You are on page 1of 34

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG


NOMOR 9 TAHUN 2003
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG,

Menimbang : a. bahwa penduduk dengan segala matranya merupakan salah satu


modal dasar dan sumberdaya manusia yang produktif bagi
pembangunan Daerah disegala bidang, apabila berkembang
dalam kuantitas yang memadai, kualitas yang tinggi serta
persebaran yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan ;
b. bahwa keadaan penduduk yang demikian merupakan unsur yang
tangguh yang mampu menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan bagi
kelangsungan hidup bangsa dan negara ;
c. bahwa upaya perkembangan penduduk perlu diarahkan pada
pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas
penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk, sehingga perlu
diselenggarakan pendataan penduduk secara lengkap meliputi
data identitas penduduk sebagai Warga Negara Indonesia, yang
diselenggarakan sebagai pelaksanaan Tata Usaha Negara di
bidang kependudukan dan kewenangan Daerah dibidang
kependudukan ;
d. bahwa sehubungan dengan maksud pada huruf a, b dan c
konsideran menimbang ini, maka perlu diatur dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Malang tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk.

J:\kumpulan perda\PERDA TAHUN 2003\PERDA No. 9 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk.doc


Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa
Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41);
2. Undang-undang Nomor 62 Tahun 1958 Tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun
1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647) ;
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3019) ;
4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3437) ;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 35, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3475) ;
6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839) ;
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Negara Nomor 3848);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1998 tentang
Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di Bidang
Penyelenggaraan Penduduk kepada Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1998 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3742) ;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil (Lembaran Daerah Kabupaten
Malang Tahun 2001 Nomor 20/D).

