You are on page 1of 13

Waras Kamdi (ed)

Model-Model Pembelajaran
Inovatif © UM Press. Malang,
2007

Sutarman

Pembelajaran
Berbasis
Observasi Gejala
Fisis
Apa itu Pembelajaran
Berbasis Observasi Gejala
Fisis?

Ditinjau dari hakekat sains


adalah produk, proses dan
sikap, maka observasi
pembelajaran sains
adalah sesuatu yang
seharusnya dilakukan,
sebab sains berkembang
pesat melalui aktivitas
proses ilmiah termasuk
di dalamnya observasi
gejala fisis. Pelajaran
sains terdiri dan pelajaran
di laboratorium dan di
dalam kelas (Kertiasa,
1975 dalam Kadim. M.
1994). Ide yang harus
dikembangkan dari pokok
pikiran tersebut adalah
bagaimana mencari
bentuk keterpaduan
antara pengalaman
empiris melalui observasi
dengan basil pemikiran
logis untuk memperoleh
konsep-konsep (Kadim, M.
1994). Melalui observasi
para mahasiswa
dihadapkan pada situasi
konkrit tentang gejala fisis.
Melalui observasi gejala
fisis pada awal
pembelajaran
memungkinkan
terjadinya pertentangan
antara pemikiran
mahasiswa dengan gejala
fisis yang teramati, gejala
semacam ini
mengakibatkan terjadi
konflik kognitif pada din
mahasiswa. Pada keadaan
yang demikian maka
mereka melakukan
akomodasi untuk
membentuk
keseimbangan antara
struktur intelektual
atau pengetahuan yang
sudah ada dengan
pengetahuan barn
(Karvanough, 1981 dalam
Kadim. M. 1994). Adanya
konflik kognitif
mendorong siswa untuk
mengajukan masalah.
Pada keadaan konflik
kognitif tersebut
mendorong mahasiswa
untuk ingin mengetahui.
Pembalajaran berbasis observasi gejala fisis mengacu pada
pendekatan belajar kontekstual ( contextual teaching and learning )
disingkat CTL. Pembelajaran dengan pendekatan CTL senantiasa
diarahkan pada aktivitas belajar yang mengacu pada filosofi
kontruktivisme, artinya pembelajaran didasarkan pada anggapan
bahwa para peserta didik dapat membangun sediri
pengetahuannya. Menurut padangan konstruktivisme sebelum
pelajaran dimulai peserta didik bukan tidak memiliki kemampuan
awal bagiakan lembaran kertas kosong, tetapi mereka telah
memiliki pengalaman awal yang diistilahkan studens theory
atau students freamwork atau konsepsi siswa. Hal ini berbeda
dengan paradigma lama yang mengatakan bahwa peserta didik
sebelum pelajaran dimulai tidak memiliki pengetahuan awal
bagaikan lembaran kertas kosong yang hams ditulisi guru. Dalam
pandangan konstruktivisme para siswa dapat membangun sendiri
pengetahuannya berawal dan kosepsinya. Tugas guru dalam hal
ini adalah memberi kesempatan agar mahasiswa dapat mengekplor
konsepsinya dengan cara berinteraksi dengan obyek kongkrit
melalui observasi gejala fisis.
Pembelajaran berbasis observasi diawali dengan masalah atau
pertanyaan. Masalah ini sebaiknya dimunculkan sendiri oleh
mahasiswa, ketika mereka mengamati gejala fisis. Berpijak pada
masalah ini selanjutnya pembelajaran diarahkan
untuk.memecahkan masalah melalui aktivitas misalnya
percobaan.
Pembelajaran berbasis observasi menitik beratkan pada proses
penemuan dalam bentuk inkuiri, artinya pembelajaran diarahkan
semaksimal mungkin agar konsep, hukum atau teorema
"ditemukan" mahasiswa. Pembelajaran berbasis observasi
mengutamakan adanya pemodelan oleh siswa atau guru. Siswa
yang dipandang memiliki kemampuan dalam kompetensi tertentu,
maka sebaikanya ia diminta untuk memberikan contoh kepada
teman yang lain sehingga teman yang lain menjadi kompeten.
Misalnya di dalam kelas ada seorang anak yang telah terampil
menggunakan jangka sorong karena bapaknya seorang ahli
otomotif, maka ia diminta mendemontrasi bagaimana cara
mengukur tebal lempeng logam dengan jangka sorong.
Pembelajaran berbasis observasi menekankan adanya saling
belajar dari teman sejawat melalui kegiatan refleksi. Refleksi
dapat dilakukan ketika para mahasiswa melakukan kegiatan
secara kelompok, kemudian mereka diminta untuk melaporkan
hasil kerjanya, maka teman yang lain memberikan masukan
mengenai berbagai hal yang terkait dengan proses dan hasil
kegiatan kelompok tersebut.
Pembelajaran berbasis observasi menekankan penilaian yang
mengarah pada kinerja belajar mahasiswa. Penilaian tidak hanya
dilakukan pada tengah dan akhir semester saj a tetapi juga
dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian
diarahkan tidak saja mengukur pemahaman konsep dengan cara
paper and pencil test tetapi juga mengukur semua hasil belajar
misalnya kerja ilmiah mahasiswa dengan mengembangkan
berbagai macam jenis evaluasi alternatif.
Mengapa Pembelajaran Berbasis Observasi Gejala Fisis?

