You are on page 1of 3

BUDAYA PENDIDIKAN DI PESANTREN

A. Pengertian Pesantren
Pesantren berasal dari kata â santriâ yang berarti guru mengaji (bahasa tamil) dengan
awalan â peâ dan akhiran â anâ yang berarti tempat tinggal (mondok moe) para santri.
an demikian, pesantren merupakan mesin copy-an yang bertugas mem-print out manus
ia pintar agama (tafaquh fi al-din) serta mampu menyampaikan keluhungan ajaran I
slam (syiâ aru al-islam) kepada masyarakat.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam p
erkembangan pendidikan di Indonesia. Pesantren sebagai lembaga pendidikan merupa
kan lembaga yang menjadi laboratorium sosial. Selain itu, pesantren juga merupaa
n lembaga pendidikan kultural yang seringkali dihiasi dengan pola hidup kesederh
anaan dan kebersamaan. Pola kebersamaan dalam pendidikan di pesantren dapat terl
ihat seperti kedekatan antara kiyai dengan santri, maupun santri dengan santri y
ang berbaur dalam satu kegiatan. Pola kebersamaan inilah yang menjadi ciri khas
pendidikan pesantren yang tida ditemui di lembaga pendidikan lain. Disamping itu
, pola pendidikan dipesantren juga terus mengalami perkembangan yang sesuai deng
an perambangan zama, tetapi tidak meninggalkan budaya lama yang selama ini merea
pelihara.
Pesantren sebagai lembaga pendidian yang berada ditengah-tengah masyarakat yang
telah banyak melahirkan tokoh-tokoh besar di negeri ini. Selain itu, peran pesan
tren sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab yang sangat berat diteng
ah-tengah arus budaya barat yang semakin kuat dan tidak terbenduk. Jadi pesantre
n sebagai lembaga pendidikan, seharusnya mampu menghasilkan lulusan santri yang
berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat. Jadi hendanya lulusan pesantren sela
in baik secara personal, tetapi juga harus baik secara sosial. Disamping itu, pe
santren juga telah terbukti memberikan implikasi terhadap masyarakat sekitar, di
antaranya berupa keuntungan pragmatis dalam bagi aspek budaya, pendidikan dan so
sial.
B. Pesantren dan Multikulturalisme
Agar semua budaya benar-benar menjadi dirinya sendiri dan menghasilkan sesuatu,
maka budaya tersebut dan anggotanya harus yakin akan orisinilitasnya, bahkan sam
pai taraf tertentu, akan superioritasnya di atas yang lain. (Claude Lévi-Straus
s) . Pesantren sebagai lembaga pendidikan merupakan lembaga yang mampu menunjuka
n identitas yang orisinil yang menghasilkan superior dalam budaya masyarakat sek
itar, tarutama masyarakat pedesaan yang dekat dengan pesantren.
Derasnya arus globalisasi kebudayaan asing yang semakin menggerus budaya-budaya
lokal, tantangan yang nyata bagi pesantren sebagai sarana untuk menyelamatkan bu
daya lokal yang semakin tergerus dan semakin terasingkan. Pendidikan sebagai pil
ar dan pondasi ebudayaan kini sudah kehilangan fungsi fundamentalnya. Pendidikan
yang seharusnya mampu mempertahankan kebudayaan dari arus globalisasi sudah tid
ak mampu lagi membendung arus tersebut, bahkan pendidikan malah ikut tenggelam d
an larut dalam budaya kapitalisme, hal ini dapat kita lihat, banyak sekali pendi
dikan yang semakin mengasingan para siswanya dari budaya yang ada dalam masyarak
at. Pendidikan sekarang ini tida lagi menjadi pendidikan yang membebaskan, tetap
i pendidikan yang membelenggu para siswanya dan para siswa terkapling-kapling de
ngan silabi yang menjadi konsumsi mereka sehari-hari. Selain itu, kita juga ditu
ntut untuk menyeragamkan budaya global dalam budaya kita, seperti pola pikir, pe
ngetahuan, teknologi, dan kebutuhan manusia. Inilah yang menjadi cikal-bakal keb
udayaan kita yang menjadikan kita kehilangan identitas.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berada ditengah-tengah masyarakat yang
