You are on page 1of 17

Laporan Praktikum 9 Hari/Tanggal : Sabtu/ 21 November 2009

mk. Dasar-dasar Perikanan Tangkap Dosen : Dr. Roza Yesfiandani, S.Pi


(PSP 201)

POHON INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP IKAN TENGGIRI


(Scomberomorus commerson)

Disusun oleh:
Kelompok 5

Muhammad Firdaus C14080004


Nora Putri Sari C14080011
Sri Bonasi Sinaga C14080027
Ahmad Fattaya C14080028
Anggih Isti Choironawati C14080031
Mayyanti C14080038
Dendi Hidayatullah C14080040
Adithia Sanjaya Haris C14080051
Garry Raffiano C14080070
Nurlita Christyaningsih C14080079

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP


DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan manusia
akan pangan juga semakin meningkat. Salah satu komponen dari makanan yang
penting bagi manusia adalah protein. Kegiatan perikanan memiliki andil yang
besar dalam memenuhi kebutuhan protein dunia. Sektor perikanan tangkap
sebagai sub bagian dari kegiatan perikanan yang menyumbang nilai cukup
signifikan. Menurut data FAO (2001) sektor perikanan tangkap menyumbang
70,89 % (91,3 juta ton) dari total produk perikanan dunia sebesar 128,8 juta ton
pada tahun tersebut.
Perikanan laut di Indonesia khususnya, diperkirakan memiliki potensi
lestari sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia
dan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan
sebesar 5,12 juta ton pertahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari. Di
samping itu juga terdapat potensi perikanan lain yang berpeluang untuk
dikembangkan, yaitu perikanan tangkap di perairan umum seluas 54 juta ha
memiliki potensi produksi 0,9 juta ton per tahun. Produksi perikanan tangkap dari
penangkapan ikan dilaut dan di perairan umum pada tahun 2006 masing-masing
sekitar 4.468.010 ton dan 301.150 ton (Ditjen Perikanan Tangkap 2007).
Salah satu jenis ikan yang menjadi komoditas bernilai ekonomis dalam
kegiatan perikanan tangkap adalah ikan tenggiri (Scomberomorus
commersoni).penangkapan ikan ini tersebar hampir di seluruh Indonesia dan
didaratkan sebagai hasil tangkapan di beberapa pelabuhan perikanan. Ikan tenggiri
dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan komersial dan rekreasional. Dalam situs web
Food and Agriculture Organization (FAO), jumlah penangkapan ikan tenggiri
terbesar di dunia pernah tercatat di Indonesia, diikuti Filipina, Sri Langka.
Selanjutnya produk mengalami proses pengolahan niaga melalui jalur-
jalur tertentu hingga akhirnya sampai ke konsumen dalam bentuk produk segar
atau olahan. Margin harga dari rangkaian proses niaga ikan tenggiri memberikan
keuntungan yang cukup besar bagi pihak yang terlibat seperti nelayan,
pengumpul, dan pengolah. Kegiatan pra penagkapan, penangkapan dan pasca
penangkapan membentuk suatu alur yang disebut sebagai pohon industri
perikanan tangkap.
II. PEMBAHASAN
A. Unit Sumberdaya
Tenggiri merupakan ikan dari suku Scombridae yang ditemukan di lautan
tropis dan subtropis. Karena kecepatan dan kualitas dagingnya yang tinggi
membuat ikan ini dijadikan hadiah permainan memancing. Di Hawaii, ikan ini
dikenal sebagai ono, sedangkan di Karibia dan Amerika Tengah ikan ini dipanggil
peto. Ikan tenggiri dikenal pula dengan nama spanish mackerel, namun nama
tersebut berbeda-beda di setiap daerah. Orang India menyebutnya ikan anjai, di
Filipina lebih dikenal dengan nama ikan dilis, dan di Thailand akrab dengan
istilah ikan thu insi. Tubuhnya tertutupi oleh sisik kecil dan tipis, punggungnya
berwarna hijau-kebiruan, sisik berwarna perak, dengan pola garis-garis berwarna
biru gelap, warnanya akan semakin pudar ketika mati. Ikan ini bermulut besar,
dan taring di bagian bawah dan atas mulutnya terlihat lebih tajam daripada taring
ikan mackerel Spanyol (Anonim, 2009). Menurut Saanin (1984), ikan tenggiri
memiliki taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Famili : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Percomhorpi
Famili : Scombridae
Subfamili : Scomberomorinae
Genus : Scomberomorus
Spesies : Scomberomorus comersoni
Ukuran ikan tenggiri dapat mencapai panjang 240 cm dengan berat 70 kg.
Usia dewasa tercapai setelah 2 tahun atau ketika memiliki panjang tubuh 81-82
cm. Ikan tenggiri betina ukurannya lebih besar dan usianya lebih panjang
dibanding jantan. Ikan tenggiri betina dapat hidup selama 11 tahun (Shiddieqy,
2005). Ikan tenggiri mempunyai morfologi tubuh yang cukup unik. Secara umum,
warna ikan tenggiri adalah perak keabu-abuan. Di bagian samping tubuhnya
terdapat garis lateral yang memanjang dari insang hingga akhir sirip dorsal kedua,
sedangkan pada punggungnya terdapat warna biru kehijauan. Garis pada bagian
samping menjadi ciri khas ikan tenggiri yang berbeda dengan ikan sejenis.
Ikan tenggiri tergolong ke dalam ikan laut yang menyukai daerah laut
dangkal. Bagian-bagian yang terdapat batu karang (reef) merupakan habitat yang
cocok bagi ikan tenggiri. Perairan yang memiliki salinitas (salinity) rendah dan
kekeruhan (turbidity) tinggi disukai pula olehnya. Ikan tenggiri dapat menetap
pada suatu habitat dan terkadang bermigrasi ke tempat yang cukup jauh. Pola
migrasi ikan tenggiri sangat khas karena bergantung kepada temperatur air laut
dan musim bertelur (spawning season). Jatuhnya musim bertelur ini bervariasi di
setiap habitat yang ditinggali.
Ikan tenggiri memiliki sifat rakus (voracious) ketika makan dan mencari
makan seorang diri (solitary). Jenis makanannya adalah ikan-ikan kecil karena
ikan tenggiri tergolong ke dalam hewan karnivora. Ikan kecil jenis anchovy
(semacam ikan haring) merupakan salah satu makanan utama bagi ikan tenggiri,
khususnya ikan tenggiri muda. Selain itu, ikan tenggiri juga memakan beberapa
jenis cumi-cumi (squid) dan udang.
Iklim yang paling cocok untuk ikan tenggiri adalah iklim tropis. Perairan
laut yang dimiliki Indonesia merupakan surga bagi ikan tenggiri. Selain di
Indonesia, ikan tenggiri dapat ditemukan pula di bagian utara Cina dan Jepang,
bagian tenggara Australia, bahkan Laut Merah. Kedalaman laut yang cocok bagi
tenggiri adalah sekitar 10-70 m dari permukaan laut. Di beberapa negara, ikan
tenggiri menjadi komoditas perikanan laut yang paling utama karena memiliki
nilai komersial tinggi.

