Professional Documents
Culture Documents
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad
Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working
definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.
Sejarah globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi
dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila
ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal
perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari
Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti
misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Berkas:Mcdonalds oslo 2.jpg
Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan
telah terjadinya [[Berkas:globalisasi
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan
Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi
Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut
Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang
muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial
dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa
Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal
ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan
antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan
teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula
kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di
dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga
memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak
politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di
Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British
Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini
tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin
berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi
pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan
dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang
bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan
transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.]]
Reaksi masyarakat
Gerakan pro-globalisasi
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-
larangan dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan ini
dapat melindungi produksi dalam negeri, namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan
biaya produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para
pro-globalisme tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka
menginginkan dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang
dapat ditekan, akibatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan meningkat,
kemakmuran akan meningkat dan begitu seterusnya.
Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia dan IMF, mereka
berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana
kepada suatu negara, bukan kepada suatu koperasi atau perusahan.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme
• Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah.
• Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada
suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-
bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut
telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan
sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian
tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut
mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain
dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya
bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan
dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan
mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat
yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak
pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-
situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone.
Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk
dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh
riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang
menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral
generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda.
Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta
terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi
muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak
memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada
pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh
negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai
nasionalisme antara lain yaitu :
Menjawab dan mengantisipasi dampak perdagangan internasional abad XXI, tidak ada
jalan lain kecuali harus menempatkan “Manajemen Penegakkan Hukum Bisnis
Internasional” sebagai misi strategis dalam mewujudkan ketahanan ekonomi nasional di
tengah globalisasi ekonomi yang sudah dan sedang berlangsung akhir-akhir ini.[14]
Semakin baik dalam suatu negara hukum itu berfungsi, maka semakin tinggi tingkat
kepastian hukum nyata. Sebaliknya, bila suatu negara tidak memiliki sistem hukum yang
berfungsi secara otonom, maka semakin kecil pula tingkat kepastian hukumnya.[15]
Perkembangan dalam teknologi dan pola kegiatan ekonomi membuat masyarakat di dunia
semakin saling bersentuhan, saling membutuhkan, dan saling menentukan nasib satu
sama lain, tetapi juga saling bersaing. Hal ini secara dramatis terutama terlihat dalam
kegiatan perdagangan dunia, baik di bidang barang-barang (trade in goods), maupun di
bidang jasa (trade in services). Saling keterkaitan ini memerlukan adanya kesepakatan
mengenai aturan main yang berlaku. Aturan main yang diterapkan untuk perdagangan
internasional adalah aturan main yang berkembang dalam sistem GATT/WTO.[16]
Dibalik usaha keras menciptakan globalisasi hukum, tidak ada jaminan bahwa hukum
tersebut akan memberikan hasil yang sama di semua tempat. Hal tersebut disebabkan
oleh perbedaan politik, ekonomi dan budaya. Hukum itu tidak sama dengan kuda, orang
tidak akan menamakan keledai atau zebra adalah kuda, walau bentuknya hampir sama,
kuda adalah kuda. Hukum tidak demikian, apa yang disebut hukum itu tergantung kepada
persepsi masyarakatnya.[18]
E.C.W. Wade dan Godfrey Philips menyatakan tiga konsep mengenai “Rule of Law”
yaitu The Rule Of Law mendahulukan hukum dan ketertiban dalam masyarakat yang
dalam pandangan tradisi barat lahir dari alam demokrasi; The Rule of Law menunjukkan
suatu doktrin hukum bahwa pemerintahan harus dilaksanakan sesuai dengan hukum; The
Rule of Law menunjukkan suatu kerangka pikir politik yang harus diperinci oleh
peraturan-peraturan hukum baik substantif maupun hukum acara.[20] Berbagai unsur dari
pengertian Rule of Law tersebut haruslah dilaksanakan secara keseluruhan, bukan
sepotong-sepotong, dan dalam waktu bersamaan. Pengecualian dan penangguhan salah
satu unsurnya akan merusak keseluruhan sistim.
Pada tataran ide normatif dalam GBHN, hukum secara tegas diletakkan sebagai
pendorong pembangunan, khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan
amanat ini, maka hukum tentu sangat memerlukan dukungan yang terdiri dari personalia
yang profesional dan beretika, organisasi yang kapabel dan berdaya guna, serta peradilan
yang bebas dan berhasil guna. Semuanya ini adalah sebagian prasyarat konsepsional yang
paling di butuhkan dalam konteks kekinian Indonesia.[21] Sayangnya, ketika memasuki
tataran implementasi-sosiologis, selain tampak dengan jelas berbagai hal yang
menggembirakan, terlihat pula adanya “peminggiran” peran hukum dalam upaya
mencapai kemajuan bangsa yang telah dicanangkan. Dalam berbagai arena pergulatan
hidup masyarakat, terkadang dengan mudah dilihat atau dirasakan kemandulan peran dan
fungsi hukum
Situasi politik global tahun 2008 masih menunggu perkembangan terbaru khususnya
dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat bulan November. Situasi dunia akan berubah
jika Hillary Clinton atau Barack Obama terpilih sebagai presiden.Timur Tengah masih
bergolak dimana situasi di Palestina dan Irak masih panas.
Iran masih menjadi kuda hitam dalam pertarungan dengan negara adidaya Amerika
Serikat. Isu nuklir akan tetap dominan dan dua negara yang menghadapi Amerika – Rusia
dan Cina – akan mewarnai percaturan politik dalam isu nuklir Iran.Di Asia Timur, Korea
Utara masih akan menjadi fokus perhatian karena perlucutan nuklir Pyongyang bisa saja
terganggu dengan berbagai kendala lainnya.Birma masih menjadi perhatian karena Aung
Sang Suu Kyi masih ditahan dan rejim militer tidak surut untuk mempertahankan diri.
Ekonomi dunia akan tetap rawan karena kredit bermasalah perumahan di Amerika tidak
akan selesai dalam waktu singkat. Lubang hitam kredit macet ini akan sangat besar jika
terungkap seluruhnya. Disinilah pasar saham akan terpengaruh besar seperti dirasakan
sekarang.
TEORI GLOBALISASI
• Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki
konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia
berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang
diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para
globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses
tersebut.
• Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini
yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional.
• Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada
sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah
tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun
1000 dan 1500 M.
• Saat itu, para pedagang dari Cina dan India mulai menelusuri negeri lain baik
melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera ) maupun jalan laut untuk
berdagang.
• Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang
, Cina , Vietnam , Indonesia , Malaka , India , Persia , pantai Afrika Timur , Laut
Tengah , Venesia , dan Genoa .
• Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan
keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi
dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet .
• Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh
besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
• ase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin
berakhir dan komunisme di dunia runtuh.