You are on page 1of 6

PUBLIC RELATIONS

(SEBAGAI PENGANTAR)

I. Konsep Public Relations


Seringkali terlontar kalimat yang lazim diutarakan oleh kalangan pebisnis istilah 4P
(Price, Product, Place and Promotion). Istilah ini diperdengarkan oleh seorang pakar
pemasaran yaitu Philip Kotler dan sering dikampanyekan oleh para pakar pemasaran. Tetapi
rupanya guru pemasaran ini melihat bahwa ada hal lain yang perlu ditambahkan pada
konsep 4P di atas yang disarikan menjadi Mega Marketing (Price, Product, Place,
Promotion, Power and Public Relations). Kata terakhir yaitu Public Relations mungkin
bukan hal yang baru di telinga kita sebab sejak era tahun 2000 istilah ini sering menjadi
bagian dari topik-topik dari talk show baik yang dilakukan lewat media elektronik maupun
di seminar-seminar. Sadarkah kita pada arti kata Public Relations (PR) atau yang dibahasa-
Indonesiakan Hubungan Masyarakat sehingga menempati arti yang penting dalam kegiatan
operasional sebuah institusi. PR dikarenakan fungsi dan tugas pokok sebagai image builder
(pembangun citra) dari sebuah institusi. Institusi yang baik dan menempati hati atau
tertanam dalam benak (mindset) para pelanggan adalah institusi yang mempunyai CITRA
POSITIF, setiap citra positif yang ditampilkan oleh institusi terhadap publiknya membuat
publik (pelanggan) ”meletakkan” keyakinannya pada institusi tersebut. PR juga
mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai ”jembatan” antara institusi dengan publiknya
(pelanggannya) kerangka kerja yang positif.
Menurut Sukatendel (1990) dalam Ardianto (2004) mendefinisikan PR sebagai suatu
metode komunikasi untuk penciptaan citra positif dari mitra institusi atas dasar kesadaran
yang untuk menghormati kepentingan bersama. Apabila disari ada sejumlah butir penting
yaitu :
1. PR adalah sebuah ilmu yang cabang keilmuan dari Ilmu Komunikasi. Sebagai suatu
cabang keilmuan maka PR bukan sekadar menjadi isu semata tetapi mempunyai dasar
berpikir yang dapat dijelaskan dan dipertanggungjawabkan melalui metode logika
tertentu layaknya pengujian terhadap cabang keilmuan lainnya.
2. Citra adalah obyek dari PR telah menjadi kebutuhan dari institusi layaknya sumber daya
yang telah ada seperti sumber daya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya
peralatan bahkan sumber daya pengetahuan (knowledge dalam knowledge
management).
3. Mitra adalah subyek dari PR disamping institusi itu sendiri. Mitra adalah bagian dari
operasi sebuah insitusi, tanpa mitra sebuah institusi tidak dapat berjalan.
1
resume by Daniel Buana (Subdit STP)
4. Kepentingan bersama adalah apa yang hendak dicari oleh 2 (dua) institusi dalam
koneksi satu dengan yang lain. Contoh yang nyata pembeli dan penjual mempunyai
tujuan yang bersama yaitu tercapai kesepakatan untuk melakukan transaksi jual beli.

Ada pandangan lain yang diungkapkan oleh pakar lain yaitu Scott M. Cutlip et al (2000)
dalam Ardianto (2004) mendefinisikan PR sebagai fungsi manajemen yang menilai sikap-
sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari individu
atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk
memperoleh pengertian dan pengakuan publik). Hal cukup menarik dari definisi ini adalah
masuknya unsur manajemen, sehingga PR menjadi bagian dari organisasi tidak bedanya
dengan Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Operasi dan lain sebagainya. Salah satu bukti
dari PR sebagai bagian dari organisasi yaitu adanya jabatan dalam tingkatan manajerial
yang mempunyai tugas dalam PR seperti Senior Vice President Director of Corporate
Communication ataupun Corporate Secretary bahkan sampai jabatan penting di
pemerintahan seperti Juru Bicara Kepresidenan.
Hal yang menarik pada pernyataan di atas yaitu Juru Bicara Kepresidenan yang dapat
menimbulkan pertanyaan yaitu apakah sebuah pemerintahan membutuhkan sebuah PR.
Pandangan yang dapat dikemukan bahwa PR bukan jabatan politis tetapi PR dalam sebuah
institusi pemerintahan berperan untuk publikasi atau promosi kebijakan-kebijakan
pemerintah. PR bertugas untuk secara teratur menginformasikan kepada publik kebijakan,
rencana-rencana strategis pemerintah dalam hal pelaksanaan aturan dan perundang-
undangan. PR juga dituntut untuk menjembatani pihak insitusi pemerintahan atau pejabat
negara tentang informasi yang diperlukan terutama dalam pembentukan citra dari institusi
tersebut dan reaksi dari masyarakat akan kebijakan pemerintah tersebut atau timbulnya
negative image (citra buruk).

