Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Berdasarkan hasil yang didapatkan, dari hasi uji kadar etanol dapat disimpulkan bahwa variasi sampah dengan air
75:25 mempunyai kadar etanol yang lebih tinggi daripada variasi sampah dengan air 50:50. Pemanasan biasa dengan
variasi sampah dengan air 75:25 setelah 5, 7, 9 dan 12 hari fermentasi adalah 6,30%; 8,43%; 9,51%; 10,21%.
Pemanasan biasa dengan variasi sampah dengan air 50:50 setelah 5, 7, 9 dan 12 hari fermentasi adalah 6,15%;
8,05%; 10,05%; 10,13%. Pemanasan Autoclave dengan variasi sampah dengan air 75:25 setelah 5, 7, 9 dan 12 hari
fermentasi adalah 7,05%; 9,20%; 9,57%; 10,35%. Pemanasan Autoclave dengan variasi sampah dengan air 50:50
Abstract
Based on the research result from ethanol grade analysis, composition of solid waste blends with water 75:25 have
ethanol grade which higher than 50:50. Heating/boiling with composition of solid waste blends with water 75:25 after
5, 7, 9 and 12 fermentation days are 6,30%; 8,43%; 9,51%; 10,21%. Heating/boiling with composition of solid waste
blends with water 50:50 after 5, 7, 9 and 12 fermentation days are 6,15%; 8,05%; 10,05%; 10,13%. Autoclave
heating/boiling with composition of solid waste blends with water 75:25 after 5, 7, 9 and 12 fermentation days are
7,05%; 9,20%; 9,57%; 10,35%. Autoclave heating/boiling with composition of solid waste blends with water 50:50
1
1. PENDAHULUAN
Kelangkaan yang disertai tingginya harga bahan bakar minyak secara global beberapa tahun
terakhir membuat banyak negara di dunia meningkatkan upayanya untuk menggunakan biofuel
sebagai bahan bakar alternatif. Salah satu dari biofuel yang paling banyak digunakan adalah etanol,
zat ini diekstrak antara lain dari tebu dan singkong (Prihandana et al., 2007)
Berdasarkan fakta-fakta yang terdapat di atas, muncul sebuah gagasan dalam memanfaatkan
sampah organik yang berasal dari pasar sayur dan buah untuk diekstrak menjadi sumber energi
alternatif yaitu etanol. Konversi ini dilakukan melalui proses pemanasan yang kemudian
difermentasikan dengan bakteri yang dipilih dengan studi literatur tentang efektifitas fermentasi
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan, sebagai berikut:
1. Apakah etanol terkandung pada sampel sampah dari Pasar Keputran Surabaya setelah
dilakukan pemanasan?
2. Berapa kadar etanol yang dihasilkan dan variasi dengan kadar etanol tertinggi dari
3. Adakah perbedaan kandungan etanol pada sampel sampah Pasar Keputran Surabaya pada
1. Mengetahui apakah ada etanol yang terkandung dari sampel sampah Pasar Keputran
2
2. Mengetahui kadar etanol dan variasi yang menghasilkan kadar etanol tertinggi dari
3. Mengetahui perbedaan kandungan etanol pada sampel sampah Pasar Keputran Surabaya
2. METODOLOGI
Pada penelitian ini, sampel sampah diberi perlakuan pemanasan biasa dengan merebusnya dan
Penelitian inti menggunakan variabel komposisi sampah dengan air 75:25 (750 gram sampah
dengan 250 ml air) dan komposisi sampah dengan air 50:50 (500 gram sampah dengan 500 ml air).
Variasi komposisi bubur sampah ini disilangkan dengan waktu pengamatan kadar etanol. Lama
Setelah melalui proses yang disebut dengan Simultaneous Saccharification and Fermentation
(SSF), kadar etanol terbentuk. Kemudian dilakukan destilasi untuk mengetahui kadar etanol yang
Sampah yang sudah menjalani proses pemanasan dengan dipanaskan dalam panci berisi air
menggunakan alat blender listrik. Maksud dari penghalusan sampah ini adalah agar media
fermentasi hasil pemanasan yang masih terdapat padatan menjadi lunak sehingga proses fermentasi
oleh bakteri Zymomonas mobilis nantinya lebih mudah. Selain itu juga bertujuan untuk
Bubur sampah yang diperoleh dari proses penghalusan sampah kemudian disaring untuk
memisahkan antara padatan dengan cairannya, yang kemudian akan dilanjutkan pada proses
3
fermentasi. Hasil dari pemisahan cairan dari bubur sampah yang telah dihaluskan ini adalah cairan
yang berwarna keruh kecoklatan. Ditampung ke dalam gentong plastik dengan ukuran 5 liter.
Kemudian hasil saringan tadi dibagikan ke dalam 4 buah erlenmeyer untuk masing-masing variasi
komposisi sampah dan pemanasan, dengan total erlenmeyer yang digunakan adalah 16 buah.
Setiap erlenmeyer yang berisi cairan sampel di inokulasikan sebanyak lima kali jarum ose yang berisi
biakan koloni bakteri Zymomonas mobilis. Dipilih sebanyak lima kali karena disesuaikan dengan volume
sample dan pertimbangan bila terlalu banyak inokulan, hasil fermentasi akan terlalu cepat menjadi Asam
Untuk variasi komposisi sampah dengan air 75:25 pemanasan biasa, kadar gula reduksi
sebelum proses fermentasi adalah 11,21% dengan pH 4,76 dan kadar gula reduksi 11,97% dengan
pH 5,07 untuk pemanasan dengan Autoclave. Sedangkan variasi komposisi sampah dengan air
50:50 pemanasan biasa, kadar gula reduksi sebelum proses fermentasi adalah 9,98% dengan pH
4,68 dan kadar gula reduksi 10,15% dengan pH 4,97 untuk pemanasan dengan Autoclave.
