You are on page 1of 29

Kritik Total Salafi

!
" #
$% &
%'
( ) *
+ "
,% -
.
/% '

!%
" 0 "
" 0 1 #+

" "
" (21 )
%
1 ( )
#
(21 % )
! "
#+
( ) " "
0 " " %"
3
"
( )
"
" %' %
. #" !

#$ %
& (4 5 %
% ! "
$/6 7)

' !!
! ! ! (
)
$% 4
,% &
" 8
3- 2 " ( )
9

* ( ( )
( " )) " '
#+ % - +
" % -

" % 9
% + - *
+
- + % ( " %5 " /6
/!:) # ( )
( ) "
+ '
%

% ( "
) % ( ) (
) -
( " )
( ) -
( ) ( " %5 " /6 /!:).

$ '(
) $ $% & $ ! "#
*+ , -. /0
# 1#2 30 4 56 70 ( 8
. C , -.:"B > ? @.#A & 9 1 :"/;7<#:"*=
D. . C , -. 4 E8 ';FG#91 /? .D" #/ HI B
Q 2 O PO > N"M L ' ) 9 /? .D"9 JKC

% - +
" % -

" % 9 % +
- *
+ - + % ( " %
5 " /6 /!:)

( )
( ) " +
' %

% (
" ) % ( )
( ) -
( " ) (
) - ( )
( " %5 " /6 /!:)

* +

, -
. , - ///

!
! '

# 0
!
% &

#
1

2 #
2
% &
% &
%
&#

% !
' & #

! . 1

#
#

" !
#,
! !
! # 3
)
4 0 ) 5 % &
#

!
!
)
5 % &
%
&#
( ,
% &
!
! ! #0
% - &
)61
% 7#+ & !

% &

% &
! !
! !

#,
!
#- #
3 0 !
% &
!
#" !

! !
! %
& #8
! !
% & #
0 9

!
!
# #

0 ! ),

! ' !
!
#
#
# %+
7 (: 5 5 ! &#
' ;;;

//;
!
, !

//; + .
4<
;;/ "
! ! ! ! !
'
#0
2
!
#8

///
!
!