Kecenderungan adanya perubahan orientasi pendidikan dari


subject matter oriented menjadi life skills oriented mendorong
untuk dikembangkan berbagai model pembelajaran dan
penilaian. Kecakapan hidup ( life skills ) dicapai melalui proses
belajar sesuai dengan pengalaman belajar dirancang guru.
Kecakapan hidup terdiri dan dua macam yaitu kecakapan
personal (personal skill) dan kecakapan sosial ( social skill ).
Kecakapan personal terdiri dan kecakapan mengenal diri ( self-
awareness ) dan kecakapan berfikir ( thingking skills ). Demensi
lain dari kecakapan hidup adalah kecakapan akademik
(academic skill ) dan kacakapan kejujuran ( vocational skill )
(Depdiknas. 2003).
Pembelajaran berbasis observasi gejala fisis berorientasi pada
student centered dan bukan teacher centered yang dikemas
kedalam pendekatan pembelajaran kontekstual sebagaimana
disebutkan di muka memberi peluang seluas-luasnya kepada
mahasiswa untuk mengembangkan dirinya termasuk kecakapan
hidup.
Bagaimana Pembelajaran Berbasis Observasi Gejala Fisis?
Pembelajaran berbasis observasi modifikasi dari model belajar
generatif Osborne yang membuat model belajar melalui empat
tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap pemfokusan, tahap
tantangan dan tahap penerapan. (Osborne dalam Carrie Clive
1994). Berikut disajikan diagram model pembelajaran berbasis
observasi yang dikembangkan dalam tulisan ini.
TAHAP OBSERVASI
demonstrasi tentang gejala fisis
melakukan pengamataan (pengukuran)

TAHAP PENGAJUAN PERMASALAHAN dan HIPOTESIS


mengajukan permasalahan yang terkait dengan hasil
pengamatan
merumuskan hipotesis berdasarkan basil pengamatan gejala
fisis

TAHAP PEMECAHAN PERMASALAHAN


melakukan diskusi dan analisis menjawab pertanyaan
melakukan percobaan (penyelidikan) menguji hipotesis
TAHAP PEMANTAPAN KONSEP
pengembangan konsep, rangkuman, kesimpulan dan latihan
penerapan konsep kedalam masalah-masalah nyata
TAHAP EVALUASI

Authentic

Assessment
Tahap Observasi

Pada tahap ini mahasiswa melakukan pengamatan mengenai


gejala fisis yang terkait dengan konsep yang akan diselidiki.
Pada tahap ini mahasiswa berinteraksi langsung dengan obyek
konkrit sehingga diperoleh basil amatan yang lebih akurat,
mendalam dan bervariasi.

Berikut disajikan sebuah contoh pembelajaran pada topik


pembiasan cahaya.. Pada tahap observasi dosen menghadirkan
sebuah toples. Mula-mula toples kosong, kemudian sebuah spidol
dimasukan ke dalam toples, mahasiswa diminta mengamati
spidol dari muka toples. Kemudian toples diisi air bening hingga
hampir penuh, selanjutnya sebuah spidol dimasukkan ke dalam
toples. Mahasiswa diminta mengamati spidol dari muka toples.
Hasil amatannya diminta ditulis di lembar kerjanya. Diharapkan
hasil amatan mereka sebagai berikut: (1) spidol nampak lebih
besar ketika toples dimasuki air dibanding dengan ketika kosong,
(2) bagian spisdol yang tercelup ke dalam air terlihat lebih besar
dari pada bagian yang tidak tercelup baik dilihat dari sisi datar
maupun bulat, (3) bila dilihat dari sisi bulat spidol nampak lebih
besar dari pada dilihat dari sisi datar.
Tahap Pengajuan Masalah dan Hipotesis

Pada tahap ini mahasiswa diminta untuk mengajukan masalah


terkait dengan gejala yang teramati. Diharapkan rumusan masalah
relevan dengan gejala yang teramati dan memuat sedikitnya dua
variabel yang berinteraksi. Sebaiknya permasalahan yang
diajukan mahasiswa ditulis di papan tulis atau lembar kerja.
Kemudian mahasiswa diminta membuat dugaan terkait
dengan permasalahan yang dirumuskan.
Contoh pengajuan masalah dan hipotesis misalnya pada
pembelajaran topik pembiasan. Setelah mahasiswa mengamati
secara teliti dan akurat tentang spidol dalam toples berisi air
sebagaimana dikemukakan di muka, selanjutnya mereka diminta
untuk membuat masalah dan merumuskan dugaan.

