You are on page 1of 7

TERMODINAMIKA 3

Saat ini setidaknya ada tiga isu umum besar yang terkait dengan
bidang refrigerasi, yaitu energi, penipisan ozon, dan pemanasan global. Isu-
isu terkini tersebut mendorong dan menuntun para ahli dan pekerja di
bidang refrigerasi dalam mencoba memecahkan berbagai persoalan yang
terlingkup di dalamnya. Bukan lagi menjadi hal yang sederhana untuk
menselaraskan ketiga hal tersebut karena di dalamnya berperan berbagai
disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya pelestarian lingkungan dan
keselamatan makhluk hidup, dan kepentingan ekonomi –yang biasanya juga
lekat dengan kepentingan politik, khususnya bagi negara-negara maju.

Di balik maraknya isu refrigerasi terkini, sedikit menyelami sejarah


refrigerasi masa lalu bisa menjadi sebuah kebutuhan dan keasikan
tersendiri. Orang bijak bilang bahwa sejarah bisa memberikan banyak
pelajaran berharga, tentu dengan sudut pandang masing-masing.

Tidak serumit saat ini, sejarah awal refrigerasi dahulu sangat lekat
dengan upaya manusia untuk mengawetkan makanannya, setidaknya
sampai ditemukannya refrigerasi mekanik yang kemudian membawa
refrigerasi dari satu topik isu ke topik isu lainnya. Di masa lalu (diantaranya)
manusia menyimpan makanannya di dalam gua atau batu-batu yang
dindingnya dingin secara alami. Dalam koleksi puisi China kuno, Shi Ching,
terdapat catatan penggunaan gudang es bawah tanah pada tahun 1000
SM. Orang-orang Yunani dan Romawi dulu telah membuat gudang salju
bawah tanah, di mana mereka menyimpan salju yang telah dipadatkan dan
menginsulasinya dengan rumput, tanah, dan pupuk kotoran hewan. Pliny the
Elder menulis tentang penyakit akibat minuman dingin, dan Kaisar Nero
mengatakan pendinginan buah-buahan dilakukan dengan menyimpannya di
kotak di dalam salju. Orang-orang India, Mesir, dan Estonia mendinginkan air
dan membuat es dengan meletakkan air di tempat yang rendah, dalam
wadah tanah liat, dan membiarkannya sepanjang malam di lubang di bawah
tanah. Penduduk Pulau Crete di Mediteranian, pada sekitar tahun 2000 SM
telah menyadari bahwa suhu yang rendah adalah sangat penting untuk
pengawetan makanan. Penelusuran budaya masyarakat Minoan di Cyprus
menunjukkan konstruksi gudang bawah tanah dibuat untuk menyimpan es
saat musim dingin, dan kemudian digunakan untuk menyimpan makanan
saat musim panas. Beberapa catatan menunjukkan bahwa Alexander Agung
di sekitar tahun 300 SM memberikan tentaranya minuman yang
didinginkan dengan salju untuk meningkatkan semangat tentaranya; pada
tahun 755 M Khalif Madhi mengoperasikan transportasi dari Lebanon
melintasi padang pasir ke Mekkah yang dilengkapi dengan sistem refrigerasi
yang menggunakan salju sebagai refrigerantnya; pada tahun 1040 M
Sultan Kairo menggunakan salju untuk mengangkut kebutuhan dapurnya
dari Syiria setiap hari. Sejak masa lampau masyarakat Arab telah
mengetahui bagaimana menjaga air agar tetap dingin dengan
menyimpannya di kendi yang terbuat dari tanah; cara ini juga banyak
dijumpai di berbagai daerah di Indonesia, namun entah kapan
permulaannya. Awal abad keempat Masehi, orang-orang Hindia Barat telah
mengetahui bahwa sejumlah garam, seperti sodium nitrat, bila dicampur
dalam air akan mengakibatkan suhu yang lebih rendah.

