You are on page 1of 10

ARTI LAMBANG/LOGO KOPERASI

1. Rantai melambangkan persahabatan yang kokoh.


2. Roda bergigi menggambarkan upaya keras yang ditempuh
secara terus menerus.
3. Kapas dan padi berarti menggambarkan kemakmuran rakyat
yang diusahakan oleh koperasi.
4. Timbangan berarti keadilan sosial sebagai salah satu dasar
koperasi.
5. Bintang dalam perisai artinya Pancasila, merupakan
landasan ideal koperasi.
6. Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan dan
kepribadian Indonesia yang kokoh berakar.
7. Koperasi Indonesia menandakan lambang kepribadian
koperasi rakyat Indonesia.
8. Warna merah dan putih menggambarkan sifat nasional
Indonesia.

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 1


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
SEJARAH KOPERASI

Koperasi adalah institusi (lembaga) yang tumbuh atas dasar solidaritas


tradisional dan kerjasama antar individu, yang pernah berkembang sejak awal
sejarah manusia sampai pada awal “Revolusi Industri” di Eropa pada akhir abad
18 dan selama abad 19, sering disebut sebagai Koperasi Historis atau Koperasi
Pra-Industri. Koperasi Modern didirikan pada akhir abad 18, terutama sebagai
jawaban atas masalah-masalah sosial yang timbul selama tahap awal Revolusi
Industri.
Koperasi merupakan salah satu lembaga ekonomi yang menurut Drs.
Muhammad Hatta (Bapak Koperasi Indonesia) adalah lembaga ekonomi yang
paling cocok jika diterapkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sifat masyarakat
Indonesia yang tinggi kolektifitasannya dan kekeluargaan.Tapi sayangnya
lembaga ekonomi ini malah tidak berkembang dengan pesat di negara Republik
Indonesia ini. Kapitalisme berkembang dengan pesat dan merusak sendi-sendi
kepribadian bangsa tanpa berusaha untuk memperbaikinya. Sehingga jurang
kesenjangan sosial semakin lebar dan tak teratasi lagi.

A. Awal Pertumbuhan Koperasi Indonesia


1. Tahun1866
Raden Aria Wiriatmadja, seorang patih di Purwokerto menjadi
pelopor koperasi di Indonesia dengan mendirikan koperasi simpan pinjam
pada kisaran tahun 1896. Dapat dikatakan bapak pelopor koperasi Indonesia
adalah Raden Aria Wiriatmadja. Kemudian sistem koperasi yang
dikembangkan Raden Aria Wiriatmadja diteruskan oleh De Wolf Van
Westerrode, asisten Resimen Wilayah Purwokerto di Banyumas. Ia belajar
ketika sedang mengunjungi Purwokerto dalam rangka tugasnya.
Ketika De Wolf Van Westerrode kembali ke Jerman dan
mempelajari koperasi simpan pinjam untuk tani dan koperasi simpan pinjam
untuk buruh lalu ia mengembangkan sistem koperasi simpan pinjam Raden

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 2


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
Aria Wiriatmadja sehingga waktu itu, sistem koperasi kita mengenal sistem
koperasi simpan pinjam lumbung untuk kaum tani dan koperasi simpan
pinjam untuk kaum buruh.
Tetapi Belanda yang khawatir koperasi akan dijadikan tempat pusat
perlawanan, mengeluarkan UU no. 431 tahun 19 yang isinya yaitu :
 Harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan koperasi.
 Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa.
 Harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral.
 Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda .
Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena
tidak mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh
Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU no. 91
pada tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :
 Hanya membayar 3 gulden untuk materai.
 Bisa menggunakan bahasa derah.
 Hukum dagang sesuai daerah masing-masing.
 Perizinan bisa di daerah setempat.

2. Tahun 1908 hingga 1911


Pada tahun-tahun jangka 1908 hingga 1911, dua organisasi besar di
Indonesia pada waktu itu, Budi Utomo dan Sarekat Islam menganjurkan
berdirinya koperasi yang menyediakan keperluan sehari-hari masyarakat.

