You are on page 1of 91

URINALISIS

BLOK 10
PATOLOGI KLINIK
TUJUAN INSTRUKSIONAL

Memahami anatomi fisiologi patologi cairan badan, ginjal dan


saluran kemih.
Memahami dan trampil dalam teknis pengambilan sampel
spesimen urin
Memahami dan trampil dalam pemeriksaan makroskopik urin.
Memahami dan trampil dalam pemeriksaan konvensional urin
untuk konfirmasi.
Memahami dan trampil dalam pemeriksaan kimia stik urin.
Memahami dan trampil dalam pemeriksaan mikroskopik urin.
Memahami dan trampil dalam konsep penafsiran dan
penerapan klinik hasil urin.
Urinalisis
Urinalisis rutin
 Tidak berdasarkan indikasi
 dilakukan pada semua pasien
 hasilnya dapat dipakai sebagai dasar untuk pemeriksaan lebih

lanjut

urinalisis khusus
 berdasarkan indikasi.

Pemeriksan urin ini dapat menggambarkan kelainan baik


untuk ginjal-saluran kemih maupun di luar ginjal-
saluran kemih.
Ginjal adalah organ berbentuk oval,
terletak di kiri kanan columna
vertebralis Th 12 – L1.

Aliran urin dimulai dari ginjal.


Melewati ureter Urin terkumpul di
kandung kemih (vesica urinaria)
kemudian keluar melewati urethra.

Sampai batas pelvis ginjal, disebut


saluran kemih atas. Sedangkan
kebawah sampai urethra disebut
saluran kemih bawah.
Bagian terkecil dari
fungsionil ginjal yaitu
"nephron",
 terdiri dari glomerulus,
 Apparatus Juxta Glomerulus,
 Tubulus proximalis,
 Lengkung Henle,
 Tubulus distalis dan
 Tubulus Colligentes
Urin terbentuk hasil dari
filtrasi glomerulus,
reabsorbsi tubulus dan
sekresi tubulus secara aktif maupun pasif.
Filtrasi
Akibat tekanan hidrostatis dari tekanan darah,
melewati membran glomerulus
Tdr dari 3 lapis,
endotel pembuluh darah,
membran basalis
 epitel ginjal.
Tubulus
Sebagian epitel tubulus mempunyai permeabilitas yang
berbeda terhadap air, yang dipengaruhi oleh hormon
ADH.
Ion Natrium dan Kalium direabsorpsi dan disekresi secara
aktif, dibawah pengaruh hormon Aldosteron.

Tubulus ginjal juga memproduksi bikarbonat untuk


dimasukkan ke sirkulasi darah, dan Amonia untuk
membuang ion H+ keluar.
Ginjal juga mrp organ endokrin yg memproduksi
hormon eritropoietin,
pro vitamin D dan
sistem renin angiotensin.

Fungsi ginjal :
→ homeostasis cairan,
asam basa
elektrolit tubuh
“eritropoesis”
TES FUNGSI GINJAL
Faal ginjal
kemampuan ginjal untuk membuang fraksi ureum
dalam serum.
analisa urin (Urinalisa)

Pada kegagalan faal ginjal,


bahan tersebut meningkat dalam darah, disebut
"AZOTEMIA".
Bila kenaikan tersebut disertai dengan kelainan target
organ, gejala klinik dan kelainan metabolisme endokrin,
disebut "UREMIA".
Pemeriksaan yang dipakai rutin untuk menilai fungsi
ginjal, adalah :
1) kadar Kreatinin darah /urin
2) kadar Ureum darah /urin
3) Klirens Kreatinin (menilai GFR)
( GFR diukur langsung atau dpt digunakan
normogram Formula COCKCROFT – GAULT)
Stadium disfungsi ginjal menurut National
Kidney Foundation 2002:
 Stadium I : Normal atau peningkatan GFR CCr : > 90%
Populasi resiko tinggi dengan atau
tanpa kelainan ginjal dini.
 Stadium II : Insufisiensi Ginjal Dini CCr: 60-89%
Kadar hormon paratiroid mulai naik
 Stadium III : Gagal Ginjal Kronik CCr : 30-59%
(=moderate renal failure)
 Stadium IV : Pre end stage renal disease CCr: 15-29%
(=severe renal failure)
 Stadium V : End stage renal disease CCr: < 15%
(=uraemia)
Urinalisa
PENGAMBILAN BAHAN URIN
Bahan urin yang ideal, adalah urin pagi setelah dikumpulkan
semalam dalam kandung seni, tanpa pengawet dan diambil
dengan cara porsi tengah bersih.

