You are on page 1of 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PROLAPSUS UTERI

DI RUANG POLI OBGIN

RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR

UTAMA DARMA HUSADA

MALANG
I. TOPIK

Prolapsus uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks


berada di dalam orifisium vagina ( prolapsus derajat 1 ), serviks berada di luar
orifisium (prolapsus derajat 2 ), atau seluruh uterus berada di luar orifisium. Prolapsus
uteri disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya karena kelemahan jaringan ikat di
rongga panggul, perlukaan jalan lahir. Menopause juga faktor pemicu terjadinya
prolapsus uteri.

Pada prolapsus uteri gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual.


Kadang kala penderita dengan prolaps yang sangat berat tidak mempunyai keluhan
apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan
Permasalahan

II. PERMASALAHAN

Prolapsus organ panggul adalah keadaan yang sering terjadi terutama pada wanita
tua. Diperkirakan lebih dari 50% wanita yang pernah melahirkan normal akan
mengalami keadaan ini dalam berbagai tingkatan, namun oleh karena tidak semua
diantara mereka mengeluhkan hal ini pada dokter maka angka kejadian yang pasti
sulit ditentukan.

III.SASARAN
Pasian dan Keluarga serta pengunjung poli

IV. TUJUAN

a. Umum

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga serta pengunjung


poli mengerti tentang penyakit prolapsus uteri.

b. Khusus
1) Peserta dapat menjelaskan definisi dari prolapsus uteri.

2) Peserta dapat menjelaskan etiologi dari prolapsus uteri

3) Peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala prolapsus uteri

4) Peserta dapat menyebutkan manifestasi klinis prolapsus uteri

5) Peserta dapat menyebutkan komplikasi dari prolapsus uteri

V. MATERI

1) Definisi

Prolapsus uteri adalah keadaan yang terjadi akibat otot penyangga uterus
menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser kebawah dan dapat
menonjol keluar dari vagina. Dalam keadaan normal, uterus disangga oleh otot
panggul dan ligamentum penyangga. Bila otot penyangga tersebut menjadi lemah
atau mengalami cedera akan terjadi prolapsus uteri. Pada kasus ringan, bagian
uterus turun ke puncak vagina dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi
protrusi melalui orifisium vaginae dan berada diluar vagina. Prolapsus uteri sering
terjadi bersamaan dengan urethrocele dan cystocele (urethra dan atau kendung
kemih terdorong keluar dari dinding depan vagina ) dan rectocele (dinding rectum
terdorong keluar dari dinding belakang vagina

Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause.


Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding
vagina bawah pada kala II, penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-
otot dasar panggul menjadi atrofi dan melemah. Oleh karena itu prolaps uteri
tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat.

2) Klasifikasi Prolapsus Uteri


Mengenai istilah dan klasifikasi prolapsus uteri terdapat perbedaan pendapat
antara lain ginekologi. Friedman dan Little (1961) mengemukakan beberapa
macam klasifikasi yang dikenal yaitu :

a. Prolapsus uteri TK I, dimana servik uteri turun sampai introitus vagina;


Prolapsus uteri TK II, dimana servik menonjol keluar dari introitus vaginae;
Prolapsus uteri TK III, seluruh uterus keluar dari vagina; prolapsus ini juga
dinamakan Prosidensia uteri.

b. Prolapsus uteri TK I, servik masih berada di dalam vagina ; Prolapsus


uteri TK II, servik keluar dari introitus, sedang pada Prosidensia uteri, uterus
seluruhnya keluar dari vagina.

c. Prolapsus uteri TK I, servik mencapai introitus vaginae ; Prolapsus uteri


TK II , uterus keluar dari introitus kurang dari ½ bagian ; Prolapsus uteri TK
III, uterus keluar dari introitus lebih besar dari ½ bagian.

d. Prolapsus uteri TK I, servik mendekati prosessus spinosus; Prolapsus uteri


TK II, servik terdapat antara Proc. Spinosus dan introitus vaginae ; Prolapsus
uteri TK III , servik keluar dari introitus.

e. Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi d, ditambah dengan Prolapsus uteri


TK IV (Prosidensia Uteri).

3) Tanda dan Gejala

Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala


penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai
keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai
banyak keluhan.

Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:


a) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia
eksterna.
b) Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c) Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:

1. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula–mula pada siang hari,


kemudian lebih berat juga pada malam hari
2. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya.
3. Stress inkontinensia yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk,
mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel yang
besar sekali.

d) Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:

1. Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.


2. baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan
vagina.

e) Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:

1. pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu


berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet
sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
2. lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan
karena infeksi serta luka pada portio uteri.

f) Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa


penuh di vagina.

4) Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk porolaps
yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan belum
lengkap, prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dsb. Jadi
tidaklah mengherankan jika prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau
dalam masa nifas. Asites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah
terjadinya hal tsb. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara, factor
penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang
uterus.