senantiasa berupaya menjaga keseltarian budaya setidaknya ada beberapa hal yang
sangat penting. Hal-hal tersebut mempunyai nilai budaya yang positif yang senan
tiasa mereka jaga, adapun kebudayaan yang selalu terjaga dalam pendidikan di pes
antren antara lain:
1. Adanya hubungan yang akrab antara santri dengan Kyai serta taat dan hormatnya
para santri kepada Kyai yang merupakan figur kharismatik dan menjadi contoh yan
g baik;
2) Semangat menolong diri sendiri dan mencintai diri sendiri dengan kewiraswasta
annya;
3) Jiwa dan sikap tolong-menolong, kesetiakawanan, dan suasana kebersamaan dan
persaudaraan sangat mewarnai pergaulan di pesantren;
4) Disiplin waktu dalam melaksanakan pendidikan dan beribadah;
5) Hidup hemat dan sederhana;
6) Berani menderita untuk mencapai suatu tujuan, seperti tirakat, shalat tahajud
diwaktu malam, iâ tikaf di masjid untuk merenungkan kebesaran dan kesucian Allah S
WT) Merintis sikap jujur dalam setiap ucapan dan perbuatan.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan merupakan pendidikan yang selalu melaksanak
an budaya-budaya yang tersebut diatas, sehingga budaya-budaya yang ada selalu te
rjaga, dan budaya-budaya yang tersebut di atas, sangat jarang, bahan tidak ditem
ukan dipendidikan umum. Sehingga nilai-nilai budaya yang ada tetap terjaga, dan
lulusan pesantren mampu berbaur dengan masyarakat dengan budaya masing-masing di
tempat tinggalnya. Selain itu, santri atau siswa tidak selalu dikekang dengan ba
nyaknya pelajaran dengan standar nilai tertantu yang menjadikan mereka kurang be
rinteraksi dengan teman, masyarakat dan persaingan prestasi. Di samping itu, pol
a kebersamaan yang dibangun telah banyak membantu mengurangi timbulnya kelompok-
kelompok atau geng yang sering kita temui di sekolah-sekolah formal yang menjadi
ajang kekerasan untuk mencari identitas mereka. Sehingga peran pesantren di mas
yarakat hendaknya senantiasa dijaga agar budaya dan nilai-nilainya tetap tertana
m pada generasi muda yang menjadi penerus perjuangan bangsa ini.
C. Pesantren dan Masa Depan Pendidikan Islam Di Indonesia.
Sejarah perkembangan Islam di Indonesia yang sangat pesat memang tidak lepas dar
i peranan pesantren sebagai lembaga yang menjadi corak pendidikan Islam yang ber
wawasan keindonesiaan. Pesantren dalam perkembangannya di akui atau tidak dalam
pengembangan pendidikannya banyak menggunakan pendekatan kultural, terutama buda
ya Jawa yang mendominasi latar belakang lahirnya Pesantren. Pendidikan yang dike
lola dengan model pesantren dalam masa silam telah banyak melahirkan santri yang
berkualitas dan telah terbukti memberikan sumbangsih yang besar terhadap negeri
ini.
Namun dalam perkembangannya, pendidikan yang dikelola oleh pesantren dalam masa
penjajahan belanda banyak mengalami hambatan dan tekanan, terutama akses keluar
negeri yang buntu. Sehingga perkembangan keilmuan yang berkembang di dunia Islam
lainnya tidak terserap kedalam pesantren. Hal inilah yang menyebabkan pendidika
n pesantren menjadi statis, terutama bidang fiqh, sehingga produk keilmuan yang
menjadi kurang, karena materi yang disajikan hanya terpusat pada materi yang ada
di dalam negeri saja.
Selaain pesantren sebagai pendidikan yang menggunakan pendekatan budaya yang men
jadi ciri khasnya, dengan pendekatan ini pesantren terbukti mampu menjaga dan me
lestarikan budaya yang ada di dalam masyarakat. Selain itu, sifat-sifat dan akhl
ak pesantren juga menjadi ciri khas yang yang tak bisa lepas dari santri, yaitu
antara santri dan kiyai menjalin hubungan kedekatan ientelektualitas dan budaya
yang mampu memberikan nuansa tersendiri dalam moralitas kehidupan bermasyarakat.
Pola pendidikan inila yang tidak ditemui, bahkan sulit ditemui dalam pendidikan
konvensional. Sebab dalam pendidikan konvensional kedudukan guru hanya sebagai
fasilitator, sehingga tingkat sopan santun antara guru dengan murid kurang terja
ga, bahkan ada murid yang berani terhadap gurunya. Seolah mengejawantahkan sebua
h hadits Nabi yang disitir Al-Ghazali â Semua orang akan rusak kecuali orang yang b
erfikir (terpelajar), yang terpelajar akan rusak kecuali yang mengamalkan penget
ahuannya, yang mengamalkan pengetahuannya akan rusak kecuali yang menggunakan ke
tulusan.â
Perkembangan iptek dan tantangan zaman yang semakin tidak terbendung, sedikit ba
nyak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan keilmuan dan budaya yang ada dalam
pesantren. Pola pendidikan dalam pesantren tidak terlepas dari pengaruh tersebu
t, sehingga tipe atau corak pendidikan di pesantren menjadi tiga tipe, yaitu tra
disional, semi modern, dan modern. Perubahan sistem atau pola pendidikan tersebu
t juga berpengaruh terhadap kedudukan kiyai. Adapun ciri-ciri perbedaan sistem p
endidikan pesantren antara lain:
1. pesantren modern mempunyai ciri antara lain, manajeman dan administrasi
standar modern, tidak terikat figur kiyai, kurikulum tidak hanya ilmu agama, tet
api juga ilmu umum, bangunan lebih mapan dan teratur serta berpagar.
2. pesantren tradisional mempunyai ciri antara lain tidak memiliki manajeme
n dan administrasi modern, sitem pengelolaan berpusat pada aturan yang dibuat ki
yai dan diterjemahkan oleh pegurus pesantren, terikat kuat terhadap figur kiyai,
pola dan sistem pendidikan satu arah, bangunan tidak tertata rapi dan tidak ada
pembatas yang memisahkan pesantren dengan masyarakat.
3. pesantren semi modern mempunyai ciri antara lain; perpaduan antara tradi
sional dan modern, bercirikan nilai-nilai tradisional, masih kental dipegang, ki
yai masih menempati figur sentral, norma dan kode etik tetap menjadi standar pol
a relasi dan norma keseharian, tetapi mengadaptasi sistem pendidikan modern dan
sarana fisik.
Perubahan pada sistem pendidikan tersebut juga mempunyai pengaruh yang besar ter
hadap perkembangan budaya yang selala ini terjaga. Namun perubahan tersebut masi
h ada toleransinya, sehingga nilai-nilai kepesantrenan masih tetap terjaga.oleh
sebab itu, pendidikan pesantren bisa menjadi salah satu pilihan utama dalam menj
aga pendidikan yang berwawasan budaya dan pendidikan yang mampu melestarikan bud
aya.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pesantren merupakan sala
h satu pendidikan yang mempunyai ciri khas keindonesiaan yang telah menyumbangka
n banyak sekali jasa bagi bangsa ini. Pendidikan pesantren yang mempunyai sejara
h yang yang selalu mengiringi perkembangan pendidikan Islam di Indonesia. Pesant
ren juga telah terbukti mampu mencetak para santri berkualitas yang telah menyum
bangkan jasanya bagi kemajuan bangsa ini.
Selain itu pendidikan pesantren yang terus mengalami perkembangan perlu mendapat
dukungan dari berbagai pihak, sehingga pola pendidikan pesantren bisa semakin e
ksis dan tetap mampu menjaga pendidikan yang berwawasan budaya. Dengan tetap eks
isnya pendidikan pesantren, diharapkan pendidikan pesantren baik yang modern mau
pun yang tradisional tetap mampu mencetak generasi muda yang berkualitas yang me
mpunyai wawasan budaya serta mampu bersaing dengan pendidikan yang dikelola oleh
negara maupun swasta.

DAFTAR PUSTAKA.
Abdilah, Sukron, Pesantren dan Arus Modernisasi, immgunungjati.wordpress.com/201
0/04/10
Mohammad, Jamaluddin, Pesantren dan Pendidikan Multikulturalisme, buntetpesantre
n.org 2010-04-10
Strategi Pengembangan Pendidikan Pesantren, qistoos. multiply.Com /journal/item
2010-04-10
andriansyah , yuli, Pondok Pesantren dan Masa Depan Pendidikan Islam di Indonesi
a, yuliandriansyah.xanga.com 2010/04/10
Syarifuddin,, Hamdan H. Titik tengkar Pesantren, Yogyakarta; Pilar Media, 2005 c
et.II

You might also like