You are on page 1of 15

Manusia Panutan: Religius dan Kreatif1

Oleh B. Fariz J. M. Misbah, M.Pd.2

Religius: What up?


Religius berasal dari kata religi, artinya keyakinan atau kepercayaan kepada
Tuhan atau dengan kata lain disebut agama. Religius artinya bersifat keagaman
Religi atau agama di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah dien. Di dalam al-
Qur’an, agama atau dien memiliki beberapa pengertian, di antaranya:
1. Tunduk
Pengertian tunduk ini terdapat pada surat As-Syuura ayat 13
          
          
          
        
Dia telah mensyari`atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi
orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada (agama) -Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (Q.S. As-
Syuura ayat 13).

2. Ketaatan
Sedangkan pengertian ketaatan ini terdapat pada surat An-Nahl ayat 52
          
 
Dan kepunyaan-Nya-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi, dan untuk-
Nya-lah keta`atan itu selama-lamanya. Maka mengapa kamu bertakwa kepada
selain Allah? (Q. S. An-Nahl ayat 52).

Mengapa kita harus beragama Islam?


1
Alumni Diksatrasia Angkatan 2000 dan Program Magister Pendidikan Bahasa Indonesia SPs UPI Angkatan 2006, staf pengajar di Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Bandung

2
Disampaikan pada acara Jumat Spiritual Quantum, 5 September 2008 yang diselenggarakan oleh
Rohis Hima Satrasia UPI.

1
Jawabannya adalah, Pertama, agama Islam adalah wahyu Allah swt.
sebagaimana terdapat pada surat As-Syura ayat 13 di atas.
Dia telah mensyari`atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama) -Nya
orang yang kembali (kepada-Nya). (Q.S. As-Syuura ayat 13).

Kedua, karena agama Islam adalah agama yang hak, sebagaimana terdapat
dalam al-Quran surat as-Shaff, ayat 9.
        
     
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-
orang musyrik benci. (Q. S. as-Shaff: 9).

Selanjutnya secara spiritual, setiap orang membutuhkan keyakinan atas sebuah


agama atau Tuhan yang harus dijadikan pusat aktualisasi spiritualitas mereka.
Pusat aktualisasi diri atas nama spiritualitas adalah Tuhan, karena tuhan
berfungsi sebagai sesuatu dzat yang

1. Yang dimintai pertolongan (al-Mustajaru ilaihi ‫ست ََجار ُاِلَ ْي ِه‬


ْ ‫ اَل ُم‬-)
Sebagaimana dalam surat Al-Fatihah, ayat 5, kita semua mengatakannya,
yaitu:
    
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan (Q.S. Al-Fatihah: 5).

Begitupula Allah Swt., berfirman dalam surat Ash-Shaffat, ayat 116


    

2
Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang. (Q.S.
Ash-Shaffat: 116).

Penegasan bahwa Allah yang senantiasa memberikan pertolongan, tertera


dalam surat Ali-Imran ayat 160
            
       
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan
kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah
gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal. (Q.S. Ali-Imran:
160).

2. Yang merasa tenang karena-Nya (al-Ithma-anna ilaihi –‫) اَ ِالطمئن اِلَ ْي ِه‬
Semua orang membutuhkan ketenangan dan ketentraman hidup serta jiwa.
Seseorang tidak akan pernah merasa tenang atau tentaram melainkan melalui zat
yang memiliki ketentraman itu sendiri.
Allah Swt., berfirman dalam surat Al-Fath, ayat 4 sebagai berikut.
        
           


Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang


mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka
(yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan
adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (Q.S. Al-Fath: 4)
Penegasan, bahwa Allah sebagai dzat yang memberikan ketenangan, terdapat
dalam surat Ar-Ra’du, ayat 28
          
 
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram. (Q.S. Ar-Ra’du: 28).

3. Yang dicintai/dibutuhkan (al-Wala’u Bihi - ‫)اَل َولَ ُع ِب ِه‬

3
Ternyata manusia adalah sosok yang papa, yang tidak memiliki apa-apa. Ia
membutuhkan sesuatu yang ia butuhkan, ia membutuhkan sesuatu yang ia cintai
melebihi dari segalanya. Dan yang pantas menjadi pusat kebutuhan/kecintaan ia
adalah dzat yang Maha Kaya, yakni Allah Swt.
Allah Swt., sendiri berfirman dalam surat Muhammad, ayat 38 di bawah ini.
     
Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
membutuhkan (Nya); (Q.S. Muhammad: 38).
Apabila seseorang beriman, maka pasti ia akan merasakan kecintaan kepada
Allah Swt.
     
Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah (Q.S. al-
Baqarah: 165).

Kecintaan kepada Allah adalah wujud dari keimanan, maka seseorang yang
beriman kepada Allah, ia akan mencintai keimanan itu, dan akan menjadikan
iman sebagai perisai yang indah di hatinya. Allah Swt., berfirman:
       

tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu
indah dalam hatimu (Q.S. Al-Hujrat: 7).

4. Yang wajib disembah (al-Ma’budu - ‫ًُ ُد‬DE‫)اَل َم ْعُب‬


Aktualisai diri tercermin dengan bagaimana seseorang melakukan ritualitas
ibadah, dan kepada siapakah dia harus beribadah?
Setiap orang telah berjanji, hanya kepada Allah-lah akan beribadah dan
meminta pertolong, sebagaimana terdapat dalam surat al-Fatihah, ayat 5.
    
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan (Q.S. Al-Fatihah: 5).
Penegasan ibadah, bahkan hidup dan mati seorang hamba hanya untuk Allah
Swt., tercermin dalam surat al-An’am, ayat 162 di bawah ini.
         

4
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S al-An’am: 162).

Ibadah yang dilakukan seseorang di atas merupakan manifestasi dari firman


Allah surat Al-Baqarah ayat 21, sebagaimana berikut ini.
         
 
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang
yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Q.S. Al-Baqarah: 21)

Tolok Ukur Sosok Religius


Siapakah sebetulnya sosok religius itu? Dan bagaimanakah kriterianya? Salah
satu tolok ukur kereligiusan seseorang adalah sebagai berikut.

1. Yang selamat aqidahnya (‫)سليمة العقيدة‬


Seorang yang agamis, tentu harus lurus aqidahnya, jelas keyakinannya.
Mengakui agama Islam sebagai agamanya dengan dua kalimat syahadat sebagai
syarat utamanya. Ia beriman kepada Allah Swt., dan Kepada Nabi Muhammad
sebagai utusan Allah Swt.
Allah Swt., tidak akan pernah menerima pengakuan agama apapun, selain
agama Islam. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali-Imran. Ayat 85.

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi. (Q.S. Ali-Imran: 85).
Bahkan perbuatan musyrik (menyekutukan Allah), termasuk perbuatan yang
tidak akan pernah Allah ampuni dosanya. Hal ini Allah tegaskan dalam surat An-
Nisa, ayat 48 sebagai berikut.

5
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar. (Q.S. An-Nisa: 48).

2. Yang baik ibadahnya (‫)صحيح العبادة‬


Seseorang disebut agamis, apabila ia rajin dan tekun beribadah yang tentunya
beribadah sebagaimana mestinya; beribadah sesuai syarat dan rukunnya. Perintah
beribadah kepada Allah termaktub dalam al-Qur’an surat An-Nisa, ayat 36.

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.


(Q.S. An-Nisa: 36).
selain rajin beribadah, orang yang reliius, tidak akan melanggar syiar-syiar
Allah Swt., sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Maidah, ayat 2.

Hai orang-orang yang beriman,


janganlah kamu melanggar syi`ar-syi`ar Allah, (Q.S. Al-Maidah: 2).

Seorang yang religious, beribadah bukan semata-mata ingin dipuji atau


dihargai orang lain, namun betul-betul ingin mengharapkan rahmat Allah Swt. Hal
ini dapat tergambar dalam firman Allah surat Az-Zumar, ayat 9.

6
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya (Q.S. Az-Zumar: 9).

3. Yang bagus budi pekertinya (‫)متين الخلق‬


Keyakinan yang lurus dan benar serta ibadah yang tekun belumlah cukup
untuk mengatakan bahwa seseorang itu religius alias agamis. Keimanan bersifat
batiniyah, pun demikian beribadah adalah pekerjaan individual. Sesorang yang
dapat dikatakan agamis apabila ia bisa memanisfestasikan kegiatan ibadah
mahdoh ke dalam kehidupan sehari-hari; dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat umum akan melihat seseorang agamis apabila ia bagus dalam
akhlak; budi pekertinya. Tata cara bermasyarakat dengan menggunakan akhlak
yang baik tercermin dalam firman Allah Swt., surat Ali-Imran, ayat 159.

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap


mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali-Imran: 159).