B. Unit Penangkapan Ikan


Penangkapan ikan tenggiri di Indonesia sebagian besar dilakukan secara
sederhana dan tradisional (artisanal). Artinya, ikan tenggiri menjadi komoditas
andalan para nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Populasi ikan
tenggiri yang tinggi di Indonesia berpeluang memperbaiki kesejahteraan para
nelayan. Menurut Erdmann dan Pet-Soede (1996), perdagangan ikan laut dipicu
oleh permintaan (demand) yang tinggi dari Hongkong, Singapura, Taiwan, dan
Cina. Negara-negara tersebut memberikan harga mahal untuk ikan yang memiliki
kesegaran (freshness), rasa (flavour), dan gizi (health-promoting) yang baik.
Metode penangkapan ikan laut yang dilakukan oleh nelayan banyak yang
dapat membahayakan populasi tenggiri. Penangkapan besar-besaran
(overexploitation) dengan cara yang berbahaya akan menimbulkan kerugian
dalam jangka panjang. Penangkapan ikan yang paling berbahaya adalah
penangkapan dengan menggunakan sodium sianida, yaitu cairan untuk
menangkap ikan yang dapat membunuh organisme sekitar karang. Oleh karena
itu, populasi ikan tenggiri harus dijaga dan diawasi dari cara penangkapan yang
merugikan lingkungan.
Untuk melakukan penangkapan, Kapal atau perahu yang banyak
digunakan oleh nelayan saat ini adalah perahu mesin dengan kapasitas mesin dan
bodi yang bervariasi. Mesin perahu yang banyak adalah mesin yandong
berkapasitas sekitar 20 PK dan TS 50 Kapal dengan mesin TS 50 biasanya
digunakan untuk menangkap ikan. Sedangkan jenis alat tangkap yang digunakan
bervariasi, alat tangkap yang banyak digunakan nelayan dapat dikelompokkan ke
dalam: pancing, jaring, perangkap ikan (bagan, tangguk ancau dan bubu), rumpon
dengan komponen pokok dan bahannya adalah float bahannya Bambu, Plastik, tali
tambang (mooring line), bahannya tali, wire, rantai, swiwel, Pemikat ikat
(atractor) bahannya Daun Kelapa, Jaring Bekas Pemberat (bottom sinker)
bahannya Batu/ Beton.

