Professional Documents
Culture Documents
BULLETIN Penelitian No.08 Tahun 2005 The Identification Of Pests And Diseases
3
kehidupan yang harmonis dapat manusia harus mampu mengenda-
tercapai. likan nafsu.
3. Dinamika dalam Tingkatan yang lebih tinggi
kehidupan manusia dari nafsu adalah akal. Akal adalah
menyebabkan peru-bahan nilai- daya pikir atau potensi intele-
nilai moral sehingga perlu gensia. Akal dapat memberikan
dianalisa dan ditinjau ulang. penjelasan yang rasional mengenai
berbagai fenomena yang dihadapi
4. Etika menunjukkan nilai
manusia. Dengan akal manusia
hakiki dari kehidupan. Etika
menggunakan pertimbangan rasio-
men-dorong tumbuhnya naluri
nal dalam mengambil keputusan.
mo-ralitas dan mengilhami
Kalbu berada pada tingkatan yang
manusia untuk sama-sama
lebih tinggi lagi, dan kalbu
mencari, menemukan dan
merupakan karunia Tuhan yang
menerapkan nilai-nilai hidup
halus, indah, bersifat rohaniah.
yang hakiki tersebut.
Dengan kalbu kita dapat mem-
peroleh kebenaran dengan cahaya
MANUSIA DAN ETIKA
bimbingan Illahi. Tingkatan ter-
Menurut Ghozali (dalam
tinggi adalah ruh, dimana ruh ini
Herman:2001) bahwa manusia
adalah milik Tuhan.
terdiri dari dua unsur yaitu: unsur
Berdasarkan unsur metafisik
materi (fisik) dan unsur non materi
tersebut maka akal manusia harus
(jiwa, spiritual). Unsur materi
diasah sehingga manusia mempu-
bersifat fana dan berasal dari
nyai pengetahuan etika yang cukup
tanah, sedangkan non materi
sehingga dirinya mampu membe-
bersifat kekal dan berasal dari
dakan tindakan yang bermoral dan
Tuhan. Essensi manusia terletak
amoral. Dalam hal ini akal tidak
pada unsur ke dua yaitu jiwa.
hanya sekedar mampu mengenal
Unsur jiwa sering disebut sebagai
knowledge of ethics, tetapi juga
unsur metafisik dan unsur
mengolah dan mengembangkan
metafisik manusia ini kemudian
ilmu tersebut.
diurai berdasarkan hIrarkhinya
Perubahan perilaku etis oleh
sebagai berikut: tingkatan pertama
Rest (1986) meliputi proses seba-
(terendah) adalah nafsu, ke dua
gai berikut:
adalah akal, ke tiga kalbu dan yang
ke empat (tertinggi) adalah ruh. 1. The person must be
Nafsu adalah dorongan hewani able to identify alternatif
yang agresif dan jika tidak dapat actions and how those
dikendalikan maka dapat menjeru- alternatives will effect the
muskan manusia pada derajat yang wellfare of inte-rested parties.
serendah-rendahnya. Tanpa nafsu 2. The person must be
manusia tidak akan eksis di dunia, able to judge which course of
oleh karena itu nafsu tetap harus action ought to be undertaken
ada. Untuk mencapai kemulyaan, in that situation because it is
BULLETIN Penelitian No.08 Tahun 2005 The Identification Of Pests And Diseases
5
Secara analitik, kemampuan tingkat kesadaran dan ke-
manusia untuk mengetahui dapat mauannya.