Berdakwah atau menyeru masyarakat lainnya untuk beribadah kepada Allah,


seyogianya dilakukan dengan akhlak yang baik pula. Dalam surat Shaad, ayat 46
Allah Swt., berfirman

7
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi, yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada
negeri akhirat. (Q.S. shad: 46)

Sosok Religius Mendukung Sikap Positif untuk Berkarya


Seorang yang agamis tidak cukup mengandalkan dirinya tinggal dan
beribadah di mesjid, namun ia tetap harus survival berjuang mempertahankan
hidupnya, maka jelas seorang agamis harus juga luas wawasannya (‫ة الفكر‬GG‫)مثق‬.
Allah Swt., berfirman dalam surat Al-Jatsiyah, ayat 13.

Dan Dia
menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
(Q.S. Al-Jatsiyah: 13)

Seorang yang memahami Islam dengan betul, maka ia akan berusaha untuk
berbuat sebaik-baiknya, baik perbuatan ukhrawi ataupun duniawi. Seseorang tidak
cukup hanya memenuhi kebutuhan ruhani saja. Namun kebutuhan jasmani juga.
Rasulullah Saw. pernah memarahi seorang sahabat yang tidak mau bekerja.
Kita dapat belajar dari perjalanan hidup Muhammad Saw. betapa berat cobaan
yang harus dilaluinya dan betapa cerdas metode yang telah ditempuh untuk
mengatasinya. Sebagaimana sejarah mencatat, Muhammad lahir dalam keadaan
yatim dan menjadi piatu setelah melewati masa balita. Dipelihara kakeknya,
Muhammad Saw. belajar tentang beragam keterampilan hidup (life skills),
termasuk berniaga untuk mencari nafkah. Profesi pertama yang dijalaninya adalah
sebagai penggembala ternak milik keluarga, dan akhirnya mendapat titipan ternak
tetangganya. Waktu itu usianya sekitar delapan tahun, dan ia memperoleh upah

8
pertama dari hasil kerjanya. Lalu, ia belajar berniaga lewat usaha pamannya, Abu
Thalib.
Dan pada usia 12 tahun, Muhammad melakukan perjalanan bisnisnya yang
pertama ke luar Kota Mekkah, yakni mengunjungi Negeri Syam (Suriah).
Pengalaman itu membuka cakrawala berpikir dan bersikap (shifting the mindset)
Muhammad sebagai modal awal untuk menjalankan misi universal di kemudian
hari. Di masa remaja, ia menjadi seorang profesional dan dipercaya untuk
menjalankan bisnis sendiri dengan modal dari seorang investor terpandang, yakni
Khadijah. Itu terjadi saat usia Muhammad sekitar 20 tahun. Bisa dikatakan bahwa
Muhammad adalah salah satu manajer investasi pertama. Lima tahun kemudian,
Khadijah tak hanya mempercayakan modal finansial kepada Muhammad, tapi
melamar untuk menikahinya.
Saat itu Muhammad telah menjadi pengusaha yang mandiri, dengan aset yang
terus bertambah, terbukti dari mahar yang diberikannya kepada Khadijah sebesar
100 ekor unta. Harga seekor unta Arab lebih mahal dari seekor sapi di Indonesia,
katakanlah untuk ukuran sekarang sekitar Rp 10 juta. Itu berarti Muhammad telah
menyiapkan mahar senilai tak kurang dari Rp 1 miliar! Informasi sejarah ini
jarang sekali disebut dan diceritakan para dai kita. Padahal, di situ terungkap
pelajaran berharga, betapa seorang calon pemimpin dunia yang akan
membebaskan manusia dari kejahiliahan, telah terbebas dari kebutuhan duniawi.
Dalam bahasa modern bisa dibilang Muhammad memasuki tahap kemandirian
finansial pada usia 25 tahun, di awal pernikahannya.
Dengan persiapan secanggih dan sematang itu, tak ada lagi halangan bagi
Muhammad untuk tampil menjalankan tugas publiknya kelak. Dorongan religius
menjadi faktor utama sukses bisnis, bahkan kesuksesan dalam lapangan sosial-
politik yang lebih luas.

