You are on page 1of 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Konflik antara Palestina dan Israel hingga saat ini masih merupakan masalah terbesar
bagi negara-negara di kawasan timur tengah bahkan di tangan internasional. Penduduk Palestina
sudah puluhan tahun hidup dalam perjungan untuk membela kedaulatannya, dan membela
keadilan serta hak asasinya. Serangan dari Israel yang mendapat dukungan dari Amerika tidaklah
membuat mereka mundur, buram dan takluk, bahkan justru dapat melahirkan semangat juang
untuk membela Negara dan keadilan.

Hal ini dapat di lihat ketika terjadi konflik dengan Israel, pejuang Palestina selalu
menunjukkan semangatnya untuk melawan musuh dengan senjata yang tidak sebanding dengan
senjata musuh. Namun meskipun keterbatasan senjata tidaklah membuat mereka berhati kecil,
putus asa dan mudah menyerah, karena mereka tahu bahwa hal ini merupkan persoalan hak
penduduk Palestina yang harus di pertahankan dan di bela. Israel tidaklah berhak merebut tanah
palestina dan menginjak-ngenjak bangsa palestina

Konflik yang berkepanjangan ini tidaklah mudah di selasaikan, sebab hal ini persoalan
yang harus di tangani dan di selesaikan secara internasional. Namun anehnya, konflik ini pada
kenyataannya tidak pernah selesai bagaikan film serial yang terus bersambung; serial pertama
selasai muncul serial kedua dan begitu seterusnya. Memang kadang terjadi perdamaian selang
beberapa bulan atau beberapa tahun, namun kemudian meletus lagi.

Sekarang terjadi lagi konflik yang cukup panas antara pejuang Palestina dan Israel. Sejak
konflik beberapa hari hingga sekarang, serangan Israel ke Gaza telah merengut nyawa sekitar
700 (tujuh ratus korban), yang mayoritas masyarakat sipil dan anak-anak di bawah usia. Udara di
Gaza di selimuti dengan asap letusan bom-bom Israel, tumpahahan darahpun terus mengalir
bagaikan mata air yang mengalir, sementara dunia hanya menjadi saksi. Alangkah kejamnya
manusia yang selalu punya rasa dendam dan merebut hak orang lain, sungguh sangat biadabnya
tindakan Israel itu dengan membabi buta. Anehnya, konflik ini seakan-akan hanya menjadi

1
tayangan PBB yang hendak di saksikan di layar TV tanpa ada yang protes. Padahal persoalan ini
dapat di selesaikan hanya melalui PBB. Jika tidak maka konflik ini tidak akan pernah selasai.
PBB hanya menjadi saksi bisu tanpa mengeluarkan sepatah katapun menengahi penyelesaian dan
perdamaian.

Maklum PBB hanya di peralat oleh Amerika yang mendukung penuh terhadap Israel dan
menjadi sebatas simbol ketika di hadapkan pada konflik Palestina-Israel. Penyelesaian lewat dua
belak pihak” palestina-Israel” tidaklah akan menjamin secara penuh atas perdmaian di palestina.
Oleh karena itu, sekarang PBB harus bertindak dengan cepat untuk menangani perdamaian itu
dan harus tegas tanpa di tunda-tunda lagi.

