You are on page 1of 22

Pendahuluan

Pembahasan permasalahan Hadist tidak akan terlepas dari kitab-kitab


klasik karya Ulama pada zamannya, akan tetapi jumlah ribuan hadist yang berasal
dari rasulullah tidak semuanya bisa dibukukan dalam artian hingga zaman ini
hadist tersebut banyak yang hilang.

Dalam pembahasan mengenai hadist terdapat criteria-kriteria agar hadist


tersebut bisa diterima kehujahannya dan sebagai dasar bagi hukum, untuk dapat
diterima sebagai kehujjahan yang bersifat menyeluruh baik itu dalam hal aqidah
maupun hal ibadah maka hadist tersebut harus shahih dan mutawatir, untuk
mencari keshahihan hadist dapat diteliti mengenai sanad, kualitas perawi dan juga
mengenai matan hadist tersebut, syarat-syarat hadist shahih antara lain : sanad nya
harus bersambung antara guru dan murid ( Ittashala Sanaduhu ), kualitas perawi
Dhabit dan Adil, begitu juga matan nya harus terhindar dari Syadz dan Illat.

Dalam penelitian sanad untuk mendapatkan kebersambungan sanad, harus


bertemunya kedua perawi hal tersebut terlihat dalam daftar guru murid, dan juga
tahun antara keduanya memungkinkan untuk bertemu, sedangkan untuk kualitas
para perawi dapat diketahui dengan Ilmu Jarh Wa Ta’dil yaitu berupa komentar-
komentar para ulama mengenai perawi tersebut, dua hal diatas dapat dilihat dalam
kitab-kitab mengenai Sejarah Perawi seperti Tahdzib Al-Kamal Li- Al-Asma’i Al-
Rijal karya Al-Mazzy, dan juga dapat dilihat dalam kitab Tahdzib Al-Tahdzib
karya Al-Asqalany.

Dalam penelitian matan kita dapat melihat dari beberapa hal seperti
perbandingan dengan Ayat Al-qur’an dan juga dengan hadist yang lain, begitu
juga dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Syarh Hadist dan beberapa
pendekatan untuk mengetahui pemahaman hadist, seperti pendekatan Korelatif
dan Non Korelatif.

Sehingga dari penelitian tersebut dapat diambil natijah dan mendapatkan


pemahaman hadist yang benar-benar sesuai.

1
Penelitian Sanad

a. Dalam melakukan Takhrij Hadist saya menggunakan penggalan lafadz

hadist yaitu kata ‘asyrah (‫ )عشرة‬yang mana dalam kitab Al-Mu’jam Al-
Mufahras Li Alfadz Al-Hadist Al-Nabawy hadist ini terdapat dalam kitab
Sunan Ibn Majah dalam Kitab Nikah dalam bab Al-Rijal Yuslimu Wa
‘Indahu Aktsar Min ‘Arbati Niswah, kemudian juga terdapat dalam kitab
Sunan Tirmidzi dan dalam Musnad Imam Ahmad 1.

b. Seperti informasi yang didapat dari Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-


Hadist Al-Nabawy hadist ini dalam Kitab Sunan Ibn majah terdapat dalam
Kitab Al-Nikah dalam bab ke 40 yaitu Al-Rijal Yuslimu Wa ‘Indahu Aktsar
Min ‘Arbati Niswah, yang mana hadist ini bernomor 19532.

c. Bunyi hadist tersebut adalah sebagai berikut :

‫ حدثنا معمر عن‬. ‫ حدثنا محمد بن جعفر‬. ‫حدثنا يحيى بن حكيم‬


‫ أسلم غيلن بن سلمة‬- : ‫الزهري عن سالم عن ابن عمر قال‬
‫ فقال له النبي صلى ال عليه و سلم‬. ‫وتحته عشر نسوة‬
. ( ‫) خذ منهن أربعا‬
Yang arti nya:
Menghadits kan kepada kami Yahya Ibn Hakim, menghadits kan kepada
kami Muhammad Ibn Ja’far, menghadits kan kepada kami Mu’amar dari
Al-Zuhri dari Salim dari Ibn Umar berkata : Ghilan Ibn Salamah masuk

1
A .J Wensick , Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Alfadz Al-Hadist Al-Nabawy, juz IV hal 215
2
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah Hadist No 1953 Kitab Nikah, Bab Al-Rijal Yuslimu Wa ‘Indahu
Aktsar Min ‘Arbati Niswah (Beirut : Dar Al-Fikr) juz I hal 612

2
Islam dan dibawahnya sepuluh perempuan (istri), maka Rasulullah SAW
berkata : Ambil lah dari mereka empat3.

d. Kemudian dari hadist tersebut mempunyai ranji sanad, dan susunan ranji
sanad tersebut adalah sebagai berikut :

‫ خذ منهن أربعا‬: ‫قال رسول ال‬

‫سمع‬

‫ابن عمر‬

‫سمع‬

‫سالم‬

‫عن‬

‫الزهرى‬

‫عن‬

‫معمر‬

‫حدثنا‬

‫محمد بن جعفر‬

‫حدثنا‬

3
Ibid

3
‫يحيى بن حكيم‬

‫حدثنا‬

‫ابن ماجة‬
e. Dari penjelasan ranji diatas terdapat periwayatan hadist yaitu melalui
Yahya Ibn Hakim, Muhammad Ibn Ja’far, Mu’amar, Al-Zuhry, Salim, dan
Ibn Umar, Untuk mengetahui kebersambungan sanad dari para perawi
maka dapat di buktikan dengan table dan penjelasan-penjelasan berikut :