Sedapat mungkin sudah dilakukan pemeriksaan di


laboratorium setelah 1 jam untuk pemeriksaan mikrobiologi
atau 2 jam pemeriksaan lain.

Pengawet yang dianjurkan adalah tidak menambah bahan


kimia, hanya disimpan dalam refrigerator (4 -8°C).
Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
sampel urin.
disebabkan pertumbuhan kuman,
bahan kimia vitamin C,
tempat penampungan tidak bersih,
bekas detergen,
suhu,
radiasi cahaya,
proses kimia oksidasi,
hidrolisis dan
lamanya dilakukan pemeriksaan.
Perubahan bila Sample
Dibiarkan
silinder menghilang

glukosa menurun
Lysis-nya lekosit
dan eritrosit

Reaksi-reaksi pH berubah
kimia lain

bilirubin dan urobilinogen


teroksidasi
Pemeriksaan urin yang terpengaruh adalah
pH, (makin ditunda pH naik, NH3 mjd NH4)
Glukosa, (degradasi oleh bakteri)
Nitrit,
Protein,
Bilirubin,
Urobilinogen, (proses oksidasi)
Sedimen:Eritrosit Lekosit, Silinder, (lisis)
serta dapat hilang atau ditemukan kristal pada
urin.
MACAM PORSI URIN
URIN SEWAKTU,
dikeluarkan sewaktu-waktu tanpa ditentukan &
direncanakan.
Sering dilakukan untuk pemeriksaan penyaring pada
waktu penderita datang.
Kekurangan dari urin sewaktu adalah tidak
mencerminkan keadaan dalam satu hari.
URIN PAGI
adalah urin yang dikeluarkan pertama-tama pada pagi
hari setelah semalaman tidur.
Pasien belum beranjak dari tempat tidur.
Sampel urin ini baik untuk pemeriksaan sedimen, berat
jenis, protein, tes kehamilan
Urin paling pekat.
URIN POSTPRANDIAL,
dikeluarkan 1,5-3 jam sesudah makan.
Dipakai untuk konfirmasi glukosuri.
Tidak dipakai lagi ok diagnosa Diabetes Melitus harus
menggunakan glukosa darah.
URIN 12 JAM/24 JAM,
adalah pengumpulan urin dari jam 7 pagi (dengan urin
jam 7 pagi tidak ditampung atau dibuang) sampai jam 7
pagi besok hari (dengan urin jam 7 pagi besok harinya
ditampung).
Kebaikannya urin yang terkumpul menggambarkan
keadaan satu hari.
Kekurangannya pengumpulan urin pasien sulit dan
membutuhkan bahan pengawet.
Dipakai untuk tes klirens.
Dapat digunakan untuk menilai kecukupan hidrasi
Untuk pemeriksaan ekskresi protein total dalam 24 jam
(sindroma nefrotik→ tes Esbach
Pemeriksaan mikrobiologi:
(kultur/sensitivitas kuman)

URIN PORSI TENGAH BERSIH

URIN PER KATETER

URIN PUNGSI SUPRAPUBIK


evaluasi spesimen urin rutin
 makroskopik,
 kimia konvensional,
 kimia stik dan
 mikroskopik.
PEMERIKSAAN URIN MAKROSKOPIK
Pemeriksaan urin tanpa menggunakan alat, dilihat
dengan mata telanjang, dengan penerangan sinar
matahari.