Setelah melakukan proses inokulasi, tahap berikutnya adalah fermentasi. Fermentasi yang
dilakukan dalam penelitian ini dilakukan di dalam inkubator untuk memperoleh pertumbuhan
bakteri Zymomonas mobilis yang optimal sehingga proses fermentasi dapat berjalan dengan
optimal pula. Setiap erlenmeyer diletakkan dalam inkubator dengan pengaturan suhu 30oC selama
proses fermentasi hingga masing-masing waktu pengambilan untuk diuji dan dianalisa; yaitu pada
Dari hasil pengukuran pH, didapatkan pH pada kisaran 2-4. Hal ini yang menyebabkan kadar
etanol hasil fermentasi setelah diukur pada tahap selanjutnya tidak bisa tinggi, baik di pengukuran
sebelum destilasi dan setelah destilasi akibat tidak optimumnya proses fermentasi yang pada
Zymomonas mobilis adalah pada kisaran pH 4-7 (Gunasekaran et al., 1986). Hal ini disebabkan
4
karena hanya dilakukan sakarifikasi dalam proses pemanasan dan SSF pada tahap fermentasi tanpa
Cairan sampel hasil fermentasi masih dalam keadaan keruh akibat tidak dilakukannya proses
centrifuge sebelum fermentasi. Sehingga untuk mengetahui kandungan etanol secara lebih akurat,
etanol dipisahkan dari campuran-campurannya yang terdapat dalam sampel. Prinsip destilasi
sendiri adalah memisahkan zat-zat tertentu, dalam hal ini etanol/alkohol, melalui perbedaan titik
didih.
Proses destilasi ini menggunakan tipe Fractional Distillation. Peralatan destilasi sudah
tersedia di Laboratorium Pengolahan Air Jurusan Teknik Lingkungan ITS dengan labu destilasi
sebagai destilator, kompor listrik sebagai pemanas, panci Alumunium sebagai water bath dan
erlenmeyer sebagai tempat sampel (berada pada panci Alumunium) dan hasil destilasi atau destilat.
Proses destilasi ini membutuhkan waktu 4 jam dan dengan suhu di kisaran 810C yang dijaga
secara konstan. Berikut adalah hasil pengukuran kadar etanol pada cairan sampel setelah melalui
proses destilasi yang juga dijelaskan secara visual dengan grafik (Arasyid, 2010).
51
50,5
50
49,5
Etanol (%)
Pemanasan 75:25
49
Pemanasan 50:50
48,5
Autoclave 75:25
48
47,5 Autoclave 50:50
47
46,5
46
5 7 9 11 13
Pengamatan (hari)
Gambar 1. Grafik Waktu vs Kadar Etanol Setelah Destilasi Untuk Setiap Variasi
5
Dari grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar etanol untuk pemanasan
biasa maupun pemanasan Autoclave setelah destilasi ini adalah hasil dari fermentasi yang
Sedangkan penurunan kadar etanol khusus untuk Pemanasan pemanasan pada hari ke-12
pada variasi sampah dengan air 50:50 disebabkan oleh sudah terjadinya proses perubahan dari
etanol menjadi Asam Asetat akibat reaksi etanol dengan oksigen (O2) saat proses destilasi
berlangsung, yang menyebaban kadar etanol turun (Gunasekaran and Raj, 1999).
4. KESIMPULAN
1. Sampel dari Sampah Pasar Keputran mengandung etanol setelah melalui proses pemanasan dan
2. Kadar etanol setelah fermentasi untuk variasi hidrolisis dan komposisi sampah dengan air
a. Pemanasan biasa dengan variasi sampah dengan air 75:25 setelah 5, 7, 9 dan 12 hari
b. Pemanasan biasa dengan variasi sampah dengan air 50:50 setelah 5, 7, 9 dan 12 hari
c. Pemanasan Autoclave dengan variasi sampah dengan air 75:25 setelah 5, 7, 9 dan 12
d. Pemanasan Autoclave dengan variasi sampah dengan air 50:50 setelah 5, 7, 9 dan 12
3. Dari hasi uji kadar etanol, dapat disimpulkan bahwa variasi sampah dengan air 75:25
mempunyai kadar etanol yang lebih tinggi daripada variasi sampah dengan air 50:50.
Sedangkan kadar etanol dari variasi hidrolisis tertinggi adalah dari pemanasan Autoclave yang
disebabkan pemanasan biasa kurang sempurna akibat tidak adanya proses centrifuge yang
6
menyebabkan terjadi pemisahan antara kandungan air dengan sampah. Kadar etanol tertinggi
pada masing-masing variasi didapatkan setelah hari ke-12 pengamatan kadar etanol secara batch
DAFTAR PUSTAKA
Arasyid, G. 2010. Pembuatan Etanol Dari Sampah Pasar Melalui Proses Pemanasan dan
FTSP-ITS, Surabaya
Gunasekaran, P., Karunakaran, T., Kasthuribai, M.. 1986. Fermentation Pattern of Zymomonas
Park, I et al. 2009. Cellulose Ethanol Production From Waste Newsprint by Simultaneous
http://www.sciencedirect.com/science/journal/13595113
Zymomonas mobilis CT2. Indian Journal of Biotechnology Vol. 4, Oct 2005, pp. 491-
496
Taherzadeh, M. and Karimi, K. 2007. Acid-based Hydrolysis Processes for Ethanol from