2
BAB II

Pembahasan

1. Latar Belakang Munculnya Konflik Palestina-Israel


a. Gerakan Zionisme Internasional
Zionisme merupakan salah satu kelompok dalam agama yahudi. Istilah Yahudi
berasal dari akar kata Zion atau Sion, yang pada masa awal sejarah Yahudi
merupakan Sinonim dari kata Jerusalem. Lahirnya Zionisme tidak dapat lepas dari
harapan kaum Yahudi untuk kembali ke tanah yang dijanjikan (promised land).
Zionisme berangkat dari rumusan sederhana terhadap kondisi riil fonomena anti-
semit atau lebih tepat dikenal dengan anti-jews di Eropa.
Sebagai sebuah ideology, Zionisme disusun dengan sebuah target jelas, yaitu untuk
membentuk sebuah Negara Yahudi. Latar belakang utama lahirnya gerakan Zionisme
disebabkan oleh hak social,politik, ekonomi, budaya, dan agama mereka yang
ditindas ketika mereka terpaksa hidup berdiaspora di beberapa Negara. Dari sinilah
timbul kesadaran dalam diri orang-orang Yahudi untuk mengakhiri penderitaan
mereka yang berkepanjangan dengan cara kembali ke negeri leluhur mereka di tanah
yang dijanjiakan.
Tranformasi Zionisme menjadi sebuah gerakan resmi terjadi pada sekitar tahun 1897.
Perubahan tersebut tidak dapat dilepaskan dari nama Theodore Herzl. Herzl berhasil
merumuskan idologi kebangsaan dan gagasan tentang sebuah Negara merdeka bagi
yahudi (Abu Bakar; 2008). Setahun kemudian, meskipun banyak tantangan, dia
menyelenggarakan kongres zionis pertama di Bassel, Swiss. Di samping itu, Herzl
mulai melobi para pemimpin dunia dan tokoh politik.
Selain menjadi tonggak bagi berdirinya gerakan Zionisme secara global, kongres
pertama tersebut merekomendasikan sebuah Negara khusus bagi kaum Yahudi yang
tercerai berai di seluruh dunia. Namun, kongres tersebut belum menentukan secara
tegas wilayah mana yag akan dijadikan tempat bagi berdirinya Negara tersebut. Baru
pada kongres kedua yang diselenggarakan pada 1906, gerakan Zionisme
merekomendasikan secara tegas untuk mendirikan sebuah Negara bagi Yahudi di
tanah Palestina.

3
Terdapat dua peristiwa penting yang menjadi tonggak sejarah bagi berdirinya Negara
Yahudi di tanah Palestina. Pertama, perjanjian Sykes-Picot tahun 1916 antara Inggris
dan Perancis yang membagi peninggalan wilayah Turki Utsmani di wilayah Arab.
Kedua, Deklarasi Balfour tahun 1917 yang menjanjikan Negara Yahudi di tanah
Palestina pada gerakan Zionisme (). Perlu diketahui, sejak awal didirikannya sampai
saat ini, gerakan Zionisme bukanlah murni gerakan keagamaan. Zionisme merupakan
sebuah gerakan bermotif duniawi yang menginginkan agar kaum Yahudi memiliki
tanah air sendiri. Untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan yang luas, gerakan
Zionisme menggunakan doktrin-doktrin keagamaan yang seringkali dipaksakan, agar
sesuai dengan keinginan mereka. Oleh karena itu, tak mengherankan jika eksistensi
gerakan ini juga mengundang pro dan kontra dikalangan internal Yahudi.
b. Berdirinya Negara Israel
Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa banyak terjadi penindasan terhadap
bangsa Yahudi di Eropa yang menyebabkan terjadinya eksodus kaum Yahudi ke
Palestina. Peristiwa ini terjadi sejak 1881 sebelum gerakan Zionisme dideklarasikan
secara resmi oleh Herzl 1897. Ide tentang eksodus secara besar-besaran
sesungguhnya telah sejak awal diilhami oleh pemikiran-pemikiran kaum Zionis.
Gelombang perpindahan kedua terjadi dalam rentang waktu 1904-1914. Kemudian,
pasca berakhirnya perang dunia I terjadi gelombang perpindahan yang ketiga pada
rentang tahun 1919-1923 dan dilanjutkan pada tahun 1924-1929 yang ketika itu ,
Palestina dibawah mandate Inggris yang menjadi penyokong utama bagi kehadiran
bangsa Yahudi di Palestina.
Gelombang keempat perpindahan kaum Yahudi terjadi ketika Jerman dibawah
kepemimpinan Adolf Hitler melakukan penyingkiran kaum Yahudi sekitar tahun
1933.
Oleh karena itu, sejak awal muncul protes dari bangsa Arab terhadap eksodus bangsa
Yahudi ke Palestina , maka peristiwa inilah yang menyebabkan Inggris untuk
memperketat eksodus kaum Yahudi dari berbagai belahan dunia. Pada 17 Mei 1939,
Inggris memberlakukan kebijakan naskah putih yang berisi prinsip-prinsip baru
tentang Palestina.

4
Ketika perang dunia berdiri (PD) II meletus, konflik arab dan yahudi di palestina agak
mereda karena pihak sekutu tengah berkonsentrasi menghadapi blok Jerman-Italia-
Jepang. Namun, genjatan senjata tersebut ternyata hanya berlangsung sampai tahun
1943 karena di nodai oleh pemberontakan yang dilakukan orang-orang yahudi
terhadap pemerintah penguasa mandat Inggris.
Ada dua faktor utama yang menyebabkan munculnya gerakan pemberontakan
tersebut . pertama, adanya peningkatan luar biasa imigrasi yahudi illegal dari
bebarbagai wilayah Eropa yang diduduki Nazi. Para korban penyiksaan Nazi datang
berbondong-bondong ke tanah Palestina. Padahal, berdasarkan Naskah Putih,
pemerintah mandat Inggris melarang mereka masuk ke palestina. Mereka yang datang
akhirnya diungsikan ke kamp-kamp penampungan di Siprus dan wilayah-wilayah
lainnya di seberang Palestina. Kedua, meningkatnya tekanan dari kelompok Zionis di
Amerika. Pada 11 Mei 1942, organisasi Zionis Amerika Serikat bersidang di New
York dan menghasilkan program Biltmore yang diajukan oleh David Ben Gurion,
Ketua Komisi Eksekutif Agen Yahudi. Adapun isi dari program Beltmore ialah (1)
pendirian Negara yahudi yang mencakup seluruh wilayah Palestina; (2) pembentukan
milter yahudi; (30 penolakan Naskah Putih tahun 1939 dan diteruskannya imigrasi tak
terbatas ke palestina yang tidak hanya diawasi oleh Inggris , tapi juga oleh agen
yahudi.
Kebenaran kaum yahudi juga ditunjang oleh keberhasilan Zionis Amerika Serikat
dalam melobi kongres agar mendukung usaha-usaha untuk membatalkan Naskah
Putih, agen eksodus mereka ke Palestina tidak dibatasi. Pada awal 1944, kongres
mengeluarkan sebuah resolusi yang berisi permintaan dibukanya kembali Palestina
sebagai suatu persemakmuran yahudi. Resolusi ini juga mengharapkan adanya
campur tangan secara resmi dari campur tangan Amerika Serikat. Berkat lobi-lobi
politik yang dilakukan oleh para agen zionis kepada elite pemerintahan Amerika
Serikat, niat kaum yahudi itu secara resmi mendapat dukungan penuh dari Presiden
Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt.
Setelah itu, pemerintah Amerika Serikat mulai secara intensif menekan Inggris
agar mencabut kembali kebijakan Naskah Putih. Namun, pihak Inggris tetap ingin
mempertahankan diplomasi tradisional mereka untuk tidak bermusuhan dengan