Di Amerika Serikat, khususnya di sekitar Sungai Hudson dan Maine,


pada pertengahan abad 19 M memiliki perdagangan penting es alam. Di
Eropa pada masa yang sama, balok es alam dari Norway sangat diminati.
Sejak tahun 1805 hingga akhir abad 19 M, kapal-kapal layar mengangkut
es alam dari Amerika Utara ke berbagai negara yang lebih hangat seperti
Hindia Barat, Eropa, dan bahkan India dan Australia; pada 1872, 225 ribu
ton es alam diangkut ke daerah-daerah tersebut. Pada permulaan tahun
1806 kapal laut Favorite berlayar ke pelabuhan St. Pierre, Martinique (di
daerah Karibia), dengan membawa 130 ton balok es. Pelayaran ini diduga
sebagai misi dagang skala besar pertama di bidang refrigerasi, sang pemilik
kapal ini adalah Frederic Tudor. Karena kala itu es belum dikenal di
Martinique dan tidak ada fasilitas penyimpanannya, maka biaya yang
dibutuhkan menjadi besar, namun itu dapat diatasi oleh Tudor. Bersama
seorang pemilik rumah makan, ia membuat dan memperkenalkan es krim
(ice cream) di Hindia Barat, di mana makanan penutup dingin belumlah
dikenal kala itu.

Beberapa tahun kemudian, dengan dibangunnya gudang es di St.


Pierre dan dengan digunakannya serbuk kayu cemara sebagai insulasi
sepanjang perjalanan transportasi kargo es-nya, Tudor mengembangkan
idenya hingga menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan. Ia membuat
kontrak kerja untuk memotong es di kolam-kolam dan sungai-sungai
sepanjang New England dan mengirimnya ke berbagai tujuan, tidak hanya
ke Hindia Barat dan Amerika Serikat bagian selatan, namun juga ke tempat-
tempat jauh seperti Amerika Selatan, Persia, India, dan Hindia Timur. Tahun
1849 total kargonya mencapai 150 ribu ton es; hingga tahun 1864 ia telah
mengapalkan es-nya ke 53 pelabuhan di berbagai bagian dunia. Bisnis yang
ia temukan telah mengubah hidup dan kebiasaan orang di seluruh dunia,
dan metode yang digunakannya masih terus digunakan hingga pada tahun
1880-an digantikan dengan produksi es buatan dengan mesin.

Saat ini refrigerasi mekanika telah jauh lebih baik dari masa lalu,
berbagai tipe kompresor dan daur refrigerasi telah digunakan. Dapat
dikatakan bahwa refrigerasi mekanika pertama kali diperkenalkan oleh
William Cullen, berkebangsaan Scot, yang pada tahun 1755 membuat es
dengan mengevaporasi ether pada tekanan rendah. Pada 1810 Sir John
Lesley untuk pertama kalinya berhasil membuat es dengan mesin yang
memakai prinsip serupa. Tonggak sejarah pengembangan refrigerasi adalah
pada tahun 1834 ketika Jacob Perkins, berkebangsaan Amerika,
mendapatkan paten nomer 6662 dari Inggris untuk mesin kompresi uap –
yang saat ini prinsipnya banyak digunakan dalam sistem refrigerasi. Perkins
menyatakan suatu siklus tertutup yang meliputi evaporasi dan kondensasi
dengan memanfaatkan suatu fluida untuk mendinginkan fluida lainnya.
Namun apa yang diajukan oleh Perkins masih memerlukan rancangan lebih
lanjut. James Harrison, berkebangsaan Scot yang berimigrasi ke Australia
pada tahun 1837, menemukan sebuah mesin pendingin pada sekitar awal
tahun 1850, dan Alexander Twinning memproduksi satu ton es per hari
pada tahun 1856 in Cleveland, Ohio. Pada tahun 1851 Dr. John Gorrie dari
Florida mendapatkan paten Amerika pertama untuk mesin es yang
menggunakan udara terkompresi sebagai refrigeran. Sebagai seorang ahli
Físika ia terdorong untuk meringankan penderitaan orang yang terkena
demam dan lainnya yang menimbulkan suhu tinggi. Profesor A.C. Twining
dari New Haven mengembangkan mesin Gorrie tersebut dengan
menggunakan sulfuric ether. Dr. James Harrison dari Australia juga
mengembangkan mesin dengan sulfuric ether dan pada tahun 1860 ia
membuat pemasangan perangkat refrigerasi pada industri. Pada tahun
1861 Dr. Alexander Kira dari Inggris membuat mesin dengan udara dingin
yang serupa dengan mesin Gorrie; mesinnya mengkonsumsi satu pon batu
bara untuk menghasilkan empat pon es. Carl von Linde menjelaskan
refrigerasi dengan teori termodinamika, ilmuwan-ilmuwan lainnya, dari
Inggris, Jerman, Perancis, Amerika dan Belanda telah berkontribusi dalam
pengembangan refrigerasi: seperti Carre, Black, Faraday, Carnot, Joule,
Mayer, Clausius, Thompson, Thomson (Lord Kelvin), Helmholtz dan
Kamrelingh Onnes.

