Professional Documents
Culture Documents
BUPATI MALANG,
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
BAB II
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
BAB IV
JENIS-JENIS PELAYANAN
Bagian Pertama
Kartu Keluarga (KK)
Pasal 6
Bagian Kedua
Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Pasal 7
Pasal 8
Bagian Keempat
Surat Keterangan Pendaftaran PendudukTetap (SKPPT)
Pasal 9
Bagian Kelima
Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT)
Pasal 10
Bagian Keenam
Surat Keterangan Perubahan Status Kewarganegaraan (SKPSK)
Pasal 11
Bagian Ketujuh
Surat Keterangan Pindah Domisili (SKPD)
Pasal 12
Pasal 13
Setiap orang asing yang telah berubah status menjadi WNI dan
bermaksud ganti nama wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
SKGN.
Bagian Kesembilan
Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM)
Pasal 14
Bagian Kesepuluh
Surat Keterangan Kelahiran
Dan Surat Keterangan Lahir Mati
Pasal 15
Pasal 16
(1) Kelahiran bayi yang mati diatas 7 (tujuh) bulan usia kandungan
wajib dilaporkan kepada Kepala Desa/Kelurahan setempat ;
(2) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diterbitkan Surat Keterangan Lahir.
Bagian Kesebelas
Surat Keterangan Kematian
Pasal 17
Bagian Keduabelas
Surat Keterangan Pindah
Pasal 18
Pasal 19
b. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas-berkas pendaftaran
penduduk;
- Memberikan resi tanda terima pendaftaran penduduk;
- Mengarsipkan formulir;
- Menyiapkan dan mengirimkan berkas pendaftaran
penduduk ke Kecamatan.
c. Kecamatan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas pendaftaran penduduk dari
Desa/Kelurahan;
- Mengarsipkan berkas pendaftaran penduduk;
- Melakukan perekaman data kependudukan;
- Melakukan pengiriman hasil perekaman data
kependudukan.
d. Kabupaten berkewajiban :
- Melakukan proses penerimaan hasil perekaman data dari
Kecamatan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan ;
- Melakukan proses penerbitan KK ;
- Melakukan pengiriman KK ke Kecamatan.
e. Kecamatan berkewajiban :
- Menerima, meneliti dan menandatangani KK dalam rangkap
4 (empat) ;
- Menyiapkan dan mengirimkan KK ke Kantor
Desa/Kelurahan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan dari
Kabupaten.
f. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima resi tanda terima pendaftaran penduduk dan
menyerahkan KK lembar I kepada penduduk yang
bersangkutan ;
- Menyerahkan KK lembar IV kepada pengurus RT ;
- Mengarsipkan KK lembar III ;
- Mencatat data penduduk berdasarkan KK dalam Buku Induk
Penduduk.
(3) Persyaratan untuk memperoleh KK adalah :
a. Surat pengantar dari RT/RW ;
b. KK yang lama ;
c. Akte Perkawinan/Akte Perceraian ;
d. Akte Kelahiran/Surat Keterangan Kenal Lahir ;
e. Akte Pengangkatan Anak ;
f. Surat Keterangan Ganti Nama ;
g. SKPPT bagi penduduk WNA ;
h. Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi WNA ;
i. Tanda lunas pajak Bangsa Asing.
Bagian Kedua
Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Pasal 20
(1) KTP berlaku untuk 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang dengan
diterbitkan KTP baru ;
(2) Bagi penduduk WNI yang berusia 60 (enam puluh) tahun keatas
diberikan KTP yang berlaku seumur hidup ;
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya berlaku
bagi WNI yang bertempat tinggal tetap ;
(4) KTP sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku lagi
apabila yang bersangkutan wajib mengganti dengan KTP baru
sesuai dengan tempat tinggal/domisilinya.
Pasal 21
Bagian Ketiga
Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara (SKPPS)
Pasal 22
a. Pemohon berkewajiban :
- Mendapat sponsor atau penanggung jawab izin tinggal ;
- Mengisi formulir permohonan SKPPS ;
- Melengkapi persyaratan yang telah ditentukan.
b. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas permohonan SKPPS;
- Memberikan resi tanda terima permohonan ;
- Mengarsipkan formulir ;
- Menyiapkan dan mengirimkan berkas permohonan SKPPS
ke Kecamatan.
c. Kecamatan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas permohonan dari
Desa/Kelurahan ;
- Mengarsipkan berkas permohonan ;
- Melakukan pengiriman berkas ke Kabupaten.
d. Kabupaten berkewajiban :
- Melakukan penerimaan berkas dari Kecamatan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan ;
- Melakukan proses penerbitan SKPPS ;
- Melakukan pengiriman SKPPS ke Kecamatan.
e. Kecamatan berkewajiban :
- Menyiapkan dan mengirimkan SKPPS ke Kantor
Desa/Kelurahan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan dari
Kabupaten.
f. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima resi tanda terima permohonan dan
menyerahkan SKPPS kepada yang bersangkutan ;
- Mengarsipkan berkas.