No Nama Tahun Guru Murid Komentar


perawi ulama
1 Yahya Ibn L : - Jumlah : 39 Jumlah : 40 • Abu Daud:
Hakim4 U: - orang orang Hafidzan
W:256 H •Muhammad •Ibn Majah Mutaqqinan
Ibn Ja’far • Abu Daud • Al-Nasa’i :
• Kholil Ibn • An-Nasa’i Tsiqoh
Abdul Aziz Hafidz
• Abdul Wahab • Abu ‘Urwah

Al-Tsaqafy Al-Kharany :
Wara’an
Muta’abuda
n
2 Muhammad L: - Jumlah : 11 Jumlah : 34 • Ibn Hibban :
Ibn Ja’far5 U: - orang orang Dzakarahu
W:193 H •Mua’mar • Yahya Ibn Fi Tsiqoh
• Sufyan Al- Hakim • Abdur
Tsauri • Ahmad Ibn Rahman Ibn
• Sufyan Ibn Hanbal Abi Hatim :
4
Al – Mazzy, Tahdzib Al Kamal Fi Asma’i Al-Rijal ( Beirut : Muasasah Al-Risalah, 1980 ). Juz
XXXI Hal 273-276
5
Ibid juz XXV hal 5-9

4
‘Uyainah • Ibrahim Ibn Shoduq
Muhammad • Syu’bah :
Ibn ‘Urwah Tsiqoh
3 Mua’mar L: - Jumlah : 58 Jumlah : 43 • Abu Hatim :
(Mu’amar U: 58 th orang orang Sholih Al-
Ibn Rasyid W:153H • Al-Zuhry •Muhammad Hadist
Al-Azdy Al • Sulaiman Al- Ibn Ja’far • Al-Nasa’i :
6
Khudany) A’masy • Sufyan Ibn Tsiqoh Al-
• Sulaiman Al- ‘Uyainah Ma’mun
Taimy • Amr Ibn • Ibn Hibban :
Dinar Dzakarahu
Fi Tsiqoh,
wa Qala
Kanna
Faqihan,
Muttaqinan,
Hafidzan
4 Al-Zuhry L:50/51/ Jumlah : 155 Jumlah : 156 • Muhammad
(Muhamma 53 H orang orang Ibn Sa’d :
d Ibn U: 72 th •Salim • Mu’amar Tsiqoh,
Muslim Ibn W:124 H • Abdullah Ibn •Abdullah Ibn Katsir Al-
Ubaidillah Umar Dinar Hadist Wa
Ibn •Ali Ibn • Sholih Ibn ‘Ilmu Wa Al-
Abdullah Husain Ibn Katsir Riwayah,
Ibn Syihab)7 Ali Ibn Abi Faqihan,
Thalib Jami’An
• Abu Bakar
Ibn
Munjawaih :
Faqihan
Fadhzilan

6
Ibid juz XXVII hal 303-311
7
Ibid juz XXVI hal 419-443

5
5 Salim L: - Jumlah : 14 Jumlah : 58 • Muhammad
(Salim Ibn U: - orang orang Ibn Sa’d :
Abdullah W:106 H •Abdullah Ibn •Al-Zuhry Kanna
Ibn Umar Umar • Abu Bakar Tsiqoh,
Ibn • Abu Hurairah Ibn Salim Katsir Al-
Khatab)8 • ‘Aisyah Ibn Abdullah Hadist
Ummul Ibn Umar • Sholih Ibn
Mukminin • Muhammad Ahmad :
Ibn wasi’ Tsiqoh
• Ahmad Ibn
Hanbal :
Ashohu Al-
Asanid

Pemaparan biografi para perawi di atas untuk lebih jelasnya adalah sebagai
berikut :

1. Yahya Ibn Hakim

Nama lengkap beliau adalah Yahya Ibn Hakim Al-Maqum dan


kunyah beliau adalah Abu Sa’id Al-Bashry Al-Hafidz, dalam literature
tidak disebutkan mengenai lahir nya Yahya ibn Hakim, yang
disebutkan hanya tahun meninggal yaitu pada tahun 256 H,9 jumlah
guru beliau adalah 39 orang yang mana guru- guru beliau diantaranya
adalah Muhammad Ibn Ja’far Ghundar, Kholil Ibn Abdul Aziz, Abi
Qutaibah Salim Ibn Qutaibah, Abdul Wahab Al-Tsaqofy dan Ya’qub
Ibn Ishaq Al-Hadromy, kemudian dari guru beliau, yang mempunyai
kebersambungan sanad dalam periwayatan adalah Muhammad Ibn
Ja’far Ghundar, sedangkan murid – murid beliau berjumlah 40
orang, diantara murid beliau adalah : Abu Daud, An-Nasa’i, Ibn
Majah, Muhammad Ibn Mush’ab Al-Sanji, Abdullah Ibn ‘Urwah Al-

8
Ibid juz X hal 145-153
9
Ibid. juz XXXI hal 276, lihat juga Al-Asqalany, Tahdzib Al-Tahdzib. ( Beirut: Dar Al-Fikr,
1984 ). juz XI hal 175.