Koridor Religius
Dalam kaitan ini perlu dipertimbangkan kembali pandangan sebagian umat
yang menilai agak minor upaya mencari harta dan mengembangkan dunia
wirausaha. Nabi Muhammad dan para sahabat yang notabene adalah saudagar
sukses, menempatkan harta kekayaan dan usaha untuk mencapainya dalam

9
timbangan proporsional. Ibnu Taimiyah pernah menyatakan: ”Tak ada kebaikan
bagi orang yang tak menyukai harta benda”. Karena dengan harta yang cukup,
tugas dunia dan akhirat dapat disempurnakan.
Sang penulis kitab Majmu al Fatawa itu menegaskan, ”Mencari kekayaan itu
bisa jadi hukumnya adalah wajib, yaitu berlaku pada perkara-perkara yang harus
dilakukan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban”. Kita bisa bayangkan, betapa
sulitnya menjalankan kewajiban zakat dan pergi haji, bila tak memiliki harta
memadai. Golongan hartawan memiliki tanggung jawab lebih besar untuk
menyantuni golongan miskin dan menciptakan kesejahteraan umum.

Semangat meraih kehidupan duniawi


Semangat meraih kehidupan duniawi dengan berkarya, berkreativitas.
Kreativitas akan muncul apabila kita memahami bahwa hakikat hidup sebenarnya
adalah

1. Sementara (‫)مؤقتة‬
Hidup di dunia ini hanyalah sementara, sebagaimana firman Allah dalam surat
Al-Mu’minun, ayat 114

Allah berfirman: "Kamu tidak


tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui." (Q.S. Al-Mu’minun: 114)

Karena hidup di dunia ini sementara, maka sudah seyogianya setiap hamba
Allah membuat sebuah karya yang dapat dibanggakan. Maka penulis memiliki
sebuah motto hidup, “Hidup sekali, hiduplah yang berarti!”

2. Ujian/cobaan (‫)ابتالء‬
Selain hidup di dunia ini bersifat sementara, hidup merupakan ujian dan
cobaan dari Allah Swt., seberapa mampukah seorang hamba mengarungi

10
kehidupan di dunia ini. Mampukah ia menerjemahkan semua tanda-tanda dari
Allah dalam kehidupan nyata. Allah berfirman dalam surat Ash-shaffat, ayat 106.

Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.(Q.S. As-Shafat: 106)


Dalam surat al-Baqarah ayat 155-156 Allah menggambarkan, bagaimana Ia
akan memberikan ujian. Namun bagi orang yang lulus dari ujian itu, Allah pun
tak segan-segan akan memberikan ganjaran.

ِ ُ‫ص ِمنَ اأْل َ ْم َوا ِل َواأْل َ ْنف‬


ِ ‫س َوالثَّ َم َرا‬
َ‫ر الصَّابِ ِرين‬Gِ ‫ت َوبَ ِّش‬ ٍ ‫ُوع َونَ ْق‬ ِ ‫ف َو ْالج‬ ِ ْ‫َولَنَ ْبلُ َونَّ ُك ْم بِ َش ْي ٍء ِمنَ ْال َخو‬
َ‫اجعُون‬ ِ ‫صيبَةٌ قَالُوا إِنَّا هَّلِل ِ َوإِنَّا إِلَ ْي ِه َر‬ َ َ‫الَّ ِذينَ إِ َذا أ‬
ِ ‫صابَ ْتهُ ْم ُم‬
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi
raaji`uun" (al-Baqarah: 155-156).

Sebelum ajal tiba, berusajhalah untuk tetap survive dalam hidup, Allah berfirman:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Q.S. Al-Anbiya: 35)

3. Perjuangan (‫)كفاح وعمل‬


Hidup di dunia ini adalah perjuangan dan banyak yang harus dikorbankan.
Bagaimana seseorang hamba Allah bisa bertahan hidup apabila ia tidak mau
berjuang, tidak mau berkorban.
Rasulullah Saw., kerap kali berdoa agar dijauhkan dari segala sikap yang
dapat menghambat perjuangan, beliau berdoa

‫دين‬GG‫لع ال‬GG‫ل وض‬GG‫ل والبخ‬GG‫ز والكس‬GG‫زن والعج‬GG‫ك من الهم والح‬GG‫اللهم انى أعوذب‬
.‫وغلبة الرجال‬

11
Ya Allah jauhkanlah aku dari segala kesusahan; kebingungan hidup, dari
kesedihan, dari kepayahan, dari sifat malas, dari kebakhilan, terjebak hutang dan
intimidasi dari orang lain.

Untuk bisa bertahan hidup, tentunya seorang hamba harus bisa membuat
strategi. Mengatur serta merencanakan kehidupannya.
Di dalam Al-Quran Allah telah memberikan contoh, supaya seorang hamba
bisa kreatif mengelola kehidupannya. Hal ini tertera dalam surat Al-Furqan ayat
47.

Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk
istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (Q.S Al-Furqan:
47).

Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja.


