You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi perekonomian yang mulai membaik pasca krisis moneter tahun 1997
memberikan kepercayaan kembali kepada para pemilik modal untuk memulai
menginvestasikan modalnya. Dunia investasi Indonesia membuka pasar saham
sebagai jalur cepat menginvestasikan modal, dimana setiap investor akan
mendapatkan pengembalian tunai baik berupa deviden, saham, maupun dari selisih
harga belinya di pasar saham. Hal ini adalah celah menarik untuk ditinjak lanjut
i
karena akan menghasilkan keuntungan bagi para investor.
Tidak semua perusahaan yang mencari dana di pasar saham dapat menunjukkan
laporan keuangan yang baik mereka, sebagai bukti baiknya kinerja perusahaan. Unt
uk
itu para investor harus jeli dalam memilih perusahaan mana yang akan memberikan
pengembalian terbaik. Laporan keuangan perusahaan dalam satu tahun dapat dilihat
dari laporan keuangan tahunan yang diterbitkan tiap tahunnya. Laporan tersebut
berisikan laporan neraca, Laporan laba/rugi, Laporan perubahan ekuitas, Laporan
perubahaan posisi keuangan atau yang kita sebut juga laporan arus kas. Dalam
laporan tersebut akan dijelaskan besarnya keuntungan tiap tahunnya atau lebih
dikenal dengan laba bersih pertahun.
Besarnya ukuran pengembalian investasi dapat dilihat dari besarnya laba bersih y
ang
dihasilkan dibagi dengan total asetnya. Ini berarti, suatu perusahaan yang baik
adalah
perusahaan yang tiap tahunya dapat meningkatkan laba bersihnya guna untuk
meningkatkan tingkat pengembaliannya. Besarnya pengembalian deviden saham yang
dimiliki oleh pemilik saham ditentukan oleh kebijakan deviden perusahaan tersebu
t.
Semakin besar persentasi deviden yang dibayarkan perusahaan akan mengurangi
modal dasar dari operasi tahun berikutnya. Hal ini perlu adanya penyesuaian anta
ra
deviden tunai yang dibayarkan dengan laba ditahan sebagai modal operasi
selanjutnya.
Pada kesempatan ini penulis melihat PT. Indofood Sukses Makmur sebagai objek
penelitian untuk melihat besarnya persentase rasio deviden tunai yang akan
dibayarkan oleh perusahaan. PT Indofood adalah perusahaan yang bergerak disektor

pangan dan mencangkup seluruh produksi pangan. Dan judul makalah ini adalah
Analisa Deviden Pay Out Ratio pada PT. Indofood Sukses Makmur Periode
2004-2008 .
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari uraian diatas maka perumusan masalah
penelitian ini yaitu berapa besar pengembalian deviden tunai menggunakan
analisa Deviden Pay Out Ratio pada PT. Indofood Sukses Makmur.
1.3 Batasan Masalah
Penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut:
1) Alat ukur yang digunakan adalah Analisa Deviden Pay Out Ratio.
2) Informasi keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan PT.
Indofood Sukses makmur periode 2004-2008.
1.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase rasio
deviden tunai yang dibayarkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur.
1.2 Manfaat Penelitian
1) Bagi penulis
Penelitian ini membantu penulis dalam menerapkan apa yang dipelajari
dalam perkuliahan dengan kenyataan dalam perusahaan.
2) Bagi Investor
Penelitian ini membantu investor dalam menganalisis besarnya persentase
deviden pay out rasio yang akan dibayarkan oleh PT. Indofood Sukses
Makmur.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kebijakan Deviden
2.1.1 Pengertian Kebijakan Deviden
Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih
sesudah pajak ( EAT ) perusahaan yaitu :
Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen
Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan ( retaired
earning ).
Pada umumnya sebagian EAT ( Earning After Tax ) dibagi dalam bentuk
dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus
membuat keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen.
Pembuat keputusan tentang dividen ini disebut kebijakan dividen ( dividen
policy ).
2.1.2 Teori Kebijakan Deviden
.
Ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen a.l :
a.
Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller,
b.
Teori The Bird in the Hand ,
c.
Teori Perbedaan Pajak ,
d.