C. Sarana Produksi dan Prasarana Pelabuhan


Ikan tenggiri (Scomberomorus comerson) termasuk kedalam sumberdaya
ikan pelagis besar. Ikan ini merupakan hasil tangkapan yang cukup banyak
didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI ) Muara Angke DKI Jakarta
dimana ikan tersebut merupakan hasil tangkapan yang berasal dari Perairan Laut
Jawa Bagian Barat dan sekitarnya.
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke dalam mengemban
tugasnya memiliki berbagai fasilitas yang tergolong dalam fasilitas pokok,
fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang.
1. Fasilitas Pokok
Fasilitas pokok adalah fasilitas fisik dalam pelabuhan yaitu tempat labuh
disebut dengan dermaga, penghubung akses jalan dan drainese terbuka yaitu
bagian dari sistem drainase yang berbentuk saluran biasa berbentuk persegi
empat yang terbuka. Adanya pembatas lahan dengan pagar keliling yang
berfungsi sebagai pembatas wilayah darat antara areal pelabuhan dengan areal
non-pelabuhan.
Ada beberapa fasilitas pokok yang dimiliki oleh PPI Muara Angke,
diantaranya adalah :
a. Kolam Pelabuhan
Luas kolam pelabuhan mencapai 63.993 m2. Kondisi kolam pelabuhan
saat ini dirasakan cukup sempit, apalagi pada saat bulan terang , karena kapal-
kapal perikanan yang melakukan bongkar muat di PPI Muara Angke tidak
terbatas pada kapal berukuran 30 GT ke bawah saja. Sebagian besar kapal
yang berlabuh adalah kapal yang berbobot 50 GT ke atas, sehingga kapal-
kapal kecil (<5 GT) menyingkir ke Kali Adem karena sangat riskan terjepit.
Selain itu kondisi kolam pelabuhan juga mengalami pendangkalan yang
disebabkan sedimentasi dan sisa-sisa badan kapal yang rusak dan tidak
diangkat.
b. Dermaga
Dermaga terbuat dari beton dengan panjang 403 m. Dermaga masih
berfungsi dengan cukup baik namun rehabilitasi rutin perlu dilakukan
mengingat banyaknya kapal yang melakukan pembongkaran mencapai 15
kapal per hari.
c. Tanggul Pemecah Gelombang
Tanggul pemecah gelombang memiliki panjang 2.250 m. Fasilitas ini
tanpa dilengkapi dengan lampu pelayaran dan ada bagian-bagian bangunan
yang rusak.
2. Fasilitas Fungsional
a. Tempat Pelelangan Ikan
Pemasaran hasil perikanan dengan adanya tempat pelelangan ikan sebagai
pusat kegiatan dari pelabuhan perikanan, yaitu tempat melelang ikan hasil
tangkapan dan menjadi tempat pertemuan antara penjual (nelayan atau
pemodal) dengan pembeli (konsumen umum, pedagang, agen pabrik pengolah
ikan, dan lain-lain). Pasar ikan yaitu tempat dimana masyarakat umum dapat
langsung membeli ikan ke pedagang ikan di pelabuhan.
Tempat pelelangan ikan dengan luas 2.212 m2 berada tepat di sebelah
barat dermaga, sehingga memudahkan pemindahan ikan setelah ikan
dibongkar menuju TPI. Secara fisik bangunan TPI masih baik, dengan saluran
air masih berfungsi. Gedung TPI dilengkapi dengan fasilitas air bersih yang
cukup, hanya saja kesadaran pemilik ikan akan kebersihan masih kurang
sehingga fasilitas yang disediakan jarang digunakan.
a. Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
Layanan bahan bakar yaitu tangki BBM sebagai stasiun pengisian bahan
bakar yang dikhususkan bagi keperluan nelayan. Khusus untuk bahan bakar
Solar, terdapat pula layanan bahan bakar yang disebut SPDN (Solar Packed
Dealer Nelayan).
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baker bagi para nelayan, pada tahun
1997 telah dibangun1 unit SPBU pada lahan seluas 2.212 m2. SPBU tersebut
melayani kebutuhan bahan bakar baik untuk kapal nelayan maupun kendaraan
umum.
b. Layanan Es