5
bangsa Arab. Oleh karenanya, Inggris bersikeras untuk tetap mempertahankan
Naskah Putih yang mengatur pembatasan bagi para imigran yahudi. Akhirnya, pada 2
pril 1947 Inggris membawa masalah tersebut ke PBB.
Dalam forum PBB inilah, kaum yahudi semakin mendapat angin segar untuk
mewujudkan ambisinya karena mayoritas dukungan di tingkat Majelis Umum berasal
dari Amerika Serikat. PBB kemudian membentuk sebuah komite khusus untuk
mencari penyelesaian masalah palestina . komite khusus tersebut lalu
merekomendasikan dua hal. Pertama, membagi dua tanah Palestina masing-masing
untuk pihak yahudi dan Arab. Kedua, membentuk Negara Federal Yahudi dan Arab.
Tetapi, PBB, atas desakan Amerika Serikat, menolak dua rekomendasi tersebut untuk
kemudian melemparkan masalah palestina ini ke forum sidang majelis umum PBB
pada 29 novemper 1947. Pada saat itu pula , majelis umum PBB mengadakan voting
dan keluarlah Resolusi PBB No. 181 yang menegaskan membagi dua tanah Palestina
untuk Israel dan Arab. Pembagian tersebut sebanyak 56 persen untuk Israel dan
sisanya 44 persen untuk Arab.
Kaum Yahudi berhasil mendatpatkan 2/3 wilayah Palestina yang meliputi Jaffa,
Galilea Timur sampai lembah Esdraelon, daerah pantai dari Haifa hingga ke bagian
selatan Jaffa, dan sebagian besar Nageb. Sisanya, yakni bagian tengah dan timur
Palestina, diserahkan kepada bangsa Arab. Adapun Jerussalem dan Bethlehem berada
di bawah pengawasan pemerintahan yang bertanggung jawab langsung kepada
Dewan Perwalian PBB.
Pada 14 Mei 1948, David Ben Gurion mengumumkan secara resmi berdirinya
Negara Israel dengan berpijak pada Resolusi PBB No. 181 sebagai
legitimasinya.beberapa saat setelah pengumuman tersebut, pemerintah Amerika
Serikat menyatakan pengakuannya terhadap Israel dan disusul kemudian oleh Uni
Soviet. Israel pun dengan mudah diterima menjadi anggota penuh PBB. Dengan
deklarasi tersebut, cita-cita kaum Yahudi yang tersebar di berbagai belahan dunia
untuk mendirikan Negara tersendiri tercapai.
Negara Israel merupakan sebuah anomaly di Timur Tengah. Secara geografis,
letaknnya berbeda dengan Negara-negara lain kawasan tersebut. Israel adalah Negara
Yahudi yang dikelilingi oleh Negara-negara lain dengan mayoritas penduduk Muslim.

6
Di samping itu, secara demografis Israel juga berbeda dengan Negara-negara di
sekitarnya. Orang-orang Israel memiliki kebudayaan yang cenderung bergaya hidup
Barat, tetapi hidup di tengah masyarakat dengan kebudayaan timur. Israel terdiri dari
masyarakat imigran atau keturuna imigran, sementara Negara-negara tetangganya
adalah penghuni turun-temurun yang telah mendiami desa atau kampung selama
ribuan tahun. Dalam system politik pun, Israel memiliki perbedaan tajam dengan
Negara-negara tetangganya. Israel telah menjalankan system politik modern sejak
lama, seperti membentuk partai politik. Negara-negara disekitarnya banyak yang
masih hidup dalam komunitas-komunitas tradisional, seperti suku dan klan.
Tak pelak lagi, deklarasi secara resmi Negara Israel makin membangkitkan
kemarahan bangsa Arab. Segera setelah itu, tentara-tentara Arab dari Suriah,
Lebanon, Yordania, Iran dan Mesir memasuki Palestina. Kekuatan militer antara
tentara Israel dan tentara lintas Negara-negara Arab tidak seimbang. Meskipun dari
segi jumlah mereka jauh lebih modern karena mendapat dukungan penuh dari
Amerika Serikat dan sekutu-sekutu Israel di Eropa Barat. Inilah yang kemudian
memicu konflik antara Israel dan Negara-negara Arab, khususnya Palestina.