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MALANG

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG TENTANG


PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Malang ;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang ;
3. Bupati adalah Bupati Malang ;
4. Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat yang ditunjuk untuk
menyelenggarakan pendaftaran penduduk ;
5. Dinas adalah aparat pelaksana Daerah yang salah satu tugas
pokok dan fungsinya dibidang penyelenggaraan pendaftaran
penduduk ;
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang salah satu tugas pokok
dan fungsinya dibidang penyelenggaraan pendaftaran penduduk ;
7. Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk adalah kegiatan
pendaftaran dan atau pencatatan data penduduk beserta
perubahannya yang meliputi pendaftaran dan pencatatan mutasi
penduduk, penerbitan nomor induk kependudukan, nomor induk
kependudukan sementara, kartu keluarga dan kartu tanda
penduduk serta pengelolaan data penduduk dan penyuluhan ;
8. Penduduk adalah setiap Warga Negara Indonesia yang
selanjutnya disingkat WNI dan Warga Negara Asing yang
selanjutnya disingkat WNA pemegang izin tinggal tetap di wilayah
Negara Republik Indonesia ;
9. Mutasi penduduk adalah perubahan data penduduk sebagai
akibat terjadinya pengakuan dan pengesahan anak,
pengangkatan anak, perubahan nama, perubahan status
kependudukan, perubahan kewarganegaraan, perubahan dan
pembatalan akta, pindah atau datang dan perubahan data
lainnya;
10. Penduduk Sementara adalah setiap Warga Negara Asing
pemegang izin tinggal terbatas di wilayah Negara Republik
Indonesia ;
11. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disebut NIK
adalah nomor identitas yang diberikan kepada setiap penduduk di
wilayah Negara Republik Indonesia ;
12. Nomor Induk Kependudukan Sementara yang selanjutnya
disebut NIKS adalah nomor identitas yang diberikan kepada
setiap penduduk sementara/Warga Negara Asing di wilayah
Negara Republik Indonesia ;
13. Kartu Keluarga yang selanjutnya disebut KK adalah kartu
identitas keluarga yang memuat data tentang susunan, hubungan
dan jumlah anggota keluarga ;
14. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disebut KTP adalah
kartu sebagai bukti diri bagi setiap penduduk ;
15. Akta Pencatatan penduduk adalah akta otentik yang diterbitkan
oleh Pemerintah Daerah mengenai peristiwa kelahiran dan
kematian, pengakuan, pengesahan anak, perkawinan dan
perceraian bagi yang bukan beragama Islam ;
16. Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian
atau seluruh bangunan, yang tinggal bersama dan tidak terbatas
pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja atau
seseorang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan yang
mengurus keperluan hidupnya sendiri ;
17. Kepala Keluarga adalah orang yang bertanggung jawab dalam
keluarga meliputi :
a. Orang laki-laki kawin atau tidak kawin yang bertempat tinggal
dengan orang perempuan baik istrinya maupun tidak dan
atau dengan anak-anaknya ;
b. Orang perempuan tanpa memandang kedudukannya dalam
hubungan keluarga yang bertempat tinggal dengan anak-
anaknya yang belum dewasa atau dengan anak-anaknya
sendiri yang sudah dewasa ;
c. Orang laki-laki atau perempuan yang bertempat tinggal
sendiri ;
d. Kepala Kesatrian, asrama, rumah piatu dan lain-lain
perumahan dimana beberapa orang bertempat tinggal
bersama-sama dan atau sebagai kesatuan keluarga ;
e. Orang yang menjadi atau dianggap menjadi kuasa wakil
orang yang terganggu ingatannya ;
f. Kuasa dari orang yang kehilangan hak menguasai atau
mengurus harta bendanya menurut kuasa pengadilan ;
g. Seseorang baik laki-laki atau perempuan yang ditunjuk oleh
anggota keluarga untuk menjadi kepala keluarga.
18. Anggota Keluarga adalah mereka yang tercantum dalam Kartu
Keluarga dan secara kemasyarakatan menjadi tanggung jawab
Kepala Keluarga ;
19. Pindah atau Datang adalah perubahan tempat tinggal dari tempat
lama ke tempat yang baru untuk menetap ;
20. Buku Induk Penduduk/Buku Induk Penduduk Sementara adalah
buku yang memuat data awal setiap penduduk/penduduk
sementara dalam suatu wilayah Desa/Kelurahan ;
21. Buku Mutasi Penduduk Sementara adalah buku yang memuat
catatan perubahan data setiap penduduk/penduduk sementara
dalam wilayah suatu Desa/Kelurahan ;
22. Surat Keterangan Penduduk adalah bentuk keluaran sebagai
hasil dari kegiatan penyelenggaraan pendaftaran penduduk yang
meliputi :
a. Surat Keterangan Kelahiran, adalah surat bukti adanya
pelaporan tentang kelahiran ;
b. Surat Keterangan Lahir Mati, adalah surat bukti adanya
pelaporan lahir mati ;
c. Surat Keterangan Kematian, adalah surat bukti adanya
pelaporan tentang kematian ;
d. Surat Keterangan Pindah, adalah surat bukti adanya
pelaporan pindahan tempat tinggal/alamat penduduk ;
e. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara yang
selanjutnya disebut SKPPS adalah surat bukti diri bagi orang
asing yang berdiam sementara atau tidak menetap dalam
wilayah Kabupaten Malang ;
f. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap yang
selanjutnya disebut SKPPT adalah surat bukti diri bagi orang
asing yang berdiam secara menetap dalam wilayah
Kabupaten Malang ;
g. Surat Keterangan Perubahan Status Kewarganegaraan yang
selanjutnya disebut SKPSK adalah surat bukti diri tentang
perubahan status dari Warga Negara Asing menjadi Warga
Negara Indonesia atau Warga Negara Indonesia menjadi
Warga Negara Asing ;
h. Surat Keterangan Pindah Domisili yang selanjutnya disebut
SKPD adalah surat bukti diri Warga Negara Asing yang akan
pindah domisili ;
i. Surat Keterangan Ganti Nama yang selanjutnya disebut
SKGN adalah surat bukti diri Warga Negara Indonesia yang
akan merubah nama lama ;
j. Surat Keterangan Tempat Tinggal yang selanjutnya disebut
SKTT adalah surat bukti tentang tempat tinggal bagi orang
asing yang bermaksud akan berdiam secara menetap dalam
Wilayah Kabupaten Malang.
23. Buku Tamu adalah buku yang memuat daftar atau kedatangan
orang sebagai tamu dalam wilayah suatu Desa/Kelurahan ;
24. Tamu adalah orang yang datang ke dalam wilayah suatu
Desa/Kelurahan tidak untuk menginap ;
25. Surat keterangan adalah surat yang dikeluarkan oleh Kepala
Desa/Kelurahan mengenai data penduduk ;
26. Biaya Pelayanan Pendaftaran Penduduk adalah ketentuan biaya
yang ditentukan dan harus dicukupi oleh pemohon dalam
pengurusan Pendaftaran Penduduk.
27. Penduduk Musiman adalah setiap Warga Negara Republik
Indonesia yang datang/masuk dalam wilayah Kabupaten Malang
dengan maksud mencari nafkah atau pekerjaan tetapi tidak
bermaksud menjadi penduduk Kabupaten Malang ;
28. Keterangan Izin Masuk yang selanjutnya disebut KIM adalah
kartu izin masuk bagi Warga Negara Asing yang berdiam kurang
dari 15 (lima belas) tahun di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia ;
29. Keterangan Izin Masuk Sementara yang selanjutnya disebut
KIMS adalah kartu izin masuk bagi Warga Negara Asing yang
berdiam kurang dari 2 (dua) tahun di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ;
30. Izin Menetap yang selanjutnya disebut ITAP adalah surat
keterangan bagi Warga Negara Asing yang bertempat tinggal
secara menetap selama 5 (lima) tahun di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia ;
31. Retribusi Jasa Umum adalah Retribusi atas jasa yang disediakan
atau diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh Orang Pribadi
atau Badan ;
32. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan ;
33. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong Retribusi tertentu ;
34. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk
memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah
Daerah yang bersangkutan ;
35. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut
SKRD adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan
besarnya pokok Retribusi ;
36. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya
disebut SKRDLB adalah surat ketetapan Retribusi yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena
jumlah kredit Retribusi lebih besar daripada Retribusi yang
terutang atau tidak seharusnya terutang ;
37. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut STRD
adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT

Pasal 2

Setiap penduduk tetap, penduduk sementara dan penduduk musiman


berhak mendapatkan pelayanan penyelenggaraan pendaftaran
penduduk.

Pasal 3

(1) Setiap penduduk tetap, penduduk sementara, penduduk


musiman dan calon penduduk yang bertempat tinggal dalam
Wilayah Kabupaten Malang wajib mendaftarkan diri kepada
Bupati melalui Kepala Desa/Kelurahan setempat untuk
memperoleh KK, KTP, SKPPS, SKPPT, SKPSK dan Kartu
Identitas Penduduk Musiman (KIPEM) ;
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk juga
pelaporan setiap mutasi biodata yang terjadi.

Pasal 4

(1) Setiap Penduduk wajib memiliki NIK ;


(2) NIK diberikan pada saat yang bersangkutan didaftar sebagai
penduduk di wilayah Negara Republik Indonesia ;
(3) Setiap Penduduk hanya diberikan 1 (satu) NIK yang berlaku
seumur hidup ;
(4) Setiap Penduduk Sementara hanya diberikan 1 (satu) NIKS yang
berlaku selama yang bersangkutan bertempat tinggal di wilayah
Negara Republik Indonesia.
BAB III
KEWENANGAN KELEMBAGAAN

Pasal 5

(1) Dinas bertanggungjawab atas penyelenggaraan pendaftaran


penduduk secara prima kepada masyarakat ;
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Pemerintah Daerah menetapkan prosedur dan persyaratan
penyelenggaraan pendaftaran penduduk.