Pada peralihan abad 19-20, kompresor masih digerakkan oleh uap


dengan kecepatan maksimum 50rpm. Di tahun 1900 industri refrigerasi
kental diwarnai oleh peralihan dari konsumsi es alami ke es buatan, dan
persaingan antara manfaat kedua produk tersebut berlangsung sekitar 15
tahun. Pada kisaran tahun tersebut ice-cream menjadi sebuah industri yang
mulai menarik, demikian juga beberapa aplikasi refrigerasi lainnya seperti
untuk arena luncur es, penyimpanan bulu pendinginan air minum, dan juga
air conditioning untuk pembuatan film untuk kamera, roti dan permen. Air
conditioning dengan kapasitas pendinginan 450ton untuk pertama kalinya
dipasang di New York Stock Exchange, dan system yang sama pada waktu
yang hampir sama juga dipasang di sebuah teater Jerman. Tahun 1905
Gardner T. Voorchees mempatenkan kompresor (multiple-effect compressor)
temuannya, dimana gas refrigerant dari dua evaporator dengan tekanan
berbeda bisa ditarik dan ditekan dalam satu silinder tunggal; menariknya,
penemuannya baru dikembangkan 40 tahun kemudian. Memasuki tahun
1911 kecepatan kompresor meningkat menjadi antara 100 hingga 300rpm,
dan pada tahun 1915 untuk pertama kalinya kompresor dua tingkat
dioperasikan. Sistem ini masih belum baik, dan dipakai hingga tahun 1940.
Setelah Perang Dunia Pertama, Biro Standar Nasional Amerika membuat
rumusan yang akurat untuk panas laten untuk es, sehingga perancangan
sistem refrigerasi menjadi lebih baik. Perkembangan selanjutnya kompresor
rotary dan unit steam-jet mulai digunakan, dan refrigerasi menjadi umum
digunakan di industri minyak.

Perkembangan-perkembangan di awal abad 20 tersebut sangat


menarik, mengingat pada tahun 1890an –menurut ahli sejarah Stewart
Holbrook, Lost Men of American History– air soda dan ice-cream menjadi
objek serangan dalam khotbah keagamaan saat itu, bahkan di kota-kota
tertentu di Midwest air soda dan ice-cream dilarang secara hukum, selain itu
juga adanya anggapan bahwa gudang pendinginan dan es buatan tidak baik
untuk kesehatan, juga anggapan bahwa kecepatan kompresor melebihi
100rpm adalah hampir tidak mungkin dibuat. Melihat fakta-fakta saat ini
tentu saja penolakan-penolakan tersebut tampak menggelikan. Kompresor,
yang merupakan bagian penting dari sistem refrigerasi, pada perkembangan
selanjutnya dapat dibuat dengan kecepatan yang lebih tinggi, ukuran yang
lebih kecil, dan menggunakan multi-silinder.

Lonjakan produksi dalam industri refrigerasi dan air conditioning terjadi


mulai tahun 1930an. Refrigerasi di USA pada tahun 1940 mengambil
bagian lebih dari 13% (energi) dari total perdagangan peralatan mesin saat
itu. Perdagangan refrigerasi saat itu setidaknya bisa diklasifikasikan menjadi
empat bagian, yaitu: refrigerasi untuk rumah tangga menempati urutan
pertama, yang diikuti oleh refrigerasi untuk industri, air conditioning, dan
refrigerasi komersial. Pada tahun 1960, diperkirakan dari 50juta rumah
yang tersambung aliran listrik di USA, 49juta (98%) diantaranya memiliki
refrigerator. Setelah 1960, perdagangan freezer untuk industri tercatat
melebihi refrigerator untuk rumah tangga. Perdagangan unit pendingin
lainnya seperti untuk gudang, tempat tinggal, mobil dan kereta total nilainya
mencapai milyaran dollar per tahun di tahun 1960an.