VOLUME
WARNA
KEKERUHAN
BAU
BERAT JENIS
VOLUME
Diukur dengan gelas ukur.
Normal rata rata orang dewasa 800-1300 ml (variasi 600 -
2000) dalam 24 lam.
"Poliuri”: lebih dari 2000 ml / 24 jam.
Poliuresis, yaitu peningkatan baik sewaktu maupun 24 jam.
Terdapat keadaan fisiologis pada polidipsi, obat diuretik,
minuman tertentu, nervous, kedinginan, cairan
parenteral .
Patologis pada penyakit Diabetes mellitus, Diabetes
insipidus, Gagal ginjal, kerusakan tubulus ginjal.
Diuresis malam disebut "Nokturi", yaitu urin yang
keluar pada malam hari lebih dari 400 ml.
Keadaan ini terdapat pada semua keadaan poliuri,
resorbsi cairan edema,
kapasitas kandung seni yang berkurang, seperti pada
infeksi, batu atau tumor, iritasi kandung kemih,
obstruksi partial saluran kemih karena prostat,
striktura, batu dan tumor.
Urin <500 ml dalam sehari, disebut "oliguri".
Sama sekali tidak mengeluarkan urin, disebut
"anuri".
WARNA
Dilihat dengan cahaya tembus dalam tabung reaksi,
dilihat dengan posisi serong dalam penerangan terang
matahari.

Normal urin berwarna kuning muda sampai kuning


tua.

Perubahan warna urin dapat diperoleh juga dari


anamnesis.
Penafsiran hasil pemeriksaan urin makroskopik,
harus diperhatikan keadaan hidrasi pasien,
penyimpanan lama menjadi lebih gelap, warna
makanan, minuman dan obat-obatan.
Warna

Urin
Urin "merah" merupakan tanda yang penting bagi
penderita, harus dicari sebabnya.
Kelainan penting yang menyebabkan urin merah, yaitu:
hematuri, hemoglobinuri, Mioglobinuri.
Jangan lupa kontaminasi darah menstruasi pada pasien
wanita.

Urin "kuning tua-coklat-kehitaman seperti teh tua",


disebabkan oleh urin yang pekat, pigmen bilirubin.

Untuk memantapkan adanya bilirubin, biasanya kehijauan


dan dapat dilakukan percobaan busa, busa berwarna sama.
KEKERUHAN
Caranya sama dengan pemeriksaan warna. Dilaporkan
sebagai jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh.

Normal disebabkan fosfat, karbonat, urat, cairan semen,


kontaminasi talk, antiseptik, feses.

Abnormal pada lipiduria, chyluri, kuman bakteri pada


infeksi saluran kemih, bisa juga oleh karena unsur-unsur
sedimen dalam jumlah besar.
BAU
Normal bau khusus lunak,

Bau abnormal menusuk terdapat pada urin yang


disimpan lama, makanan, obat2an dan penyakit
kongenital asam amino.

Bau buah buahan pada ketosis Diabetes Melitus.

Bau busuk pada infeksi saluran kemih.


Bau anyir pada keganasan
BERAT JENIS
Secara manual dengan urinometer→ praktis→Stik
Normal : 1.003 - 1030.
Menetap 1,010 disebut "isosthenuri” ok ggl gnjal
Rendah kurang dari 1,007, disebut "hiposthenuri".
Merupakan tanda gangguan fungsi ginjal,
terutama fungsi tubulus.
• Hasil pemeriksaan berat jenis urin dapat dipakai untuk
menilai kemampuan ginjal dalam memekatkan urin
• Nilai rujukan berat jenis urin pagi = 1,015 – 1,025,
• Pembatasan minum selama 12 jam
• nilai normal > 1.022
• selama 24 jam dapat sampai ≥1,026
• Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus
adalah kehilangan kemampuan untuk
memekatkan urin
• Berat jenis urin yang rendah persisten menunjukkan
gangguan fungsi reabsorpsi tubulus
Nokturia dengan ekskresi urin malam > 500 ml dan
berat jenis < 1,018 memberi pertanda gangguan fungsi
ginjal dini,

sedangkan berat jenis urin yang menetap sama


dengan berat jenis plasma (= 1,010) yang disebut
sebagai keadaan isostenuri
menunjukkan sudah terjadi gangguan
fungsi pemekatan dan pengenceran urin
PEMERIKSAAN KIMIA URIN KONVENSIONAL
Protein
Reduksi
Bilirubin
Urobilin
Keton dll
konvensional → metode kimia basah.
Pemeriksaan kimia basah sudah sangat terbatas
kegunaannya, sejak ada metoda kimia kering /dipstik.
Metode basah digunakan untuk konfirmasi pemeriksaan
stik (tergantung derajat kepositipannya dan kaitannya
dengan klinik)
PEMERIKSAAN URIN KIMIA STIK
Pemeriksaan urin kimia stik banyak menggantikan
pemeriksaan cara kimia konvensional,
praktis, cepat serta mudah, murah, dilakukan tanpa banyak
peralatan, tidak membutuhkan banyak ruangan serta
cukup reliabel.
pemeriksaan mikroskopik sudah dapat digantikannya
dengan adanya pita lekosit dan eritrosit.
Agar reliabel
perlu mempelajari prinsip kimiawi,
prosedur penyimpanan reagen kering,
persiapan bahan,
peringatan-peringatan dalam petunjuk kerja kit,
kontrol kualitas,
cara pembacaan hasil,
pembatasan prosedur serta
karakteristik masing-masing reagen pita.
HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
 Reagen pita harus disimpan dalam botolnya asal, tidak boleh dipindah
pindah. Botol harus ditutup kembali setiap mengambil satu stik.