6
Harwy, murid beliau yang mempunyai kebersambungan sanad dalam
periwayatan hadist ini adalah Ibn Majah,

Dari penjelasan diatas sudah pasti kebersambungan sanad terjadi


walaupun tidak disebutkan tahun kelahiran Yahya Ibn Hakim, akan
tetapi dalam daftar guru beliau terdapat Muhammad Ibn Ja’far
Ghundar, begitu juga dalam daftar murid juga terdapat Ibn Majah, dan
juga dalam perawian keduanya menggunakan shighat Khadatsanna
yang mana dari kata tersebut sudah jelas pernah bertemu dengan
pertalian guru-murid, sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa
sanad nya bertemu (Ittashala Sanaduhu).

2. Muhammad Ibn Ja’far

Nama beliau adalah Muhammad Ibn Ja’far al-Hudzaly, kunyah


beliau adalah abu Abdullah dan laqobnya adalah ghundar, tahun lahir
beliau didalam literature tidak disebutkan dan tahun meninggal beliau
terdapat perbedaan Abu Daud dan Ibn Hibban berkata Muhammad ibn
Ja’far meninggal pada bulan Dzulqo’dah tahun 193 H, sedangkan
Muhammad Ibn Sa’ad berkata meninggal tahun 194 H, dari perbedaan
ini saya mengambil tahun yang keterangannya lebih jelas yaitu pada
bulan dzulqo’dah tahun 193 H10.

beliau mempunyai guru yang berjumlah : 11 orang yaitu antara


lain : Husain Al-Mu’alim, Sa’id Ibn Abi ‘Arubah, Sufyan Al-Tsauri,
Sufyan Ibn ‘Uyainah, Syu’bah Ibn Al-Khajaj, Abdullah Ibn Sa’id Ibn
Abi Hind, Abdul Malik Ibn Juraij, Utsman Ibn Ghiyas, ‘Auf Al-
A’roby, Mu’amar Ibn Rasyid, Hisyam Ibn Hasan, dan dari 11 orang
guru, guru yang mempunyai kebersambungan sanad dalam hadist ini
adalah guru beliau yang bernama Mu’amar Ibn Rasyid, sedangkan
murid beliau berjumlah 34 orang, diantara murid-murid beliau yaitu :
Imam Ahmad Ibn Hanbal, Ibrahim Ibn Muhammad Ibn ‘Urwah, Abu
Bakar Abdullah Ibn Muhammad Ibn Abi Syaibah dan Yahya Ibn

10
Al-Mazzy Ibid juz XXV hal 9.

7
Hakim, murid beliau yang mempunyai kebersambungan sanad dalam
periwayatan hadist ini adalah murid beliau yang bernama Yahya ibn
Hakim.

Dari penjelasan diatas sudah pasti kebersambungan sanad terjadi


walaupun tidak disebutkan tahun kelahiran Muhammad Ibn Ja’far,
akan tetapi dalam daftar guru beliau terdapat Mu’amar, begitu juga
dalam daftar murid terdapat Yahya Ibn Hakim, dan juga dalam
perawian keduanya menggunakan shighat Khadatsanna yang mana
dari kata tersebut sudah jelas pernah bertemu dengan pertalian guru-
murid, sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa sanad nya bertemu
(Ittashala Sanaduhu).

3. Mua’mar

Nama lengkap beliau adalah Mu’amar Ibn Rasyid Al-Azdy Al


Khudany, kunyah beliau adalah Abu ‘Urwah, beliau memiliki umur 58
tahun, sedangkan tahun lahir beliau dalam literature tidak disebutkan
dan tahun meninggal beliau terdapat beberapa versi yaitu: 152, 153,
154 dan 158 H, sehingga dari pada itu saya mengambil keterangan
yang lebih lengkap dan lebih banyak yaitu riwayat dari Ibrahim ibn
kholid bahwa beliau meninggal pada bulan romadhon tahun 153 H11,
guru-guru beliau berjumlah 58 orang diantaranya adalah: Muhammad
Ibn Muslim Ibn Ubaidillah Ibn Abdullah Ibn Syihab Al-Zuhry,
Tsumamah Ibn Abdullah Ibn Anas Ibn Malik, Sulaiman Al-A’masy,
Sulaiman Al-Taimy, dari guru beliau yang mempunyai
kebersambungan sanad dalam hadist ini adalah Muhammad Ibn
Muslim Ibn Ubaidillah Ibn Abdullah Ibn Syihab Al-Zuhry atau
biasa disebut Al-Zuhry, sedangkan murid beliau berjumlah 43 orang
diantaranya adalah : Muhammad Ibn Ja’far Ghundar, Sufyan Ibn
‘Uyainah, Amr Ibn Dinar, Muhammad Ibn Amr Al-Waqidi, kemudian
kebersambungan sanad dalam hadist ini adalah melewati Muhammad
Ibn Ja’far Ghundar.

11
Ibid juz XXVIII , hal 311

8
Dari penjelasan diatas sudah pasti kebersambungan sanad terjadi
walaupun tidak disebutkan tahun kelahiran Mu’amar Ibn rasyd, akan
tetapi dalam literature disebut kan umur beliau yaitu 58 tahun,
sehingga jika dihitung tahun lahir maka adalah sebagai berikut : 153-
58= 9512, sehingga tahun lahir beliau adalah 95 H, dan juga dalam
daftar guru beliau terdapat Al-Zuhry, begitu juga dalam daftar murid
terdapat Muhammad Ibn Ja’far Ghundar, , beliau mendapat kan hadist
dengan shighat ‘An atau biasa disebut Mu’an’an, sehingga dapat di
ambil kesimpulan bahwa sanad nya bertemu (Ittashala Sanaduhu).