BAB IV

JENIS-JENIS PELAYANAN
Bagian Pertama
Kartu Keluarga (KK)

Pasal 6

(1) Setiap kepala keluarga wajib memiliki KK ;


(2) Dalam KK dicatat data kepala keluarga dan semua anggota
keluarga ;
(3) KK bukan tanda bukti pemilikan atau penguasaan atas
tanah/persil dan atau bangunan yang ditempati ;
(4) Setiap ada perubahan dalam data, kepala keluarga wajib
mengurus/mengganti dengan KK yang baru ;
(5) Penduduk Kabupaten Malang yang diberikan KK adalah setiap
orang baik WNI/WNA yang bertempat tinggal tetap diatas
tanah/persil secara sah di wilayah Kabupaten Malang.

Bagian Kedua
Kartu Tanda Penduduk (KTP)

Pasal 7

(1) Setiap penduduk yang telah berusia 17 tahun atau telah/pernah


kawin wajib memiliki KTP ;
(2) Setiap penduduk hanya diberikan satu KTP yang bentuk dan
ketentuannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku ;
(3) Dalam KTP Warga Negara Asing diberikan keterangan WNA.
Bagian Ketiga
Surat Keterangan Pendaftaran
Penduduk Sementara (SKPPS)

Pasal 8

Setiap Orang Asing dalam Wilayah Kabupaten Malang yang


memperoleh izin tinggal terbatas/sementara wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh SKPPS.

Bagian Keempat
Surat Keterangan Pendaftaran PendudukTetap (SKPPT)

Pasal 9

Setiap WNA yang berdiam secara menetap dalam wilayah Kabupaten


Malang wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh SKPPT.

Bagian Kelima
Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT)

Pasal 10

Setiap orang asing yang berdiam sementara dalam wilayah Kabupaten


Malang dan bermaksud berdiam secara menetap wajib mendaftarkan
diri untuk memperoleh Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT).

Bagian Keenam
Surat Keterangan Perubahan Status Kewarganegaraan (SKPSK)

Pasal 11

Setiap WNA yang berdiam secara menetap dalam Wilayah Kabupaten


Malang dan telah menjadi WNI wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh SKPSK.

Bagian Ketujuh
Surat Keterangan Pindah Domisili (SKPD)

Pasal 12

Setiap WNA yang berdiam secara menetap dalam Wilayah Kabupaten


Malang dan bermaksud pindah tempat tinggal baik didalam maupun
keluar Wilayah Kabupaten Malang wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh Surat Keterangan Pindah Domisili (SKPD).
Bagian Kedelapan
Surat Keterangan Ganti Nama (SKGN)

Pasal 13

Setiap orang asing yang telah berubah status menjadi WNI dan
bermaksud ganti nama wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
SKGN.

Bagian Kesembilan
Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM)

Pasal 14

(1) Setiap penduduk musiman wajib memiliki KIPEM ;


(2) KIPEM harus dimiliki selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
sejak yang bersangkutan berada dalam Wilayah Kabupaten
Malang ;
(3) KIPEM berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang.

Bagian Kesepuluh
Surat Keterangan Kelahiran
Dan Surat Keterangan Lahir Mati

Pasal 15

(1) Setiap kelahiran wajib dilaporkan kepada Kepala Desa/


Kelurahan setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30
(tiga puluh) hari kerja sejak tanggal kelahiran ;
(2) Pelaporan kelahiran yang melebihi jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan setelah mendapatkan
persetujuan Camat ;
(3) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dicatat dalam buku induk penduduk dan diterbitkan Surat
Keterangan Kelahiran oleh Camat serta dicatat dalam Kartu
Keluarga (KK).

Pasal 16

(1) Kelahiran bayi yang mati diatas 7 (tujuh) bulan usia kandungan
wajib dilaporkan kepada Kepala Desa/Kelurahan setempat ;
(2) Pelaporan kelahiran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diterbitkan Surat Keterangan Lahir.

Bagian Kesebelas
Surat Keterangan Kematian

Pasal 17

(1) Setiap kematian wajib dilaporkan kepada Kepala Desa/


Kelurahan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
sejak hari kematian ;
(2) Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dicatat dalam buku induk dan buku mutasi penduduk serta
diterbitkan surat keterangan kematian yang ditanda tangani oleh
Camat dan dicatat dalam KK.

Bagian Keduabelas
Surat Keterangan Pindah

Pasal 18

(1) Setiap perpindahan penduduk dan penduduk sementara wajib


didaftarkan kepada Kepala Desa/Kelurahan setempat ;
(2) Perpindahan penduduk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dicatat dalam buku induk dan buku mutasi penduduk serta
diterbitkan surat keterangan pindah yang ditandatangani oleh
Camat ;
(3) Perpindahan penduduk WNI diatur sebagai berikut ;
a. Perpindahan antar Desa/Kelurahan dalam satu Kecamatan
dan perpindahan antar Kecamatan dalam wilayah Kabupaten
Malang diterbitkan surat keterangan pindah yang
ditandatangani Camat di tempat asal ;
b. Perpindahan keluar dari wilayah Kabupaten Malang
diterbitkan surat keterangan pindah yang ditandatangani oleh
Camat atas nama Bupati ;
(4) Perpindahan penduduk WNI dalam lingkungan satu Desa/
Kelurahan diperlukan perubahan alamat tempat tinggal dan tidak
diterbitkan surat keterangan pindah.
BAB V
PROSEDUR DAN PERSYARATAN
Bagian Pertama
Kartu Keluarga (KK)

Pasal 19

(1) KK ditandatangani oleh Camat, dalam rangkap 4 (empat) dan


masing-masing diberikan kepada:
a. Kepala Keluarga (lembar I) ;
b. Camat (lembar II) ;
c. Kepala Desa/ Kelurahan (lembar III) ;
d. Ketua RT (lembar IV).
(2) Prosedur penerbitan KK adalah sebagai berikut :
a. Penduduk/Kepala Keluarga berkewajiban :
- Mengisi formulir permohonan KK dan mengsisi formulir isian
biodata penduduk baik Kepala Keluarga maupun setiap
anggota keluarga ;
- Melampirkan persyaratan yang dibutuhkan.

b. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas-berkas pendaftaran
penduduk;
- Memberikan resi tanda terima pendaftaran penduduk;
- Mengarsipkan formulir;
- Menyiapkan dan mengirimkan berkas pendaftaran
penduduk ke Kecamatan.
c. Kecamatan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas pendaftaran penduduk dari
Desa/Kelurahan;
- Mengarsipkan berkas pendaftaran penduduk;
- Melakukan perekaman data kependudukan;
- Melakukan pengiriman hasil perekaman data
kependudukan.
d. Kabupaten berkewajiban :
- Melakukan proses penerimaan hasil perekaman data dari
Kecamatan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan ;
- Melakukan proses penerbitan KK ;
- Melakukan pengiriman KK ke Kecamatan.
e. Kecamatan berkewajiban :
- Menerima, meneliti dan menandatangani KK dalam rangkap
4 (empat) ;
- Menyiapkan dan mengirimkan KK ke Kantor
Desa/Kelurahan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan dari
Kabupaten.
f. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima resi tanda terima pendaftaran penduduk dan
menyerahkan KK lembar I kepada penduduk yang
bersangkutan ;
- Menyerahkan KK lembar IV kepada pengurus RT ;
- Mengarsipkan KK lembar III ;
- Mencatat data penduduk berdasarkan KK dalam Buku Induk
Penduduk.
(3) Persyaratan untuk memperoleh KK adalah :
a. Surat pengantar dari RT/RW ;
b. KK yang lama ;
c. Akte Perkawinan/Akte Perceraian ;
d. Akte Kelahiran/Surat Keterangan Kenal Lahir ;
e. Akte Pengangkatan Anak ;
f. Surat Keterangan Ganti Nama ;
g. SKPPT bagi penduduk WNA ;
h. Surat Keterangan Tempat Tinggal bagi WNA ;
i. Tanda lunas pajak Bangsa Asing.

Bagian Kedua
Kartu Tanda Penduduk (KTP)

Pasal 20

(1) KTP berlaku untuk 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang dengan
diterbitkan KTP baru ;
(2) Bagi penduduk WNI yang berusia 60 (enam puluh) tahun keatas
diberikan KTP yang berlaku seumur hidup ;
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya berlaku
bagi WNI yang bertempat tinggal tetap ;
(4) KTP sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku lagi
apabila yang bersangkutan wajib mengganti dengan KTP baru
sesuai dengan tempat tinggal/domisilinya.

Pasal 21

(1) KTP ditanda tangani oleh Camat atas nama Bupati ;


(2) Prosedur penerbitan KTP adalah sebagai berikut :
a. Penduduk/pemohon berkewajiban :
- Mengisi formulir permohonan KTP ;
- Melampiri persyaratan yang dibutuhkan.
b. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas permohonan KTP ;
- Memberikan resi tanda terima permohonan ;
- Mengarsipkan formulir ;
- Menyiapkan dan mengirimkan berkas permohonan KTP ke
Kecamatan.
c. Kecamatan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas permohonan KTP dari
Desa/Kelurahan ;
- Melakukan proses penerbitan KTP ;
- Melaksanakan Laminating KTP ;
- Mengirimkan KTP ke Desa/Kelurahan ;
- Melaporkan hasil penerbitan KTP ke Kabupaten.
d. Kabupaten berkewajiban :
- Melayani permohonan pengajuan formulir/blangko KTP dan
laminating dari Kecamatan ;
- Menerima laporan pemrosesan KTP dari masing-masing
Kecamatan ;
- Melakukan pemrosesan KTP apabila peralatan di
Kecamatan mengalami kerusakan.
e. Desa/ Kelurahan berkewajiban :
- Menerima resi tanda terima permohonan dan menyerahkan
KTP kepada penduduk yang bersangkutan.
(3) Persyaratan untuk memperoleh KTP adalah :
a. Surat Pengantar dari RT/RW ;
b. KK ;
c. Pas foto terbaru ukuran 3 x 4 cm sebanyak 4 (lembar)
lembar ;
d. KTP yang telah habis masa berlakunya bagi perpanjangan
KTP ;
e. KTP yang rusak untuk penggantian KTP yang rusak ;
f. Surat keterangan dari kepolisian untuk penggantian KTP
yang hilang.

Bagian Ketiga
Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara (SKPPS)

Pasal 22

(1) Prosedur penerbitan SKPPS adalah sebagai berikut :

a. Pemohon berkewajiban :
- Mendapat sponsor atau penanggung jawab izin tinggal ;
- Mengisi formulir permohonan SKPPS ;
- Melengkapi persyaratan yang telah ditentukan.
b. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas permohonan SKPPS;
- Memberikan resi tanda terima permohonan ;
- Mengarsipkan formulir ;
- Menyiapkan dan mengirimkan berkas permohonan SKPPS
ke Kecamatan.
c. Kecamatan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas permohonan dari
Desa/Kelurahan ;
- Mengarsipkan berkas permohonan ;
- Melakukan pengiriman berkas ke Kabupaten.
d. Kabupaten berkewajiban :
- Melakukan penerimaan berkas dari Kecamatan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan ;
- Melakukan proses penerbitan SKPPS ;
- Melakukan pengiriman SKPPS ke Kecamatan.
e. Kecamatan berkewajiban :
- Menyiapkan dan mengirimkan SKPPS ke Kantor
Desa/Kelurahan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan dari
Kabupaten.
f. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima resi tanda terima permohonan dan
menyerahkan SKPPS kepada yang bersangkutan ;
- Mengarsipkan berkas.