2. Dampak konflik Palestina-Israel


a. Perang Arab vs Israel
Secara de facto, konflik Arab-Israel sesungguhnya telah berlangsung sejak
terjadinya eksodusi kaum Yahudi ke Palestina pasca-deklarasi Balfour gtahun 1917.
Namun, konflik antara keduanya berubah menjadi perang terbuka setelah David Ben
Gurion mendeklarasikan secara resmi berdirinya Negara Israel pada 14 Mei 1948
bersamaan dengan dilepaskannya mandate Inggris atas Palestina. Secara garis besar,
konflik arab-Israel dapat dipetakan menjadi dua bagian , yaitu konflik sebelum 1947
dan konflik setelah 1947.
Konflik-komflik yang terjadi setelah tahun 1947, terutama pasca berdirinya Israel,
lebih banyak diwarnai oleh perang terbuka militer gabungan sejumlah Negara Arab
melawan militer Israel. Perang-perang tersebut tejadi pada kurun waktu 1948 sampai
1982.
 Perang Arab vs Israel 1948

7
 Perang dalam memperebutkan Terusan Suez 1956
 Perang Arab melawan Israel tahun 1967
 Perang Enam Hari
 Perang Yom Kippur
 Perang Arab-Israel tahun 1968-1970 (perang Atrison)
 Perang antara Israel dan Suriah dalam memperebutkan Daratan Tinggi Golan
 Perang antara Israel dan PLO tahun 1978
 Perang antara Israel dan Lebanon tahun 1982

Israel akhirnya memenangkan peperangan ini dan malah berhasil merebut kurang
lebih 70% dari total wilayah daerah mandat PBB Britania Raya, Palestina. Perang ini
mengakibatkan banyak kaum Palestina mengungsi dari daerah Palestina(Akhmad
Iqbal; 155: 2010).

b. Munculnya Organisasi-organisasi Pembebasan tanah Palestina dari Israel


Sebagaimana telah dipaparkan, pasca-berdirinya Negara Israel pada 1948 dan
semakin merajalelanya pembantaian yang dilakukan oleh militer Israel terhadap
warga sipil Palestina, konflik Arab-Israel pun semakin sengit. Hal itu juga telah
mendorong lahirnya faksi-faksi sipil yang membentuk kelompok-kelompok
perlawanan anti-Israel.
Beragamnya gerakan-gerakan perlawanan rakyat Palestina tersebut
dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan ideology atau pemahaman setiap kelompok
terhadap perjuangan menuju Palestina merdeka. Ada faksi yang cenderung kooperatif
dan ada pula faksi yang nonkooperatif. Faksi yang kooperatif lebih memilih jalan
damai perundingan dengan Israel serta semua pihak yang berkepentingan untuk
menyelesaikan masalah Palestina –Israel.
Bagi kelompok yang nonkooperatif, hengkangnya Israel dari seluruh tanah
Palestina merupakan sebuah harga mati yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Perjuangan fisik pun akhirnya menjadi jalan hidup yang mereka tempuh. Berikut
adalah peta gerakan perlawanan Israel yang secara umum terbagi kedalam dua