Bagian Keempat
Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPPT)
Pasal 23
Bagian Kelima
Surat Keterangan Perubahan Status Kewarganegaraan (SKPSK)
Pasal 24
Bagian Keenam
Surat Keterangan Pindah Domisili (SKPD)
Pasal 25
Bagian Ketujuh
Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM)
Pasal 26
Bagian Kedelapan
Surat Keterangan Kelahiran dan
Surat Keterangan Lahir Mati
Pasal 27
Bagian Kesembilan
Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT)
Pasal 28
BAB VI
PENGELOLAAN DAN PELAPORAN DATA
Pasal 29
BAB VII
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 34
BAB VIII
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 35
Pasal 36
BAB X
WILAYAH PUNGUTAN
Pasal 37
BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 38
BAB XII
KEBERATAN
Pasal 39
Pasal 40
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal
Surat Keberatan diterima, harus memberi Keputusan atas
keberatan yang diajukan ;
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya
retribusi yang terutang ;
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan Keputusan atas
keberatan yang diajukan, maka dianggap telah dikabulkan.
Pasal 41
BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 42
Pasal 43
BAB XIV
KADALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 44
BAB XV
PENGAWASAN
Pasal 46
BAB XVI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 47
BAB XVII
SANKSI PIDANA
Pasal 48
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 49
Pasal 50
Ditetapkan di Malang
pada tanggal 2003
BUPATI MALANG
SUJUD PRIBADI
LAMPIRAN KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT
DAERAH KABUPATEN MALANG
BESARNYA TARIF
I. KARTU KELUARGA
a. Warga Negara Indonesia Rp. 3.000,-
b. Warga Negara Asing Rp. 5.000,-
Penduduk dengan segala matranya merupakan salah satu modal dasar dan sumberdaya
manusia yang produktif bagi pembangunan Daerah disegala bidang, apabila berkembang dalam
kuantitas yang memadai dan kualitas yang tinggi serta persebaran yang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan.
Keadaan penduduk yang demikian merupakan unsur yang tangguh yang mampu menghadapi
dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan bagi kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
Oleh karena itu, upaya perkembangan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian
kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk.
Sehingga dengan demikian perlu diselenggarakan pendataan Penduduk secara lengkap
meliputi data identitas penduduk sebagai Warga Negara Indonesia, meliputi Kartu Keluarga, Kartu
Tanda Penduduk dan pendaftaran penduduk lainnya yang diselenggarakan sebagai pelaksanaan
Tata Usaha Negara di bidang kependudukan dan kewenangan Daerah dibidang kependudukan.
Dalam perencanaan pembangunan, termasuk perencanaan perkembangan kependudukan,
dimana setiap kelompok demografis harus masuk perhitungan penduduk secara makro. Misalnya
dalam registrasi penduduk, penetapan sasaran perkembangan kependudukan, pembagian wilayah,
penentuan jumlah wakil dalam pemilihan urnum, pemberian bantuan pedesaan dan sebagainya,
tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, Umur dan jenis kelamin, yang dalam pelaksanaan
penggunaan haknya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk kepentingan pendataan dan perencanaan pengembangan kualitas kependudukan, maka setiap
penduduk juga berkewajiban melakukan pendaftaran dan pencatatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi setiap kegiatan berkaitan dengan kependudukan.
Pasal 1
Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah
ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan
melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga bagi Wajib Retribusi dan
aparatur dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan lancar
dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi. Pengertian ini diperlukan karena
istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam bidang
Retribusi Daerah.
Pasal 2 sampai dengan Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses
kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.
Namun, dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh
bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses
pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama badan-
badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut
melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara efisien. Kegiatan
pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah
kegiatan penghitungan besarnya retribusi terutang, pengawasan penyetoran
retribusi dan penagihan retribusi.
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42 ayat (1)
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Penduduk dengan segala matranya merupakan salah satu modal dasar dan sumberdaya
manusia yang produktif bagi pembangunan Daerah disegala bidang, apabila berkembang dalam
kuantitas yang memadai dan kualitas yang tinggi serta persebaran yang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan.
Keadaan penduduk yang demikian merupakan unsur yang tangguh yang mampu menghadapi
dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan bagi kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
Oleh karena itu, upaya perkembangan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian
kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk.
Sehingga dengan demikian perlu diselenggarakan pendataan Penduduk secara lengkap
meliputi data identitas penduduk sebagai Warga Negara Indonesia, meliputi Kartu Keluarga, Kartu
Tanda Penduduk dan pendaftaran penduduk lainnya yang diselenggarakan sebagai pelaksanaan
Tata Usaha Negara di bidang kependudukan dan kewenangan Daerah dibidang kependudukan.
Dalam perencanaan pembangunan, termasuk perencanaan perkembangan kependudukan,
dimana setiap kelompok demografis harus masuk perhitungan penduduk secara makro. Misalnya
dalam registrasi penduduk, penetapan sasaran perkembangan kependudukan, pembagian wilayah,
penentuan jumlah wakil dalam pemilihan urnum, pemberian bantuan pedesaan dan sebagainya,
tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, Umur dan jenis kelamin, yang dalam pelaksanaan
penggunaan haknya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk kepentingan pendataan dan perencanaan pengembangan kualitas kependudukan, maka setiap
penduduk juga berkewajiban melakukan pendaftaran dan pencatatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi setiap kegiatan berkaitan dengan kependudukan.
Pasal 1
Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah
ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan
melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga bagi Wajib Retribusi dan
aparatur dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan lancar
dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi. Pengertian ini diperlukan karena
istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam bidang
Retribusi Daerah.
Pasal 38
Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses
kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.
Namun, dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh
bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses
pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama badan-
badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut
melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara efisien. Kegiatan
pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah
kegiatan penghitungan besarnya retribusi terutang, pengawasan penyetoran
retribusi dan penagihan retribusi.
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas