You are on page 1of 14

Judul: Dasar-Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Lepas

Dari Segala Tuntutan Hukum

Nama: M. Firmansya NPM: 0612011034

A. Latar Belakang

Perkembangan paradigma hukum pada masa sekarang ini sangatlah

multidimensional khususnya perkara pidana dan perkara perdata. Perkembangan

tersebut membawa kita untuk lebih melangkah maju dan mendorong kita untuk

menyikapi sesuatu dengan berpola pikir secara kritis dalam melihat suatu kasus.

Dari banyak kasus yang ditemui dalam praktek persidangan salah satunya adalah

kasus yang semula diajukan sebagai perkara pidana lalu diputus lepas dari segala

tuntutan hukum oleh Pengadilan Negeri. Adalah merupakan suatu kenyataan

bahwa seorang hakim di dalam pengambilan keputusan perlu mempertimbangkan

dalil-dalil mana yang benar menurut hukum dengan memperhatikan fakta-fakta

yang dikemukakan serta alatalat bukti yang diajukan agar dapat ditentukan suatu

putusan yang adil dan tepat.

Pertimbangan tersebut akhirnya digunakan dalam menentukan pengambilan

keputusan. Bagi majelis hakim cara yang dapat digunakan dalam mengambil

keputusan adalah melalui musyawarah majelis hakim dalam perkara yang tidak

diperiksa oleh Hakim Tunggal.

Kesepakatan dalam mengambil keputusan tersebut dapat ditempuh dengan dua


kemungkinan yaitu pertama, putusan diambil melalui suara terbanyak, atau kedua

jika tidak diperoleh suara terbanyak maka dipakai pendapat hakim yang paling

menguntungkan bagi terdakwa. Pengambilan keputusan tersebut didasarkan pada

surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam persidangan. Dalam pasal 1

(22) KUHAP dimuat pengertian suatu pengadilan adalah:

“Pernyataan hakim yang diucapkan dalam suatu sidang pengadilan terbuka yang
dapat berupa (1) pemidanaan, (2) bebas atau (3) lepas dari segala tuntutan hukum
dalam hal serta menurut cara yang diatur undang-undang”.

Putusan pemidanaan dijatuhkan menurut pasal 193 (1) KUHAP jika pengadilan

berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan perbuatan pidana yang

didakwakan kepadanya sedangkan putusan bebas menurut 191 (1) KUHAP jika

pengadilan berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di sidang, kesalahan

terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah

dan meyakinkan. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum mengacu pada pasal

191 (2) KUHAP.

Berdasarkan hal tersebut mendorong penulis untuk mengambil judul skripsi ini

tentang: “Dasar-Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Lepas

Dari Segala Tuntutan Hukum.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup


1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka permasalahan yang timbul dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan lepas dari segala tuntutan hukum?

2. Bagaimanakah hak terdakwa yang masih dalam tahanan ketika mendapat

putusan lepas dari segala tuntutan hukum?

2. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian skripsi ini meliputi substansi penelitian

dasar-dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala

tuntutan hukum, sedangkan lingkup lokasi penelitian di wilayah hukum

Pengadilan Negeri Kelas I A Tanjung Karang.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui

apa yang menjadi dasar pertimbangan bagi hakim dalam menjatuhkan putusan

lepas dari segala tuntutan hukum.

2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis , untuk memperluas dan memperdalam pemahaman penulis tentang

dasar-dasar petimbangan bagi hakim dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala

tuntutan hukum.

b. Kegunaan Praktis

Secara praktis, menjadi bahan masukan bagi kalangan praktisi hukum, khusus

yang bergerak dalam bidang penyelenggeraan peradilan pidana dan

kemasyarakatan serta memberikan gambaran tentang dasar pertimbangan hakim

dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

D. Kerangka Teoretis dan Konseptual

1. Kerangka Teoretis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi

dari hasil pemikiran atau kerangka acauan yang pada dasarnya untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi-dimensi yang dianggap relevan oleh peneliti

(Soedjono Soekanto, 1986 : 125).

Dalam pernyataan hakim yang diucapkan dalam suatu sidang pengadilan terbuka

yang dapat berupa pemidanaan, bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum

dalam hal serta menurut cara yang diatur undang-undang. Dalam hal putusan

lepas dari sgeala tuntutan hukum diatur dalam Pasal 191 ayat (2) :

“Jika pengadilan berpendapat bahwa perbuatan yang didakwakan képada terdakwa


terbukti, tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka terdakwa
diputus lepas dari segala tuntutan hukum.”
Berbeda dengan putusan bebas, karena dalam hal menjatuhkan putusan bebas

hakim melihat kepada pembuktian yang ada berdasarkan Undang-Undang, dimana

tidak terbukti secara sah dan meyakinkan seseorang melakukan tindak pidana

(Pasal 191 ayat (1) KUHAP).