8
kelompok, yaitu faksi-faksi yang tergabung dalam PLO dan faksi-faksi yang memilih
untuk bergerak dibawah tanah.
 PLO (Palestine Liberation Organization)
Organisasi ini adalah organisasi gabungan dari beberapa faksi perjuangan
rakyat palestina. Organisasi ini didirikan tahun 1964 melalui muktamar umum
rakyat Palestina pada 28 Mei sampai 2 juni 1964 di kota Al-Quds. Ahkmad
Syuqairi sebagai ketua PLO pertama. Kemudian PLO memutuskan
membentuk pasukan pembebasan Plestina serta melakukan berbagai upaya
mobilisasi dan informasi. Secara umum, bangsa Palestina menyambut baik
berdirinya PLO karena mengangapnya representasi dari identitas palestina dan
identitas nasional yang tidak kelihatan pada masa lalu.
Dalam piagam pendiriannya, PLOmenghendaki bangsa Palestina untuk
menentukan nasibnya sendiri. Inilah tujuan utama berdirinya PLO. Sejak
berdirinya sampai tahun PLO di bawah pimpinan Ahkmad Suqairi yang
kemudian digantikan oleh Yahya Hamuda sampai tahun 1969. dan kemudian
Yasser Arafat menggantikanya sampai Arafat meninggal 2004.
 Islamic Jihad of Palestine
Jihad Islam didirikan pada tahun 1980 oleh anak-anak muda Palestina
yang menimba ilmu di berbagai universitas di Mesir. Anak-anak muda ini
kemudian dipimpin oleh Fathi Asy-Syaqaqi. Dalam perjalannya, jihad Islam
pecah menjadi tiga kelompok, yaitu: jihad Islam pimpinan Fathi Asy-Syaqaqi,
jihad Islam Baitul Maqdis pimpinan Syaikh As’ad, dan jihad Islam batalion
pimpinan Ibrahim Syibril.
 Hamas (Haraqah Muqawwamah )
Didirikan pada tahun 1987 tidak lama setelah Intifadah I meletus.
Pendirian Hamas kemudian segera disusul dengan ditetapkannya piagam
Hamas sebagai anggaran dasar gerakan ini. Melalui Hamas, gerakan politik
dan militer menampakkan didirinya. Hamas dengan tegas menolak bergabung
dengan PLO. Hamas lebih memilih berjuang secara gerliya di bawah tanah.
Selain itu, gerakan ini memiliki sayap militer yang bernama Brigade Izzudin
Al-qosam.

9
Dalam salah satu piagam Hamas disebutkan bahwa Hamas merupakan
salah satu sayap dari gerakan Ikhwanul Muslimin yang secara terbuka
mencantumkan azas islam sebagai azas utama perjuangan mereka(). Inilah
yang secara tegas membedakan Hamas dengan PLO, yang sepenuhnya
memandang perjuangan pembebasan Palestina dari dimensi nasionalisme
semata.
 Intifadah
Adalah sebuah nama untuk perjuangan yang dilakukan oleh sekelompok
orang Palestina yang bersenjatakan batu melawan tentara Israel yang memiliki
perlengkapan militer mutakhir. Kemunculan Intifadah pertama kali dipicu
oleh pembunuhan enam orang anak secara biadab oleh tentara Israel().
Ada beberapa faktor yang membuat gerakan perlawanan tersebut menjadi
begitu fenomenal. Diantaranya adalah
a. Keberanian orang sipil palestina menentang pasukan Israel yang
dilengkapi senjata mutakhir dengan menggunakan senjata batu
b. Israel banyak menghadapi kecaman dari pembela HAM dari berbagai
penjuru dunia atas sikapnya yang terus-menerus membantai rakyat
Palestina.
c. Pada umumnya Intifadah dilancarkan oleh para remaja Palestina yang
berusia antara 15-20 tahun
d. Intifadah telah terbukti memberikan sumbangan terbesar bagi perjalanan
sejarah bangsa Palestina terutama karena keberhasilannya membuka mata
dunia Internasional tentang penderitaan bangsa Palestina dibawah
pendudukan dan kebiadaban bangsa Israel.
3. Peran Amerika Serikat dalam Proses Perdamaian Konflik Palestina-Israel
Sejak berakhirnya perang dingin, Amerika Serikat otomatis menjadi satu-satunya
Negara super power. Sebagai Negara super power yang memiliki kekuatan sangat kuat,
Amerika menganggap dirinya sebagai polisi dunia. Amerika Serikat yang memiliki hak
veto di DK PBB mampu mendominasi Negara-negara dunia dengan hak vetonya tersebut.
Sehingga membuat Amerika menganggap dirinya sebagai penjaga perdamaian dunia.
bahkan Negara-negara yang tidak tunduk terhadap keinginan Amerika dianggap sebagai

10
musuh teroris. Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel, bahkan konflik-konflik di
kawasan Timur Tengah tidak luput dari campur tangan Amerika Serikat. Dari mulai awal
mula munculnya konflik hingga proses perdamaian yang terjadi di sana. Karena Amerika
Serikat sendiri memiliki kepentingan di kawasan tersebut dalam hal perekonomian,
khususnya suplay minyak yang memang dalam hal ini Amerika Serikat sangat
bergantung kepada Negara-negara di wilayah Timur Tengah.
Sejak berdirinya Negara Israel di wilayah Palestina konflik berkepanjangan terus
terjadi di kawasan Timur-Tengah hingga perang terbuka pun tak terelakkkan. Namun
kekuatan koalisi Arab tidak mampu memendung kekuatan milter Israel. Karena hal ini
tidak dapat dapat dilepaskan oleh berkat peran Amerika sebagai penyuplay senjata utama.
Sehingga Israel dapat memenangkan peperangan bahkan mampu memperluas
wilayahnya. Hal ini menyebabkan Israel semakin mengokohkan eksistensinya di kawasan
timur-Tengah sebagai salah satu Negara super power di wilayah tersebut. Dan akibatnya
banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hak manusia yang terjadi di wilayah yang
dikuasai oleh Israel seperti halnya orang-orang arab khususnya Palestina tersingkir dari
tanah airnya sendiri terbuang ke kamp-kamp pengungsian.
Atas tindakan-tindakan Israel tersebut banyak kecaman-kecaman yang ditujukan
pada Israel. Khususnya dari para “pendekar” pembela HAM. Banyak aksi-aksi
solidaritas yang ditujukan pada penderitaan bangsa Palestina akibat ulah tindakan Israel
menyerang rakyat Palestina dan mengusir mereka. Amerika Serikat yang seakan menutup
mata akan penderitaan Palestina tidak mampu menekan Israel menghentikan aksi
brutalnya. Karena sejak awal Amerika Serikat mendukung penuh atas berdirinya Negara
Israel.
Namun, Amerika Serikat sebagai Negara adikuasa sekaligus polisi dan penjaga
perdamaian dunia tidak mampu menahan diri atas kecaman-kecaman yang ditujukan
kepada Israel dan kepadanya atas tindakan brutal yang dilakukan oleh Israel. Dan tidak
bisa berdiam diri karena di satu sisi Amerika Serikat dituntut untuk melakukan usaha
perdamaian di kawasan tersebut. Karena memang Amerika Serikat juga salah satu negara
“pendekar” pembela HAM di dunia.
Amerika Serikat melakukan usaha-usaha meredam ketegangan dan konflik di
kawasan tersebut, kerena ketidaksenangan terhadap kehadiran Israel. Namun, Negara-