Diharapkan masalah yang diajukan sebagai berikut: (1) mengapa


ketika tolpes diisi air, spidol terlihat lebih besar dibanding dengan
ketika toples masih kosong?, (2) mengapa bagian spidol yang
tercelup di dalam air terlihat lebih besar dari pada bagian yang
tidak tercelup, baik dilihat dari sisi datar mapun bulat, (3) bila
letak spidol diubah-ubah (maju/mundur) terhadap dinding
apakah spidol terlihat berubah besarnya?, (4) apakah gejala ini
juga terjadi bila yang dimasukan ke dalam toples buka air tetapi
zat cair lain misalnya bensin, minyak tanah gliserin ?
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana disebut di muka
selanjutnya
hipotesis yang dibuat diharapkan sebagai berikut: (1) cahaya
dibelokan bila
melalui zat yang berbeda, (3) dalam hal jalannya cahaya
(kecepatan) di dalam
air berbeda dengan ketika cahaya melalui udara atau zat yang
lain, (4) air memiliki indek bias yang berbeda dengan udara, (5)
arah pembelokan cahaya tergantung pada bentuk bidang batas
kedua medium.
Tatum Pemecahan Masalah

Pada tahap ini guru memberikan vasilitas yang diperlukan


misalnya alat (media) pembelajaran untuk keperluan melakukan
penyelidikan. Penyelidikan diarahkan untuk menguji hipotesis.
Pemecahan masalah tidak selalu harus melalui percobaan,
tetapi bila tidak memungkinkan untuk dilalcukan percobaan
cukup dengan demontsrasi guru yang diarahkan untuk menjawab
pertanyaan atau menguji dugaan mahasiswa.
Contoh pemecahan masalah terkait dengan topik pembiasan
cahaya. Setelah mahasiswa mampu merumuskan masalah dan
menyusunnya ke dalam bentuk hipotesis, selajutnya mereka
diminta untuk merancang kegiatan misalnya percobaan untuk
menguji hipotesis. Berdasar sejumlah hipotesis yang mungkin
berhasil disusun selanjutnya mahasiswa diminta untuk memilih
hipotesis yang dapat diuji dengan menggunakan alat yang
tersedia. Di sediakan alat percobaan pembiasan cahaya,
mahasiswa diminta untuk merancang percobaan untuk menguji
hipotesisnya. Misalnya mahasiswa akan menguji hipotesis berikut
" cahaya dibelokan bila melalui zat yang berbeda" maka mereka
akan merancang percobaan menggunakan alat pembias cahaya.
Mereka mengubah-ubah sudut datang dan mengukur sudut
bias baik dari udara ke air maupun maupun dari air ke udara.
Diharapkan setelah percobaan, pada din mahasiswa muncul
pertanyaan baru, misalnya: (1) bila cahaya melalui dua medium
yang berbeda yaitu dari udara yang memiliki indek bias n menuju
ke air yang indek biasnya (n') apakah ada hubungan antara
sudut datang (i) dan sudut bias (r). Selanjutnya mereka
diminta melakukan percobaan untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Mereka akan mengubah ubah sudut datang dan
mengukur sudut bias baik dari udara ke air mapun dari air ke
udara. Diharapkan mereka mengarah kepada penemuan hukum
Snellius yaitu n sin i = n'sin r .

Tahap pemantapan konsep


Setelah masalah dipecahkan oleh siswa dan hipotesis telah diuji
kebenarannya, selanjutnya mahasiswa diajak untuk diskusi
pleno untuk memberikan pemantapan konsep. Pada saat ini
peran dosen sangat diperlukan untuk memberikan penegasan
konsep benar dan konsep mana yang salah. Pada tahap ini
dosen meminta mahasiswa untuk membuat kesimpulan dan
rangkuman serta latihan. Latihan ditujukan untuk pengembangan
konsep dan memantapkan konsep. Pada tahap ini, dilakukan
penerapan konsep yaitu menerapkan konsep untuk memecahkan
masalah kontekstual.
Sebagai contoh pengembangan konsep, mahasiswa diminta untuk
menemukan rumus pergeseran sinar datang dan sinar bias
ketika cahaya melalui kaca planparalel. Mereka diminta
menjelaskan mengapa ketika spidol di dalam toples berisi air
dilihat dari sisi bulat lebih besar dari pada dilihat dari sisi datar.
Mereka diminta menjelaskan mengapa ketika spidol didalam
toples berisi air dijauhkan dari dinding bulat terlihat makin besar?