Seorang hakim dapat menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum dapat

melihat beberapa alasan yaitu rechtvaardigingsgronden (alasan-alasan yang

membenarkan) dan schulduiltsluitingsgronden (alasan-alasan yang

menghilangkan kesalahan) hanya menghilangkan pertanggungjawaban

(toerekenbaarheid) pembuat atas peristiwa yang dilakukannya. Umum diterima

pendapat bahwa rechtvaardigingsgronden menghapuskan suatu peristiwa pidana,

yaitu perbuatan yang bersangkutan bukan suatu peristiwa pidana. Walaupun

sesuai dengan rumusan perbuatan yang dilarang dalam undang-undang.

Sedangkan dalam hal schulduiltsluitingsgronden perbuatan yang bersangkutan

tetap merupakan suatu peristiwa pidana tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan

(toegerekend) kepada pembuat, (Mr. Drs. E. Utrecht,1986 : 346-347) hal ini

dapat dilihat dalam Pasal 49 KUHP ayat (1) dan (2).

Pasal 49 :

1) Barangsiapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan, karena ada


serangan atau ancaman serangan ketika itu yang melawan hokum, terhadap
diri sendiri maupun orang lain; terhadap kehormatan kesusilaan
(eerbaarheid) atau harta benda sendiri maupun orang lain, tidak dipidana.

2) Pembelaan terpaksayang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh


kegoncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu,
tidak dipidana.

Schulduiltsluitingsgronden dapat dibagi dalam :

a. Ontoerekeningsvatbaarheid;

b. Overmacht (Pasal 48 KUHP);

c. Noodweer-exces (kelebihan pembelaan darurat);

d. Ambtelijk bevel door onbevoegd gezag (perintah yang dikeluarkan oleh

suatu pejabat (jabatan) yang tidak berkuasa (berhak).

Sedangkan Rechtvaardigingsgronden dapat dibagi dalam:

a. Noodtoestand (keadaan darurat)

b. Noodweer (pembelaan darurat)

c. Wettelijk voorrschrift (melaksanakan peraturan peundang-undangan)

d. Bevoegd gezag (perintah yang dikeluarkan oleh suatu pejabat)

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara

konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan

dengan istilah yang ingin atau akan diteliti (Soerjono Soekanto, 1986 :132).

Adapun pengertian dasar dari istilah-istilah yang akan digunakan dalam penulisan

skripsi ini adalah meliputi :

a. Hakim, adalah pejabat yang melakukan kekuasaan kehakiman yang diatur

dalam undang-undang (Undang-Undang No. 4 Tahun 2004).


b. Putusan lepas dari segala tuntutan/onslag van rechtvervolging, adalah putusan

yang dijatuhkan oleh majelis hakim karena perbuatan yang didakwakan kepada

terdakwa terbukti tetapi perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana.

c. Dasar pertimbangan hakim adalah dasar yang menjadi rujukan hakim dalam

menjatuhkan suatu putusan berdasarkan fakta-fakta yang ada dalam persidangan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dan memahami skripsi ini secara keseluruhan, maka

sistematika penulisannya disusun sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang, permasalahan dan

ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual,

serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab tinjauan pustaka yang menguraikan mengenai hakim, putusan

lepas dari segala tuntutan/onslag van rechtvervolging,

III. METODE PENELITIAN

Merupakan bab yang berisikan uraian mengenai pendekaan masalah, sumber dan

jenis data, penentuan populasi dan sampel, prosedur pengolahan dan pengumpulan

data, serta analisis data.


IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berupa hasil penelitian dan pembahasan yang terbagi dalam sub bab mengenai

dasar pertimbagan hakim dalam menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan

hukum dan hak terdakwa yang masih dalam tahanan ketika mendapat putusan

lepas dari segala tuntutan hukum.

V. PENUTUP

Merupakan bab penututp yang berisikan kesimpulan dan saran.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang dilakukan melalui dua cara yaitu sebagai berikut::

a. Yuridis Normatif

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menelaah dan mengkaji peristiwa-peristiwa yang

berkaitan dengan norma-norma atau peraturan perundang-undangan yang terdapat di

dalam bahan kepustakaan, baik berupa literatur, dokumen-dokumen pendukung yang ada

hubungannya dengan masalah saksi mahkota, terutama yang tercantum dalam KUHAP

maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Yuridis Empiris

Pendekatan ini dilakukan dengan penelitian di lapangan dengan melihat fakta-fakta dalam

praktek secara langsung tentang kekuatan saksi mahkota sebagai alat bukti dalam proses

pembuktian perkara pidana.