 Penyimpanan di tempat administrasi, kering, tidak dekat air, dan tidak


disimpan dalam almari es.

 Jangan menyentuh kolom pita reagen. Hindari kontaminasi dengan


detergen atau bahan kimia lain sekitamya.

 Hindari cahaya matahari, suhu panas maupun dingin, uap bahan kimia
asam atau basa dan kelembaban.

 Jangan pakai pita yang kedaluwarsa atau telah berubah warnanya.


Lakukan pemantapan kwalitas dengan "Check Performance" atau
"Check Stik".
PERSIAPAN BAHAN
Urin pagi, segar, tanpa disentrifus, penampung
bersih, dicampur lebih dulu.

Bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan dalam


waktu 1 jam, urin dapat disimpan dalam almari es.
Pemeriksaan dilakukan setelah spesimen
dikembalikan ke suhu kamar.
PARAMETER
BERAT JENIS
LEKOSIT
NITRIT
KEASAMAN (pH)
PROTEIN
GLUKOSA
KETON
UROBILINOGEN
BILIRUBIN
DARAH
BERAT JENIS
Prinsip kimia: adanya konsentrasi ion dalam urin.

Adanya kation, proton akan melepaskan bahan komplek &


membentuk perubahan warna (biru hijau kuning).

Sumber kesalahan positip palsu disebabkan oleh karena


proteinuri, ketoasidosis dan kation divalen dalam jumlah
besar.

Terjadi negatip palsu pada kadar glukosa>1000mg/dl. Pada


pH >7 hasil harus ditambah 0,005.

Indikasi dan interpretasi : menilai fungsi tubulus ginjal


(pemekatan/pengenceran)
Check: penyebab lisis sel sedimen.
LEKOSIT
Prinsip kimia adalah esterase Indoxyl ester dengan
diazonium dye menjadi violet dye.

Sumber kesalahan : Meningkat palsu pada warna urin


ok bilirubin dan nitrofurantoin. Urin dengan
pengawet formaldehyde. Rendah palsu terdapat pada
proteinuri > 5OO mg/dl dan terapi Cephalexin dosis
tinggi.

Pembacaan sesudah 2 menit. Hasil positip memberi


warna violet. Positip satu sesuai dengan 10-25 sel/ul, +
+ sesuai dengan 75 sel/ul dan +++ sesuai dengan 500
sel/ul. Kesesuaian dengan pemeriksaan mikroskopik
sedimen 1 lekosit/lpb = 10 sel/ul.
Lekosit
Indikasi interpretasi: adanya "inflamasi" ginjal
atau infeksi saluran kemih.

 Tidak selalu berkorelasi dengan "bakteriuri".

Pemeriksaan kultur perlu dilakukan setiap adanya


lekosituri, bukan sebaliknya.

Pada wanita sering terjadi kontaminasi fluor


albus.
LEKOSITURI
Lekosit bisa terdapat dalam urin karena diapedesis proses
inflamasi.

Lekosituri (1+) (<6/lpb, disebut ringan, (2+) (6-20/lpb


termasuk sedang dan (3+) (>20/lpb) termasuk berat.
Infeksi akut menyebabkan lekosituri berat.

Perlu dipertimbangkan pada urin wanita dengan fluor


albus,
NITRIT
Adanya nitrit dalam urin akan bereaksi dengan aromatik
amin, diazonium dan garam benzoquinoline menimbulkan
warna merah.

