Professional Documents
Culture Documents
ANALISIS KAWASAN
Dua contoh isu di atas adalah salah satu alasan mengapa kita
perlu memeriksa dan mengkaji ulang Rencana Tindak. Hal ini
diperlukan tiada lain untuk meneguhkan atau menegaskan
kembali bahwa program-program yang diturunkan benar-benar
mengacu pada akar permasalahannya. Setelah itu kemudian
merincikan program-program tersebut ke dalam uraian-uraian
yang lebih bersifat operasional. Paparan tinjauan atau temuan
dari banyak aspek berikut ini merupakan pertimbangan dan/atau
Endapan Permukaan
a. Satuan Batu Pasir Tufan dan Konglomerat/Kipas Aluvium
(Qav)
Tuf halus berlapis, tuf konglomerat berselang-seling dengan tuf
pasiran dan batu apung. Tuf halus, kelabu muda, berlapis
tipis, pejal, merupakan bagian bawah dari satuan ini. Tebal
yang tersingkap sekitar 2 m. Sebagian lapisannya
memperlihatkan perairan sejajar.
Tuf Konglomeratan, putih kekuningan, kemas terbuka,
pemilihan buruk, membundar tanggung-membundar
sempurna, berbutir 1-3 cm, tersusun oleh andesit dan kuarsa,
matrik tuf halus, tebal kira-kira 1,5 m.
Tuf pasiran, kelabu muda, pemilihan buruk, berbutir halus-
kasar, membundar tanggung-membundar, bersusunan
andesitan, bersisipan selang-seling dengan tuf konglomeratan.
Tuf batu apung, kuning kecoklatan, kemerahan, mengandung
konkresi besi (2-3 cm) dan fragmen batu apung, membundar
tanggung sampai membundar, garis te ngah 3-5 cm dan kerikil
kuarsa yang bundar, menindih langsung tuf konglomeratan.
Tebal sekitar 3 m.
Satuan ini membentuk morfologi kipas dengan pola aliran
”dischotomic”. Pengendapanya diduga pada lingkungan darat,
bahan pembentuknya berasal dari batuan gunung api muda di
Dataran Tinggi Bogor. Umur satuan ini diduga Pleistosen Akhir
atau lebih muda. Tebal satuan ini diduga sekitar 300 m.
Satuan ini terlempar sangat luas, dari selatan ke utara. Di
selatan pada lembar Bogor membentuk kipas aluvium (Qa),
sedangkan pada lembar Karawang merupakan satuan
Konglomerat dan Batu Pasir Tufan (Qav).
c. Aluvium (Qa)
Terdiri dari lempung pasir, kerikil , kerakal dan bongkahan.
Endapan ini meliputi endapan pantai sekarang, endapan
sungai dan rawa. Sebaran satuan ini terlampar di sepanjan g
pantai utara dan di sepanjang lembah sungai besar. Endapan
ini menyebar luas ke arah timur pada lembar Karawang yang
terdiri dari endapan sungai muda (Qa), endapan dataran banjir
(Qaf) dan endapan batu dangkal (Qac).
Batuan Sedimen
a. Formasi Klapanunggal
Terdiri dari batu gamping koral dengan sisipan batu gamping
pasiran, napal, batu pasir kuarsa glokonitan dan batu pasir
hijau.
Batu gamping koral, tersusun dari cangkang moluska dan
koral, makin ke atas berubah menjadi batu gamping pasiran,
pejal, be rlapis, kelabu muda, tebal 20-50 cm, kemiringan 20 0
dengan arah jurus timur laut-barat daya. Setempat mempunyai
retakan dengan kemiringan 50-600 ke arah timur laut.
Batu gamping pasiran, kelabu kekuningan, glokonitan,
mengandung moluska, foraminifora dan koral, berlapis baik
dengan tebal 5-20 cm, kemiringan 20-500, setempat sampai 700
dengan arah jurus timur laut-barat daya. Batu gamping ini
berselingan dengan napal dan batu pasir hijau. Beberapa
sayatan sisipnya menunjukkan bahwa batu ini mengandung
glokonit, moluska, foraminifera, echinodermata dan bahan
rombakan berupa kuarsa berhablur tunggal atau banyak,
felspar, fragmen batuan andesitan dan granitan, hornblenda,
biotit, piroksen, epidot, turnalin dan magnetit yang tersemen
oleh sparit dan matrik mikrit.
Napal, kelabu, tidak berlapis dan lunak mengandung
foraminifera, moluska, berhablur priti, berselingan dengan batu
gamping pasiran, tebal 40-200 m. Batu pasir kuarsa
glakoinitan, kelabu kehijauan, banyak mengandung kuarsa,
3.3.2. Hidrogeologi
Wilayah cekungan air tanah Jakarta terbagi ke dalam 4 bagian,
yaitu :
1. wilayah dataran pantai yang meliputi utara Tangerang –
Jakarta – Bekasi, wilayah undak/terrace menempati bagian
tengah cekungan, wilayah batuan dasar Tersier kedap
air/produktif kecil dan wilayah lereng gunung api salak dan
Pangrango.