!
=
! ' %
&
#8
'
! ;;;/.
///

! " # $ % " " $ $


$& " " #$ $" $$ "
" #$ " " "$ " ' $ $ "
$" # $ $ $% # " "
"" $ ( "$ #
& & ) "* + ,
-
.( " $" $
/ #$ " $ " " $.(
--" $
$ " $ 0 " $ 0
1' 2 $ $ 0 1
"" '
$ " 2 $ $ 0 1 " 2
1 % 3 2
(14 * + # 56 (
5782
(
$
"" ) " $% "
$$ ( $% " '$ "
" " -( " " "
$ # " " $
" #$ " $ " $ "1
$ " " $
$&2 $ $$ " ( $
$ $ %
"" ) $
" $ $ " (
1- Pada masa Rasul SAW khobar ahad tidak pernah menjadi topik
pembicaraan. Sehingga tidak perlu ada pembagian hadis ahad
– mutawatir. Sebab mereka telah mendapat pengajaran
langsung dari Rasul SAW tanpa melalui perantara dari orang
selain mereka, yakni dari orang yang mendengar hadis langsung
dari lisan Rasul SAW atau menyaksikan perbuatannya secara
langsung.
2- Orang yang mendengar hadis langsung dari Rasul SAW atau
menyaksikan perbuatannya secara langsung, bisa menjadi kafir
jika ia menolak sabda Rasul atau menolak kandungan isinya,
dengan jalan berdusta atau mengingkarinya. Dalam masalah ini
para Ulama tidak berbeda pendapat.
3- Orang yang mendengar dari orang yang mendengar dari Rasul
SAW, atau orang yang diberi informasi oleh orang-orang
sebelumnya, misalnya tabi’ut tabi’in serta orang-orang setelah
mereka, seperti kita saat ini , maka mereka wajib untuk mengkaji
mata rantai, transmisi, ataupun silsilah yang menghubungkan
dirinya dengan Rasul SAW untuk mengetahui kebenaran mata
rantai tersebut. Jika para perawi sebagai perantara dari sebuah
hadis terbukti kejujurannya dan kekuatan hafalannya atau
bersesuaian dengan riwayat dari perawi terpercaya lainnya, lalu
tidak terdapat syadz dan ilaat dalam redaksional hadisnya,
maka kita harus menyakini bahwa sumber perkataan dan
perbuatan tersebut adalah berasal dari Nabi SAW. Adapun jika
trasmisi tersebut tidak dapat dibuktikan keabsahannya, atau
tidak absah, maka dengan otomatis harus dilakukan tarjih.
Artinya, dugaan bahwa sumber khobar tersebut berasal daari
Rasul SAW lebih kuat dibanding dengan dugaan bahwa khobar
tersebut tidak berasal dari Nabi SAW.
4- Bahwa Khobar ahad tidak bisa menghasilkan ilmu dan
keyakinan merupakan kajian yang dapat dengan mudah
difahami oleh orang yang berakal dan telah diketahui secara
umum. Akal dapat membedakan antara khobar yang
disampaikan kepada kita oleh individu secara perorangan
(ahad), dengan khobar yang disampaikan kepada kita oleh
sekelompok orang, dimana dengan jumlah tersebut, mustahil
bagi mereka untuk menyampaikan berita yang salah, atau
sepakat berdusta. Hal ini tidak hanya terbatas dalam masalah
syari’at, tetapi juga berlaku umum, baik pada masalah syari’at
ataupun masalah lainnya.
5- Pendapat yang menyatakan bahwa khobar ahad tidak dapat
menghasilkan ilmu, kepastian, atau keyakinan, merupakan
pendapat ulama-ulama yang terkemuka dan para ulama ushul.
Baik kholaf maupun salaf. Dan ia bukan pendapat yang
menyimpang dari pendapat para ulama salaf dan ulama
kholaf. (Lihat kitab-kitab Ushul seperti : Kitab Kasyf Al-Asrar Ala
Ushul Al-Fiqh, oleh Imam Al-Bazdawi I/690 ; Al-Mustashfa min ‘Ilm
Ushul oleh Imam Ghozali hal. 93; Hasyiyah Nasmaat Al-Asrar ‘Ala
Syarh Ifadhaat Al-Anwar oleh Ibn Abidin hal. 195; Syarh Jalal Al-
Mihla ‘Ala Jam’I Al-Jawami’ oleh Imam As-Subki II\114; Raudhat
Al-Nadzir wa Jannat Al- Munadhir fi Ushul Fiqh oleh Ibn Qudamah
Al-Maqdisi I\260; Irsyad Al-Fuhul oleh Imam Asy-Syaukani hal. 42;
Al-Talwih als Al-Audhih li Matan Al-Tanqih fi Ushul Al-Fiqh oleh
Imam Ubaidillah Al-Bukhori II\3; Ghoyat Al-Wushul Syarh Lubb Al-
Ushul fi syarh Mar’at Al-Wushul oleh Imam Mulla Khasru II\204;
Muslim Tsubut oleh Ibnu ‘Abd Al-Syukur II\88).

Kemudian pendapat sebagian Ahli Hadis bahwa hadis ahad memberi faedah qoth’I
merupakan kesalahan penafsiran, karena hal sebenarnya tidak seperti itu.
Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ghozali sbb: “ Tatkala sebuah hadis terbukti
sebagai hadis Ahad, maka ini tidak berfaedah Ilmu\Dzoni dan masalah ini sudah
diketahui dengan jelas dalam Islam (ma’lumun bi al-Dharuri)”. Lalu beliau
melanjutkan penjelasannya : ‘’ Adapun pendapat para Ahli hadis bahwa ia (hadis
Ahad-pent) adalah menghasilkan Ilmu\qoth’I adalah hadis Ahad yang wajib
untuk diamalkan (dalam masalah hukum furu’iyah –pent) dan ketentuan ini
ditetapkan berdasarkan dalil-dalil yang Qoth’I (yang menghasilkan Ilmu\qoth’I-
pent)” (Lihat Kitab Al-Mustasfa min Ilm’ al-Ushul juz 1\hal 145-146 -pent).
Lalu Imam Jamaluddin Al-Qosimi menambahkan : “ Sesungguhnya jumhur kaum
muslimin dari kalangan sahabat, tabi’in, golongan setelah mereka dari kalangan
fuqoha, ahli hadis, dan ulama ushul berpendapat bahwa hadis ahad yang terpercaya
dapat dijadikan hujjah dalam masalah tasyri’ yang wajib diamalkan, tetapi hadis ahad
ini hanya menghantarkan pada Dzon tidak sampai derajat ilmu (yakin)” (Lihat Kitab
Qawaidut Tahdis hal. 147-148).

