Professional Documents
Culture Documents
Al Afdal Permana
0810842026
pemimpin dalam hal ini presiden sebagai kepala negara. Maka gaya-gaya
kepemimpinan pada masa orde baru yang cenderung bergaya otoriter dan
reformasi saat ini karena adanya peningkatan liberalisasi/ kebebasan rakyat dan
kebebasan pers yang luas. Karena adanya peningkatan kebebasan dari komponen-
reformasi saat ini. Untuk itu dalam tulisan ini penulis akan membatasi dan
seseorang bisa berupa pendidikan dan pengalaman. Dari segi pendidikan dan
SBY merupakan lulusan AKABRI terbaik dan mengabdi sebagai perwira TNI
selama 27 tahun, serta meraih pangkat Jendral TNI tahun 2000. Meskipun cukup
lama didunia militer, SBY juga berkembang dalam pendidikan sipil seperti
memperoleh Master in Management dari Webster University, Amerika Serikat
2004 meraih Doktor Ekonomi Pertanian. Pada 2005, beliau memperoleh anugerah
untuk ilmu hukum, dan dari Thammasat University di Thailand ilmu politik. Serta
SBY dikenal aktif dalam berbagai organisasi masyarakat sipil. Beliau pernah
menjabat sebagai Co-Chairman of the Governing Board of the Partnership for the
yang egaliter dan demokratis tetapi budaya militer sebagai dasar pembentukan
karakter kepemimpinan SBY tidak bisa hilang begitu saja. Hal ini dapat kita lihat
dari beberapa contoh kasus gaya kepemimpinan militeristik SBY yang masih
para bupati dan walikota seluruh Indonesia yang tidur “takalok” ketika SBY
wakilnya JK yang terjadi karena kasus yang tidak substansial misalnya masalah
presiden. Selain itu baru-baru ini, aktivis Kompak Ray Rangkuti mencatat
mulai dari isu pendudukan terhadap KPU, isu kaitan bom JW Mariot dengan
1
Disarikan dari artikel ”Dari Pacitan ke Istana Kepresidenan”. diakses pada tanggal 29 Desember
2009 dari http://sbypresidenku.com.
kekecewaan hasil Pemilu, isu muatan politik dalam gerakan 9 Desember, dan isu
dalam pelaksanaan administrai negara yang formalitas dan kaku. Ini merupakan
salah satu karakteristik dari gaya kepemimpinan militeriktik yaitu segala sesuatu
yang berjalan dengan prinsip bahwa segala sesuatunya sesuai dengan peraturan
artinya setiap pikiran baru harus bersabar untuk menunggu sampai peraturannya
berubah dulu, terobosan menjadi barang langka. Untungnya menurut saya, waktu
itu SBY mempunyai wapres JK yang berkarakter memiliki inovasi dan bertindak
cepat dalam pengambilan keputusan “lebih cepat lebih baik” namun akurat seperti
penyelesaian GAM, konversi minyak tanah dll. Apa yang akan terjadi 5 tahun
terutama pada periode 2004-2009 sedikit bertipe laisser faire namun tidak mutlak
SBY yang saya maksud disini adalah bahwa dalam pelaksanaan tugas administrasi
lebih banyak keluar dari mulut JK. Lebih jelasnya kalimat diatas saya artikan
2
Akhmad Mustain, “SBY Harus Ubah Gaya Kepemimpinan,” Media Indonesia, 30 Desember
2009, hal 1.
bahwa “Pemerintahan SBY Diantara Bayang Jusuf Kalla” atau saya
Hal ini terjadi karena kepribadian dan gaya kepemimpinan JK yang lugas
oleh beberapa tokoh dilabeli dengan “The Real President”3. Sedangkan SBY
lebih formalitas yang dinilai terlalu memelas dan masih tidak tegas dalam
pengambilan keputusan4.
hak penuh mengatur kerja lembaga kepresidenan. Namun, wakil presiden, lebih
keputusan untuk masalah nasional, memang itu bukan suatu yang buruk namun
karena SBY hampir selama separuh karirnya terlibat di gaya kepeminpinan Orde
Baru, dimana selama ini wakil presiden itu hanya sebagai simbol atau “ban serep”
bagi presiden, apabila presiden berhalangan hadir dalam suatu acara, bukan
kepemimpinan JK tidak cocok jika orang nomor dua di Republik ini hanya
mungkin disebabkan karena tuntutan reformasi, situasi dan kondisi saat ini yang
semakin liberal. Dimana tipe pemimpin dengan gaya ini dalam mengambil
berada di tangannya.
kemudian mengambil keputusan yang tepat. Tidak jarang hal ini menimbulkan
persepsi bahwa SBY seorang yang lambat dalam mengambil keputusan dan tidak
ini kadang tidak kokoh ketika melaksanakan keputusan karena ia kadang goyah
Secara teoritis pemimpin tipe ini bisa menerima kritik, kritik dibalas pula
dengan kontra kritik. Bukan menjadi rahasia lagi bila seringkali kita melihat dan
mengkritiknya. SBY percaya bahwa kebenaran hanya bisa diperoleh dari wacana
publik yang melibatkan sebanyak mungkin elemen masyarakat. Selain itu tipe