Cold storage yaitu Bangunan dengan fasilitas pendingin, merupakan
tempat menyimpan kelebihan produksi sementara untuk diawetkan atau
tempat penampungan ikan sebelum dipasarkan.
Terdiri atas gudang es Bangunan yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan es, baik es yang diproduksi dari pabrik es di sekitar pelabuhan
perikanan ataupun disuplai dari tempat lain. dan mesin penghancur es yaitu
Mesin yang digunakan untuk menjadikan Es Balok menjadi Es Curah.
c. Pasar Grosir
Pasar Grosir terdiri dari 870 unit lapak yang menampung 319 pedagang
grosir. Aktivitas pasar pada umumnya dilakukan pada malam hari, dengan
perputaran ikan dalam sehari mencapai rata-rata 100 ton dan ikan yang masuk
dari luar daerah rata-rata 75 ton.
d. Tempat Pengecer Ikan
Dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat yang
memerlukan ikan dalam jumlah kecil, di PPI Muara Angke telah dibangun
fasilitas pedagang pengecer. Luas pasar 1.260 m2 dengan jumlah 150 lapak,
sedangkan jumlah pedagang pengecer 148 orang.
e. Unit Pengepakan Ikan
Penanganan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan terdiri atas tempat
pengolahan ikan yaitu Bangunan yang berfungsi sebagai tempat penanganan
ikan yang tidak dijual dalam keadaan segar, tindak pengepakan dan sortir bagi
pedagang, agen pabrik dan pengolah ikan.
Dalam rangka memenuhi permintaan pasar ekspor, dikawasan PPI Muara
Angke dibangun 33 unit pengepakan ikan, dengan produksi rata-rata setiap
bulan 75 ton. Negara tujuan ekspor Singapura, Malaysia dan Hongkong,
dengan jenis ikan tenggiri. Luas unit pengepakan antara 50-110 m2, terdiri
dari bangunan bertingkat dan non tingkat.
f. Sarana Perbaikan Kapal dan Docking
Pemeliharaan kapal dan alat tangkap ikan yaitu perbaikan jaring adalah
tempat yang digunakan untuk melakukan perawatan jaring khususnya untuk
perbaikan jaring. Seringkali tempat perbaikan jaring ini bersatu dengan tempat
perbaikan jaring.
Sarana perbaikan kapal dan docking mempunyai luas 16.000 m2, berupa
slipway, winch house dan bengkel kapal yang masing-masing berjumlah 4
unit. Pengelolaan fasilitas ini diserahkan kepada tiga perusahaan swasta dan
sebuah koperasi karyawan Dinas Perikanan DKI Jakarta. Fasilitas ini memiliki
kapasitas perbaikan sebanyak 60-90 kapal/bulan. Ukuran kapal yang mampu
diperbaiki maksimal mencapai 100 GT.
g. Tangki Air Bersih
Tangki air bersih ada 2 unit dengan total volume 20 m2 yang terletak di
dermaga muat di pintu gerbang PPI.
3. Fasilitas Penunjang
Navigasi pelayaran dan komunikasi terdapat rambu pelayaran adalah alat
bantu navigasi pelayaran yang pada umumnya terdapat di wilayah perairan sekitar
pelabuhan, seperti pelapung, buoy navigasi, bendera, dll.
Lampu suar sebagai Alat bantu navigasi dan pelayaran berupa lampu yang
pada umumnya ditempatkan di menara, sehingga dapat terlihat dari kejauhan oleh
kapal yang hendak menuju ke pelabuhan.
Line telepon sebagai fasilitas telekomunikasi telepon dengan basis
jaringan kabel. Radio SBB sebagai fasilitas komunikasi 2 arah yang digunakan
untuk saling berkomunikasi antara pengelola pelabuhan dengan kapal nelayan.
Internet sebagai fasilitas telekomunikasi yang menghubungkan jaringan komputer
di seluruh dunia melalui satelit atau telepon, untuk keperluan pengiriman data dan
informasi.
a. Kantor Operasional Pelabuhan
Perkantoran terdapat kantor instansi
Pengolahan limbah yang terdiri atas instalasi pengolahan limbah yaitu
Fasilitas pengolah limbah cair ikan berupa konstruksi beton bertulang,
pasangan batu kali, tanah urug, dan konstruksi baja.yang umumnya