Teori Signaling Hypothesis ,
e.
Teori Clientele Effect .
a.
Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller :
.
Menurut Modigliani dan Miller (MM) , nilai suatu perusahaan tidak
ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih
sebelum pajak ( EBIT ) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM,
dividen adalah tidak relevan.
.
Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah
seperti :
1.
Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.
2.
Tida ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham
baru.
3
3.
Tidak ada pajak
4.
Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.
Pada praktiknya :
a). Pasar modal yang sempurna sulit ditemui ; b). biaya emisi
saham baru pasti ada ; c). pajak pasti ada ; d). kebijakan investasi
perusahaan tidak mungkin tidak berubah.
.
Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen adalah tidak
relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba
ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari
laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks ( Biaya modal sendiri dari laba
ditahan ). Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri
adalah Ke ( biaya modal sendiri dari saham biasa baru ).
D1
Ks = + g
Po
D1
Ke = + g
Po (1 F)
.
Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya pajak. Jika ada pajak maka
penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains ( kenaikan harga
saham ) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan
capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka menerima capital
gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat
saham dijual dan keuntungan diakui / dinikmati. Dengan kata lain, investor
lebih untung karena dapat menunda pembayaran pajak. Investor lebih suka
bila perusahaan menetapkan DPR yang rendah, menginvestasikan kembali
keuntungan dan menaikkan nilai perusahaan atau harga saham.
a. Teori The Bird in the Hand :
.
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan
akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen
dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend
yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat
dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan ( KS ) adalah
tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. KS adalah
keuntungan dari dividen ( dividend yield ) ditambah keuntungan dari capital
gains ( capital gains yield ).
.
Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini
merupakan suatu kesalahan ( MM menggunakan istilah The Bierd in the
hand Fallacy ) . Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali
menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau
perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.
a. Teori Perbedaan Pajak
.
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan
bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains,
para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda
pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield
tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield
rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari
pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
.
Jika manajemen percaya bahwa teori Dividen tidak relevan dari MM
adalah benar, maka perusahaan tidak perlu memperdulikan berapa besar
dividen yang harus dibagi, Jika mereka menganut teori The Bird in the
Hand , mereka harus membagi seluruh EAT dalam bentuk dividen. Dan
bila manajemen cenderung mempercayai teori perbedaan pajak ( Tax
5
Differential Theory ), mereka harus menahan seluruh EAT atau DPR = 0
%. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas mewakili kutub kutub ekstrim dari
teori tentang kebijakan dividen. Sayangnya test secara empiris belum
memberikan jawaban yang pasti tentang teori mana yang paling benar.
a.
Teori Signaling Hypothesis
.
Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan
kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan diveden pada umumnya
menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai
bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains.
Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya
merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen
perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden masa
mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan dividen yang
dibawah keanaikan normal ( biasanya ) diyakini investor sebagai suatu sinyal
bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden waktu mendatang.
.
Seperti teori dividen yang lain , teori Signaling Hypotesis ini juga sulit
dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen
mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan
penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata
disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan
preferensi terhadap dividen.
a.
.
Teori Clientele Effect .
Teori ini menyatakan bahwa kelompok ( clientele ) pemegang saham yang
berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan.
6
.
Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini
lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya
kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini
lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan.
.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanut usia dikenai
pajak lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok
ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya
kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung
menyukai dividen yang besar.
.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi
menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen
kecil, demikian s ebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa
bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih
menguntungkan mereka.(dikutip dari google.com)
2.1.3Faktor- factor yang mempengaruhi Kebijakan Deviden:
James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr dalam bukunya menjelaskan
factor- factor kebijakn deviden antara lain:
a.
Peraturan-peraturan Hukum
Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan
batasan-batasan hokum diman kebijakan deviden perusahaan dapat
digunakan. Peraturan hokum ini berkaitan dengan penurunan modal,
ketidsksolvabilatasan dan laba yang tidak semestinya.