As-shafat: 61

‫ك ُم َغيِّرًا نِ ْع َمةً أَ ْن َع َمهَا َعلَى قَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوأَ َّن هَّللا َ َس ِمي ٌع‬ُ َ‫َذلِكَ بِأ َ َّن هَّللا َ لَ ْم ي‬
)53 :‫َعلِي ٌم(االنفال‬
Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak
akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu
kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Anfal:
53).
‫م‬Gْ ‫إِ َّن هَّللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َحتَّى يُ َغيِّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه‬

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka


mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendir.(Q.S. Ar-Ra'du:11).
َ ‫فَإِ َذا فَ َر ْغتَ فَا ْن‬
ْ‫صبْ َوإِلَى َربِّكَ فَارْ غَب‬

12
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap.(al-Insyiroh 7-8).

ِ ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا فَ َسيَ َرى هَّللا ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهُ َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َو َستُ َر ُّدونَ إِلَى عَالِ ِم ْال َغ ْي‬
‫ب َوال َّشهَا َد ِة‬
)105 :‫م بِ َما ُك ْنتُ ْم تَ ْع َملُونَ (التوبة‬Gْ ‫فَيُنَبِّئُ ُك‬
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-
orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (at-Taubah 105).

Gَ ْ‫قُلْ يَاقَوْ ِم ا ْع َملُوا َعلَى َم َكانَتِ ُك ْم إِنِّي عَا ِم ٌل فَ َسو‬


)39 :‫ف تَ ْعلَ ُمونَ (الزمر‬
Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya
aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui, (az-Zumar: 39).

Kiat Menjadi Religius dan Keatif


1. Niat yang ikhlas
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hijr ayat 39-40:

‫ادَكَ ِم ْنهُ ُم‬GGَ‫ إِالَّ ِعب‬. َ‫ض َوألُ ْغ ِويَنَّهُ ْم أَجْ َم ِعين‬ ُ
ِ ْ‫قَا َل َربِّ بِ َما أَ ْغ َو ْيتَنِي ألزَ يِّن ََّن لَهُ ْم فِي األَر‬
َ‫صين‬ ِ َ‫ْال ُم ْخل‬
Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-
hamba Engkau yang mukhlis di an tara mereka. (QS Al-Hijr: 39-40).

2. Berfikir yang Matang


Allah Swt., berfirman dalam surat Al-Jatsiyah, ayat 13.

Dan Dia
menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian

13
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
(Q.S. Al-Jatsiyah: 13)

3. Mujahadah (sungguh-sungguh) dan Shabar


Allah SWT berfirman dalam surat At-taubah, ayat 59:

Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan
Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan
memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula)
Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada
Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka). (Q.S. At-Taubah:
59).

Dalam surat Az-Zumar ayat 10, Allah berfirman:


ٍ ‫إِنَّ َما ي َُوفَّى الصَّابِرُونَ أَجْ َرهُم بِ َغي ِْر ِح َسا‬
‫ب‬
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas. (QS Az-Zumar: 10)

Hikmah Menjadi Religius dan Kreatif


Keuntungan yang diperoleh menjadi orang yang religious dan kreatif adalah:
1. Semakin tahu, siapa kita sebenarnya
Orang yang religious berarti orang yang mengetahui siapa dirinya sebenarnya,
yakni seorang makhluk, seorang hamba Allah. Dengan demikian ia akan semakin
bisa mendekatkan diri kepada khalik; sang pencipta. Ia pun akan berusaha
semaksimal mungkin untuk melakukan pekerjaan sebagaimana posisinya sebagai
manusia yang membutuhkan kebutuhan-kebutuhan duniawi.
2. Semakin tawadlu dalam memposisikan diri
Orang yang religious, adalah orang yang memiliki akhlak yang mulia, akhlak
yang terpuji. Sudah barang tentu ia bisa memposisikan dirinya baik dihadapan
Allah maupun di hadapan masyarakat pada umumnya.
3. Dapat mengembangkan potensi ruhiyah dan jasmaniyah

14
Potensi ruhani ia kembangkan demi mencapai derajat yang paling taqwa
dalam pandangan Allah Swt. Begitupula ia akan menjadi kreatif mengembangkan
potensi jasmaninya, mencari atau menciptakan sesuatu yang baru demi memenuhi
kebutuhan duniawi.
4. Membangun citra positif dalam melaksanakan ibadah dan social
kemasyarakatan
Menyandang gelar religious dan kreatif jelas merupakan sebuah gelar
prestisius. Bukankah kedua gelar ini yang banyak dicari orang.

15

You might also like