3. Tahun 1915 hingga akhir tahun 1930


Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1915 mengeluarkan
Ketetapan Raja no. 431 yang berisikan tentang akta pembentukan koperasi.
Sekitar tahun 1918, K.H. Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang mendirikan
koperasi bernama ‘Syirkatul Inan’ atau disingkat SKN yang beranggotakan
45 orang. Inilah koperasi yang pertama kali mendeklamirkan bahwa koperasi
ini berbasis atas ajaran agama Islam.

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 3


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
Pada tahun 1920, Ketetapan Raja no. 431/1915 dinilai memberatkan
dalam berdirinya koperasi. Praktis banyak reaksi bermunculan akibat
pernyataan ini sehingga oleh Dr. J.H. Boeke membentuk ‘Komisi Koperasi’
yang tugasnya meneliti kebutuhan masyarakat pada waktu itu untuk
berkoperasi.
Pada tahun 1927, Dr. Soetomo yang pelopor pendirinya organisasi
Budi Utomo mendirikan ‘Indonsische Studieclub’ yang membahas tentang
masalah Peraturan Perkoperasian sehingga terciptalah waktu itu Peraturan
Perkoperasian untuk masyarakat pribumi (Bumi Putera).
Kegiatan serupa dilakukan pula oleh Partai Nasional Indonesia dibawah
pimpinan Ir. Soekarno pada tahun 1929 dengan menyelenggarakan kongres
koperasi di Betawi yang isinya untuk meningkatkan kemakmuran penduduk
harus didirikan berbagai macam koperasi di seluruh Pulau Jawa khususnya
dan di Indonesia pada umumnya.
Mendekati akhir tahun 1930 berdirilah Jawatan Koperasi yang bertugas untuk
memberikan penerangan atas koperasi kepada masyarakat. Dr. J.H. Boeke
yang dulu memimpin ‘Komisi Koperasi’ ditunjuk sebagai Kepala Jawatan
Koperasi yang pertama.

4. Tahun 1933
Pada tahun 1933 diterbitkanlah Peraturan Perkoperasian yang baru
dalam bentuk Gouvernments Besluit no.21 yang termuat dalam Staatsblad
no.108/1933 menggantikan Koninklijke Besluit no. 431/1915. Dengan
demikian di Indonesia pada waktu itu berlaku 2 Peraturan Perkoperasian,
yakni Peraturan Perkoperasian yang dikeluarkan pada tahun 1927 untuk
golongan masyarakat pribumi dan Peraturan Perkoperasian yang baru untuk
golongan Eropa dan Timur Asing.

5. Tahun 1935 dan 1938


Pada tahun 1935 dan 1938, Kongres Muhamadiyah memutuskan
untuk mengembangkan koperasi di seluruh wilayah Indonesia terutama di

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 4


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
lingkungan warga Muhamadiyah sendiri. Oleh karenanya, mulai tumbuh dan
berkembangnya bentu koperasi di Indonesia seperti dikenalnya koperasi batik
yang dipelopori oleh warga-warga Muhamadiyah yaitu H. Zarkasi, H.
Samanhudi dan K.H. Idris.
Pada masa kependudukan Jepang, Koperasi lebih dikenal dengan
sebutan ‘Kumiai’. Pemerintahan bala tentara Jepang pada waktu itu
menetapkan Peraturan Pemerintahan Militer Undang-Undang No.23 yang
mengatur tentang pendirian perkumpulan dan penyelenggaran persidangan.
Akibat dari peraturan itu, terjadi kesulitan bagi koperasi-koperasi
baik lama maupun baru untuk bekerja karena jikalau ingin mendirikan sebuah
perkumpulan koperasi atau melanjutkan usaha koperasinya harus
mendapatkan izin dari Residen (Shuchokan) yang menguasai wilayah itu.
Tujuannya adalah mengawasi perkumpulan-perkumpulan koperasi dari segi
kepolisian. Peranan koperasi atau ‘Kumiai’ pada waktu itu bagi masyarakat
dan anggotanya sangat merugikan sebaliknya menguntungkan bagi
pemerintahan bala tentara Jepang, karena koperasi pada saat itu fungsinya
berubah drastis dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan
menyengsarakan rakyat.