Peraturan penurunan Modal
Tujuan hokum penurunan modal adalah untuk melindungi kreditor
perusahaan, dan hokum ini dapat memiliki beberapa pengaruh jika
perusahaan relatif lebih baru. Pada perusahaan yang sudah perkembang
yang telah dihasilkana keuntungan dan laba ditahan, kerugian yang
berarti biasanya dialami sebelum pembatasan memberikan pengaruh
terhadap pembayaran deviden yang dibatasi.
Peraturan Ketidaksolvabilitasan
Beberapa Negara bagian melarang pembayaran deviden kas
jika perusahaan tidak sanggup membayar hutang.
Ketidaksolvabilitasan dapat didefiniskan secara hokum maupun teknis.
Secara hokum berarti nilai kewajiaban yang dicatat melebihi nilai
aktiva yang dicatat, sedangkan secara teknis diartikan sebagai
ketidakmampuan perusahaan membayar pinjamannya pada saat jatuh
tempo.
Peraturan Laba yang ditahan tidak semestinya
Tujuan peraturan ini adalah untuk mencegah perusahaan menahan
labanya dengan tujuan menghindari pajak.
b. Kebutuhan pendanaan Perusahaan
Tujuan utamanya adalah menentukan arus kas dan posisi kas
perusahan yang mungkin terjadi tanpa adanya perubahan kebijakn
deviden. Disamping memperkirakan hasil yang diterima, perusahaan
juga harus mempertimbangkan resiko bisnis sehingga dapat diperoleh
berbagai macam hasil arus kas yang mungkin.
c. Likuiditas
Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam
keputusan deviden. Karena deviden merupakan arus keluas kas,
semakin besar posisi aks dan likuiditas perusahaan, semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
d. Kemampuan Untuk Meminjam
Posisi likuid buka merupaka satu-satunya cara untuk memberikan
perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Jika
memilki kemempuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu
singkat, perusahaan dapat dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan
yang relatif baik.
e. Batasan-batasan dalam perjanjian Hutang
Perjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman
seringkali berisikan batasa-batasan pembayaran deviden. Batasan ini
digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang. Biasanya batasan ini dinyatakan
sebagai persentase maksimum laba ditahan kumulatif perusahaan.
f. Pengendalian
Jika perusahaan membayar deviden dalam jumlah besar, perusahaan
kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk
mendanai peluang investasi yang memungkinkan. Dalam situasi
tersebut kepenyingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika
pemegang saham yang memiliki kendali tidak mau atau tidak dapat
memesan tambahan saham.
g. Beberapa pengamatan terakhir
Dalam menentukan pembayaran deviden, perusahaan akan
menganalisa sejumlah factor yang baru saja dijelaskan diatas. Factorfaktor
ini mempengaruhi batasan hokum dan batasan lain dimana
deviden dapat dibayarkan. Jika perusahaan membayar deviden dari
kelebihan dana residualnya, ini berarti manjemen dan dewan direksi
yakin bahwa pembayaran memiliki pengaruh positif bagi kekayaan
pemegang saham.
2.1 Laporan Keuangan
2.2.1 Pengertian Laporan keuanga
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada
suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :
· Laporan neraca
· Laporan laba/rugi
9
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa Laporan arus
kas atau Laporan arus dana
Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
integral dari laporan keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aktiva, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran
kinereja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi
keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan
dalam berbagai unsur neraca.(dikutip dari www.wikipedia.com)
2.1 Laba Bersih
2.3.1 Pengertian Laba Bersih
Berikut ini beberapa definisi laba bersih:
Menurut Soemarso (2005:54) menyatakan pengertian dari laba adalah:
Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan
usaha. Apabila beban lebih besar dari pada pendapatan, selisihnya disebut rugi
Selanjutnya Menurut Sofyan Syafri (2000;67) mengartikan laba bersih adalah:
Laba bersih setelah pajak merupakan hasil pengurangan dari laba sebelum pajak
penghasilan dengan pajak penghasilan .

Jadi dapat disimpulkan bahwa Laba bersih setelah pajak adalah Pendapatan
perusahaan yang telah dikurangi dengan bunga dan pajak penghasilan yang digunaka
n
sebagai dasar untuk perhitungan pembagian dividen.