4. Al-Zuhry

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Ibn Muslim Ibn


Ubaidillah Ibn Abdullah Ibn Syihab Ibn Abdullah Ibn Harist Ibn
Zahroh Ibn Kilab Ibn Muroh Ibn Ka’ab Ibn Lu’ay Ibn Ghalib Al-
Qurasy Al-Zuhry, kunyah beliau Abu Bakar Al-Madany, tahunlahir
beliau terdapat perbedaan pendapat yaitu pada tahu 50 H, 51 H dan 53
H dan tahun meninggal beliau terdapat beberapa pendapat diantara nya
adalah pada tahun 125 H di bulan romadon dan juga ada yang
mengatakan meninggal pada hari malam hari selasa tanggal 17
ramadhon pada Tahun 124H dan dia berumur 72 tahun, sehingga dari
penjelasan tersebut saya mengambil yang lebih banyak keterangan nya
yaitu meninggal pada tanggal 17 ramadhon pada Tahun 124H13, beliau
mempunyai murid berjumlah kurang lebih adalah 155 orang, diantara
nya adalah, Abdullah Ibn Umar, Salim Ibn Abdullah Ibn Umar, Ali Ibn
Husain Ibn Ali Ibn Abi Thalib, Ubaidillah Ibn Abdullah Ibn Umar,
Sai’d Ibn Kholid Ibn Amru Ibn Ustman Ibn Affan, dalam periwayatan
hadist ini beliau mempunya kebersambungan sanad dengan gurunya
yang bernama Salim Ibn Abdullah Ibn Umar ibn Khattab, atau
biasa disebut dengan Salim, sedangkan dari murid beliau kurang lebih
berjumlah 156 orang diantaranya adalah Mu’amar Ibn Rasyid,

12
Tata cara penghitungan dijelaskan pada perkuliahan Ulumul Hadist Semester III Tahun Ajaran
2009-2010 yang di ampu oleh Ibu Dr.Hj. Umi Sumbulah M.Ag
13
Al-Mazzy, Op.Cit Juz XXVI Hal 440-441

9
Abdullah Ibn Dinar, Abdullah Ibn Ziyad Ibn Sam’an, Sholih Ibn
Katsir, dari murid-murid beliau yang mempunyai kebersambungan
sanad dalam hadist ini adalah Mu’amar Ibn Rasyid.

Dari penjelasan diatas terdapat perbedaan pendapat mengenai


tahun lahir, akan tetapi jika kita melihat tahun wafat dan umur beliau
maka dapat disimpulkan bahwa beliau lahir tahun 51 H akhir – 52 H,
kemudian mengenai guru murid terdapat kebersambungan sanad yang
mana dalam daftar guru beliau terdapat Salim Ibn Abdullah Ibn Umar
Ibn Khattab dan juga dari daftar murid beliau juga terdat Mu’amar Ibn
Rasyid, metode mendapatkan hadist dari guru beliau adalah dengan
shighat ‘An, atau biasa disebut metode Mu’an’an dari hal tersebut
dapat di ambil kesimpulan dan telah dibuktikan bahwa proses
transformasi hadist antara guru murid bersambung ( Ittashalla
Sanaduhu ).

5. Salim

Nama lengakap beliau adalah Salim Ibn Abdullah Ibn Umar Ibn
Khatab Al-Qurasy Al-Adwy, kunyah beliau adalah Abu Umar, ada
yang mengatakan juga Abu Abdullah dan Abu Ubaidillah, tahun lahir
beliau dalam literature tidak disebutkan dan tahun meninggal beliau
terdapat perbedaan pendapat ada yang mengatakn tahun 106, 105 dan
108, dari perbedaan itu saya mengambil yang paling lengkap
keterangan nya yaitu pada bulan dzulqo’dah tahun 106 H14, guru-guru
beliau 14 orang yang mana guru beliau antara lain adalah : Abdullah
Ibn Umar Ibn Khatab, Aisyah Ummul Mukminin, Abu Hurairah, dan
Said Ibn Musayyib, dan yang mempunyai kebersambungan sanad
dalam hadist ini adalah Abdullah Ibn Umar Ibn Khatab yang mana
juga merupakan ayahnya, sedangkan dari murid-murid beliau jumlah
nya adalah 58 orang diantara nya adalah : Muhammad Ibn Muslim Ibn
Ubaidillah Ibn Abdullah Ibn Syihab Al-Zuhry, Muhammad Ibn Wasi’,
Abu Bakar Ibn Salim Ibn Abdullah Ibn Umar, Qudamah Ibn Musa,

14
Ibid juz X hal 153 lihat juga Al-Asqalany Op.Cit juz III hal 378.

10
kemudian didalam hadist ini yang mempunyai kebersambungan sanad
adalah Muhammad Ibn Muslim Ibn Ubaidillah Ibn Abdullah Ibn
Syihab Al-Zuhry atau biasa disebut dengan Al-Zuhry.