2. Sumber dan Jenis Data

a. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data lapangan dan data

kepustakaan

b. jenis data yang digunakan dalama penelitian meliputi data primer dan

sekunder.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka, baik berupa bahan

hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier,

1) Bahan hukum primer terdiri dari :

a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang KUHAP;

b) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman;

2) Bahan hukum sekunder terdiri dari:

a) Penjelasan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 (Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

b) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan KUHAP;

c) Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 (Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3258)

d) Keputusan Menteri Kehakiman RI no.-M-01-PW-07 003 Tahun 1982

Tentang Pedoman Pelaksanaan KUHAP;

e) Peraturan-peraturan lain yang timbul dalam praktek.

3) Bahan Hukum Tersier, yaitu karya-karya ilmiah, bahan seminar, literature


dan pendapat para sarjana yang berkaitan dengan pokok permasalahan

yang dibahas.

Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari penelitian dilapangan

pada obyek yang diteliti, beberapa keterangan dari aparat penegak hukum di

kejaksaan dan pengadilan negeri yang berhubungan dengan pembahasan

permasalahan dalam skripsi ini.

3. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang cirri-cirinya akan

diduga (Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1989: 152).

Sampel adalah sesuatu yg digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yg lebih

besar atau bagian kecil yg mewakili kelompok atau keseluruhan yg lebih besar; percontoh

(kbbi.web.id)

Populasi yang diambil penulis adalah jaksa, hakim, serta advokat. Untuk

menentukan sampael dari populasi digunakan metode purposive sampling yang

berarti bahwa dalam menentukan sampel disesuaikan dengan tujuan yang hendak

dicapai dan kedudukan masing-masing sampel yang dianggap telah mewakili

populasi terhadap masalah yang hendak diteliti secara hierarki sebagaimana

tersebut di atas maka sampel dalam penelitian ini adalah:

a) Hakim : 2 orang

b) Jaksa : 2 orang

c) Advokat : 1 orang +
Jumlah 5 orang

4. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulka data, penulis menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Data sekunder dilakukan dengan cara :

1) Studi dokumentasi, yaitu mempelajari bahan-bahan hukum primer maupun

bahan hukum sekunder yang berhubungan dengan penelitian yang

dilakukan.

2) Studi Pustaka, yaitu dengan mempelajari bahan hukum tersier yang

berhubungan dengan dasar hakim dalam menjatuhkan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum.

b. Data primer, dilakukan dengan mengadakan studi lapangan di Pengadilan

Negeri Klas 1A Tanjung Karang.

Metode yang dipergunakan untuk memperoleh data primer adalah :

1) Pengamatan tidak terlibat (Non participant observation), yaitu dengan

langkah melakukan pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang


berhubungan dengan masalah yang akan diteliti;

2) Wawancara, yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi

dengancara beratanya secara langsung kepada responden yaitu Hakim

Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang.

2. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh baik yang berua data sekunder maupun data primer akan

diolah dengan melalui beberapa cara antara lain :

a. Editing, yaitu dengan cara memeriksa dan meneliti ulang terhadap data

yang teah diperoleh untuk menjamin apakah data terrsebut benar-benar

lengkap atau tidak kejelasannya atau relevansinya bagi penelitian;

b. Koding, yaitu dengan memberikan kode (tanda) terhadap data yangntelah

diterima dan sejenis sesuai dengan bidang-bidang pembahasan, sehingga

data-data tersebut dapat dengan mudah untk dianalisis.

5. Analisis Data

Pada kegiatan ini data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif

kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan data yang dihasilkan dari penelitian di

lapangan ke dalam bentuk penjelasan, yakni mengenai keterangan-keterangan

yang diberikan oleh aparat penegak hukum yang mengetahui yang berkaitan

dengan pembahasan skripsi ini.

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui serta diperoleh kesimpulan secara

induktif, yaitu cara berfikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang

didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.


DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Andi Zainal Prof. DR, SH. 1987. ASAS-ASAS HUKUM PIDANA
BAGIAN PERTAMA. Bandung : Alumni

Utrecht, E., Mr. Drs. 1986. HUKUM PIDANA I. Surabaya: Pustaka Tinta Mas

Affandi, Wahyu. 1993. TENTANG MELAKSANAKAN PUTUSAN HAKIM.


Alumni Bandung

Prodjohamidjojo, Martiman. 1991. KEMERDEKAAN HAKIM KEPUTUSAN


BEBAS MURNI (ARTI DANMAKNA). Simplex. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum


Acara Pidana (KUHAP)

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

You might also like