B. Pertumbuhan Koperasi Setelah Kemerdekaan


1. Akhir tahun 1946
Jawatan Koperasi mengadakan pendaftaran dan tercatat sebanyak
2500 buah koperasi diseluruh Indonesia.

2. Awal 12 Juli 1947


Terlaksananya kongres koperasi se-Jawa yang pertama di
Tasikmalaya dan diputuskan antara lain terbentuknya Sentra Organisasi
Koperasi Republik Indonesia (SOKRI) yang menjadikan tanggal 12 Juli
diperingati sebagai Hari Koperasi Nasional.

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 5


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
3. Tahun 1949
Terbitnya Peraturan Perkoperasian yang dimuat dalam Staatsblad
No. 179 yang isinya hampir sama dengan Peraturan Perkoperasian yang
dimuat dalam Staatsblad No.91/1927.

4. Tahun 1950
Setelah terbentuknya NKRI tahun 1950 program Pemerintah
semakin nyata keinginannya dalam mengembangkan perkoperasian. Hal ini
terbukti dalam adanya ‘program koperasi’ pada tiga kabinet pemerintahan
yaitu Kabinet Muhamad Natsir, Kabinet Wilopo, Kabinet Ali Sastromidjojo.

5. Pada Tanggal 15 – 17 Juli 1953


Terlaksananya kongres koperasi Indonesia yang ke-2 di Bandung
dengan memutuskan untuk merubah Sentral Organisasi Koperasi Republik
Indonesia (SOKRI) menjadi Dewan Koperasi Indonesia (DKI). DKI
berkewajiban untuk membentuk Lembaga Pendidikan Koperasi dan Sekolah
Menengah Koperasi di provinsi-provinsi.

6. Pada Tangga 1 – 5 September 1956


Terlaksananya kongres koperasi Indonesia yang ke-3 di Jakarta
dengan memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan perkoperasian
Indonesia dan hubungan Dewan Koperasi Indonesia (DKI) dengan
International Cooperative Alliance (ICA).

7. Tahun 1958
Terbitnya Undang-Undang tentang Perkumpulan Koperasi No.79
tahun 1958 yang dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI No. 1669 dan
disusun pada suasana Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 dan
mulai berlaku pada tanggal 27 Oktober 1958. Undang-Undang ini merupakan

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 6


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
Undang-Undang pertama tentang perkoperasian yang disusun oleh Bangsa
Indonesia sendiri dalam suasana kemerdekaan.

C. Perkembangan Koperasi Dalam Sistem Ekonomi Terpimpin


1. Tahun 1959
Ditetapkannya kembali Undang-Undang Dasar 1945 melalui Dekrit
Presiden dan pidato Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959 yang
berjudul ‘Penemuan Kembali Revolusi Kita’ atau yang lebih dikenal sebagai
‘Manifesto Politik’ (Manipol) dijadikan sebagai Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) RI dan pedoman resmi dalam perjuangan menyelesaikan
revolusi berdasarkan Ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960 membuat Undang-
Undang tentang Perkumpulan Koperasi No.79 tahun 1958 kehilangan dasar
dan tidak sesuai lagi dengan jiwa dan semangat UUD 1945 dan Manipol.
Karenanya diciptakanlah Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 1959 tentang
Perkembangan Gerakan Koperasi yang dimuat dalam Tambahan Lembaran
Negara RI No. 1907 untuk mengatasi hal tersebut.

2. Tahun 1960
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 140 tentang
penyaluran bahan pokok dan penugasan koperasi untuk melaksanakannya
serta peraturan ini dibantu oleh Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 yang
menetapkan bahwa sektor perekonomian akan diatur dengan dua sektor yakni
sektor Negara dan sektor koperasi, dan Undang-Undang No. 79 tahun 1958
tentang Perkembangan Gerakan Koperasi.

3. Tahun 1961
Pada saat diselenggarakannya Musyawarah Nasional Koperasi I
(Muunaskop I) di Surabaya. Sewan Koperasi Indonesia (DKI) diganti dengan
Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia (KOKSI) yang diatur secara
langsung oleh pemerintah, sebagai Ketua KOKSI pada waktu itu adalah

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 7


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa
(Mentranskopenda).