diurai sebagai berikut ( Herman
2001: 186): ETIKA PADA PENYELENGGARA
1. Kemampuan kognitif, PENDIDIKAN
ialah kemampuan untuk Penyelenggara pendidikan
mengetahui (dalam arti adalah pemerintah dan institusi
mengerti, me-mahami, pendidikan. Pemerintah mengem-
menghayati) dan mengingat apa ban amanah rakyat melalui Majelis
yang diketa-huinya. Landasan Permusyarawatan Rakyat (MPR)
kognitif adalah rasio atau akal. untuk menyelenggarakan pendi-
2. Kemampuan afektif, dikan Nasional. Pendidikan nasi-
ialah kemampuan untuk onal bertujuan untuk mencer-
merasakan tentang apa yang daskan manusia, memiliki penge-
diketahuinya, yaitu rasa cinta tahuan dan keterampilan, berbudi
atau benci, rasa indah atau pekerti luhur dan bertaqwa kepada
buruk. Dengan rasa inilah Tuhan Yang Maha Esa. Untuk
manusia menjadi manusiawi memastikan bahwa tujuan ter-
atau bermoral. Disini rasa tidak sebut dapat dicapai maka
mempunyai patokan yang pasti pemerintah mengatur dan menga-
seperti rasio. rahkan pendidikan dengan
3. Kemampuan konatif, menerbitkan peraturan–peraturan,
ialah kemampuan untuk misal keputusan presiden, kepu-
mencapai apa yang dirasakan tusan menteri, surat edaran dan
itu. Konasi adalah will atau lain sebagainya.
karsa (kemauan, keinginan, Peraturan tersebut secara
hasrat) ialah daya dorong untuk garis besar menyangkut akreditasi
mencapai (atau menjauhi) apa institusi pendidikan, kurikulum,
yang didiktekan oleh rasa. kepangkatan bagi dosen dan lain-
Jika tingkat pengetahuan lain. Khusus untuk bidang
manusia tersebut dikaitkan akuntansi dalam rangka menyong-
dengan konsep moral maka song globalisasi telah diatur
kemampuan kognitif setingkat tentang pendidikan profesi.
dengan moral perception, Secara umum peraturan yang
kemampuan afektif setingkat dibuat tersebut sudah baik, namun
dengan moral judgement dan bila dikaji lebih jauh ternyata
kemampuan konatif setingkat aplikasinya masih terdapat pe-
dengan moral intends. nyimpangan. Penyimpangan terse-
Kemampuan kognitif dan afektif but paling banyak berkaitan
dapat diasah melalui proses dengan akreditasi dan jenjang
pembelajaran, sedangkan kepangkatan dosen. Hal ini dapat
kemampuan konatif tumbuh dari terjadi karena adanya pribadi
dirinya sendiri sesuai dengan (oknum) yang berperilaku amoral
BULLETIN Penelitian No.08 Tahun 2005 The Identification Of Pests And Diseases
7
berkepentingan, yang secara sadar suatu kegiatan bersama dan
memberikan komitmen mereka perlu diusahakan agar benar-
untuk maju bersama institusi. benar dijalankan sebagai
Modal sosial diwujudkan menjadi kegiatan yang memiliki
kinerja nyata melalui proses semangat kooperatif yang
dialog, olah intelektual, pertu- tinggi.
karan gagasan yang menghasilkan 4. Akuntabilitas. Akuntabilitas
pengetahuan yang lebih kaya dan harus dijunjung oleh semua
memiliki nilai guna yang tinggi bagi pihak, karena pada hakekatnya
institusi dan semua pihak yang semua kegiatan institusi harus
berkepentingan. dapat dipertanggungjawabkan
Institusi akan dapat berkem- dan dinilai.
bang dan maju apabila ia memiliki
modal maya seperti yang diuraikan ETIKA PADA PENGAJAR
di atas. Dengan modal maya,
institusi pendidikan akan menjadi Sebagian besar profesi
institusi yang cerdas, yaitu insti- mempunyai kode etik yang
tusi yang mampu untuk mengem- digunakan sebagai kontrol bagi
bangkan keunggulannya secara anggotanya untuk bersikap dan
berkesinambungan dari kegiatan- berperilaku etis. Namun demikian,
nya yang berbasis pada pengeta- untuk profesi dosen tidak
huan dan pelayanan dengan mempunyai kode etik yang
mengandalkan kekayaan intelek- dirumuskan secara eksplisit. Di
tual. Beberapa prinsip yang harus Amerika Serikat, organisasi profesi
ada pada institusi agar tercapai akuntan pendidik yaitu American
institusi yang cerdas adalah Accounting Assotiation juga tidak
sebagai berikut: mengeluarkan kode etik tersendiri
untuk para pendidik. Alasannya
1. Keterbukaan (transparansi).
adalah bahwa profesi pendidik
Transparansi merupakan pra-
pada umumnya juga terlibat pada
syarat bagi terbentuknya
profesi lain yang juga mempunyai
masyarakat institusi yang ma-
kode etik yang harus dipatuhi.
dani.