(2) Persyaratan untuk memperoleh SKPPS adalah :


a. Surat pengantar dari RT/RW dan Desa/Kelurahan ;
b. Paspor dari Negara asal ;
c. Surat tanda melapor diri dari Kepolisian ;
d. Keterangan Izin Masuk (KIM)/Keterangan Izin Masuk
Sementara (KIMS) dari Imigrasi ;
e. Dokumen Keimigrasian lainnya selain Surat Keterangan
Kependudukan (SKK) model A/B atau Surat Keterangan Izin
Menetap (ITAP).

Bagian Keempat
Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPPT)

Pasal 23

(1) Prosedur penerbitan SKPPT adalah sebagai berikut :


a. Pemohon berkewajiban :
- Mendapat sponsor atau penanggung jawab izin tinggal ;
- Mengisi formulir permohonan SKPPT ;
- Melengkapi persyaratan yang telah ditentukan.
b. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas permohonan SKPPT ;
- Memberikan resi tanda terima permohonan ;
- Mengarsipkan formulir ;
- Menyiapkan dan mengirimkan berkas permohonan
SKPPT ke Kecamatan.
c. Kecamatan berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas permohonan dari
Desa/Kelurahan ;
- Mengarsipkan berkas permohonan ;
- Melakukan pengiriman berkas ke Kabupaten.
d. Kabupaten berkewajiban :
- Melakukan penerimaan berkas dari Kecamatan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan ;
- Melakukan proses penerbitan SKPPT ;
- Melakukan pengiriman SKPPT ke Kecamatan.
e. Kecamatan berkewajiban :
- Menyiapkan dan mengirimkan SKPPT ke Kantor
Desa/Kelurahan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data kependudukan dari
Kabupaten.
f. Desa/Kelurahan berkewajiban :
- Menerima resi tanda terima permohonan dan
menyerahkan SKPPT kepada yang bersangkutan ;
- Mengarsipkan berkas.

(2) Persyaratan untuk memperoleh SKPPT adalah ;


a. Surat pengantar dari RT/RW ;
b. Surat Keterangan pindah dan KK ;
c. Surat tanda melaporkan diri dari Kepolisian ;
d. Surat Keterangan Izin Menetap (ITAP) dari Imigrasi.

Bagian Kelima
Surat Keterangan Perubahan Status Kewarganegaraan (SKPSK)

Pasal 24

(1) Prosedur penerbitan SKPSK adalah sebagai berikut :


a. Penduduk berkewajiban :
- Mengisi formulir pelaporan perubahan status
kewarganegaraan ;
- Melampirkan persyaratan yang dibutuhkan.
b. Kabupaten berkewajiban :
- Menerima dan meneliti berkas pelaporan perubahan status
kewarganegaraan ;
- Memberikan resi tanda terima pelaporan ;
- Melakukan proses pemutakhiran data ;
- Melakukan proses penerbitan SKPSK ;
- Mengarsipkan berkas ;
- Mengirimkan hasil proses data ke Kecamatan.
c. Penduduk berkewajiban :
- Menerima SKPSK dan menukarkan resi tanda terima
pelaporan ;
- Melaporkan perubahan kewarganegaraan berdasarkan
SKPSK kepada Kepala Desa/Kelurahan.
(2) Persyaratan untuk memperoleh SKPSK adalah :
a. Surat pengantar dari RT/RW, Desa/Kelurahan dan
Kecamatan ;
b. Surat Keterangan Kewarganegaraan Republik Indonesia ;
c. Akte Kelahiran/Surat Keterangan Kenal Lahir ;
d. KK dan KTP WNA ;
e. Tanda Lunas Pajak Bangsa Asing ;
f. Pas Foto hitam putih terbaru ukuran 3 x 4 cm sebanyak
5 (lima) lembar.

Bagian Keenam
Surat Keterangan Pindah Domisili (SKPD)

Pasal 25

(1) Persyaratan untuk memperoleh Surat Keterangan Pindah


Domisili (SKPD) :
a. Surat pengantar RT/RW ;
b. Surat Keterangan Izin Menetap (ITAP) dari Imigrasi ;
c. Surat Tanda Melapor Diri (STMD) ;
d. KK dan KTP ;
e. Tanda Lunas Pajak Bangsa Asing ;
f. Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB) dari Kepolisian ;
g. Akte Perkawinan bagi yang berstatus kawin ;
h. Akte Kelahiran ;
i. Pas foto terbaru hitam putih ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2
(dua) lembar.
(2) Persyaratan untuk memperoleh Surat Keterangan Ganti nama
adalah :
a. Surat pengantar dari RT/RW, Desa/Kelurahan dan
Kecamatan ;
b. Surat Keterangan Kelakuan Baik (SKKB) dari Kepolisian ;
c. Akte Kelahiran/Surat Keterangan Kenal Lahir ;
d. Akte Perkawinan/Akte Perceraian ;
e. KK dan KTP ;
f. Pas foto terbaru hitam putih ukuran 3 x 4 cm sebanyak 5
(lima) lembar.

Bagian Ketujuh
Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM)

Pasal 26

Persyaratan untuk memperoleh Kartu Identitas Penduduk Musiman


(KIPEM) adalah :
a. Surat Pengantar dari RT/RW ;
b. KTP atau Surat Jalan dari daerah asal ;
c. Pas foto terbaru hitam putih ukuran 3 x 4 cm sebanyak 4 (empat)
lembar.