2. Wilayah dataran pantai dan undak/terrace, merupakan
daerah dengan sistem akuifer dengan aliran air tanah
melalui ruang antar butir, debut sumur umumnya kurang
dari 5 l/dtk terutama terdapat di wilayah Jakarta.
3. Wilayah lereng gunung api Salak dan Pangrango,
merupakan daerah akuifer dengan aliran melalui celahan
dan ruang antar butir, debit sumur umumnya kurang dari 5
l/dtk, setempat lebih dari 5 l/dtk.
4. Wilayah batuan dasar tersier kedap air atau akuifer
produktif kecil (pegunungan sebelah timur dan barat).
Berdasarkan kesebandingan lempung laut dari berbagai sumur
bor endapan kuarter di cekungan air tanah Jakarta, Soekardi
(1992) menyusun penampang hidrogeologi utara – selatan dengan
hasil sebagai berikut :
1. Kelompok Akuifer I, merupakan akuifer tak tertekan
berkedalaman kurang daru 40 meter bmt.
2. Kelompok Akuifer II, merupakan akuifer tertekan atas
dengan kedalaman 40-140 meter bmt.
Tabel 3.5. Deskripsi fisik jenis tanah yang ada dalam daerah
kajian
Jenis Tanah
Keterangan
(USDA)
Tanah abu vulkanik agak lapuk, dengan nilai jenuh
Distrandept rendah, berlapis tanah-bawah, basa dan lapis tanah
atas tebal hitam
Tanah agak lapuk iklim panas dengan nilai jenuh
Distropept
tanah bawah basa yang rendah
Eutropept Tanah iklim panas agak lapuk dengan kejenuhan basa
Penutupan
Gambar 3.7. Batas dan
lahan di
Bentuk DAS Cisadane
bagian hulu
didominasi
oleh lahan
pertanian
semusim dan
daerah
ladang, sawah
dan tegalan.
Khusus
untuk daerah
Cisadane
hulu tertama
di daerah Kec.
Caringin dan
Ciawai yang
meliputi Desa
Pasir Buncir,
Cinagara,
Tangkil,
Lemah Duwur
dan
Pancawati
merupakan
daerah “lahan
gontai” yang
dikuasasi
oleh para
pengembang
yang
merupakan
tanah eks PTP
XI
perkebunan
karet
sehingga
banyak masalah yang berkaitan dengan masalah sosial terkait
dengan status kepemilikan dan masalah sosial terkait dengan
kesempatan kerja yang ada sehingga memerlukan penanganan
yang seksama.
Di bagian selatan
terdapat perumahan
Sentul, Lapang Golf
Sentul dan Gunung
Geulis yang merupakan
hulu dari S. Cikeas,
demikian juga
perumahan dan lapang
Golf di kanan kiri Jl Tol
Jagorawi, di sekitar
Cibinong, Cileungsi dan
Cimanggis memberikan
konstribusi positif
terhadap naiknya debit
S. Cikeas di sekiar
perumahan Villa Indah
Bekasi. Di bagian Sub
DAS Cileungsi terdapat
kawasan industri yang
padat di sekitar Pabrik
semen Cibinong, Pabrik
semen Holcim dan
kawasan industri Branta-
Mulia. Selain itu, di
daerah ini juga terdapat
perumahan-perumahan
seperti Kota Legenda,
Kota Wisata di Cibubur
sehingga Sub DAS
Cileungsi merupakan
daerah yang
menyebabkan naiknya
debit di DAS Kali Bekasi.
Gambar 3.19. Batas dan bentuk
DAS Bekasi
Gambar 3.22. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah
Curah Hujan 3 Harian di Stasiun Citeko (Jan
1985-Feb 2008).
Gambar 3.23. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah
Curah Hujan 3 Harian di Stasiun Halim Perdana
Kusuma (Jan 1977-2006).
Gambar 3.24. (a) Fluktuasi Curah Hujan Harian dan (b) Jumlah
Curah Hujan 3 Harian di Stasiun Soekarno-Hatta
(Jan 1985-Feb 2008).
300.00
250.00
juta m3/hari
200.00
150.00
100.00
50.00
-
1/3/1996 1/4/1996 1/5/1996 1/6/1996
tanggal
Tabel 3.8. Jumlah debit curah hujan wilayah harian setiap DAS
pada kejadian hujan tahun 1996.