Fenomena perilaku tidak
2. Keadilan. Keadilan yang di- etis pendidik (dosen) antara lain,
kembangkan sebaiknya tidak berkaitan dengan plagiat hasil
dibatasi pada pencapaian riset, memalsukan dokumen pe-
keadilan distributif saja, tetapi nelitian untuk pengajuan bantuan
juga mengupayakan terca- biaya penelitian, manipulasi data
painya keadilan prosedural riset, menerima suap dari penerbit
dimana semua orang mem- dan menerima uang atau sex untuk
punyai peluang yang sama memberi nilai baik. Penelitian di
untuk berpartisipasi dalam Indonesia dilakukan oleh Unti dan
proses pengambilan keputusan. Mas’ud (1999) yang bertujuan
3. Kebersamaan. Kegiatan untuk menguji perbedaan persepsi
institusi pendidikan adalah akuntan dan mahasiswa terhadap
The Identification Of Pests And Diseases BULLETIN Penelitian No.08
Tahun 2005
8
etika bisnis, dan untuk untuk pengetahuan etika yang diikuti
mengetahui kecukupan muatan dengan simulasi pembahasan
materi etika bisnis. Kesimpulannya kasus-kasus etika. Perancangan
adalah, tidak ada perbedaan dan pembekalan yang kreatif akan
persepsi etika yang signifikan memberikan daya tarik kepada
antara akuntan publik, akuntan dosen sehingga moral perception
pendidik yang merangkap akuntan dan moral judgement dapat diasah
publik dan akuntan pendidik. yang selanjutnya dapat menum-
Namun demikian, akuntan publik buhkan moral intend yang diikuti
diungkapkan mempunyai persepsi dengan moral action.
etika lebih baik, hal ini
dikarenakan akuntan publik ter- MUATAN ETIKA PADA
libat langsung dalam konflik yang PENGAJARAN AKUNTANSI
berkaitan dengan etika. Mahasiswa sebagai calon
Kendala yang dihadapi ilmuwan dan pengisi pasar tenaga
akuntan pendidik dikarenakan kerja yang nantinya akan
kurangnya penguasaan wacana membawa masa depan bangsa
etika bisnis dan etika profesi, di adalah merupakan ujung tombak
samping itu juga kurang minatnya yang harus diasah dengan etika
dosen pada bidang etika. Alasan ini (moral). Berdasarkan pengamatan
juga disebutkan oleh Bok (1988) empirik, moral mahasiswa berada
“Courses in proffesional ethics are pada kondisi yang mempriha-
difficult to teach because they tinkan, budaya kuliah yang hanya
call for preparation in two memfokuskan pada nilai akhir,
entirely different subject: moral yang mengabaikan nilai nilai etika
philosophy (on related dicipline) sudah menjadi hal yang biasa.
and some practical application as Oleh karena itu pengajaran etika
government law and business”. dirasa sangat penting dan
Dosen diharapkan mempu- mendesak untuk ditangani dengan
nyai peranan penting dalam rangka baik.