ditempatkan di dekat TPI.
Tempat pembuangan sampah yaitu Tempat atau fasilitas pengolah limbah
padat yang dihasilkan dari kegiatan di pelabuhan perikanan, dapat berupa bak
penampung sampah atau truk sampah..
Sarana perkantoran berjumlah 12 unit yang tersebar diseluruh komplek
PPI dengan ukuran rata-rata 4x6 m per unit.
b. Fasilitas Pemukiman dan Sarana Umum
PPI Muara Angke dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
mengalokasikan lahan seluas 21,26 ha untuk dipergunakan sebagai komplek
perumahan nelayan dengan segala fasilitas pendukungnya seperti sekolah,
mulai dari taman kanak-kanak sampai SMP, sarana ibadah, puskesmas, rumah
sakit dan berbagai fasilitas masyarakat liannya.
Jarak antara perumahan nelayan dengan dermaga sekitar 500 m, sehingga
nelayan tidak memerlukan transportasi untuk mendatangi pelabuhan
pemberangkatan. Demikian pula nelayan hanya memerlukan waktu singkat
untukk pulang kerumahnya setelah melakukan pelayaran mencari ikan.
c. Pujaseri Masmurni
Pujaseri Masmuri merupakan minimarket, dibangun pada tahun 1996
bertujuan untuk menciptakan peluang pasar produk hasil perikanan khususnya
jenis-jenis ikan yang lazim dikonsumsi dalam bentuk bakar. Selain hal
tersebut diharapkan agar semakin tumbuh kegemaran masyarakat untuk
makan ikan dan menjadikannya sebagai lauk/konsumsi sehari-hari. Jumlah
kios Pujaseri 24 unit dengan ukuran 5x17 m2. Sesuai dengan Perda DKI
Jakarta No. 3 Tahun 1999 setiap pemakaian fasilitas Pujaseri dikenakan biaya
sewa sebesar Rp 6.000,-perbulan/ meter persegi.
Salah satu perusahaan pembuat alat penangkapan ikan di Indonesia adalah PT
Arteria Daya Mulia (Arida) yang berdiri tahun 1982 dan memulai operasinya
sebagai perusahaan manufaktur yang memproduksi benang dan jaring ikan yang
bermutu tinggi. Selain perusahaan tersebut, terdapat unit dagang dahlia yang
berkecimpung dalam bidang pembuatan alat penangkapan ikan Jl. Citemu No. 19
Mundu Cirebon 45173, Jawa Barat. Alat penangkapan ikan yang diproduksi
adalah jaring bubu, jaring wuwu, dsb.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten yang bekerjasama
dengan Lembaga Amil Zakat Dompet Amanah Amal Insani (DAAI) merupakan
salah satu contoh wujud nyata dalam pemberian penyuluhan dan pelatihan kepada
nelayan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir khususnya
nelayan. Dengan dilaksanakan penyuluhan ini diharapkan masyarakat pesisir
dapat memiliki kemampuan tangkap ikan yang baik, mampu mengolah hasil
tangkapan, mampu membudidayakan ikan, mampu mengolah koperasi yang ada,
dan mampu menjadi teladan serta membina nelayan lainnya. Fasilitas yang
diberikan seperti kapal leader dengan alat tangkapnya dll.
Galangan kapal dalam pelabuhan mempunyai aktifitas seperti pemuatan kapal
penangkapan, pemeliharaan rutin kapal perikanan seperti pengecekan kapal yang
sedang berlabuh. Galangan kapal juga dapat memperbaiki kapal yang mengalami
kerusakan ketika sedang berlabuh. Pabrik benang didirikan dengan tujuan
menghasilkan benang untuk membuat atau memperbaiki jaring yang rusak.
D. Unit Pengolahan
Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) merupakan ikan yang
mempunyai nilai protein dan kandungan nutrisi yang tinggi. Kebutuhan protein
hewani dapat dipenuhi dengan mengonsumsi ikan ini. Ikan tenggiri merupakan
ikan yang banyak disukai masyarakat baik dalam bentuk ikan segar, beku,
maupun olahan.
Untuk produk ikan degar terdapat beberapa kendala. Kendala tersebut
terutama berkaitan dengan keawetan dan kualitas produk. Ikan secara umum