4. Tahun 1965
Dikukuhkan pula Undang-Undang No. 14 tahun 1965 tentang
perkoperasian yang dimuat dalam Lembaran Negara No. 75 tahun 1960.
Bersamaan dengan dikukuhkannya UU No. 14 tahun 1965,
diselenggarakannya juga Musyawarah Nasional Koperasi II (Munaskop II) di
Jakarta yang merupakan legitimasi masuknya kekuatan-kekuatan politik di
dalam koperasi serta keluarnya Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh
Indonesia (KOKSI) dari keanggotaan International Cooperative Alliance.

D. Perkembangan Koperasi Pada Masa Orde Baru


1. Pada Tanggal 18 Desember 1967
Pemberontakan G30S/PKI merupakan malapetaka besar bagi rakyat
dan bangsa Indonesia. Titik awal semangat Orde Baru dimulai pada tanggal
11 Maret 1967, segera setelah itu pada tanggal 18 Desember 1967 dilahirkan
Undang-Undang No.12 tahun 1967 yang merupakan Undang-Undang
Koperasi yang baru yang membahas tentang Pokok-pokok Perkoperasian.
Pemberontakan G30S/PKI membuat tercemarnya pelaksanaan
Undang-Undang Dasar 1945 sehingga dalam rangka kembali pada kemurnian
pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, sesuai pula dengan Ketetapan
MPRS No. XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaharuan ebijaksanaan Landasan
Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, maka peninjauan serta perombakan
Undang-Undang No.14 tahun 1965 tentang Perkoperasian adalah suatu
keharusan karena sudah tidak sesuai lagi dengan jiwa dan semangat Undang-
Undang Dasar 1945.
Peranan Pemerintah dinilai sudah terlalu jauh dalam mengatur
masalah perkoperasian Indonesia pada waktu itu yang telah tercermin pada
hakekatnya tidak bersifat melindungi, bahkan sangat membatasi gerak serta

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 8


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
pelaksanaan strategi dasar perekonomian yang tidak sesuai dengan tidak
sesuai dengan jiwa dan makna Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33. Oleh
karenanya sesuai dengan Ketetapan MPRS NO. XIX/MPRS/1966 dianggap
perlu untu mencabut dan mengganti Undang-Undang No. 14 tahun 1965
tentang Perkoperasian tersebut dengan Undang-Undang baru yang
menempatkan koperasi pada fungsi yang semestinya sebagai alat dari
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33.
Menurut UU No. 12/1967 pasal 3, koperasi Indonesia adalah
organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang
atau badan hukum koperasi yang merupaan tata azas kekeluargaan. Dengan
berpedoman kepada Ketetapan MPRS no. XXIII/MPRS/1966 Pemerintah
memberikan bimbingan kepada koperasi agar operasi benar-benar mampu
melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 beserta penjelasannya.
Dengan berlakunya UU No.12/1967, koperasi-koperasi yang telah berdiri
harus melaksanakan penyesuaian dengan cara menyelenggarakan Anggaran
dan mengesahkan Anggaran Dasar yang sesuai dengan Undang-Undang
tersebut.
Periode Pelita I, pembangunan perkoperasian menitikberatkan pada
investasi pengetahuan dan keterampilan orang-orang koperasi, baik sebagai
orang gerakan koperasi maupun pejabat-pejabat perkoperasian. Untuk
melaksanakan tujuan ini maka Pemerintah membanguan Pusat Pendidikan
Koperasi (PUSDIKOP) di tingkat Pusat dan juga di tiap ibukota Provinsi.
Kini Pusat Pendidikan Koperasi (PUSDIKOP) dirubah menjadi Pusat Latihan
dan Penataran Perkoperasian (PUSLATPENKOP) di tingat Pusat dan Balai
Latihan Perkoperasian (BALATKOP) di tingkat Daerah.

Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 9


http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia
Sumber : Jamuna Ulfah – Kelas VIII C : 10
http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=sejarah+perkoperasian+indonesia

You might also like