%% , ! 2

!
2 2 =

= 2
= #'
% * "
%; "
% %
--
" " <<=
"
"
9 =
==

>

#8 #8
! !
# ?!
) @ @ @ @ @ @ @ @ @ ##

#+

#A
!
7
#5
7
7

! !
! '

, !
!
) 2
;;
#A
#0
! %
&

#A '

///;# #

> 1
!
7 + 0

! !

7
0 #5
%
& #
0 "

#
. % $>>>

& "
; ? -

4#. 9 B

; ? #
- %; ? * ? %
@ @ ; ?
' ; ? * ? %
; ? % -
3 * ? %
"
0 #
" . ; ?
@* @' "
- "

2 * ? %
(* ? )' * ? %
( ") "
* ? % 3 #

• ; ? % * ? % # %; ? 2

• ; ? % # %; ?
(#. C

A " # -
; ? " -
B "
? @ @ %; ?
- @* @ (; ,#
,,7)
- %

- %
" "
" " "
- % 2 - % "
-- % 3
"
-

• - % #
• - % # - -
( )

C ? * ? *
-

B #

$ () " 1 ( * ? ?)
() 1 ( -
*)

B # @ @
, () " ( * ?
?)
() <( - *)
B # @@ ?
/ () ( * ? ?)
() ( ) 0
( 5* )

B #
@ @ "
0

! () 3 ( * ? ?)
() " < " " <( *)
B #
"
: () ( * ? ?)
() < ( *)
B # ?
( )
D () " ( * ?
?)

() < ( *)
B # " "
" (
" ) C
"
< "
<& "
E %

. @ % @
#

4#5 9 B #

%; ? -
2 " #

- %; ?
( )B - @* @ ; ,#,,7
@ 0 @F @ @
- @* @ ( ? )

A '

( )4
C
" @* ?
@

"
" 0 ' @* @
0

%; ? "
2 @@@ @@ @@ @@ @
0 @5 @ ; ,#
,,D%
,,E @5 @
@ - @( )
@5 @ @ **@ (
)
? ( 0 )
0
"
0 ( " *)

& -? % " % %
* % 4 - %; ?
(? )
* ( " )
( 0
- ) -
( - ? % ) "
- ( - %
? )B ; %' $>/
@ @( ) " -
( " ")
B ; % # ,/
0 @ @ 0
@ @ "
( )

C
#

-
- F
- F
G -
" " % % * %

( "
" " % %
*)

& -
- @ @ ( )
#

% " ( @ @ "
)
% % ( @ @
)
% ( @ @
) B - @ @ (
)
4 -@ ?
@
( % )"
C "
( - A ) (" )

HH

"
"
%
A )

(# +
#

#0

&
2

@ @
" @ @
0
& "
(& '* %2 @ %? %5* %
* $I:)

"

2 " %

C %. ? " %2 J
%2 # ?
% C %. ? %
0 2 0 %2
@ ? ( )@

% "

( )
( )

& " (
) "
( )
C "
0

%
; ? ; ?
( - A
0 0 )
"
(
" 0 0
)

2 C @4 @(
)C - 2 @@
? @ @
F -
? @ @ "

B "
<
1
( " =
) "
C
"( )

0
( )2 "
0 0
"

2 #"

"

0 0
"
HH

"
"
%; ? %; ? 2
@ @
&
" ( " %"
* )

, , ;

3#5 !

" @ - @ &
0 .
'
0
?

. "
%
2 "-
" 0
( 2 "-) 2

C 2
" C 5

" C (
C ) "

2
( )
( % )
"
2 ; 0

?J
" 2
@ @ 2 "-
2 J (
? " ?
0 2 "-)
@ ?@

2 - *
"' - % - (
" :>>) 2 " "
- 0
- A - 3?

+#, !

+#4#

; ?

4 - ; ?
; -- ( 0 ; ? )
"
C
2 (
0 * ))
' "
%
0 * (0 )
;
;

+#(# ,

C ( )
- C

0 2 ("
)
;
;

+#3 B

; ? ( ; ?
0 ""
) ?
@C @ ?
" %; ?
)
" ?
0 (" ? " ?
)
; ( 2 ?
; )

"

+#D#

%C ( ; ?
? 2 %; ? )
" ? (
?)
; (
2 )
; ( )
0 " ?
;

-
#

$ 2
, ?
/
! 2

$ 2
,
/ ?
! 2
( "
@ " %" %
@ % ? %? % 3 ? % $I7!)

. %
#

$ %; ? 2
"
, %

&
<
" " %; ? 2
J " 0

3
3 " 0 %0

" <

"

.
1
" 1 "
"
"
% "
< 2 <

%2 * =

You might also like