Penerapan konsep dapat dilakukan misalnya mahasiswa


diminta untuk menjelaskan mengapa bagian spidol yang tercelup
ke dalam air terlihat lebih besar dari pada bagian yang tidak
tercelup baik dilihat dari sisi datar maupun bulat?

Tahap Evaluasi

Evaluasi dalam pembelajaran ini tidak raja dilakukan pada tengah


dan akhir kuliah tetapi dilakukan pada setiap saat pembelajaran.
Evaluasi yang dimaksud penilaian dalam bentuk assessmen
outhentic yaitu menilai semua kinerja mahasiswa. Model
pembelajaran berbasis observasi memberi peluang bagi guru
untuk mengembangkan asesmen autentik. Pada umumnya
penilaian pada ranah kognitif selalu kita lakukan dengan cara tes
tulis (paper and pencil test), tetapi untuk penilaian kerja ilmiah
perlu dikembangkan pedoman penilaian (rubrik). Berikut disajikan
contoh rubrik kerja ilmiah misalnya kemampuan merumuskan
hipotesis, kemampuan merancang percobaan dan kemampuan
melakukan percobaan.

RUBRIK MERUMUSKAN HIPOTESIS


Nama Mahasiswa :
Tanggal Penilaian :
Topik :

Berilah tanda cek ( V ) pada kolom skor penilaian yang sesuai


dengan makna penilaian berikut: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 =
cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang
Unsur yang dinilai Skor Penilaian
5 4 3 2 1
Hipotesis dirumuskan dalam kalimat
sederhana yang mencerminkan pengamatan
Adanya hubungan antar variabel terikat dan bebas
Hipotesis dapat digunakan sebagai dasar untuk
merancang percobaan

RUBRIK MERANCANG PERCOBAAN


Nama Mahasiswa :
Tanggal Penilaian :
Topik :
Berilah tanda cek ( V ) pada kolom skor penilaian yang sesuai
dengan makna penilaian berikut: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 =
cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang

Unsur yang dinilai Skor Penilaian


5 4 3 2 1
Rancangan eksperimen dapat menguji dugaan
(hipotesis)
Metode dan prosedur yang digunakan di dalam
eksperimen mengikuti urutan tertentu
Prosedur eksperimen jelas sehingga orang
lain dapat melaksanakannya secara jelas
Variabel telah teridentifiksi secara jelas
Rancangan memungkinkan variabel dapat dikontrol
dan diukur rencana pengontrolan variable
Memasukkan
Strategi yang akan digunakan untuk pengulangan
pengukuran
Kelengkapan daftar alat dan bahan yang diperlukan

RUBRIK MELAKUKAN PERCOBAAN


Nama Mahasiswa :
Tanggal Penilaian :
Topik :

Berilah tanda cek ( V ) pada kolom skor penilaian yang sesuai


dengan makna penilaian berikut: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 =
cukup, 2 = kurang, 1 = sangat kurang

Unsur yang dinilai Skor Penilaian


5 4 3 2 1
Menyusun set percobaan: pengisian air di dalam
tabung, pemasangan skala, pemasangan
kabel ke stopcahaya
Pengarahan kontakdengan pada sudut datang
tertentu
Cara mengukur sudut datang dan sudut bias
dengan busur derajat
Ketelitian pengukuran sudut datang dan sudut bias
dengan busur derajat
Kerapian (kebersihan) pengemasan alat setelah usai
percobaan

DAFTAR PUSTAKA
Cliver.C. and Carrie. 0. 1994. Science 7-11 Developing Primary
Teaching Skills. London: New Feter Lane
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus
Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika.
Kadim. M. 1994. Kesalahan Konsep Dalam Belajar Fisika Bagi
Siswa SMAN di Jawa Timur Ditinjau dari Beberapa Faktor
Internal dan Eksternal yang Mempengaruhinya. Lemlit. IKIP
Malang
Sutarman. 2005. Penerapan Pembelajaran Berbasis Observasi
Gejala Fisis Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Kerja Ilmiah pada Matakuliah Fisika
Dasar I. Lemlit UM.

You might also like