merupakan salah satu produk yang paling cepat busuk apabila tanpa penanganan
yang baik. Prroduk ikan segar harus ditempatkan dalam wadah yang bersih. Selain
itu, disrtibusi ikan segar juga harus dilakukan dengan cepat untuk menghindari
penurunan kalitas dan pembusukan sebelum sampai kepada konsumen.
Solusi agar ikan bisa lebih mudah didistribusikan sekaligus mengurangi
resiko penurunan kualitas adalah mealalui pembekuan. Ikan beku umumnya
adalah ikan segar yang disimpan dalam suhu freezer. Penyimpanan pada suhu
yang rendah akan menghambat aktivitas mikroorganisme. Selain itu, suhu rendah
juga menghambat aktivitas enzim yang mendegradasi molekul asam lemak dan
protein yang terdapat pada tubuh ikan. Secara ekonomis nilai jual produk beku
umumnya sedikit lebih rendah dibandingakan produk segar. Meskipun demikian,
kemudahan dalam proses distribusi dapat menjadi pertimbangan lain yang
menjadi nilai tambah produk ikan tenggiri beku.
Kegiatan pengolahan tenggiri menjadi produk lanjutan merupakan solusi
lain selain pembekuan. Sebagian besar dari hasil produksi perikanan terutama
perikanan laut yaitu ± 60% dikonsumsi dalam bentuk olahan. Pengolahan adalah
pilihan yang disukai karenan bebrapa alasan yaitu (1) supaya tahan lama, (2)
memudahkan dalam penyimpanan dan pengangkutan, dan (3) dapat dipasarkan ke
daerah-daerah yang jauh dari tempat produsen (Ditjen Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perikanan, 2007). Selain itu, kegiatan pengolahan ikan tenggiri menjadi
produk olahan sebagai salah satu bentuk teknologi penanganan hasil perikanan,
dapat meningkatkan nilai tambah pada komoditas ikan tersebut.
Berdasarkan jenis usaha yang dijalankan, pengolahan ikan dibedakan
menjadi dua yaitu, pengolahan secara tradisional dan pengolahan secara modern.
Pengolahan secara tradisional meliputi pengeringan dan pengasinan, pengasapan
dan pengolahan pakan ternak dari ikan atau udang, pengolahan terasi dan
pengawetan kulit ikan. Selain itu, ikan tenggiri biasanya digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan makanan seperti bakso, pempek, kerupuk dan makanan lainnya
Sedangkan pengolahan secara modern adalah fillet, loin, dan masih
banyak produk lainnya. Bentuk pengolahan modern yang umum adalah filleting
dan deboning. Ikan tenggiri dipasarkan dalam bentuk potongan tipis (fillet) atau
tanpa tulang (boneless). Sejumlah negara maju lebih menyukai produk ini
dibanding tenggiri segar atau beku utuh. Pengolahan lebih lanjut dari produk ikan
tenggiri adalah pengalengan. Beberapa negara telah mengolah ikan tenggiri untuk
dikemas dalam kaleng (canned) seperti halnya ikan sarden. Filipina dan Jepang
merupakan negara yang penduduknya paling banyak mengonsumsi ikan.
Indonesia dengan segenap potensi sumber daya maritim yang dimiliki seharusnya
mengikuti langkah serupa., Yaman, dan Pakistan.
Untuk keperluan kuliner, ikan tenggiri dapat dimasak dengan berbagai
cara tergantung selera. Ikan tenggiri pun dapat diolah menjadi bentuk makanan
lain, tidak selalu dimakan dalam bentuk ikan utuh. Cara pemasakan seperti
memanggang (broiling), menggoreng (frying), membakar (baking), dan
pengasapan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengolah ikan
tenggiri. Produk kuliner tenggiri merupakan salah satu bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi terutama sebagai sumber protein yang sangat dibutuhkan
dalam menu sehari-hari. Selain itu ikan tenggiri juga mengandung zat-zat organik
lainnya yang dapat mempertahankan vitalitas tubuh, vitamin, dan mineral.