Dari penjelasan diatas sudah pasti kebersambungan sanad terjadi


walaupun tidak disebutkan tahun kelahiran salim, akan tetapi jika kita
ambil garis tengah yaitu umur nabi, sehingga jika dihitung tahun lahir
maka adalah sebagai berikut : 106-63= 4315, sehingga tahun lahir
beliau adalah 43 H, dan juga dalam daftar guru beliau terdapat
Abdullah Ibn Umar yang juga merupakan ayahnya sendiri, begitu juga
dalam daftar murid terdapat Al-Zuhry , kemudian dalam perawian
dengan dengan guru murid transformasi hadist menggunakan sighat
‘an atau disebut dengan Mu’an’an , sehingga dapat di ambil
kesimpulan bahwa mereka pernah bertemu dan sanad nya bertemu
(Ittashala Sanaduhu).

f. Penjelasan mengenai kualitas para perawi

Hal-hal yang berkaitan dengan penjelasan dan pembuktian kualitas perawi


adalah sebagai berikut :

a. Yahya Ibn Hakim

Kualitas Yahya Ibn Hakim menurut Abu Daud Hafidzan Mutaqinan


sedangkan An-Nasa’I berkata Tsiqoh Hafidzan, dan juga Abu ‘Urwah
berkata Wara’an Muta’abudan16. Dari penjelasan kualitas perawi
tersebut jelas bahwa kualitas perawit tidak diragukan lagi karena
semua komentar berupa ta’dil pada Yahya Ibn Hakim

b. Muhammad Ibn Ja’far

15
Umi Sumbulah. Op.Cit.
16
‫قال أبو‬
Al-Mazzy, Op.Cit juz XXXI hal 276 perkataan Abu Urwah adalah sebagai berikut :
‫عروبة الحراني ما رأيت بالبصرة أثبت من أبي موسى ومن يحيى بن حكيم وكان يحيى يعني بن حكيم‬
‫ورعا متعبدا‬

11
Kualitas Muhammad Ibn Ja’far menurut Ibn Hibban adalah Tsiqoh,
beliau memasukkan Muhammad Ibn Ja’far dalam Kitab Tsiqoh,
sedangkan menurut Syu’bah adalah Tsiqoh, dan menurut Abdurrahman
Ibn Abi Hatim yang bertanya kepada ayahnya tentang Muhammad Ibn
Ja’far dan berkata Shoduq17. Dari penjelasan mengeni kualitas
Muhammad Ibn Ja’far, komentar ulama berupa ta’dil dalam artian
berupa komentar positif, sehingga dari hal tersebut kualitas perawi
dapat diterima.

c. Mu’amar

Kualitas Mu’amar menurut Abu Hatim adalah Sholih Al-Hadist


sedangkan menurut An-Nasa’I adalah Tsiqoh Al-Ma’mun kemudian
Ibn Hibban memasukkan Mu’amar kedalam kitabnya yaitu Al-Tsiqoh
dan juga berkata Kanna Faqihan, Muttaqinan,wa Hafidzan18. Dari
komentar para ulama diatas dapat di lihat bahwasanya mu’amar
merupakan salah satu perawi yang dhabhit, dalam komentarnya, para
ulama menguatkan kualitas mu’amar, komentar ulama berupa ta’dil
( Komentar Positif ). Sehingga dapat diambil kesimpulan kualitas
Mu’amar dan sanadnya dapat diterima

d. Al-Zuhry

Kualitas dari Al-Zuhry menurut Muhammad ibn sa’d : Kanna Al-


Zuhry Tsiqoh Katsiron Al-Hadist Wa Al-‘Ilm Wa Al-Riwayah Faqihan
Jami’an, sedangkan menurut Abu Bakar Ibn Munjawaih : Kanna Man
Ahfadz Ahli Zamanihi Wa Ahsanahum Siyaqan Limutun Al-Akhbar Wa
Kanna Faqihan Fadhilan19. Dari komentar-komentar diatas dapat
diketahui mengenai kualitas dari Al-Zuhry, yang mana dari hal
tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa diri al-zuhry dapat diterima
periwayatan nya, hal tersebut berdasar komentar-komentar yang
berupa komentar positif ( Ta’dil ).
17
Ibid juz XXV hal 8 perkataan Abdurrhaman Ibn Hatim sebagai berikut : ‫أبي‬ ‫قال عبد الرحمن بن‬
‫حاتم سألت أبي عن غندر فقال كان صدوقا‬
18
Ibid juz XXVIII hal 310
19
Ibid juz XXVI hal 432 lihat juga Al-Asqalany Op.Cit juz IX hal 396

12
e. Salim

Kualitas Salim menurut Muhammad ibn Sa’ad : Kanna Tsiqoh


Katsiron Al-Hadist ‘Aliyan Min Al-Rijal Wara’an, sedangkan menurut
Sholih Ibn Ahmad Ibn ‘Abdullah Al-‘Ajaly Dari Ayahnya Salim Ibn
Abdullah Madany Tabi’iy: Tsiqoh, dan menurut Ahmad Ibn Hanbal
dan Ishaq Ibn Rahwiyah : Ashohu Al-’Asanid20, dari komentar –
komentar mengenai kualitas perawi dapat diketahui bahwa kualitas
dari salim dapat diterima, hal tersebut berdasarkan komentar ulama
yang bersifat komentar positif (ta’dil).

g. Dari penelitian mengenai sanad diatas dapat diambil kesimpulan


sementara bahwa syarat-syarat untuk hadist shohih telah terpenuhi yaitu
kebersambungan sanad para perawi hadist ( Ittashala Sanadihi ), hal
tersebut telah dibuktikan dengan penjelasan mengenai biografi para perawi
meliputi tahun lahir, meninggal dan juga daftar guru-murid dari para
perawi itu sendiri, dan juga kualitas para perawi termasuk dari golongan
yang dapat diterima seperti Tsiqoh, Tidak Ada Illat dan juga keDhabitan
nya, hal tersebut dibuktikan dengan komentar-komentar ulama yang mana
berupa ta’dil, sehingga dari hal tersebut dapa diambil kesimpulan bahwa
sanad hadist dapa diterima sebagai syarat untuk hadist Shohih.

Penelitan Matan

a. Perbandingan dengan ayat al-qur’an

Dalam perbandingan dengan ayat al-qur’an ini, saya mengambil


ayat dalam Q.S An-Nisa : 3 yang berbunyi21 :

‫ساِء‬
َ ‫ن الّن‬
َ ‫ب َلُكْم ِم‬
َ ‫طا‬
َ ‫حوا َما‬
ُ ‫طوا ِفي اْلَيَتاَمى َفاْنِك‬
ُ‫س‬
ِ ‫ل ُتْق‬
ّ ‫خْفُتْم َأ‬
ِ ‫ن‬
ْ ‫َوِإ‬

‫ت َأْيَماُنُكْم‬
ْ ‫حَدًة َأْو َما َمَلَك‬
ِ ‫ل َتْعِدُلوا َفَوا‬
ّ ‫خْفُتْم َأ‬
ِ ‫ن‬
ْ ‫ع َفِإ‬
َ ‫ث َوُرَبا‬
َ ‫ل‬
َ ‫َمْثَنى َوُث‬
20
Al-Mazzy Ibid juz X hal 151-152
21
Al-Qur’an Karim

13
(3) ‫ل َتُعوُلوا‬
ّ ‫ك َأْدَنى َأ‬
َ ‫َذِل‬
Dalam perbandingan ini hadist diatas tidak bertolak belakang dengan ayat
al-qur’an bahkan hadist tersebut menjadi bukti bahwa ayat 3 dalam surat
an-nisa di amal kan, sehingga dari hal ini antara hadist dengan ayat al-
qur’an tidak ada pertentangan antara keduanya, hal ini ditunjukkan dalam
asbabul wurud dari hadist itu sendiri yaitu ketika Ghilan Ibn Salamah
masuk islam, dan dia mempunyai 10 istri, sehingga rasul menyuruh
mengambil yang empat, hal tersebut seperti dalam Tafsir Qurthuby yang
mana menggunakan hadist yang berbeda tetapi memiliki makna yang
sama22.

22
Lihat Imam Al-Qurthuby, Tafsir Qurtuby. Penrj: Ahmad Rijali Kadir ( Jakarta: Pustaka Azam,
2008 ). Jilid V Hal 44

14
b. Perbandingan dengan hadist

Dalam perbandingan hadist ini saya menggunakan hadist yang di


keluarkan oleh abu daud yaitu 23:

‫حدثنا مسدد ثنا هشيم ح وثنا وهب بن بقية أخبرنا هشيم عن ابن أبي‬

‫ليلى عن حميضة بن الشمرذل عن الحارث بن قبيس قال مسدد ابن‬

‫عميرة وقال وهب السدي ] قال أسلمت وعندي ثمان نسوة فذكرت‬

[ ‫ذلك للنبي صلى ال عليه و سلم فقال النبي صلى ال عليه و سلم‬

‫" اختر منهن أربعا‬

Dalam hadist ini tidak terdapat perbedaan makna ataupun


perbedaan yang lain, Antara hadist yang ditakhrij oleh Ibn Majah dan
yang ditakhrij Abu Daud, memiliki persamaan makna antara keduanya
walaupun berbeda pelaku dan berbeda waktu dalam hadist itu sendiri, hal
ini menjadi pembuktian bahwa hadist yang sedang dianalisis tidak
mempunyai perbedaan dengan hadist lain, dan bahkan walaupun berbeda
matan dan sanad nya keduanya salim mendukung sebagai bukti
pengamalan ayat dalam Al-Qur’an yaitu Q.S. An-Nisa’: 3.

c. Fakta dan sejarah

Menikahi wanita lebih dari 4 orang disebut Poligami, dahulu


sebelum agama Islam lahir telah ada poligami pada-bangsa-bangsa
terdahulu seperti Babylon, Mesir Lama, Yunani, dan Romawi Kuno, dan
juga pada agama yahudi diperbolehkan tanpa adanya batasa-batasan

23
Abu Daud , Sunan Abu Daud ( Beirut: Dar Al-Fikr t.th). Juz I Hal 680

15
jumlah perempuan yang dinikahi. Nabi-nabi bangsa Yahudi seperti Nabi
Daud dan Nabi Sulaiman memiliki ratusan istri24.

Kemudian pada zaman Isa Al-Masih dalam kitab yang diturunkan


kepadanya ( Injil ) tidak terdapat nash yang jelas mengenai keharaman
berpoligami, dan hanya terdapat perkataan rasul nya ( Isa Al-Masih ) yang
berupa Isthisan dengan cukup satu istri bagi laki-laki yang beragama untuk
menjaga dari kemewahan dunia, sehingga dari zaman al-masih
berpoligami diperbolehkan25.

Kemudian pada jazirah arab sebelum Islam masyarakat mereka


berlomba-lomba pada berpoligami, dan dari mereka banyak yang
mempunyai istri lebih dari sepuluh atau lebih dari itu26.

Setelah menyebarnya cahaya agama Islam yang membenarkan


kesalahan-kesalahan seperti itu, dan memberikan hukum yang lebih baik,
dalam Islam diperbolehkan berpoligami dengan batasan empat wanita
yang dinikahi, dan dengan syarat berlaku adil bagi laki-laki, kemudian
Islam juga member pilihan yang lebih baik dengan seorang istri, hal ini
berdasarkan ayat al-qur’an Q.S. An-Nisa : 3 seperti penjelasan pada bab
sebelumnya. Sehingga implikasi dari ayat tersebut orang-orang jahiliyah
yang memiliki istri lebih dari empat kemudian masuk Islam maka harus
mengambil yang empat dan menceraikan sisanya, sehingga dari situ
muncullah hadist ini berkenaan implikasi (pengamalan) dari ayat
tersebut27.

d. Perbandingan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan rasio

Dalam hal ini digunakan perbandingan secara rasio, pada zaman


sekarang yang serba modern dan manusia saling bersaing untuk mencapai

24
Ahmad Ghandur, Al-Akhwal Al-Syakhsiyah Fi Al-Tasyri’i Al-Islamy Ma’a Bayan Qonun Al-
Ahwal Al-Syakhsiyah Lil Qadha’ Fi Mahakim Al-Kuwait. ( Yordania: Dar Al-Hunain t.th ). 138
25
Ibid
26
Ibid 139
27
Ibid 139-140

16
kesuksesan, sangat dibutuhkan pengorbanan. Dalam hal ini antara lain
mengenai istri yaitu jika mereka memiliki istri lebih dari satu atau pun
lebih dari empat maka mereka akan kesulitan dalam menanggung beban
hidup keluarganya, hal tersebut baru berpoligami dua, tiga atau empat.
Bagaimana jika lebih dari itu maka mereka akan lebih kesusahan lagi.
Selanjutnya pada zaman sekarang ini banyak wanita yang tidak mau
dimadu dengan wanita lain dalam suatu keluarga.

17
e. Natijah

Dari penelitian sanad dan matan dari hadist diatas dapat di ambil
kesimpulan bahwasanya sanad dan matan hadist di atas dapat diterima
Karena syarat-syarat untuk dapat diterima suatu hadist terpenuhi baik
syarat-syarat dari sanad hadist yang berupa kebersambungan sanad, dan
kualitas perawi yaitu antara lain : dhobhit, adil dan tidak ada illat telah
terpenuh, begitu juga dengan matan hadist tersebut tidak ada pertentangan
baik dengan al-qur’an maupun hadist yang lain, dan juga asbabul wurud
hadist juga jelas, sehingga dari hal-hal tersebut dapat di ambil nilai (
Natijah ) bahwa hadist ini termasuk hadist Shahih

Pemahaman Hadist

a. Kitab syarah hadist

Pemahaman dari syarah hadist adalah sebagai berikut 28:

َ ‫طططا‬
‫ب‬ َ ‫حوا َمططا‬
ُ ‫ع ِفي َقْوله َتَعاَلى َفاْنِك‬
َ ‫ث َوُرَبا‬
َ ‫ل‬
َ ‫ن َقْوله َتَعاَلى َمْثَنى َوُث‬
ّ ‫عَلى َأ‬
َ ‫ل‬
ّ ‫َهَذا َيُد‬
‫ل ُأوِلططي‬
ً‫س‬ُ ‫لِئَكِة ُر‬
َ ‫ل اْلَم‬
ِ‫ع‬ِ ‫جا‬
َ } ‫ل ِللّتْعِميِم ِفي َقْوله َتَعاَلى‬
َ ‫لَية ِللّتْقِييِد‬
ْ ‫ساِء ا‬
َ ‫ن الّن‬
ْ ‫َلُكْم ِم‬
‫حد َواْلطَواو‬
ِ ‫ظِر ِإَلى َوا‬
َ ‫ل ِبالّن‬
َ ‫جال‬
َ ‫حاد الّر‬
َ ‫ظِر ِإَلى آ‬
َ ‫لَية َوالّتْكَرار ِبالّن‬
ْ ‫حة َمْثَنى { ا‬
َ ‫جِن‬
ْ ‫َأ‬
َ ‫جط‬
‫ب‬ َ ‫حطِديث َو‬
َ ‫جططاَء اْل‬
َ ‫صل َأّنُه ِإَذا‬
ِ ‫حا‬
َ ‫حٍد َفاْل‬
ِ ‫عَداد ُكّلها ِلَوا‬
ْ‫ل‬َْ ‫ل َهِذِه ا‬
ّ‫ح‬ِ ‫لَفاَدِة‬
ِ ‫ِبَمْعَنى َأْو‬
‫لْرَبَعة‬
َْ ‫جْمع َما َفْوق ا‬
َ ‫ن‬
ّ ‫عَلى َأ‬
َ ‫ل‬
ّ ‫حِديث َيُد‬
َ ‫ن اْل‬
ّ ‫حِديث ُثّم ِإ‬
َ ‫عَلى َما ُيَواِفق اْل‬
َ ‫لَية‬
ْ ‫لا‬
ُ ‫حْم‬
َ
ّ ‫ل َأ‬
‫ن‬ َ ‫ن ُيِريططد‬
ْ ‫خَيار ِفي ِإْبَقاء َم ط‬
ِ ‫عَلى َأّنُه َلُه اْل‬
َ ‫ح َو‬
ّ‫ص‬ِ ‫ل َي‬
َ ‫ن اْلَعْقد ِاْبِتَداء‬
ّ ‫ل َأ‬
َ ‫حَراٌم‬
َ ‫َبَقاء‬
. ‫صل‬
ْ ‫ل‬
َْ ‫ن ا‬
ْ ‫طل ِم‬
ِ ‫خَرة َبا‬
ّ ‫عَلى اْلُمَتَأ‬
َ ‫اْلَعْقد‬

Dari syarah tersebut dapat kita ketahui bahwa hadist ini mengacu
atau berkaitan dengan ayat al-qur’an yaitu Q.S. An-Nisa’ : 3 sehingga dari
hal tersebut hadist ini merupakan penjelas dan penguat dari ayat Al-Qur’an
tersebut.