11
negara Arab tidak begitu senang dengan ikut campur tangan Amerika Seriakt dalam
proses penyelesaian konflik di wilayah mereka. Karena memang sejak awal mereka telah
tahu bahwa Amerika Serikat merupakan sekutu dekat Israel. Namun, demi menjaga citra
politiknya di kancah internasional, Amerika serikat mencoba menekan Israel dan
mencoba bersikap adil terhadap permasalahan di wilayah timur tengah khususnya
masalah Palestina-Israel.
Usaha-usaha yang dilakukan Amerika ternyata tidak lebih dari sekedar tipu
muslihat demi lancarnya tujuan Israel di timur tengah dan eksistensi Israel sendiri. Hal ini
dapat dilihat ketika perjanjian-perjanjian yang dimediatori oleh Amerika Serikat. Di
kesepakatan Oslo I, di situ dapat dilihat bahwa Amerika yang pada saat itu dibawah
presiden Bill Clinton tidak bersikap adil, bahkan terkesan menolong Israel. Dalam
kesepakatan tersebutlah akhirnya PLO yang masih dibawah pimpinan Yasser Arafat
sebagai perwakilan dari pihak Palestina mengakui secara sah kedaulatan Israel di wilayah
timur tengah. Dan Nampak sekali bahwa dalam kesepakatan Oslo I, PLO lemah sekali
akibat tekanan yang luar biasa akibat penetrasi politik yang dilancarkan Israel bersama
Amerika Serikat. Hal ini tidak dapat lepas dari peristiwa-peristiwa yang terjadi
sebelumya, yaitu adanya kesepakatan-kesepatan damai yang dilakukan oleh Negara-
negara Arab yang bertikai dengan Israel berkat penetrasi politik Amerika Serikat di
kawasan tersebut (Sihbudi; 203: 2007).
Meskipun PLO sebagai perwakilan dari perjuangan rakyat Palestina telah
mengakui Negara Israel, tidak lantas ketegangan langsung reda. Bahkan sebaliknya,
banyak pihak yang tidak setuju dengan kesepakatan Oslo I. apalagi pihak yang
melakukan perjuangan secara nonkooperatif, seperti Hamas. Bahkan gerakan perlawanan
terhadap Israel semakin gencar. Hal ini juga disebabkan tidak adanya I’tikad baik yang
dilakukan oleh Israel, meskipun telah melakukan kesepatan-kesepakatan, Israel tetap saja
melakukan aksi brutalnya terhadap penduduk Palestina dengan berdalih membela diri
dari serangan yang dilakukan kelompok separatis atau militan Hamas.

12
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
 Gerakan Zionisme merupakan gerakan merupakan salah satu kelompok dalam agama
yahudi. Istilah Yahudi berasal dari akar kata Zion atau Sion, yang pada masa awal sejarah
Yahudi merupakan Sinonim dari kata Jerusalem. Lahirnya Zionisme tidak dapat lepas
dari harapan kaum Yahudi untuk kembali ke tanah yang dijanjikan (promised land).
 Keberhasilan lobi-lobi terhadap pemimpin dunia dan para politisi dunia yang dilakukan
oleh para Zionis mampu mengantarkan kaum Yahudi mendirikan Negara yang diakui
oleh Dunia.
 Berdirinya Negara Israel tidak lepas dari intrik dan penghianatan serta tipu muslihat yang
dilakukan oleh gerakan Zionisme Internasional.
 Kemenangan Israel dalam perang Arab-Israel banyak dibantu oleh Amerika Serikat yang
memang mendukung penuh terhadap Negara Israel. Serta penyokong utama dari
persenjataan militer Israel.
 Peristiwa Intifadah merupakan fenomena yang terjadi di tengah penderitaan rakyat
Palestina. Berkat peristiwa tersebut membuka mata masyarakat dunia tentang kekejaman
yang dilakukan oleh Israel.
 Perjuangan rakyat Palestina tebagi menjadi dua faksi, yaitu faksi yang melakukan
perjuangan secara kooperatif dan faksi yang melakukan perjuangan secara non
kooperatif.
 Sampai kapanpun Amerika Serikat tidak akan mampu meredam konflik di Palestina.
Karena Israel merupakan kepanjangan tangan kepentingan Amerika Serikat di timur
tengah.
B. Saran
Bagi pembaca semoga makalah ini dapat membantu serta menambah wawasan
pengetahuan pembaca tentang peranan Amerika Serikat dalam mewujudkan perdamaian
di Timur Tengah, yaitu konflik Israel dengan Palestina.

13
Daftar rujukan

Bakar, Abu.2008. Berebut tanah suci Palestina. Yogyakarta: Rustala Insan Madani

Iqbal, akhmad. 210. “Perang-Perang Paling Berpengaruh Di Dunia”. PT Jogja Bangkit


Publisher: Yogyakarta

Sihbudi, Riza. 2007.” Menyandera Timur Tengah”. PT Mizan Publika: Jakarta

14

You might also like