2.1 Deviden
2.4.1 Pengertian Deviden
Menurut Lukman Syamsudin (2004:30) Pengertian dari Dividen adalah
sebagai berikut:
Dividen adalah merupakan pembayaran yang diberikan kepada pemilik
perusahaan atau pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan didalam
perusahaan. Dalam hubungannya dengan jumlah pajak yang dibayarkan, maka
10
pembayaran dividen berbeda dengan pembayaran bunga karena dividen tidak
dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.
Selanjutnya menurut Henry Simamora dikutip dari Kurnia Basyori (2008:11)
Dividen adalah:
Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para
pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai
(kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah
diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban
perusahaan .
Jadi dapat disimpulkan bahwa Dividen adalah arus kas keluar yang bersifat
tetap dari perusahaan yang diumunkan oleh dewan direksi yang diberikan kepada
pemegang saham sebagai pengembalian atas modal yang ditanamkan pemegang
saham.
2.1 Deviden Pay Out Ratio
2.5.1 Pengertian Deviden Pay Out Ratio
Menurut Indriyo Gitosudarmo (2000:244) menyatakan Dividen Pay out ratio
adalah:
Dividen pay out ratio adalah perbandingan antara deviden yang dibayarkan
dengan laba bersih yang didapatkan, dan biasanya disajikan dalam bentuk
prosentase .
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (1989:7) menyatakan Dividen
Pay out ratio yaitu:
Dividen Pay out Ratio adalah persentase laba yang dibayarkan sebagai
dividen .
Berdasarkan kedua pandangan tersebut, maka dividen payout ratio pada intinya
ialah prosentase dari laba setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham.
Laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan kepada pemegang saham. Laba setelah
pajak yang diperoleh dari perusahaan dapat diperlakukan dengan dua alternatif.
Alternatif pertama, seluruh laba setelah pajak dibagikan kepada pemilik modal
pemegang saham sebagai deviden. Hal ini akan membawa konsekuensi semakin
11
besarnya ketergantungan perusahaan terhadap modal eksternal. Alternatif kedua,
sebagian laba setelah pajak dibagikan kepada pemilik modal sebagai deviden, dan
sebagian lagi tidak dibagikan melainkan sebagai laba ditahan untuk menambah moda
l
perusahaan. Hal ini akan menekan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap moda
l
dari luar.
2.5.2 Jenis-Jenis Deviden Pay Out Ratio
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:390-393), ada tiga jenis kebijakan
deviden atau Dividen pay out ratio, yaitu kebijakan dividen pay out ratio pembay
aran
konstan, dan kebijakan rendah teratur dan ditambah ekstra.
Tanpa mempedulikan kebijakan deviden jangka panjang, perusahaan
kebanyakan memilih satu dari beberapa pola pembayaran dividen dari tahun-ketahun
:
1.
1. Rasio pembayaran dividen konstan. Dalam kebijakan ini, presentase
pendapatan dibayarkan dalam dividen tetap. Walau rasio deviden atas pendapatan
stabil, jumlah dolar secara resmi alami fluktuatif dari tahun-ketahun dengan
berubahnya laba.
2.
2. Jumlah dolar dividen perusahaan stabil. Kebijakan ini mempertahankan
jumlah dolar deviden yang relative sepanjang waktu. Peningkatan dalam dolar
deviden biasanya tak terjadi hingga manajemen yakin bahwa tingkat dividen yang
lebih tinggi dapat dipertahankan dimasa depan. Manajemen juga mengurangi
dolar dividen hingga jelas terbukti deviden yang sekarang tak dapat diteruskan.
3.
3. Dividen kecil dan reguler ditambah ekstra akhir tahun. Perusahaan yang
menjalankan kebijakan ini membayar dolar dividen reguler yang kecil ditambah
dividen ekstra akhir tahun yang menguntungkan. Deviden ekstra ini diumumkan
mendekati akhir tahun pajak, saat laba perusahaan untuk periode itu dapat
diperkirakan. Tujuan manajemen adalah menghindari konotasi deviden permanen.