28
Al-Sanadi, Khasiyah Al-Sanadi ‘Ala Ibn Majah juz IV hal 201

18
b. Pendekatan

Dalam pemahaman hadist ini saya menggunakan Pendekatan


Kontekstual29, yaitu antara Hadist yang Ditakhrij oleh Ibn Majah dengan
Hadist yang Ditakhrij oleh Abu Daud.

Hadist Ibn Majah

‫ حدثنا معمر عن الزهري عن سططالم‬. ‫ حدثنا محمد بن جعفر‬. ‫حدثنا يحيى بن حكيم‬
‫ فقططال لططه النططبي‬. ‫ أسلم غيلن بططن سططلمة وتحتططه عشططر نسططوة‬- : ‫عن ابن عمر قال‬
( ‫صلى ال عليه و سلم ) خذ منهن أربعا‬
………..” Ghilan Ibn Salamah telah masuk Islam dan bersamanya sepuluh
istri, Rasulullah berkata kepadanya ambillah dari mereka empat
Hadist Abu Daud

‫حدثنا مسدد ثنا هشيم ح وثنا وهب بن بقية أخبرنططا هشططيم عططن ابططن أبططي ليلططى عططن‬
‫حميضة بن الشمرذل عن الحارث بن قططبيس قططال مسططدد ابططن عميططرة وقططال وهططب‬
‫السدي ] قال أسلمت وعندي ثمان نسوة فذكرت ذلك للنبي صلى ال عليطه و سططلم‬
30
‫فقال النبي صلى ال عليه و سلم [" اختر منهن أربعا‬

......... aku masuk islam dan mempunyai delapan istri maka aku bercerita
kepada Nabi kemudian Nabi berkata pilih diantara mereka empat

Dari kedua hadist ini terdapat perbedaan orang yang bertanya


kepada Rasulullah, akan tetapi rasul tetap konsisten dalam memberi
jawaban walaupun dengan kata-kata yang berbeda, jawaban tersebut
berdasar kepada Q.S An-Nisa:3, dari hal tersebut dapat diambil beberapa
pemahaman dan makna dari hadist tersebut, yaitu:

29
Memahami hadist-hadist dengan cara memperhatikan dan mengkaji keterkaitannya dengan
peristiwa atau situasi yang melatari munculnya hadist-hadist tersebut, Umi Sumbulah 2008 Kritik
Hadist Pendekatan Historis Metodologis, UIN Malang Perss, Malang Hal 18
30
Abu Daud Op.Cit.

19
• Hadist pertama menjelaskan perintah untuk mengambil
dari sepuluh istri nya sebanyak empat orang, dan
menceraikan yang enam.

• Sedangkan hadist yang kedua menunjukkan perintah rasul


untuk memilih empat istri nya dari delapan istri-istri nya
dan menceraikan sisanya

• Walaupun kedua hadist diatas tidak menunjukkan kata-


kata cerai akan tetapi dari kata-kata dari hadist tersebut
sudah menunjukkan perintah untuk memiliki istri empat
dan tidak lebih dari itu hal ini berbanding lurus dengan Q.S
An-Nisa:3.

20
Kesimpulan

Dalam penelitian hadist, untuk meneliti sanad dan mengetahui


kebersambungan sanad kita harus melihat antara lain kepada daftar guru-murid
dan tahun lahir wafat , hal tersebut bertujuan untuk membuktikan kebertemuan
antara guru- murid sehingga kebersambungan sanad ( Ittishalu Sanadihi )
terbuktikan, sedangkan untuk membuktikan kualitas perawi maka harus
memperhatikan mengenai komentar ulama yang disebut Jarh Wa Ta’dil,
sedangkan dalam hal penelitian matan harus membandingkan dengan ayat Al-
Qur’an dan hadist untuk mengetahui hadist tersebut bertentangan atau tidak.

Dari penelitian diatas terbukti bahwa hadist tersebut termasuk hadist


shohih sehingga dapat di pakai sebagai dasar hukum bagi suatu ibadah, hal
tersebut berdasarkan dari penelitian diatas.

21
Daftar Pustaka

Al – Mazzy, Tahdzib Al Kamal Fi Asma’i Al-Rijal. ( Beirut : Muasasah


Al-Risalah ) 1980

Al-Asqalany, Tahdzib Al-Tahdzib. ( Beirut: Dar Al-Fikr ) 1984.

Al-Qur’an Al-Karim

Al-Qurthuby, Tafsir Qurtuby. Penrj: Ahmad Rijali Kadir (Jakarta: Pustaka


Azam) 2008.

Al-Sanadi, Khasiyah Al-Sanadi ‘Ala Ibn Majah

Ghandur, Ahmad, Al-Akhwal Al-Syakhsiyah Fi Al-Tasyri’i Al-Islamy


Ma’a Bayan Qonun Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Lil Qadha’ Fi Mahakim Al-Kuwait. (
Yordania: Dar Al-Hunain ) t.th.

Ibn majah, Sunan Ibn Majah (Beirut : Dar Al-Fikr)

Sumbulah, Umi, Kritik Hadist Pendekatan Historis Metodologis.


Malang :UIN Malang Perss, 2008.

Wensick, A.J., Mu’jam Mufahras Li Alfadz Al-Hadist.

22

You might also like