mensosialisasikan etika bisnis dan International Federation of
profesi. Namun demikian sosialisasi Accountants (IFAC) pada tahun
ini dapat terhambat jika dosen 2003 telah menerbitkan 7 standar
tidak mempunyai interest dan pendidikan akuntansi internasional
pengetahuan tentang etika bisnis (International Education Standards
dan profesi. Dalam praktik terda- / IES). Dari tujuh standar tersebut,
pat kecenderungan dosen tidak yaitu standar nomer 4 (IES 4)
membahas (melewati) kasus etika menyebutkan bahwa program pen-
yang terdapat dalam buku teks didikan akuntansi sebaiknya mem-
akuntansi. berikan kerangka nilai, etika dan
Dengan melihat kondisi sikap profesional untuk melatih
tersebut maka langkah yang harus judgement profesional calon akun-
ditempuh adalah memberikan tan sehingga dapat bertindak
pelatihan kepada dosen tentang
BULLETIN Penelitian No.08 Tahun 2005 The Identification Of Pests And Diseases
Tabel Distribusi Bidang Pekerjaan
Sarjana Akuntansi
9 No Jenis Pekerjaan Persentase
1 Akuntan publik 2-4%
secara etis ditengah kepentingan Akuntan
profesi dan masyarakat. 2 45-55%
manajemen/perbankan
Di Indonesia, kode etik
3 Akuntan pendidik 20-30%
yang berlaku saat ini adalah kode
4 Akuntan sektor publik 20-35%
etik yang disyahkan di Kongres
5 Bisnis mandiri/wirausaha 10-20%
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
(Sumber: Sawarjuwono, 2005)
tahun 1998 dan mengikat bagi
akuntan publik dan akuntan yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik. cukup memberikan muatan etika
Untuk profesi akuntansi selain untuk bekal mahasiswa terjun ke
akuntan publik sampai saat ini dunia kerja, dan 84,38%
belum ada rumusan kode etiknya.. menyatakan belum cukup. Untuk
Padahal kenyataannya, tidak responden yang menyatakan tidak
semua sarjana akuntansi memilih cukup muatan etikanya
profesi sebagai akuntan publik menyarankan agar (1) diperluas
atau bekerja di kantor akuntan dengan me-ngintegrasikan ke mata
publik (lihat Tabel). kuliah tertentu (46%) (2) diperluas
Dari Tabel dapat diketahui dengan mengintegrasikan ke
bahwa hanya sebagian kecil semua mata kuliah (29,01%), dan
(2% - 4%) sarjana akuntansi yang (3) ditambahkan sebagai mata
memilih profesi sebagai akuntan kuliah tersendiri (18,52%), dan (4)
publik, sedangkan yang terbanyak pen-dapat lain (5,56%). Hasil
adalah berprofesi sebagai akuntan penelitian Ludigdo dan Machfoedz
manajemen/ perbankan. (1999) juga mengung-kapkan
Kurikulum akuntansi hanya bahwa muatan etika dalam
memberikan muatan etika pada kurikulum pendidikan akuntansi
mata kuliah pengembangan kepri- belum cukup dan sebagian besar
badian (MKPK), yang pada responden menyarankan untuk
umumnya mencakup: mata kuliah mengintegrasikan ke mata kuliah
agama, pancasila, kewargane- tertentu.
garaan, etika (2 SKS), bahasa Berdasarkan pada hasil riset
Indonesia, dan bahasa Inggris. Wulandari dan Sularso (2002) serta
Muatan etika pada kurikulum MKPK Ludigdo dan Machfoedz (1999)
tersebut masih dirasakan kurang. tersebut maka mata kuliah yang
Kurangnya muatan etika mempunyai peluang besar untuk
dalam kurikulum akuntansi juga diberi muatan etika secara lebih
diungkapkan oleh Wulandari dan mendalam adalah kelompok akun-
Sularso (2002) yang melakukan tansi keuangan. Akuntansi keu-
penelitian di Surakarta dengan angan mencakup pengantar akun-
sampel mahasiswa dan akuntan tansi, akuntansi keuangan mene-
pendidik. Hasil penelitian menun- ngah, akuntansi keuangan lanju-
jukkan bahwa 15,62% (dari 192 tan, teori akuntansi dan seminar
responden) menyatakan kurikulum akuntansi. Pentingnya muatan
program studi akuntansi sudah etika pada kelompok mata kuliah
BULLETIN Penelitian No.08 Tahun 2005 The Identification Of Pests And Diseases
11
relevant to the accounting yang membedakan antara
issues being discussed in class. perbuatan yang bermoral dan
2. Distribute copies of tidak bermoral, atau benar dan
short cases (one or two pages) salah.