Sumber kesalahan:
negatip palsu terdapat pada peningkatan diuresis,
pengenceran urin, puasa lama, tidak mengkonsumsi
sayuran dan konsumsi vitamin C dosis tinggi.
positip palsu terdapat pada urin yang tidak segera
diperiksa > 4 jam dan obat Phenazopyridin.
Nitrit
Indikasi dan interpretasi stlh 30 - 60 detik.

Positip warna dari pink sampai merah,


menunjukkan bakteri gram negatif (produksi
enzim reduktase mengubah nitrat menjadi nitrit).

Negatif tidak menyingkirkan,


mungkin infeksi disebabkan oleh bakteri yang tidak
membentuk nitrit,
jumlah bakteri sedikit oleh karena pemberian
antibiotika kemoterapeutika atau
tidak ada bahan nitrit dalam urin oleh karena tidak
makan sayur.
KEASAMAN (pH)
Prinsip kimia adalah perubahan wama double indikator
bervariasi antara 5-9.
Sumber kesalahan: terlalu alkalis pada urin lama,
pertumbuhan dan kontaminasi bakteri.

Pembacaan segera.

Normal pH 5 - 6.

Pada UTI urin alkalis pH 7 - 8,


PROTEIN
Prinsip kimia adanya protein akan mengubah warna
indikator dari kuning menjadi hijau.

Spesifik deteksi albumin

Sumber kesalahan positip palsu pada infus


polivinylpyrrolidone dan botol penampung tercemar bahan
deterjen yang mengandung ammonium atau chlorhexidine.

Pembacaan setelah 60 detik Positip satu sesuai dengan 0,3


g/1.

Fisiologis atau orthostatik biasanya positip satu.


PROTEINURI
Proteinuri hasil dari pemeriksaan kimia stik, spesifik untuk
Albumin.

Albuminuri dapat terjadi bilamana ada kebocoran serum darah


lewat dinding pembuluh darah.

Adanya kebocoran terjadi pada tingkat glomeruler atau non


glomerular.

Glomeruler dapat terjadi karena tekanan darah, kerusakan


endotel, basal membran muatan listrik .

Pada tingkat non glomeruler kebocoran biasanya karena proses


radang atau perdarahan.
Ada tingkatan jumlah albumiuri dengan
pemeriksaann kimia stik : negatip, trace ±, + (0,30
g/l), ++ ( 1 g/l), +++ ( 3 g/l), ++++ (> 20g/l).

Kadar yang paling rendah adalah adanya albumin


dibawah kemampuan tes albumin biasa (< 150
mg/dl), disebut “ MIKROALBUMINURI “. Positip
pada Diabetes dan Hipertensi Nefropati.

Albuminuri ringan (1+) : normal, demam, latihan


fisik, kelainan non ginjal kecuali pada Diabetes &
Hipertensi Nefropati.
Albuminuri sedang didapatkan pada penyakit
ginjal akut.

Albuminuri berat pada penyakit ginjal kronik atau


Sindroma Nefrotik.

Albuminuri disertai hematuri menunjukkan


Sindoma Nefritis (GNA/GNC )

 Albuminuri dengan lekosituri menunjukkan


Infeksi Saluran Kemih..
Protein Esbach
Mengukur ekskresi protein dalam 24 jam
Urin tampung
Menunjang diagnosis sindroma nefrotik
GLUKOSA
Prinsip kimia adalah reaksi ensimatik spesifik
glukosa oksidase menimbulkan warna hijau.

Sumber kesalahan negatip palsu karena adanya


vitamin C, obat.
Positip palsu pada penampung yang
terkontaminasi detergen atau residu peroksida.

Pembacaan setelah 60 detik Normal, +,++,+++. ++


++
Indikator hiperglikemia
KETON
Adanya benda keton (acetoacetic,acetone)
menimbulkan kompleks berwarna ungu.

Sumber kesalahan positip karena phenylketon dan


phthaleins.

Positip: kelaparan, pemecahan lemak,


ketoasidosis, hiperglikemia (DM) ,hypoglikemia
persisten, diet rendah karbohidrat tinggi lemak,
. UROBILINOGEN
Reaksi kimia dengan garam diazonium dalam
suasana asam memberi warna merah.

Sumber kesalahan negatip palsu pada sampel


terpapar sinar matahari, penyimpanan lama,
konsentrasi formaldehyde pengawet urin, nitrit
karena UTI.

Positip palsu pada obat-obatan. Pembacaan setelah


1 menit. Hasil +, ++ ,+++
Peningkatan urobilinogen: penyakit hati, hemolisis
BILIRUBIN
Prinsip reaksi: bilirubin dengan garam diazo
→ warna merah-ungu dlm suasana asam

Sumber kesalahan negatip palsu ok vitamin C, nitrit


dalam urin, penyimpanan lama dan paparan sinar
matahari.

Positip palsu pada obat-obatan yang memberi


warna merah pada urin.

Pembacaan +,++, dan +++ adalah wama merah


muda sampai violet.
Bilirubinuria
Normal : negatif
Positip:
Adanya peningkatan bilirubinemia direk
 Hepatitis
 Obstruksi empedu (tumor pankreas, batu empedu)
 Fase lanjut hemolisis
BILIRUBIN/UROBILINOGENURI
Perlu dilakukan konfirmasi dengan pemeriksaan
konvensional Reagen Fauchet, karena pada stik sering
positip oleh warna urin.

Bilirubinuri (3+) tidak usah dikonfirmasi, kecuali bila


bersamaan dengan hematuri berat.
DARAH
Prinsip kimia: adanya hemoglobin dan mioglobin
yang mempunyai sifat seperti peroksida, mereduksi
H2O2 memberikan warna biru-hijau.

Sumber kesalahan negatip palsu adanya nitrit


dalam urin, pengawet formalin dan proteinuri >
5g/l.

Positip palsu adanya residu detergen.


Pembacaan ada dua macam :
Eritrosit hijau kompak: + <5 - 15), ++ (30 - 100), +++ (150
- 300) sel/ul.
Hemoglobin dan Mioglobin warna hijau rata.

Perbandingan dengan mikroskopik bila ada


dugaan hemoglobinuri pada Sindroma Hemolitik
intra vaskuler dan mioglobinuri pada trauma atau
penyakit otot (sedimen eritrosit negatif).
HEMATURI
Terjadi bisa karena gangguan hemostasis, penyakit
glomeruler, pendarahan trauma, batu, mioglobinuri atau
hemoglobinuri, infeksi, inflamasi, nekrosis, ggn koagulasi.

Dikatakan ringan (1+), sedang (2+) dan berat (>3+).

Bila disertai protein uri (2+) disebut “associated” biasanya


berasal dari glomeruler, biasanya dismorfik.

Hematuri berat apalagi eumorfik, disebut “isolated” karena


pendarahan trauma, batu dan neoplasma.

Pada wanita perlu dipikirkan kontaminasi haid, perlu


pengambilan darah porsi tengah bersih. Biasanya sampai
hematuri sedang.
HEMOGLOBIN MIOGLOBINURI
Pemeriksaan dengan kimia stik positip bisa
disebabkan oleh hematuri, hemoglobinuri atau
mioglobinuri.
 Dapat dibedakan dengan tidak adanya sel darah
merah, pada pemeriksaan mikroskopik yang
negatip tanpa berat jenis urin yang rendah.
Klinik dapat dipertimbangkan Sindroma
Hemolitik, Penyakit/ Trauma Otot.
Pemeriksaan Mikroskopis
Sedimen/ mikroskopis:
Perbesaran 10 kali:
 Silinder→ sekresi tubulus
 Epitel:
Squamosa , Transitional, Kuboid

Perbesaran 40 kali:
- Lekosit (pucat /gelap)
- Eritrosit (eu/dismorfik)
- jamur
- bakteri
- parasit
- kristal
Ep. Squamus Ep. Transitional Ep. Kuboid
Eritrosit pada urin
Lekosit pada urin
Sedimen urin/mikroskopis
Kristal
SINDROMA MAYOR PENYAKIT GINJAL
SINDROMA NEFRITIS AKUT
Makroskopik urin nampak wama merah atau
merah kekuningan.

Pada pemeriksaan Kimia stik didapatkan


proteinuri mulai dari sedang sampai berat,
lekosituri ringan dan hematuri sedang sampai
berat.

Pada proses kronik proteinuri berat, hematuri


lebih ringan.

Mikroskopik ditemukan silinder eritrosit,


hematuri dismorfik > 80%.
SINDROMA NEFRITIS AKUT
Klinik//Patologi adalah kerusakan lapisan
membran basalis glomerulus akibat proses
imunologi.

