You are on page 1of 4

Sunnah Nabi yang Ditinggalkan

Published: 1 November 2009Posted in: Fiqih

Sunnah (baca:hadits) itu termasuk wahyu. Allah berfirman,

َ ‫) إِ ْن هُ َو إِاَّل َوحْ ٌي ي‬3( ‫ق َع ِن ْالهَ َوى‬


)4( ‫ُوحى‬ ُ ‫َو َما يَ ْن ِط‬

Yang artinya, “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (QS
An-Najm:3-4).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ِ‫أَالَ إِنِّى أُوت‬


ُ‫يت ْالقُرْ آنَ َو ِم ْثلَهُ َم َعه‬

“Ingatlah bahwa aku itu diberi al Qur’an dan yang semisalnya (baca:hadits) bersamanya”
(HR Ahmad no 17213 dari al Miqdam bin Ma’di Yakriba, Syeikh Syuaib al Arnauth
mengatakan, “Sanadnya shahih”).

Hasan bin ‘Athiyyah, seorang tabiin mengatakan, “Jibril itu turun untuk menemui Nabi
dengan membawa sunnah sebagaimana dia turun dengan membawa al Qur’an”.

Allah juga menjamin untuk menjaga sunnah sebagaimana menjaga al Qur’an. Allah
berfirman yang artinya, “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan adz dzikr dan kamilah
yang menjaganya” (QS al Hijr:9). Yang dimaksud dengan adz dzikr dalam ayat ini
mencakup al Qur’an dan sunnah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ َ ُ‫َم ْن َس َّن فِى ا ِإل ْسالَ ِم ُسنَّةً َح َسنَةً فَلَهُ أَجْ ُرهَا َوأَجْ ُر َم ْن َع ِم َل بِهَا بَ ْع َدهُ ِم ْن َغي ِْر أَ ْن يَ ْنق‬
ِ ‫ص ِم ْن أج‬
‫ُور ِه ْم َش ْى ٌء‬
“Barang siapa yang merintis kebiasaan yang baik dalam Islam maka untuknya pahalanya
dan pahala orang yang melakukannya setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun” (HR Muslim no 2398 dari Jarir bin Abdillah).

Hadits ini berkenaan dengan menghidupkan sunnah dan mendorong manusia untuk
melakukannya. Ini semua mengharuskan kita untuk berusaha sungguh-sungguh untuk
turut melestarikan sunnah dan membersihkannya dari noda bid’ah.

Ibnu Abbas mengatakan, “Tidaklah tiba suatu tahun melainkan banyak orang yang
mengada-ada suatu bid’ah dan mematikan suatu sunnah sehingga bid’ah hidup sedangkan
sunnah mati”.

Berikut ini adalah beberapa sunnah/ajaran Nabi yang sudah banyak dilupakan.

1. Bersiwak (gosok gigi) sebelum berwudhu

Seorang muslim dianjurkan untuk bersiwak sebelum berwudhu. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

ِ ‫ق َعلَى أُ َّمتِى ألَ َمرْ تُهُ ْم بِال ِّس َو‬


‫اك َم َع ُك ِّل ُوضُو ٍء‬ َّ ‫لَوْ الَ أَ ْن أَ ُش‬

“Seandainya tidak memberatkan umatku niscaya kuwajibkan mereka untuk bersiwak


setiap kali hendak berwudhu” (HR Ahmad no9930, menurut Syeikh Su’aib al Arnauth
sanadnya shahih menurut kriteria Bukhari dan Muslim).

2. Selalu dalam kondisi berwudhu dan shalat sunah dua rakaat setelah berwudhu

: ‫ ( من هذا ) ؟ قالوا‬: ‫ عن أبيه أن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم سمع خشخشة أمامه فقال‬: ‫عن عبد هللا بن بريدة‬
‫ يارسول هللا ما أحدثت إال توضأت وال توضأت إال رأيت أن هلل‬: ‫ ( بما سبقتني الى الجنة ) ؟ فقال‬: ‫بالل فأخبره وقال‬
) ‫ ( بها‬: ‫علي ركعتين أصليهما قال صلى هللا عليه و سلم‬

Dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mendengar suara di depannya (di dalam surga, pent), lalu bertanya, ‘Siapa
ini?’. Para malaikat mengatakan, ‘Bilal’. Hal ini lantas diceritakan oleh Nabi kepada Bilal
seraya bertanya, “Dengan sebab apa engkau bisa mendahuluiku ke surga?”. Bilal berkata,
“Wahai rasulullah, tidaklah aku berhadats melainkan aku berwudhu dan tidaklah aku
berwudhu melainkan aku shalat sebanyak dua rakaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Memang karena itu” (HR Ibnu Hibban no 7087, Syeikh Syu’aib al
Arnauth mengatakan, ‘Sanadnya shahih sesuai dengan kriteria Muslim’).

3. Menjilati ujung jari setelah selesai makan

4. Makan dengan menggunakan tiga jari

5. Memakan makanan yang jatuh setelah kotoran yang melekat dibuang


Dalam Shahih Muslim terdapat bab yang berjudul, “Anjuran menjilati jari dan piring
(setelah selesai makan, pent) serta memakan suapan yang jatuh setelah kotoran yang
melekat dibersihkan dan dimakruhkan membersihkan tangan sebelum dijilati”.