Debit curah hujan (juta m3/hari)
No DAS
3-Jan-96 4-Jan-96 5-Jan-96 6-Jan-96 Jumlah
1 Cisadane 27.90 58.02 52.67 101.20 239.79
2 Angke 1.42 0.60 6.87 9.98 18.87
3 Pesanggrahan 2.16 0.01 3.60 7.52 13.28
4 Krukut-Grogol 1.02 - 2.97 13.75 17.75
5 Ciliwung 22.87 16.26 9.13 33.32 81.59
6 Sunter 5.47 - 1.85 10.54 17.86
7 Cakung 5.94 - 1.82 10.55 18.32
8 Bekasi 37.87 8.03 16.42 37.23 99.55
Cengkareng
9 - 0.10 7.22 11.05 18.38
Drain
10 Ancol 1.33 - 1.14 6.00 8.47
11 Tiram 0.69 - 0.23 1.22 2.14
Jumlah 106.67 83.02 103.94 242.35 535.98
250.00
200.00
juta m3/hari
150.00
100.00
50.00
-
1/28/2002 1/29/2002 1/30/2002 1/31/2002 2/1/2002 2/2/2002
tanggal
Tabel 3.9. Jumlah debit curah hujan wilayah harian setiap DAS
pada kejadian hujan tahun 2002.
Debit curah hujan (juta m3/hari)
No DAS
28-Jan 29-Jan 30-Jan 31-Jan 1-Feb 2-Feb Jumlah
600.00
500.00
juta m3/hari
400.00
300.00
200.00
100.00
-
2/2/2007 2/3/2007 2/4/2007 2/5/2007
tanggal
Tabel 3.10. Jumlah debit curah hujan wilayah harian setiap DAS
pada kejadian hujan tahun 2007.
Debit curah hujan (juta m3/hari)
No DAS
2-Feb 3-Feb 4-Feb 5-Feb Jumlah
1 Cisadane 56.28 150.33 77.82 60.54 344.98
2 Angke 17.05 28.05 12.89 5.82 63.80
3 Pesanggrahan 13.12 22.17 9.39 4.31 48.99
4 Krukut-Grogol 25.96 43.69 11.39 9.61 90.65
5 Ciliwung 22.69 46.44 36.51 13.43 119.08
6 Sunter 20.13 32.72 9.17 8.26 70.28
7 Cakung 21.67 38.06 3.96 8.97 72.67
8 Bekasi 49.66 90.32 44.45 19.03 203.46
9 Cengkareng Drain 20.06 48.13 22.55 8.19 98.93
10 Ancol 12.71 23.71 3.42 5.26 45.10
11 Tiram 2.82 4.83 0.01 1.11 8.77
Jumlah 262.16 528.45 231.56 144.53 1,166.71
Bagian hulu DAS Ciliwung mencakup areal seluas 146 km2 yang
merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 300 m
sampai 3.000 m dpl. Di bagian hulu sedikitnya terdapat 7 Sub
DAS, yaitu: Tugu, Cisarua, Cibogo, Cisukabirus, Ciesek,
Ciseuseupan, dan Katulampa. Bagian hulu dicirikan oleh sungai
pegunungan yang berarus deras dan variasi kemiringan lereng
yang tinggi (2-15% , 15-45% dan lebih dari 45%). Kondisi
kemiringan sungai ini menyebabkan aliran air yang dari hulu
sungai berkecepatan tinggi tetapi pada daerah yang landai
kecepatan aliran air berkurang drastis, sehingga aliran air
berpotensi meluap ke luar sungai (Gambar 3.35).
600
St. Katulampa (151 km2)
500 St. Ratujaya (246 km2)
Limpasan (mm)
300
200
100
0
t.
b.
l.
ei.
u.
p.
r.
v.
s.
r.
n.
n.
Ok
Ju
Ma
Ap
No
De
Ag
Se
Fe
Ja
Ju
M
50
St. Katulampa
Debit aliran (m3/dt)
40 St. Ratujaya
St. Kebon Baru
30
20
10
0
n b. r. r. i. n. l.
Ju Agu
. p. t. v. s.
Ja Fe Ma Ap Me Ju Se Ok No De
500
450 Maksimum Minimum
82
84
86
88
90
92
74
94
96
98
00
76
78
02
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
19
20
19
19
20
Gambar 3.37. Fluktuasi Tinggi muka air Sungai Ciliwung Stasiun
Depok.
Hidrograf aliran
600
Q (m3/s) 400
200
0
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3
Jam
Jumlah Kepadatan
Jumlah Penduduk Area
No JABODETABEK Keluarga Penduduk
(jiwa) (Ha)
(KK) (jiwa/Ha)
Kepadatan
Jumlah Penduduk Jumlah
No DAS Area (Ha) Penduduk
(jiwa) Keluarga
(jiwa/Ha)
1 Angke 1.196.038 284.550 23.971 50
2 Cakung 1.185.457 279.056 13.403 88
3 Ciliwung 1.892.980 440.085 37.472 51
4 Cisadane 2.603.699 633.462 140.046 19
5 Kali Bekasi 1.309.246 321.210 51.785 25
6 Krukut & Grogol 2.429.518 555.401 22.199 109
7 Pesanggrahan 1.228.562 285.243 17.737 69
8 Sunter 1.497.439 346.612 15.349 98
-0-