Tetapi tujuan ini bisa dikalahkan jika dividen ekstra yang terus terjadi diharap
kan
oleh investor.(J. Arthur.Keown,2000:624-625)
2.5.1 Rumus Deviden Pay Out Ratio
DPR = x 100%
Keterangan:
DPR = Dividen Pay Out Ratio (%)
Laba Bersih = Laba Sebelum Pajak Penghasilan
Dikurangi Pajak Penghasilan
Dividen yang Dibagikan = Dividen Kas (Cash Dividen)
(Dewi Astuti:2004)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Jenis penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kuantitatif yaitu menjelaskan dan meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi
atau berbagai variable yang timbul dalam masyarakat yang menjadi objek
penelitian berdasarkan apa yang terjadi.
3.2
Sumber Data
13
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
informasi laporan keuangan tahunan PT.Indofood Sukses Makmur yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
3.3 Variabel Penelitian
Pada penelitian ini variabelnya terdiri dari:
a.
Laba Bersih
Pendapatan perusahaan yang telah dikurangi dengan bunga dan pajak
penghasilan yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan
pembagian dividen.
bDeviden tunai
Pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham
perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas),
saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah
diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi
kewajiban perusahaan.
3.1 Profil Perusahaan
Awalnya Didirikan dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma pada tahun 1990
kemudian berganti nama menjadi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 1994
dan Penawaran saham Perdana sebanyak 763 juta saham dengan harga nominal
rp1.000 per saham, tercatat di Bursa Efek Indonesia.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang beralamat di Jl. Sudirman Plaza
indofood tower, Lantai 27 kav. 76-78 jakarta 12910 Berawal dari sebuah perusahaa
n
mi instan, secara progresif telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Tota
l
Food Solutions dengan kegiatan operasi yang mencakup seluruh tahapan proses
produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi
produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. sebagai perusahaan
terkemuka dalam industri makanan olahan di indonesia, indofood didukung oleh
system distribusi yang ekstensif sehingga produk-produknya dikenal di seluruh
penjuru nusantara. Perseroan mengoperasikan empat kelompok usaha strategis (grup
)
yang saling melengkapi:
1.
1. Produk konsumen Bermerek (cBP), memproduksi berbagai macam produk
makanan dalam kemasan yang tercakup dalam divisi Mi instan, Penyedap
14
Makanan, Makanan ringan serta nutrisi & Makanan khusus. dengan diakuisisinya
PT Indolakto (indolakto) pada tahun 2008, divisi dairy merupakan divisi baru di
grup cBP, yang akan memperkuat posisi grup ini di pasar yang memiliki
pertumbuhan pesat. kegiatan grup cBP didukung oleh divisi Bumbu dan kemasan.
2.
2. Bogasari, memiliki kegiatan utama memproduksi tepung terigu, pasta dan
biskuit. kegiatan grup ini didukung oleh unit perkapalan.
3.
3. Agribisnis, kegiatan utama grup ini meliputi penelitian dan pengembangan,
pembibitan kelapa sawit, pemuliaan, termasuk juga penyulingan, branding, serta
pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening. di samping itu, kegiatan
usaha grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet, tebu, kakao dan
teh.
4.
4. Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di indonesia. grup
ini
mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen indofood dan produk-produk
pihak ketiga. warisan indofood terbesar saat ini adalah kekuatan merek-merek yan
g
dimilikinya, bahkan banyak di antara mereka tersebut melekat di hati masyarakat
indonesia selama bertahun-tahun. ini termasuk beberapa merek mi instan (indomie,

supermi dan sarimi), tepung terigu (segitiga Biru, kunci Biru dan cakra kembar),
minyak goreng (Bimoli), margarin (simas Palmia). Meskipun menghadapi
kompetisi ketat, merek-merek ini tetap merupakan pemimpin pasar di masingmasing
segmennya.
3.1 Analisis Deskripsi Dividen Pay Out Ratio
Dividen pay out ratio diperoleh dengan cara Dividen tunai dibagi dengan laba
bersih kemudian dikali 100. Dividen pay out ratio menunjukkan besarnya proporsi
dari laba bersih yang dibagikan sebagai Dividen kepada pemegang saham. Berikut
adalah perhitungan Dividen Pay out ratio pada PT. Indofood Sukses Makmur
Tabel Perhitungan Dividen Pay Out Ratio
Code Emiten Tahun Laba Bersih Dividen DPR
(%)
INDFOOD 2004 Rp 284.620.984.247 Rp 106.570.184.000 37,44
2005 Rp 42.198.295.914 Rp149.250.307.500 353,69
15
2006 Rp 506.108.000.000 Rp 42.642.945.000 8,43
2007 Rp 683.304.000.000 Rp 264.387.000.000 38,69
2008 Rp 1.136.164.000.000 Rp 366.730.000.000 32,28
Perkembangan Dividen Pay Out Ratio perusahaan dapat dilihat pada tabel
Dividen pay out ratio beserta perubahannya di bawah ini:
Tabel
Dividen Pay Out Ratio
PT. Indofood Sukses Makmur

Code Emiten Tahun


INDFOOD 20042005
200620072008
DPR (%)
37,44
353,69
8,43
38,69
32,28
Perubahan Dividen Pay Out Ratio
PT. Indofood Sukses Makmur

Code Emiten
Perubahan
2004 2005 2006 2007 2008
INDFOOD -844,68% -97,62% 358,96% -16,57%
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2004, Dividen
Pay Out Ratio adalah 37,44%, belum ada perubahan karena pada tahun tersebut
merupakan tahun pertama penelitian yang dijadikan tahun dasar pada tahun 2004.
Pada tahun 2005, Dividen Pay Out Ratio PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
adalah 353,69%, atau mengalami peningkatan sebesar 844,68% menjadi 353,69%.
16
Hal ini karena terjadi peningkatan pembayaran deviden sebesar Rp. 149.250.307.50
0
pada tahun 2005 dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 106.570.184.000.
Pada tahun 2006 Deviden Pay Out Ratio PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
yaitu 8,43% atau mengalami penurunan drastis sebesar 97,62%. Hal tersebut terjad
i
karena Dividen tunai mengalami penurunan yang cukup drastic pula dari Rp.
149.250.307.500 pada tahun 2005 menjadi Rp. 42.642.945.000 pada tahun 2005
padahal Perolehan laba bersihnya mengalami kenaikan yang besar dari Rp.
42.198.295.914 pada tahun 2005 menjadi Rp. 506.108.842.466 pada tahun 2006.
Pada tahun 2007, Dividen pay out ratio PT. Indofood Sukses makmur Tbk
mengalami peningkatan sebesar 358,96% menjadi 38,69%. Peningkatan ini dipicu
oleh peningkatan yang besar dalam pembayaran Dividen dari Rp. 42.642.945.000
pada tahun 2006 menjadi Rp. 264.387.000.000 pada tahun 2007 dan peningkatan laba
bersihnya tidak sebesar peningkatan dividennya. Dividen pada tahun 2007 adalah R
p.
683.304.000.000 dibandingkan pada tahun 2006 yaitu Rp. 506.108.842.466.
Pada tahun 2008, Dividen pay out ratio PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
pada tahun 2008 adalah 32,28% atau mengalami penurunan sebesar 16,57%
dibandingkan tahun 2007. penurunan ini terjadi karena Peningkatan Dividen tidak
sedrastis peningkatan laba bersih. Dividen PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada
tahun 2007 adalah Rp. 264.387.000.000 meningkat pada tahun 2008 menjadi Rp.
366.730.000.000. sementara itu laba bersihnya pada tahun 2007 adalah Rp.
683.304.000.000 meningkat tajam pada tahun 2008 yaitu Rp. 1.136.164.000.000
3.2 Pembahasan
Perkembangan Dividen pay out ratio dari tahun 2004 sampai tahun 2008 pada
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, mengalami fluktuatif yang cukup besar.
Perusahaan makanan yang diteliti pada penelitian ini tidak konsisten dalam memba
yar
membayar dividennya. Hal tersebut dapat dilihat pada Dividen pay out ratio PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk. Ini menandakan bahwa perhatian investor lebih
terfokus pada pertumbuhan capital gain (keuntungan yang diperoleh dari transaksi
perdagangan saham dibursa efek) dari pada melihat dari tingkat dividen pay out
rationya.