ُ‫ال « إِنَّ ُك ْم الَ تَ ْدرُونَ فِى أَيِّ ِه ْالبَ َر َكة‬ َ َ‫ْق األ‬
َ َ‫صابِ ِع َوالصَّحْ فَ ِة َوق‬ ِ ‫ أَ َم َر بِلَع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬
َّ ِ‫» ع َْن َجابِ ٍر أَ َّن النَّب‬.

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi memerintahkan untuk menjilati jari jemari dan piring
makan. Nabi bersabda, “Kalian tidak mengetahui di bagian makanan yang mengandung
barokah” (HR Muslim no 5420).

‫ط َما َكانَ بِهَا ِم ْن أَ ًذى‬ ْ ‫ت لُ ْق َمةُ أَ َح ِد ُك ْم فَ ْليَأْ ُخ ْذهَا فَ ْليُ ِم‬


ْ ‫ « إِ َذا َوقَ َع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ع َْن َجابِ ٍر قَا َل ق‬
ُ‫ى طَ َعا ِم ِه ْالبَ َر َكة‬
ِّ َ‫صابِ َعهُ فَإِنَّهُ الَ يَ ْد ِرى فِى أ‬ َ ‫أ‬ ‫ق‬ ‫ع‬‫ل‬ْ ‫ي‬ ‫ى‬ َّ ‫ت‬‫ح‬ ‫ل‬
َ َ َ َ َ ِ ِ ِ ِ ََُ َ َْ َ ِ‫ي‬‫د‬‫ن‬ْ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫د‬‫ي‬ ْ‫ح‬ ‫س‬ ‫م‬‫ي‬ َ ‫ال‬‫و‬ ‫ان‬ َ ‫ط‬ ْ
‫ي‬ َّ
‫ش‬ ‫ل‬ِ َ َ َ َ‫» َو ْليَأْ ُك ْلهَا َوال‬.
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ع‬ْ ‫د‬‫ي‬

Dari Jabir, Rasulullah bersabda, “Jika ada suapan makanan yang jatuh maka hendaknya
diambil, kotoran yang melekat dibuang lalu dimakan. Jangan biarkan suapan makanan
tersebut untuk setan. Janganlah kalian bersihkan tangan kalian sesudah makan dengan
sapu tangan hingga kalian jilati terlebih dahulu jari jemari kalian karena kalian tidak tahu
secara pasti letak dari barokah makanan” (HR Muslim no 5421).

Berdasarkan dua hadits ini jelaslah bahwa menjilati jari atau piring bukan hanya
perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagaimana dalam dua hadits di atas.

‫ق يَ َدهُ قَب َْل أَ ْن‬


ُ ‫صابِ َع َويَ ْل َع‬ ِ َ‫ يَأْ ُك ُل بِثَال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ك ع َْن أَبِي ِه قَا َل َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ث أ‬ ِ ‫َع ِن ا ْب ِن َك ْع‬
ٍ ِ‫ب ْب ِن َمال‬
‫يَ ْم َس َحهَا‬.

Dari Ka’ab bin Malik, adalah menjadi kebiasaan rasulullah makan dengan menggunakan
tiga jari dan menjilati tangan sebelum diusap (dengan sapu tangan, pent) (HR Muslim no
5417).
Anjuran untuk makan dengan tiga jari itu berlaku untuk makanan yang memungkinkan
mennggunakan tiga jari semisal korma, roti dll. Adapun makanan yang tidak
memungkinkan semisal bubur atau yang lainnya maka tidak berlaku anjuran untuk makan
dengan tiga jari.

6. Duduk di tempat shalat setelah shalat shubuh hingga matahari terbit

ْ ‫صالَّهُ َحتَّى ت‬
‫َطلُ َع ال َّش ْمسُ َح َسنًا‬ َ َ‫صلَّى ْالفَجْ َر َجل‬
َ ‫س فِى ُم‬ َّ ِ‫ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َس ُم َرةَ أَ َّن النَّب‬.
َ ‫ َكانَ إِ َذا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ى‬

Dari Jabir bin Samurah, sesungguhnya di antara kebiasaan Nabi adalah duduk di tempat
shalatnya setelah shalat shubuh sampai matahari agak meninggi (HR Muslim no 1558).

ْ ‫صلَّى ْال َغدَاةَ فِى َج َما َع ٍة ثُ َّم قَ َع َد يَ ْذ ُك ُر هَّللا َ َحتَّى ت‬


‫َطلُ َع‬ َ ‫ « َم ْن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ك قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن أَن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬
َ َ ْ ْ َّ
‫صلى َرك َعتَ ْي ِن َكانَت لهُ َكأجْ ِر َح َّج ٍة َو ُع ْم َر ٍة تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة‬ ُ َّ
َ ‫» الش ْمسُ ث َّم‬.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Siapa yang shalat shubuh berjamaah
kemudian dudukmengingat Allah hingga matahari terbit kemudian shalat sebanyak dua
rakaat, maka untuknya pahala sebagaimana pahala haji dan umrah yang sempurna,
sempurna dan sempurna” (HR Tirmidzi no 586, menurut al Albani, ‘sanadnya hasan’).

Syeikh Abdul Aziz bin Baz berkata, “Seorang perempuan yang shalat shubuh di rumah
lalu duduk di tempat shalatnya untuk mengingat Allah atau membaca alQur’an sampai
matahari meninggi kemudian shalat dua rakaat. Perempuan tadi akan mendapatkan
pahala yang dijanjikan”.

Artikel dari
http://ustadzaris.com/sunnah-nabi-yang-ditinggalkan

You might also like