Bagian Kedelapan
Surat Keterangan Kelahiran dan
Surat Keterangan Lahir Mati

Pasal 27

(1) Persyaratan untuk memperoleh Surat Keterangan Kelahiran


adalah ;
a. Surat pengantar dari RT/RW ;
b. KK ;
c. KTP orang tua ;
d. Akte Perkawinan/Akte Perceraian ;
e. Surat keterangan kelahiran dari dokter/bidan ;
f. Tanda lunas Pajak bangsa asing ;
g. SKTT bagi penduduk sementara.
(2) Persyaratan untuk memperoleh surat keterangan lahir mati
adalah ;
a. Surat pengantar dari RT / RW ;
b. KK ;
c. KTP orang tua ;
d. Akte Perkawinan/Akte Perceraian ;
e. Surat keterangan Visum et Repertum atau surat keterangan
lainnya dari dokter Puskesmas/rumah sakit ;
f. Tanda Lunas Pajak Bangsa Asing ;
g. SKTT bagi penduduk sementara.

Bagian Kesembilan
Surat Keterangan Tempat Tinggal (SKTT)

Pasal 28

(1) Setiap orang asing yang berdiam sementara dalam wilayah


Kabupaten Malang dan bermaksud berdiam secara menetap
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh SKTT ;
(2) Persyaratan untuk memperoleh SKTT adalah ;
a. Surat pengantar dari RT / RW dan Desa / Kelurahan ;
b. SKPPS yang masih berlaku ;
c. Surat Keterangan Izin Menetap (ITAP), dari kantor Imigrasi ;
d. Surat Tanda Melapor Diri (STMD) dari Kepolisian ;
e. Pas foto hitam putih terbaru ukuran 3 x 4 cm sebanyak 4
(empat) lembar ;
f. Tanda lunas Pajak Bangsa Asing.

BAB VI
PENGELOLAAN DAN PELAPORAN DATA

Pasal 29

Pengelolaan data kependudukan untuk kegiatan penyelenggaraan


pendaftaran penduduk dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Bupati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan yang
berlaku.
Pasal 30

(1) Kepala Desa/Kelurahan wajib melaporkan data hasil pendaftaran


penduduk di wilayahnya yang disampaikan kepada Camat setiap
bulan dan triwulan sekali ;
(2) Camat wajib melaporkan data hasil pendaftaran penduduk di
wilayahnya kepada Bupati setiap bulan dan triwulan sekali ;
(3) Bupati wajib melaporkan hasil pendaftaran penduduk di
wilayahnya kepada Gubernur Jawa Timur setiap bulan dan
triwulan sekali.

BAB VII
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 31

Atas jasa pelayanan penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk, maka


dipungut biaya dengan nama Retribusi Penggantian Biaya
Pendaftaran Penduduk.

Pasal 32

Obyek Retribusi adalah pelayanan jasa umum yang diberikan atas


pengurusan Pendaftaran Penduduk.

Pasal 33

Subyek Retribusi adalah WNI dan WNA yang memperoleh pelayanan


dalam pengurusan Pendaftaran Penduduk.

Pasal 34

Wajib Retribusi adalah WNI dan WNA yang diwajibkan membayar


retribusi atas pelayanan dalam pengurusan Pendaftaran Penduduk.

BAB VIII
GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 35

Retribusi Penggantian Biaya Pengurusan Pendaftaran Penduduk


digolongkan Retribusi Jasa Umum.
BAB IX
KETENTUAN RETRIBUSI

Pasal 36

(1) Setiap pelaksanaan pelayanan dalam pengurusan Pendaftaran


Penduduk. dikenakan retribusi biaya penggantian yang besarnya
diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati setelah
mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Malang ;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD.

BAB X
WILAYAH PUNGUTAN

Pasal 37

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Malang.

BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 38

Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

BAB XII
KEBERATAN

Pasal 39

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada


Bupati atau pejabat yang ditunjuk ;
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
dengan disertai alasan-alasan yang jelas ;
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan
retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidak
benaran ketetapan retribusi tersebut ;
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2
(dua) bulan sejak tanggal Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau
dokumen lain yang dipersamakan diterbitkan, kecuali apabila
Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak
dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya ;
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar
retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

Pasal 40

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak tanggal
Surat Keberatan diterima, harus memberi Keputusan atas
keberatan yang diajukan ;
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya
retribusi yang terutang ;
(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan Keputusan atas
keberatan yang diajukan, maka dianggap telah dikabulkan.

Pasal 41

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan keringanan dan


pembebasan retribusi ;
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dengan
memperhatikan kemampuan wajib retribusi ;
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi
ditetapkan oleh Bupati.

BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 42

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat


mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati;
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak
diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memberikan
Keputusan;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
telah terlampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan,
permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap
dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu
paling lama 1 (satu) bulan ;
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya,
kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang retribusi tersebut ;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB ;
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan
setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas
keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran retribusi.

Pasal 43

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi


diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-
kurangnya menyebutkan :
a. nama dan alamat wajib retribusi ;
b. masa retribusi ;
c. besarnya kelebihan pembayaran ;
d. alasan yang singkat dan jelas .
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi
disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat;
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos
tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

BAB XIV
KADALUWARSA PENAGIHAN

Pasal 44

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah


melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat
terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan
tindak pidana dibidang retribusi ;
(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) tertangguh apabila :
a. diterbitkan Surat Teguran atau ;
b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik
langsung maupun tidak langsung.
Pasal 45

Pedoman tata cara penghapusan piutang retribusi yang kadaluwarsa,


diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati

BAB XV
PENGAWASAN

Pasal 46

(1) Bupati berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji


kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dalam rangka
melaksanakan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah ;
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib :
a. memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang
berhubungan dengan objek Retribusi yang terutang ;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau
ruangan yang dianggap perlu dan memberi bantuan guna
kelancaran pemeriksaan ;
c. memberikan keterangan yang diperlukan.
(3) Tata cara pengawasan Retribusi diatur dengan Keputusan
Bupati.

BAB XVI
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 47

Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada


waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi
yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan
menggunakan STRD.