Hal tersebut bisa dijelaskan secara teori. Menurut Lukman Syamsudin
(2004:30) Pengertian dari Dividen adalah sebagai berikut:
Dividen adalah merupakan pembayaran yang diberikan kepada pemilik
perusahaan atau pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan didalam
17
perusahaan. Dalam hubungannya dengan jumlah pajak yang dibayarkan, maka
pembayaran dividen berbeda dengan pembayaran bunga karena dividen tidak
dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.
Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (1989:7) menyatakan bahwa
Dividen Pay out Ratio adalah persentase laba yang dibayarkan sebagai dividen.
Dari teori diatas dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya dividen adalah
pendapatan yang bersifat tetap dan dalam pembayaran dividen tidak dapat
menguruangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan artinya bahwa semakin
tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka akan semakin tinggi
beban pajak yang dibayarkan perusahaan. Kondisi inilah yang melahirkan teori
ketidak relevanan dividen.
Modigliani dan Miller (M&M) (1998;496) memberikan argumen bahwa
kebijakan dividen adalah tidak relevan. Mereka mengatakan rasio pembayaran
dividen hanya bagian kecil saja dari keputusan investasi perusahaan. Pembayaran
dividen tidak mempengaruhi kekayaan pemegang saham. Lebih jauh mereka
mengatakan bahwa nilai perusahaan sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan laba atau kebijakan investasinya, dan perlakuan
alokasi laba menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaa
n.
Apabila dikaitkan dengan perkembangan perekonomian Indonesia, pada
beberapa tahun terakhir kondisi perekonomian Indonesia secara makro mulai
membaik hal ini dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi nasional pada kisara
n
6% dan tingkat inflasi yang masih bisa dikontrol. Karena menurut teori theory Bi
rd in
the hand theory dalam tentang relevansi dividen mengenai preferensi atas dividen
dengan anggapan dividen yang tinggi meningkatkan nilai saham . Beberapa investor
lebih memilih dividen dari pada keuntungan modal. Pembayaran dividen dapat
menghilangkan kebimbangan mereka mengenai keuntungan perusahaan. Pembayaran
dividen bersifat preferensi artinya pembayaran dividen akan meningkatkan
kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan harga saham diasumsikan pada
kondisi perekonomian yang mengalami penurunan atau ketidakstabilan dan pemegang
saham menyukai pendapatan yang tetap untuk menghilangkan keraguan akan
pengembalian investasinya. Pada tahun 2004 sampai tahun 2008, kondisi
perekonomian nasional secara makro mengalami pertumbuhan yang signifikan dan
perusahaan akan berusaha mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan
akibat pembayaran dividen. Ini mengakibatkan kebijakan perusahaan dalam
meningkatkan harga saham untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham tidak
lagi berorientasi pada peningkatan proporsi pembayaran dividen tetapi lebih mela
lui
keuntungan modal (capital gain). Investor lebih menyukai capital gain dari pada
dividen karena mereka melihat kondisi perekonomian mulai membaik dan optimis
terhadap peningkatan pengembalian investasinya.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmala
(2005) yang berjudul Pengaruh kebijakan Dividen terhadap harga saham terhadap
perusahaan-perusahaan otomotif di Bursa Efek Jakarta menunjukkan bahwa kebijakan
dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan otomotif
yang telah go publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan, dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Nilai rata-rata Dividen Pay Out Ratio perusahaan sample adalah 94,106%.
Nilai minimum dividen pay out ratio sample adalah 8,43% dan Nilai Maksimum
Dividen pay out ratio adalah 353,69%. PT. Indofood Sukses Makmur tidak lagi
berorentasi pada peningkatan proporsi pembayaran deviden tetapi lebih melalui
keuntungan modal (capital gain) karena investor lebih menyukai capital gain dari
pada deviden melihat dari kondisi perekonomian yang mulai membaik.
4.2 Saran
Melihat dari banyaknya teori ekonomi mengenai kebijakan deviden maka
investor perlu melihat kedewasaan dari perusahaan yang akan ia beli sahamnya. Ha
l
ini akan berpengaruh pada kebijakan deviden yang akan dibagikan oleh perusahaan
tersebut sesuai dengan kebutuhan yang trend yang sedang berlangsung.

You might also like