at the start of discussion. 2. Manusia terdiri dari unsur
3. In discussing the materi (raga) dan unsur non
case in the class, raise the materi (metafisik). Metafisik
following questions and issues, terdiri dari unsur nafsu, akal,
(a) What are the fact of the kalbu dan ruh. Etika terdapat
case, (b) What are the ethics pada kalbu yang merupakan
issues in the case (c) What are hasil olah akal dan sebagai alat
the norms, principles, and pengendali nafsu.
value related to the case, 3. Perilaku etis pada dasarnya
(d)What are alternatif courses adalah merupakan hasil akhir
of action, (e) What is the best dari proses (a) moral per-
course of action that ception, (b) moral judgement,
consistent with the norms, (c) moral intend dan (d) moral
principles, and value identified action.
in (c), (f) What are the 4. Pengajaran etika
concequences of each possible hakekatnya memberikan
courseof action, (g) What is pengetahuan etika pada
decision. mahasiswa hanya pada tingkat
4. Conclude the case moral perception dan moral
by summarizing the different judgement. Untuk sam-pai
point of view. pada tindakan (action),
Jika tahap tersebut di atas mahasiswa harus mempunyai
dapat direalisasikan maka tujuan kemauan/ kesadaran tentang
pengajaran etika diharapkan dapat nilai-nilai Ketuhanan.
tercercapai. 5. Pengajaran materi etika
Sesuai dengan teori etika sebaik-nya dilakukan implisit
yang telah di uraikan, pengajaran dalam mata kuliah akuntansi
etika yang ideal kepada mahasiswa dan teknik pengajarannya
belum bisa menjamin sepenuhnya adalah diskusi kasus
bahwa mahasiswa mau untuk 6. Pengajar sebagai manusia
mewujudkan dalam bentuk tinda- biasa sering menghadapi konflik
kan. Untuk sampai pada tahap etika. Untuk itu dosen perlu
tindakan (action) diperlukan kesa- mendapat refreshing atau
daran yang timbul dari kalbu, yang pelatihan yang dapat memper-
dilandasi dengan nilai-nilai dalam wacana etika, etika
Ketuhanan. bisnis dan etika profesi.
KESIMPULAN
7. Institusi penyelenggara
1. Etika dalam nuansa ilmu pendidi-kan hendaknya tidak
adalah merupakan pengetahuan berperi-laku seperti bisnis unit
The Identification Of Pests And Diseases BULLETIN Penelitian No.08
Tahun 2005
12
yang berorientasi pada profit Tjiptohadi Sawarjuwono. 2005.
maxi-mation, tetapi harus Suatu Proses Antisipasi. Media
merupa-kan institusi yang Akuntansi, Edisi
cerdas dan mengandalkan pada 49/TahunXII/September 2005.
modal maya. Unti Ludigdo dan Mas’ud
Machfoedz.. 1999. Persepsi
DAFTAR PUSTAKA Akuntansi dan Mahasiswa
Bok, D. 1988. Can Higher tentang etika Bisnis, Jurnal
Education Foster Higher Moral?, riset Akuntansi Indonesia.
Business and Society Review, Vol.2, No 1, hal 1-19.
Vol 66, hal 4 – 12
Herman Soewardi. 2001. Roda
Berputar Dunia Bergulir, Bakti
Mandiri, Bandung
Hiltebeitel. Kenneth M., and S. K
Jones, 1992. An Assesment of
Ethics Instruction in Accounting
Education, Journal of Business
Ethics 11: 37-46.
Langendefer, H.Q dan
Rockess.J.W. 1989. Integrating
ethics into accounting
curriculum: Issues,
Problem, and Solution, Issues
Accounting Education, hal 58-
80
ooOoo
BULLETIN Penelitian No.08 Tahun 2005 The Identification Of Pests And Diseases