E. Unit Pemasaran
Adapun unit pemasaran ikan tenggiri itu sendiri adalah tempat pelelangan
ikan, pedagang asongan di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan
tempat lain, pasar grosir, tempat pengecer ikan, dan unit pengepakan ikan. Unit
pemasaran lainnya adalah kantor operasional pelabuhan, fasilitas pemukiman dan
sarana umum, serta minimarket. Tempat pelelangan ikan biasanya berada di dekat
dermaga yang bertujuan untuk mempermudah pemindahan ikan setelah dibongkar
menuju TPI.
Setelah ikan tenggiri didaratkan di pelabuhan, nelayan akan menjual hasil
tangkapannya. Pertama-tama ikan dilelang oleh pengumpul ikan di tempat
pelelangan ikan. Jika hasil tangkapan dalam jumlah sedikit, maka hasil tangkapan
tersebut akan dijual langsung ke konsumen disekitar tempat pelabuhan. Untuk
hasil tangkapan yang bernilai ekonomis tinggi, maka akan dijual ke bakul atau ke
pengumpul. Dari bakul, hasil tangkapan dapat dijual langsung ke konsumen atau
jjika pengumpul dapat mengumpulkan komoditi ikan tenggiri lebih banyak lagi,
maka hasil tangkapan ikan tenggiri dapat dijual ke pengumpul kedua. Dari
pengumpul kedua, hasil tangkapan ikan tenggiri akan dijual langsung ke
konsumen atau melalui pedagang eceran terlebih dahulu dan setelah itu baru ke
konsumen lokal.
Nelayan yang memperoleh hasil tangkapan dalam jumlah yang banyak dan
berkualitas tinggi dapat menjual ke perusahaan pengumpul. Di perusahaan
pengumpul ini hasil tangkapan ikan tenggiri akan disortir berdasarkan jenis,
ukuran atau mutu untuk dijual lebih lanjut ke perusahaan pengolah, atau pengecer
antar pulau, atau bisa juga di ekspor. Akan tetapi, jika hasil tangkapan tidak
memenuhi kriteria, maka hasil tangkapan akan dijual ke pengecer lokal atau
langsung ke konsumen lokal.