BAB XVII
SANKSI PIDANA

Pasal 48

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga


merugikan keuangan Daerah dapat diancam dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-
banyaknya 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang ;
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah
tindak pidana pelanggaran.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 49

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan


Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Malang Nomor 5 Tahun
1997 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dalam
Kerangka Sistem Informasi Manajemen Kependudukan
(SIMDUK) di Kabupaten Daerah Tingkat II Malang beserta
peraturan pelaksanaannya dinyatakan dicabut dan tidak berlaku
lagi ;
(2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Bupati.

Pasal 50

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Malang

Ditetapkan di Malang
pada tanggal 2003

BUPATI MALANG

SUJUD PRIBADI
LAMPIRAN KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT
DAERAH KABUPATEN MALANG
BESARNYA TARIF

I. KARTU KELUARGA
a. Warga Negara Indonesia Rp. 3.000,-
b. Warga Negara Asing Rp. 5.000,-

I. KARTU TANDA PENDUDUK


a. Warga Negara Indonesia Rp. 3.000,-
b. Warga Negara Asing Rp. 5.000,-

III. a. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Sementara


(SKKPS) Rp. 10.000,-
b. Surat Keterangan Pendaftaran Penduduk Tetap (SKPP) Rp. 10.000,-
c. Surat Keterangan Perubahan Status Kewarganegaraan
(SKPSK) Rp. 10.000,-
d. Surat Keterangan Pindah Domisili (SKPD) Rp. 5.000,-
e. Surat Keterangan Ganti Nama Rp. 5.000,-
f. Kartu Identitas Penduduk Musiman (KIPEM) Rp. 1.000,-
g. Surat Keterangan Kelahiran, untuk :
- Warga Negara Indonesia Rp. 500,-
- Warga Negara Asing Rp. 1.500,-
h. Surat Keterangan Pindah Rp. 1.000,-
i. SKTT Rp. 5.000,-
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR 9 TAHUN 2003
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

I. LANDASAN FILOSOFIS DAN SOSIOLOGIS

Penduduk dengan segala matranya merupakan salah satu modal dasar dan sumberdaya
manusia yang produktif bagi pembangunan Daerah disegala bidang, apabila berkembang dalam
kuantitas yang memadai dan kualitas yang tinggi serta persebaran yang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan.
Keadaan penduduk yang demikian merupakan unsur yang tangguh yang mampu menghadapi
dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan bagi kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
Oleh karena itu, upaya perkembangan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian
kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk.
Sehingga dengan demikian perlu diselenggarakan pendataan Penduduk secara lengkap
meliputi data identitas penduduk sebagai Warga Negara Indonesia, meliputi Kartu Keluarga, Kartu
Tanda Penduduk dan pendaftaran penduduk lainnya yang diselenggarakan sebagai pelaksanaan
Tata Usaha Negara di bidang kependudukan dan kewenangan Daerah dibidang kependudukan.
Dalam perencanaan pembangunan, termasuk perencanaan perkembangan kependudukan,
dimana setiap kelompok demografis harus masuk perhitungan penduduk secara makro. Misalnya
dalam registrasi penduduk, penetapan sasaran perkembangan kependudukan, pembagian wilayah,
penentuan jumlah wakil dalam pemilihan urnum, pemberian bantuan pedesaan dan sebagainya,
tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, Umur dan jenis kelamin, yang dalam pelaksanaan
penggunaan haknya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk kepentingan pendataan dan perencanaan pengembangan kualitas kependudukan, maka setiap
penduduk juga berkewajiban melakukan pendaftaran dan pencatatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi setiap kegiatan berkaitan dengan kependudukan.

Pendataan kependudukan yang juga sebagai Pencatatan merupakan bukti


otentik, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang lain/pihak ketiga yang berkepentingan.
Peristiwa-peristiwa sebagaimana tersebut diatas, sangatlah penting artinya karena ini akan
membawa akibat hukum bagi kehidupan orang yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain,
serta pengaruhnya pada perencanaan pembangunan Daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah
ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan
melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga bagi Wajib Retribusi dan
aparatur dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan lancar
dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi. Pengertian ini diperlukan karena
istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam bidang
Retribusi Daerah.
Pasal 2 sampai dengan Pasal 37
Cukup jelas

Pasal 38
Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses
kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.
Namun, dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh
bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses
pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama badan-
badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut
melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara efisien. Kegiatan
pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah
kegiatan penghitungan besarnya retribusi terutang, pengawasan penyetoran
retribusi dan penagihan retribusi.

Pasal 39 ayat (1)


Ayat ini mencerminkan adanya kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang
diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak
Surat Keberatan diterima

Pasal 39 ayat (2) s/d (3)


Cukup jelas

Pasal 39 ayat (4)


Yang dimaksud dengan keadaan di luar kekuasaannya adalah suatu keadaan yang
terjadi di luar kehendak / kekuasaan Wajib Retribusi, misalnya, karena Wajib
Retribusi sakit atau terkena musibah bencana alam.

Pasal 39 ayat (5)


Cukup jelas

Pasal 40 ayat (1) dan (2)


Cukup jelas

Pasal 40 ayat (3)


Ayat ini memberi suatu kepastian hukum kepada Wajib Retribusi bahwa dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak Surat Keberatan diterima harus
sudah ada keputusan.

Pasal 41

Cukup jelas
Pasal 42 ayat (1)
Cukup jelas

Pasal 42 Ayat (2)


Bupati sebelum memberikan keputusan dalam hal kelebihan pembayaran
Retribusi harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Pasal 42 ayat (3) s/d (5)


Cukup jelas

Pasal 42 ayat (6)


Besarnya imbalan bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB sampai dengan saat
dilakukannya pembayaran kelebihan.

Pasal 43
Cukup jelas

Pasal 44 ayat (1)

Saat kadaluwarsa penagihan Retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberi


kepastian hukum kapan utang Retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi.