II. SIAPAKAH PR YANG BAIK


Pada bagian terdahulu telah disajikan pengertian PR sebagai bagian dari organisasi
yang menjadi ”jembatan komunikasi” antara sebuah institusi dengan publiknya sehingga
terciptaa pengertian bersama yang membawa terhadap penciptaan citra positif dan dukungan
dari publik terhadap eksistensi institusi tersebut. Pengertian tersebut memberikan warna
pada praktek PR bahwa praktek PR adalah sebuah aktivitas komunikasi sehingga bila tujuan
dari praktek PR dipadankan dengan tujuan komunikasi maka diperoleh adanya penguatan
dan perubahan pengetahuan, perasaan dan perilaku komunikan (penerima pesan). Sebagai
bagian dari manajemen dan komunikator maka visi dan misi sebuah insitusi disampaikan ke
publik dalam wujud citra yang positif sehingga nilai institusi di mata publiknya adalah
bernilai tinggi. PR sebagai komunikator harus mengeksplorasi persepsi pihak lain dalam
2
resume by Daniel Buana (Subdit STP)
memandang suatu institusi. Setiap pihak dengan segala bentuk latar belakang yang beragam
akan mempunyai beragam persepsi pula dalam memandang suatu insitusi. Idealnya bahwa
seluruh publik memperoleh sebuah citra positif dari suatu insitusi.
Ada sejumlah persyaratan yang diperlukan oleh PR sebagai komunikator :
a. Kemampuan berkomunikasi, adalah wujud kemampuan berkomunikasi dalam berbagai
bentuk media seperti kemampuan dalam presentasi, kemampuan dalam wawancara
untuk pengumpulan fakta dan data, kemampuan dalam untuk dialog-wawancara dengan
mass media, kemampuan dalam membuat berita/artikel/Press Realease, ataupun
kemampuan komunikasi lisan dengan lawan bicara ataupun bentuk komunikasi lainnya;

b. Kemampuan manajerial ataupun kepemimpinan, adalah wujud tugas sebagai bagian dari
manajemen yang menterjemahkan visi dan misi dari manajemen puncak. Kemampuan
kepemimpinan seorang PR dapat diartikan kemampuan untuk mengatisipasi masalah
yang timbul dari dalam dan luar organisasi serta mampu menyusun rencana kegiatan dan
melaksanakannya. PR sebagai komunikator yang perlu memiliki jiwa kepemimpinan
yang berprinsip, dengan paradigma terobosan pola pikir yang baru perlu tips khusus yaitu
:
b.1. Pertimbangan keseimbangan yang bijak;
b.2. Kesederhanan di tengah-tengah kompleksitas;
b.3. Arah dan tujuan sebagai peta terlengkap, memandang kelemahan, kekuatan
manusiawi;
b.4. Pandangan yang positif dengan mengganti prasangka dengan rasa hormat;
b.5. Dapat diberdayakan dan memberdayakan orang;
b.6. Dorongan untuk berubah dan memperbaiki;
b.7. Anggota yang dapat diandalkan untuk saling melengkapi;
b.8. Anggota yang mengerti waktu untuk bertindak baik kapan untuk memulai, kapan
untuk pertumbuhan dan kapan untuk perbaikan;
b.9. Dapat mengkoordinasikan dan dikoordinasikan.
(disarikan dari Rumanti (2002) dalam Ardianto (2004)

c. Kemampuan bergaul atau membina relasi, berarti kemampuan untuk berhubungan dan
bekerjasama dengan berbagai macam orang, dan mampu menjaga komunikasi yang baik
dengan orang-orang berbeda, termasuk orang-orang yang berbeda tingkatannya. Dalam
hal menyelenggarakan hubungan dengan publiknya guna memperoleh dukungan dan
disukai publik maka beberapa hal yang mendasar yaitu :
c.1. Kemampuan mengamati dan menganalisa problem, sehingga bila timbul masalah
karena kurang informasi yang kurang pasti maka seorang pejabat PR tidak boleh
menunggu di kantor untuk memperoleh informasi. Seorang pejabat PR harus
3
resume by Daniel Buana (Subdit STP)
menjalankan fungsi layaknya seorang intelejen untuk mendapatkan sumber-sumber
informasi lain sebagai bagian dari proses pengidentifikasian mengenai kejadian dan
perkembangan yang mungkin mempengaruhi hubungan institusi dengan publiknya.
c.2. Kemampuan menarik perhatian;
c.3. Kemampuan mempengaruhi opini;
c.4. Kemampuan menjalin hubungan dan suasana saling percaya.