Gambar 1. Pelabuahan Muara Angke

Gambar 2. Kegiatan di Pasar Grosir


Pasar grosir terdiri dari unit lapak yang menampung pedagang grosir.
Aktivitas ini biasanya dilakukan pada malam hari. Untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat yang memerlukan ikan dalam jumlah kecil maka harus
dibangun fasilitas pedagang pengecer yang memasarkan ikan dalam bentuk segar
atau olahan.
Sementara untuk memenuhi permintaan pasar ekspor harus dibangun unit
pedukung. Unit ini merupakan bagian dari unit pemasaran ikan dengan orientasi
ekspor. Unit ini terdiri dari beberapa subunit seperti pembekuan dan
penyimpanan, pengolahan, dan pengepakan. Unit pemasaran ini juga harus
didukung armada ekspedisi yang mampu mengangkut produk ikan tenggiri ke
negara-negara yang menjadi tujuan ekspor adalah Jepang, Malaysia, Singapura,
Hongkong, Eropa dan Amerika Serikat.
III. DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2009. Alat Tangkap Tenggiri. [Terhubung berkala]. http://hobiikan.
com/2009/02/jenis-jenis-alat-tangkap-rumpon.html. [7 Desember 2009]
[Anonim]. 2009. Database Perekonomian perikanan.[Terhubung berkala].
http://www.pipp.dkp.go.id [03 Desember 2009]
[Anonim]. 2008. Gambar Ikan Tenggiri. [Terhubung berkala].
http://images.google.co.id/imgres?
imgurl=http://auxis.tripod.com/fis10.jpg&imgrefurl [9 Desember 2009]
[Anonim]. 2009. Ikan Tenggiri. [Terhubung berkala].
http://richocean.wordpress.com/ikan-laut/ikan-tenggiri.html
[10 Desember 2009]
[Anonim]. 2009. Kapal Penangkapan Ikan Tenggiri. [Terhubung berkala].
http://www.bangkabaratkab.go.id/bappeda/index.php [7 Desember 2009]
Anonim. 2009. Scomberomorus commerson. http://fishbase.com/NoRecord.cfm?
Type
=Summary&genusName=scromberomorus&genusOp=EQUAL&speciesNam
e=commerson&speciesOp=contais [11 Desember 2009]
Anonim. 2009. Pelabuhan. http://pipp.dkp.go.id/pipp2/pelabuhan.html?
idplb=090101 [11 Desember 2009]
Diniah. 2008. Pengenalan Perikanan Tangkap. Bogor: Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan FPIK IPB.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Bandung : Armico.
Ditjen Perikanan Tangkap. 2006. Statistik perikanan tangkap Indonesia, 2004.
Jakarta: Ditjen Perikanan Tangkap.
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2007. Kebijakan dan program
prioritas Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Makalah
disampaikan dalam Rakornas Departemen Kelautan dan Perikanan tahun
2007. Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan.
Erdman MV and L Pet-Soede. 1986. How Fresh is to Fresh? The Live Reef Food
Fish Trade in Eastern Indonesia. Naga, ICLARM Q, 19 (1) : 4-8.
FAO. 2001. The state of World Fisheries and Aquaculture 2000. Roma: Food and
Agricultural Organization of the United Nations. 125 p
Hasan, Z. 1983. A Model Spindle Afferent Response to Muscle Stretch. J
Neurophys. 49,989-1006.
Saanin, H.1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bandung : Binacipta
Shiddieqy, M. Ikhsan. 2005. Tenggiri Ikan Laut Sejuta Potensi. Bandung :
Fakultas Peternakan Unpad.
Suherman. 2002. Sistem Pemasaran Ikan di Pelabuhan Perikanan Pelabuhan Ratu.
[Skripsi]. Universitas Brawijaya, Malang.
IV. LAMPIRAN

You might also like