Sejalan dengan kebutuhan dan perkembangannya, variasi aplikasi


refrigerasi dan air conditioning terus bertambah. Angkutan untuk produk-
produk dari industri makanan dan minuman serta pertanian dan
perternakan-perikanan juga mendorong meningkatnya perkembangan dan
perdagangan dalam industri refrigerasi dan air conditioning. Di bidang
industri, refrigerasi mampu membantu meningkatkan efisiensi sistem, dan
juga mampu menjadi solusi bagi proses-proses industri yang membutuhkan
temperatur rendah. Demikian pula air conditioning, menjadi solusi bagi
proses-proses industri yang membutuhkan pengaturan kondisi udara
tertentu. Dalam bidang medis, refrigerasi dan air conditioning bukan hanya
mengambil peran yg terkait dengan instrumen medis, namun juga
penanganan obat-obatan serta zat-zat lainnya yang memerlukan perlakuan
pada temperatur tertentu, bahkan juga proses-proses operasi medis.
Refrigerasi dan Air Conditioning Kini

Penipisan lapisan ozon, pemanasan global, dan efisiensi energi dan


material merupakan tema utama dalam bidang refrigerasi dan air
conditioning saat ini. Montreal Protocol, yang kemudian dilanjutkan dengan
Kyoto Protocol telah membuat banyak agenda yang terkait dengan
penyikapan terhadap tema-tema utama tersebut, yang tentu saja ini
membuat bidang refrigerasi semakin dinamis.

Dalam hal refrigerant, produksi dan pemakaian refrigerant yang


menyebabkan penipisan lapisan ozon dan peningkatan panas global sudah
ada yang dihentikan, dan beberapa dijadwalkan untuk dihentikan. Terjadi
peralihan dari refrigerant HCFCs ke HFCs untuk menghentikan kontribusi
refrigerasi pada penipisan lapisan ozon. Guna menghentikan kontribusi
refrigerasi pada pemanasan global, peralihan selanjutnya adalah dari HFCs
ke refrigerant natural, termasuk di dalamnya adalah refrigerant
hidrokarbon.

Peningkatan efisiensi sistem refrigerasi meliputi cakupan yang sangat


luas, sehingga mendorong munculnya study dan inovasi dalam level yang
lebih spesifik. Dalam lingkup komponen refrigerasi, sebut saja kompresor,
evaporator, kondenser, dan katub ekspansi (dengan berbagai tipe dan
ukurannya) merupakan komponen-komponen utama yang lebih akrab
didengar. Selain itu ada piping, injector, oil separtor, defroster, ekonomizer,
dan banyak lainnya menjadi study penting dalam peningkatan efisiensi
sistem. Dalam lingkup sistem, berbagai inovasi tipe sistem refrigerasi
beserta sistem kontrolnya telah mengalami banyak perkembangan. Karena
konsumsi energi untuk Refrigerasi dan Air Conditioning untuk suatu gedung
mengambil bagian yang cukup besar, maka Refrigerasi dan Air Conditioning
memainkan peran penting dalam konsep intelligent building, demikian pula
dalam konsep ZERO NET ENERGY yang dipelopori oleh ASHRAE yang
diharapkan mampu terealisasi pada 2030. Demikian pula dalam hal efisiensi
material, berbagai material untuk peruntukan komponen masing-masing
terus dikaji untuk memberikan efisiensi yang lebih baik.