Sering disebut Glomerulonefritis Akut atau


Kronik (GANA/GNC).
Penyebab yang paling sering adalah post infeksi
beta hemolitik streptococcus, SLE dan Nefropati
IgA, Baik akut terutama yang kronik, terjadi
gangguam fungsi ginjal, ureum kreatinin naik.
SINDROMA NEFROTIK
Urin makroskopik kuning keruh.
Pemeriksaan kimia stik : proteinuri 3 + (> 3 g/1) (kriteria >
3g/hari),
Mikroskopik ditemukan bermacam macam silinder
(eritrosit, lekosit, kasar, waxy), oval fat bodies, silinder
lemak.
Kimia darah : hipoalbuminemi, hiperkolesterol, azotemia.
Klinik didapatkan edema berat.
Penyebab primer atau sekunder, dipastikan dengan biopsi
ginjal: Pada anak anak biasanya primer dan prognosa baik.
GAGAL GINJAL AKUT
Adalah sindroma klinik ditandai dengan
menurunnya dengan cepat laju Filtrasi Glomeruler,
peningkatan ureum, kreatinin dan BUN
oliguri atau anuri.

Urinalisis dan Kimia darah dapat ditemukan


bermacam macam tergantung kausa. Klinik :
hipertensi, oliguri atau anuri, azotemia, penyebab
ATN vaskuler atau toksin ginjal. Ada fase poliuri.
GAGAL GINJAL KRONIK
Proses kegagalan ginjal yang terjadi bulanan
sampai tahunan, Tanda uremia baru terjadi bila
penurunan GFR sampai 10-15%.

Pemeriksaan urin : proteinuri 3+ bermacam


macam sedimen patologis, biasanya lebih sedikit
dari vang akut.
Kimia darah: asidosis, kelainan elektrolit darah.

Klinik : edema, hipertensi dan kelainan target


organ sistem.
INFEKSI SALURAN
Urin nampak KEMIH
kuning keruh
Pemeriksaan kimia didapatkan proteinuri 2+
(kronik 1+)
lekosituri berat, kronik lebih ringan.

Bisa didapatkan hematuri sedang. Bilamana didapatkan


hematuri berat dapat ditafsirkan predisposisi batu.

Bakteri uri perlu diperhatikan jumlah maupun bentuknya.


Infeksi saluran kemih biasanya disehabkan bakteri batang
(E.coli).

Klinik febris, nyeri supra sympysis, pinggang, sepsis.


Predisposisi infeksi: batu, kelainan anatomi ginjal dan
saluran kemih.
DEFEK TUBULUS GINJAL
Manifestasi laboratorium urinalisia dan kimia darah
disebabkan gangguan fungsi tubulus ginjal.
Fungsi tubulus adalah reabsorpsi protein dan elektrolit ,
dan sekresi air /elektrolit.
Bisa terdapat hematuri,
silinderuri terutama epitel ginjal.

Klinik : poliuri, nocturi, osteodystrophy.


BATU SALURAN KEMIH
Manifestasi penting dalam urin, adalah hematuri
biasa nya berat, bukan kristaluri,
Mikroskopik erotrosit > 50/lpb (eumorfik).
Batu yang keluar perlu dilakukan analisa batu, untuk
menetapkan kausa.

Klinik : kolik ginjal, batu keluar berulang, daerah dan


sumber air minum.
Berkaitan dengan riwayat Infeksi dan dehidrasi
OBSTRUKSI SALURAN KEMIH
Manifestasi laboratorium dan klinik tergantung akut,
kronik, unilateral, bilateral, komplit, partial dan
bermacam macam penyebab.
Diagnosis membutuhkan BNO, IVP, USG, Petanda
Tumor.
DIABETES NEFROPATI
Kriteria diagnosa DM :
Glukosa darah Puasa : >125 mg/dl
2 jam post prandial > 200 mg/dl

Manifestasi laboratorium :
stadium awal : mikroalbuminuri,
Melanjut menjadi albuminuri dan ggn fungsi ginjal
HIPERTENSI NEFROPATI

Target tekanan sistolik dan diastolik 140/90.

Laboratorium :
Minimal ditandai dengan mikroalbuminuri,
Lebih lanjut menjadi albuminuri dan ggn faal ginjal.
Patologi bisa terjadi nefrosklerosis.

You might also like