You are on page 1of 2

Si Penakut dan Naga Tua

Suatu ketika hiduplah seekor naga tua. Naga itu berpikir “Aku kini sudah tua. Hidupku tinggal
sebentar lagi. Sebelum mati, aku ingin melakukan kebaikan.” Naga tua itu lalu turun dari gua
persembunyiannya di gunung dan memulai perjalanannya untuk berbuat kebaikan.

Di tengah perjalanan, naga itu melihat seorang pemuda sedang berlatih pedang. Namun,
pemuda itu sangat lemah dan tidak trampil. Pedangnya terayun tak tentu arah dan berkali-kali
memukul kepalanya sendiri. Tiba-tiba pemuda ini melihat naga tua itu. Ia menjadi sangat
ketakutan.

“Na… naga! Jangan mendekat! Atau kutebas tubuhmu dengan pedang ini!” bentaknya dengan
suara bergetar. Karena heran, naga tua itu semakin mendekati si pemuda. Si pemuda semakin
ketakutan. Ia lari pontang panting sampai kakinya tersandung batu dan jatuh terjerembab.
Karena merasa tak berdaya si pemuda mulai menangis.
“Hukh…hukh…, jangan makan aku! Aku tidak enak dimakan…”

Sang naga heran mendengar ocehan si pemuda, “Siapa yang ingin memakanmu? Aku hanya
makan buah-buahan dan sayur-sayuran. Aku amat heran! Di dunia ini ternyata ada ksatria yang
ceroboh dan penakut sepertimu.”

Mendengar itu si pemuda menghentikan tangisnya. “Benarkah kau tidak akan memakanku?”
Sambil mendesah naga tua menjawab, "Tidak, aku tidak akan memakanmu. Aku sudah tua.
Hidupku tak akan lama lagi. Aku ingin melakukan kebaikan. Nah, ceritakanlah siapa kau?”

“Namaku Avarell. Di antara pemuda desa, akulah yang paling lemah, ceroboh, dan penakut. Aku
sering diejek warga desaku. Akhirnya aku memutuskan untuk menjadi ksatria supaya tidak ada
lagi yang mengejekku. Tapi lihatlah keadaanku. Aku ternyata memang Avarell bodoh yang
pengecut. Hukh… hukkh…,” sambil terisak-isak Avarell menjelaskan.
“Hm, aku mengerti. Baiklah aku akan membantumu menjadi seorang ksatria pemberani. Ayo
ikutlah aku mengembara,” ujar naga tua itu iba.

Akhirnya Avarell dan naga tua itu bersahabat. Di tengah perjalanan, mereka melihat seorang
kakek tua dirampok segerombolan pemuda berbadan besar.
“Lihatlah Avarell ! Tugas pertama sebagai seorang ksatria sudah menantimu. Tolonglah kakek tua
itu,” gumam si naga tua.
“Tidak! Aku takut!” sahut Avarell gemetaran.
“Majulah! Jangan pengecut!” naga tua mendorong Avarell.

Avarell terhuyung-huyung masuk ke tengah keramaian. Para pemuda itu membentaknya, “Heh!
Mau apa kau?! Minggir sana!”
“Le…le… lepaskan dia. Ja.. ja… jangan merampok!” Avarell ketakutan.
“Apa?! Lucu sekali kata-katamu!” para pemuda itu terbahak-bahak. Mereka memukul Avarell.
Kemudian kembali memukuli kakek malang itu. Avarell sangat kesakitan, namun ia tidak tega jika
si kakek terus dipukuli. Dengan sekuat tenaga ia menerobos kerumunan pemuda itu dan
melindungi si kakek tua dengan badannya. Para pemuda memukuli Avarell habis-habisan namun
ia tak peduli. Ia terus melindungi si kakek sampai pingsan.

Ketika Avarel jatuh pingsan, naga tua keluar dari persembunyiannya. Para pemuda bengis itu
langsung lari pontang panting ketakutan. Naga tua itu lalu mengobati Avarel dan kakek tua itu.
Diusapnya Avarel sambil bergumam, “Bagus Avarell! Kau mulai berjiwa ksatria.”

Setelah siuman, mereka melanjutkan perjalanan kembali. Sepanjang perjalanan mereka sering
bertemu penjahat dan perampok jahat. Pengalaman ini membuat Avarell semakin trampil bermain
pedang dan semakin berani.

Suatu hari, mereka sampai di sebuah kerajaan yang dikuasai penyihir jahat. Raja dan ratu
dipenjara dalam penjara rahasia. Sang putri diubah menjadi manusia kadal. Sampai saat itu
belum ada ksatria yang sanggup melawan si penyihir jahat. Avarell dan naga kemudian
memasuki hutan yang termasuk wilayah kerajaan itu. Tanpa disangka mereka bertemu putri yang
sudah menjadi manusia kadal. “Siapa kau, siluman?!” teriak Avarell.
“Jangan bunuh aku! Aku bukan siluman! Aku putri Tasya yang dikutuk penyihir!” jerit putri sambil
menangis ketakutan.

Avarell segera menyarungkan pedangnya. Malam itu naga dan Avarell mendengar cerita putri
Tasya. Ternyata kelemahan penyihir terletak pada bandul kalung yang selalu dipakainya. Esok
malamnya mereka bertiga menyelinap masuk ke kamar penyihir jahat. Perlahan Avarell
mengambil kalung itu. Namun tiba-tiba sang penyihir terbangun. Terjadi pertarungan dahsyat.

Sepanjang pertempuran mata kalung itu terlempar kesana kemari. Sampai akhirnya Avarell
berhasil meraihnya dan menginjaknya sampai hancur. Kesaktian penyihir itupun musnah. Namun
Avarell dan putri Tasya sempat terluka dengan belati beracun si penyihir. Ketika Avarell akan
memukul penyihir itu lagi, sang penyihir berkata, “Bunuhlah aku. Dan kalian berdua akan tewas
dalam waktu 30 menit. Tak ada yang tahu obat penawarnya kecuali aku.”
Avarell langsung menjawab, “Aku akan mengampunimu jika kau memberikan obat penawarnya
padaku.”
“Aku hanya punya satu pil penawar. Putuskanlah olehmu siapa yang berhak,” jawab si penyihir.

Avarell sangat bingung. Ia tidak ingin mati tetapi ia juga tak boleh membiarkan putri Tasya mati.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Avarell memberikan pil itu pada putri Tasya. Kondisi Avarell
pun melemah. Saat itu si penyihir mencoba membunuh Avarell. Namun naga dengan sigap
menyerang si penyihir. Penyihir itupun mati. Namun tubuh naga sempat tertusuk.

Sebelum mati, si naga berkata pada Avarell,


“Avarell, hidupku tidak akan lama lagi. Ambillah mutiara naga ini dan telanlah. Kau akan sembuh.
Aku bangga padamu Avarell. Kau kini bukanlah Avarell si pengecut, namun Avarell ksatria
pemberani. Teruslah seperti itu,” naga tua itu pun menghembuskan napasnya yang terakhir.

Kerajaan itu terbebas dari kutukan penyihir. Avarell yang sudah sembuh akhirnya menikah
dengan putri Tasya. Seumur hidupnya ia tidak pernah melupakan petualangannya bersama si
naga tua.

Oleh : Glory Gracia Christabelle

You might also like