Dalam hal perdagangan Refrigerasi dan Air Conditioning, sebuah


artikel (Oktober 2007) yang dikutip ASHRAE menunjukkan suatu kejutan.
Amerika boleh jadi merupakan rahim dari teknologi Refrigerasi dan Air
Conditioning, namun bukan berarti akan seterusnya memegang kendali
perdagangan di bidang ini. Saat ini, dari lima perusahaan terbesar yang
menguasai pasar Refrigerasi dan Air Conditioning, dua posisi teratas
dipegang oleh perusahaan China, kemudian disusul dua perusahaan dari
Korea Selatan, dan ditutup oleh sebuah perusahaan Jepang. Perusahaan-
perusahaan China mampu menguasai 70% pasar dunia. Di kawasan Asia
Tenggara, hanya Thailand yang bisa bermain signifikan di pasar ini. Data-
data tersebut selayaknya mampu lebih memacu Indonesia untuk juga bisa
menjadi pemain yang diperhitungkan, setidaknya bisa dimulai di arena
regional.

IIR –International Institute of Refrigeration dalam sebuah konferensinya


di Agustus 2007 memberikan sebuah laporan menarik, bahwa produk
agrikultur (termasuk perikanan laut dan tawar) dunia saat ini yang perlu
mendapatkan perlakuan refrigerasi mencapai 5,5 milyar ton, namun baru
sekitar 400 juta ton yang ditangani. IIR memprediksi 1,8 milyar ton dari
produk-produk tersebut akan memberikan keuntungan bagi industri storage
dan transport refrigerasi. Sekali lagi, data ini bisa menjadi suatu kesempatan
menarik bagi industri agrikultur (serta produk turunannya) dan refrigerasi
Indonesia.

Bila kini China mampu menjadi produsen terbesar untuk produk-


produk Refrigerasi dan Air Conditioning –setelah menyalip Amerika, Eropa,
Jepang dan Korea Selatan–, kesempatan itu pasti juga dimiliki oleh setiap
bangsa, termasuk Indonesia. Indonesia dengan segala karakteristiknya
memerlukan sentuhan Refrigerasi dan Air Conditioning yang disesuaikan
dengan karakternya tersebut. Bahasan tentang hal ini penulis harap bisa
disampaikan dalam tulisan tersendiri di lain kesempatan, dengan
memperhatikan berbagai potensi nasional dan tiap-tiap daerah di Indonesia,
sehingga diharapkan bisa menjadi bagian kontribusi kebaikan bagi
pembangunan nasional dan daerah.

Sejarah Perkembangan Refrigerant

1874-1875

- Sulphur dioxid (SO2)

- Ethyl chloride (C2H5Cl)

- Ammonia (NH3)

1878-81

- Methyl chloride (CH3Cl)

- Carbon Dioxide (CO2)

Abad XX New refrigerant (CH4, C2H4, C3H8, CH2Cl2, C2H2Cl2, C2Cl3F3)


Klasifikasi Refrigerant

• Natural Refrigerant
• water(R-718)
• Ammonia (R-717)
• carbon dioxide (R-744)
• Hydrocarbons
• Propane
• Isobutane
• Chlorofluorocarbons (CFCs)
• R-11
• R-12
• R-22
• Hydrochlorofluorocarbons (HCFCs)
• HCFC-22
• HCFC123
• Hydrofluorocarbons (HFCs)
• R-134a
• R-245fa

Refrigerant Produksi Indonesia


Pertamina Indonesia memproduksi refriferant dengan nama Musi Cool (MC), refrigerant ini
diklaim ramah lingkungan ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina dalam menghasilkan
produk ramah lingkungan Hasil uji coba menunjukan bahwa MC terbukti mampu menurunkan
pemakaian energi listrik 15 sampai 20 persen dibandingkan dengan penggunaan CFC
(Chloroflourocarbon). Produk Musi Cool, terbagi dalam MC-12, MC-22, dan MC-134, tergolong
Non ODS (Non Ozone Deploting Substance), aman dan hemat energy. penggunaan MC baru
dimanfaatkan pada peralatan perkantoran, kendaraan, perumahanan, dan operasional kilang
dalam lingkungan Pertamina UP III sendiri. MC dapat digunakan untuk AC (window/split), AC
mobil, lemari es, dan water dispenser tanpa perlu melakukan penggantian komponen saat
peralihan dari tipe refrigeran sebelumnya (CFC).

You might also like