Professional Documents
Culture Documents
NPM :23011OO70075
Perikanan B
1. GMP adalah cara / teknik berproduksi yang baik dan benar untuk menghasilkan produk yang
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan. Dengan menerapkan GMP maka akan
dihasilkan produk yang sama, yaitu memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan.
Untuk menghasilkan produk yang memenuhi syarat mutu dan keamanan pangan, maka produk
tersebut harus diproduksi berdasarkan alur proses nya. Penggunaan alur proses yang didasarkan
pada GMP akan menghasilkan produk dengan kualitas yang sama, meskipun pelakunya berbeda.
2. Syarat – syarat dari kata yang dicetak tebal pda artikel
a. bahan kimia
Penggunaan bahan tambahan yang tidak sesuai diantaranya adalah:
a. Pewarna berbahaya (rhodamin B. methanyl yellow dan amaranth) yang ditemukan terutama
pada produk sirop, limun, kerupuk, roti, agar/jeli, kue-kue basah, makanan jajanan (pisang
goreng, tahu, ayam goreng dan cendol). Dari sejumlah contoh yang diperiksa ditemukan 19,02%
menggunakan pewarna terlarang;
b. Pemanis buatan khusus untuk diet (siklamat dan sakarin) yang digunakan untuk makanan
jajanan. Sebanyak 61,28% dari contoh makanan jajanan yang diperiksa menggunakan pemanis
buatan;
c. Formalin untuk mengawetkan tahu dan mie basah; dan
d. Boraks untuk pembuatan kerupuk, bakso, empek-empek dan lontong.
b. Pengendalian pest
Agar kesehatan anda terjaga dan lingkungan anda terbebas dari
serangga dan hama.
General Pest Control pengendalian terhadap :
* nyamuk, kecoa, lalat, semut
Rodent Control pengendalian terhadap :
* tikus, musang, ular, biawak
Termite Control pengendalian terhadap :
* rayap
c. Toilet dan tempat cuci tangan/sepatu
• Sediakan fasilitas toilet yang cukup memadai jumlahnya dan dekat
dengan tempat kerja.
• Sediakan fasilitas cuci tangan yang terpisah dan memadai jumlahnya
lengkap dengan sabun atau pencuci tangan.
• Jamin toilet dan fasilitas cuci tangan dibersihkan secara teratur dan
dalam kondisi sanitasi yang baik.
• Bila memungkinkan, sediakan toilet yang terpisah antara wanita dan
laki-laki. Jika tidak, pastikan privasi dan kenyamanan para pekerja
saat menggunakan toilet.
• sediakan tempat penyimpanan sepatu yang diusahakan jauh dari tempat pembuatan pangan.
3. Ikan Tongkol (Auxis thazard) merupakan salah satu jenis ikan yang
sering diolah menjadi ikan pindang. Ikan pindang mempunyai kadar protein
yang sangat tinggi yaitu sekitar 20%. Disamping itu, protein yang terkandung
dalam ikan mempunyai mutu yang baik, sebab sedikit mengandung kolesterol
(suatu zat yang bisa menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi) dan sedikit
lemak. Selain itu terdapat berbagai unsur mineral dan vitamin A. Unsur
lainnya adalah asam lemak omega-3, yang sangat bermanfaat untuk
menangkal berbagai penyakit degeneratif.
Dibanding pengolahan ikan asin, pemindangan mempunyai beberapa
keuntungan, yaitu: (1) cara pengolahannya sederhana dan tidak memerlukan
alat yang mahal, (2) hasilnya berupa produk matang yang dapat langsung
dimakan tanpa perlu dimasak terlebih dahulu, (3) rasanya cocok dengan
selera masyarakat Indonesia pada umumnya, (4) dapat dimakan dalam jumlah
yang relatif banyak, sehingga sumbangan proteinnya cukup besar bagi
perbaikan gizi masyarakat (Astawan, 2004c).
Bertitik tolak dari kebutuhan akan protein yang berasal dari ikan baik
yang masih segar maupun yang sudah diawetkan dengan dipindang sangat
penting bagi kita, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
Alur proses
Ikan Tongkol dan Karakteristiknya
Ikan tongkol termasuk keluarga scombroidae, yang ditangkap di Indonesia termasuk genus
Euthymus. Bentuk tubuhnya seperti cerutu dengan kulit licin, sirip dada melengkung, ujungnya
tirus, dan pangkalnya melebar (Djuhanda, 1981).
Menurut Hartuti, dkk (2004), klasifikasi ikan tongkol adalah sebagai berikut:
Phylum : Animalia
Sub phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perchomorphii
Sub ordo : Scombrina
Famili : Scombridae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus affinis
Menurut Syam (2004) ikan tongkol merupakan salah satu jenis ikan yang sering dijadikan
pindang tetapi pindang cepat sekali berlendir dan busuk. Dari segi teknologi pengawetan produk
pindang dapat diklasifikasikan sebagai produk setengah awet (semi preserved). Dibandingkan
dengan ikan segar, pindang masih mungkin sampai mencapai pelosok desa, meningat masih
kurang tersedianya fasilitas pendingin ikan. Dengan demikian upaya untuk memasyarakatkan
makan ikan memperoleh jangkauan yang lebih luas.
Pemindangan
Pemindangan adalah pengolahan ikan yang dilakukan dengan cara merebus ikan dalam susana
bergaram selama waktu tertentu. Setelah selesai pemasakan, biasanya wadah di mana ikan
disusun langsung digunakan sebagai wadah penyimpanan dan pengangkutan untuk dipasarkan
(Budiman, 2004).
Metode
Keunggulan Kelemahan
Penggaraman
Organoleptik
1.
• Nilai minimum 6.5
2. Mikrobiologi
• TPC/ gram Maks 1 x 105 cfu/ gram
• Escherichia coli Maks 3 MPN/gram
• Salmonella *) Negatif
• Vibrio cholera *) Negatif
• Staphylococcus Aureus *) 1 x 10 cfu/ gram
Kimia
3. • Air, % bobot/ bobot, Maks 60
• Garam, % bobot/ bobot Maks 20
Komposisi Kadar
Protein 30 gram
Air 60 gram
153
Energi
kalori