d. Kepribadian yang utuh atau jujur, seorang pejabat PR harus memiliki kredibilitas yang
tinggi, yakni dapat diandalkan dan dapat dipercaya oleh orang lain, dan dapat diterima
sebagai orang yang memiliki kepribadian utuh atau jujur. Informasi yang disampaikan
oleh seorang pejabat PR mempunyai nilai berita yang tinggi. Agar dapat memiliki
kredibilitas yang tinggi maka setiap pejabat PR harus mengembangkan etika profesi
atau bersikap etis antara lain :
d.1. Menjadi komunikator untuk publik internal dan publik eksternal;
d.2. Tidak terlepas dari faktor kejujuran sebagai landasan utamanya;
d.3. Membuat publik atau masyarakat merasa diakui dan dibutuhkan keberadaannya;
d.4. Etika sehari-hari dalam berkomunikasi dan berinteraksi harus tetap dijaga;
d.5. Menyampaikan informasi-informasi penting kepada publik atau masyarakat;
d.6. Menghormati nilai-nilai kemanusiaan;
d.7. Mampu memberikan keputusan dan pertimbangan secara arif dan bijaksana;
d.8. Mengenal batas-batas yang berdasarkan pada moralitas dalam menjalankan
profesinya;
d.9. Penuh dedikasi / pengabdian dalam profesinya;
d.10. Mentaati kode etik profesi yang berlaku.

e. Kaya ide dan kreatif, seorang yang kaya ide dan kreatif dalam wawasan seorang PR
harus memiliki wawasan yang luas, permasalahan yang rumit apa pun bentuknya
mengetahui benang merah persoalannya.

Dalam bagian terdahulu disajikan bahwa seorang pejabat PR harus memiliki


kepemimpinan dan Covey dalam Ardianto (2004) mengemukan ciri-ciri pemimpin yang
baik atau yang berprinsip yaitu :
1. Pribadi yang terus belajar. Orang yang berprinsip terus belajar dari pengalaman-
pengalaman dan sumber keilmuan lainnya.
2. Pribadi yang berorientasi pada pelayanan. Orang yang berjuang untuk menjadi pemimpin
yang berprinsip, melihat kehidupan sebagai suatu misi tidak sebagai karir.

4
resume by Daniel Buana (Subdit STP)
3. Pribadi yang memancarkan energi yang positif. Sikap yang mudah terlihat adalah sikap
optimistik, positif dan penuh dengan energi. Secara fisiologis ditunjukkan dengan wajah
dan air muka yang cerah, gembira, menyenangkan dan bahagia.
4. Pribadi berjiwa positif mampu mempercayai orang lain. Perilaku yang ditampilkan
adalah tidak bereaksi negatif terhadap perilaku yang negatif, kritikan atau kelemahan
manusiawi.

III. PENCIPTAAN CITRA POSITIF


Citra adalah pencapaian tujuan dari kegiatan PR. Pengertian citra adalah sesuatu yang
abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur dalam ukuran nominal tertentu. Ibarat angin
yang bertiup maka citra mempunyai wujud yang dapat dirasakan dari hasil penilaian baik
atau buruk, seperti tanggapan yang positif maupun negatif seperti sinis yang khususnya
datang dari publik (mitra kerja) dan masyarakat pada umumnya.
Menurut Jefkins (1995) ada beberapa jenis citra (image) yaitu :
1. Citra Bayangan (Mirror Image). Citra jenis ini adalah citra yang diyakini oleh perusahaan
bersangkutan terutama pihak manajemen yang tidak percaya “apa dan bagaimana” kesan
pihak luar terhadap institusi yang dipimpinnya, tidak selamanya dalam posisi yang baik;

2. Citra Kini (Current Image). Citra yang sekarang dimiliki oleh pihak luar dalam
memandang institusi tersebut. Ada kemungkinan ”citra kini” yang dimiliki oleh sebuah
institusi adalah citra yang buruk atau negatif.

3. Citra Harapan (Wish Image). Citra yang menjadi harapan dan cita-cita dari suatu insitusi
yang hendak ditampilkan kepada publiknya. Idealnya citra sebuah insitusi adalah positif.
4. Citra Perusahaan (Corporate Image). Citra adalah citra yang berkaitan dengan sosok
insititusi sebagai tujuan utamanya, bagaimana citra institusi yang positif lebih dikenal
serta diterima oleh publiknya.
5. Citra Sebaneka (Multiple Image). Citra ini adalah komplimen (pelengkap) dari corporate
image sebagai contoh pihak PR dapat menampilkan citra dari atribut logo, nama produk,
tampilan gedung dan lain sebagainya;
6. Citra Penampilan (Performance Image). Citra ini lebih ditujukan kepada subyek yang ada
pada institusi, bagaimana kinerja atau penampilan diri dari para profesional pada institusi
yang bersangkutan sebagai contoh citra yang ditampilkan karyawan dalam menangani
keluhan para pelanggan.

5
resume by Daniel Buana (Subdit STP)
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro, Drs. M.Si, Public Relations Suatu Pendekatan Praktis, Kiat Menjadi
Komunikator dalam Berhubungan dengan Publik dan Masyarakat, Pustaka
Bani Quraisy, Bandung, 2004.

Dhani, Rendra, Centang-prentang Manajemen Komunikasi Kepresidenan dari Soekarno


sampai Megawati, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004.

Rakhmat, Jalaluddin, Drs. M.Sc Psikologi Massa, edisi revisi. PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2003.

Jefkins, Frank, Public Relations. Penerjemah : Harris Munandar, Erlangga, Jakarta, 1995

6
resume by Daniel Buana (Subdit STP)

You might also like