualitas Informasi Iklim dan Bencana Alam serta Kapasitas Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

TOTAL ALOKASI
FOKUS PRIORITAS TARGET KEMENTERIAN/
ANGGARAN
NO /KEGIATAN PRIORITAS SASARAN (Hasil Outcomes/Output yang diharapkan) INDIKATOR PROGRAM LEMBAGA
2010-2014
TERKAIT
2010 (Rp. Milyar)
2014
Jumlah kerjasama penelitian dan 0 34 K)

pengembangan

f. Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Tersedianya data, informasi dan peningkatan inovasi Tersedianya peta potensi 2,5 juta ha di 15,5 juta ha Program Penciptaan Kementan 295,1
Pertanian teknologi pengelolaan sumberdaya lahan pertanian sumberdya lahan pertanian Sulawesi dan Teknologi Dan Varietas
daerah lainnya Unggul Berdaya Saing

Jumlah informasi, paket 12 paket 11 paket


komponen teknologi
pengelolaan SDL (tanah, air,
perubahan iklim, pupuk dan
lingkungan pertanian)

TOTAL 4.229,4
Keterangan :
K)
Angka Kumulatif 5 tahun (2010-2014)

II.M-124

You might also like