Pasal 44 ayat (2) huruf a


Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa, kadaluwarsa penagihan
dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
Pasal 44 ayat (2) huruf b
Yang dimaksud dengan pengakuan utang Retribusi secara langsung adalah
Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang
Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara tidak langsung adalah Wajib
Retribusi tidak secara nyata-nyata langsung menyatakan bahwa ia mengakui
mempunyai utang Retribusi kepada Pemerintah Daerah.
Contoh :
- Wajib Retribusi mengajukan permohonan angsuran/penundaan
pembayaran;
- Wajib Retribusi mengajukan permohonan keberatan.

Pasal 45 s/d Pasal 50


Cukup jelas
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG
NOMOR 9 TAHUN 2003
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK

II. LANDASAN FILOSOFIS DAN SOSIOLOGIS

Penduduk dengan segala matranya merupakan salah satu modal dasar dan sumberdaya
manusia yang produktif bagi pembangunan Daerah disegala bidang, apabila berkembang dalam
kuantitas yang memadai dan kualitas yang tinggi serta persebaran yang sesuai dengan daya dukung
dan daya tampung lingkungan.
Keadaan penduduk yang demikian merupakan unsur yang tangguh yang mampu menghadapi
dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan bagi kelangsungan hidup
bangsa dan negara.
Oleh karena itu, upaya perkembangan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian
kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk.
Sehingga dengan demikian perlu diselenggarakan pendataan Penduduk secara lengkap
meliputi data identitas penduduk sebagai Warga Negara Indonesia, meliputi Kartu Keluarga, Kartu
Tanda Penduduk dan pendaftaran penduduk lainnya yang diselenggarakan sebagai pelaksanaan
Tata Usaha Negara di bidang kependudukan dan kewenangan Daerah dibidang kependudukan.
Dalam perencanaan pembangunan, termasuk perencanaan perkembangan kependudukan,
dimana setiap kelompok demografis harus masuk perhitungan penduduk secara makro. Misalnya
dalam registrasi penduduk, penetapan sasaran perkembangan kependudukan, pembagian wilayah,
penentuan jumlah wakil dalam pemilihan urnum, pemberian bantuan pedesaan dan sebagainya,
tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, Umur dan jenis kelamin, yang dalam pelaksanaan
penggunaan haknya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk kepentingan pendataan dan perencanaan pengembangan kualitas kependudukan, maka setiap
penduduk juga berkewajiban melakukan pendaftaran dan pencatatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi setiap kegiatan berkaitan dengan kependudukan.

Pendataan kependudukan yang juga sebagai Pencatatan merupakan bukti


otentik, baik bagi yang bersangkutan maupun bagi orang lain/pihak ketiga yang berkepentingan.
Peristiwa-peristiwa sebagaimana tersebut diatas, sangatlah penting artinya karena ini akan
membawa akibat hukum bagi kehidupan orang yang bersangkutan dan juga terhadap orang lain,
serta pengaruhnya pada perencanaan pembangunan Daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Pasal ini memuat pengertian istilah yang dipergunakan dalam Peraturan Daerah
ini. Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan
melaksanakan pasal-pasal yang bersangkutan, sehingga bagi Wajib Retribusi dan
aparatur dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan lancar
dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi. Pengertian ini diperlukan karena
istilah-istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam bidang
Retribusi Daerah.

Pasal 2 sampai dengan Pasal 37


Cukup jelas

Pasal 38
Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses
kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.
Namun, dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh
bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses
pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama badan-
badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut
melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara efisien. Kegiatan
pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah
kegiatan penghitungan besarnya retribusi terutang, pengawasan penyetoran
retribusi dan penagihan retribusi.

Pasal 39 ayat (1)


Ayat ini mencerminkan adanya kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang
diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak
Surat Keberatan diterima

Pasal 39 ayat (2) s/d (3)


Cukup jelas

Pasal 39 ayat (4)


Yang dimaksud dengan keadaan di luar kekuasaannya adalah suatu keadaan yang
terjadi di luar kehendak / kekuasaan Wajib Retribusi, misalnya, karena Wajib
Retribusi sakit atau terkena musibah bencana alam.

Pasal 39 ayat (5)


Cukup jelas

Pasal 40 ayat (1) dan (2)


Cukup jelas

Pasal 40 ayat (3)


Ayat ini memberi suatu kepastian hukum kepada Wajib Retribusi bahwa dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari sejak Surat Keberatan diterima harus
sudah ada keputusan.

Pasal 41
Cukup jelas

Pasal 42 ayat (1)


Cukup jelas

Pasal 42 Ayat (2)


Bupati sebelum memberikan keputusan dalam hal kelebihan pembayaran
Retribusi harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu.

Pasal 42 ayat (3) s/d (5)


Cukup jelas

Pasal 42 ayat (6)


Besarnya imbalan bunga atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
dihitung dari batas waktu 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB sampai dengan saat
dilakukannya pembayaran kelebihan.

Pasal 43
Cukup jelas

Pasal 44 ayat (1)

Saat kadaluwarsa penagihan Retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberi


kepastian hukum kapan utang Retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi.

Pasal 44 ayat (2) huruf a


Dalam hal diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa, kadaluwarsa penagihan
dihitung sejak tanggal penyampaian Surat Paksa tersebut.
Pasal 44 ayat (2) huruf b
Yang dimaksud dengan pengakuan utang Retribusi secara langsung adalah
Wajib Retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang
Retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
Yang dimaksud dengan pengakuan utang secara tidak langsung adalah Wajib
Retribusi tidak secara nyata-nyata langsung menyatakan bahwa ia mengakui
mempunyai utang Retribusi kepada Pemerintah Daerah.
Contoh :
- Wajib Retribusi mengajukan permohonan angsuran/penundaan
pembayaran;
- Wajib Retribusi mengajukan permohonan keberatan.

Pasal 45 s/d Pasal 50


Cukup jelas

You might also like