5) Patofisiologi

Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling ringan
sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan, khususnya persalinan
pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang
tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul.
Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik akan
memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot mengurang
seperti pada penderita dalam menopause.

Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian wanita
tersebut dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus.
Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric,ia
akan terdorong oleh kandung kencing sehingga menyebabkan penonjolan dinding
depan vagina kebelakang yang dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya
hanya ringan saja, dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang
lancar,atau yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel.
Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra.Pada divertikulum keadaan
urethra dan kandung kencing normal hanya dibelakang urethra ada lubang yang
membuat kantong antara urethra dan vagina.kekendoran fasia dibagian belakang
dinding vagina oleh trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan
turunnya rectum kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol
kelumen vagina yang dinamakan retrokel.Enterokel adalah hernia dari kavum
Douglasi.Dinding vagina bagian belakang turun dan menonjol ke depan.Kantong
hernia ini dapat berisi usus atau omentum.

6) Pemeriksaan Penunjang

Friedman dan Little(1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut:

a. Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan


pemeriksaan jari,apakah portio pada normal atau portio sampai introitus
vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
b. Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula panjangnya serviks
uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio
kolli.
c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.Jika
dimasukkan kedalam kandung kencing kateter logam,kateter itu diarahkan
kedalam sitokel,dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding
vagina.Uretrokel letaknya lebih kebawah dari sistokel,dekat pada oue.

Menegakkan diagnosis retrokel mudah,yaitu menonjolnya rectum kelumen


vagina 1/3 bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang dari
proksimal kedistal,kistik dan tidak nyeri.

Untuk memastikan diagnosis,jari dimasukkan kedalam rectum,dan


selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen
vagina.Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.Pada
pemeriksaan rectal,dinding rectum lurus,ada benjolan ke vagina terdapat di atas
rectum.
7) Komplikasi
Komplikasi yang dapat menyertai Prolapsus uteri adalah :
a. Keratinasi mukosa vagina dan portio uteri.
b. Dekubitus.
c. Hipertropi servik uteri dan elangasio kolli.
d. Gangguan miksi dan stress incontinence.
e. Infeksi jalan kencing.
f. Kemandulan.
g. Kesulitan pada waktu partus.
h. Hemoroid.
i. Inkarserasi usus halus.

8) Pencegahan
Pemendekan waktu persalinan terutama bila kala pengeluaran dan kalau
perlu dilakukan elektif (umpamanya foceps dengan kepala sudah didasar
panggul), membuat episiotomi, memperbaiki dan mereparasi luka atau kerusakan
jalan lahir dengan baik, memimpin persalinan dengan baik agar dihindarkan
penderita meneran sebelum pembukaan lengkap betul, menghindari paksaan
dalam mengeluiarkan plasenta (perasat Crede), mengawasi involusi uterus pasca
persalinan tetap baik dan cepat, serta mencegah atau mengobati hal-hal yang
dapat meningkatkan tekanan intraabdominal seperti batuk-batuk yang kronik.
Menghindari benda-benda yang berat. Dan juga menganjurkan agar penderita
jangan terlalu banyak punya anak atau sering melahirkan, latihan otot dasar
panggul ( Kegel Exercise ), Hindari konstipasi

9) Penatalaksanaan Medis

Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu.


Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan,atau penderita masih
ingin mendapat anak lagi,atau penderita menolak untuk dioperasi,atau kondisinya
tidak mengijinkan untuk dioperasi.

a. Latihan-latihan otot dasar panggul


b. Stimulasi otot –otot dengan alat listrik
c. Pengobatan dengan pessarium,dengan indikasi: kehamilan, bila penderita
belum siap untuk dilakukan operasi, sebagai terapi tes, penderita menolak
untuk dioperasi, untuk menghilangkan simpton yang ada sambil menunggu
waktu operasi dapat dilakukan.

Pada kelemahan otot dasar panggul ringan, latihan dasar panggul dapat
memperbaiki tonus otot dasar panggul. Selain itu, penggunaan pesarium dapat
dikerjakan pada kondisi sebagai berikut :
1. Keadaan umum pasien yang tidak memungkinkan
2. Selama kehamilan atau pasca persalinan
3. Untuk mendukung proses [penyembuhan ulkus dekubitus
Pesarium dapat menyebabkan iritasi dan ulserasi. Secara periodik ( setiap 6 – 12
minggu ) pesarium vaginal harus dilepas , dibersihkan dan kemudian dipasang
kembali. Kesalahan pemasangan dapay meyebabkan terjadinya fistula, perdarahan
dan infeksi.

 Pengobatan Operatif
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina.Maka,jika
dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri,prolapsus vagina perlu ditangani
juga.ada kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan
pembedahan,padahal tidak ada prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang tidak ada
belum perlu dioperasi.Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina
adalah adanya keluhan.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari
beberapa factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau
untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
VI. Cara penyampaian

a. Format kelompok

1) Pembawa acara : Ahmed R

2) Pemateri : Nurhadi

3) Fasilitator : Ayo Noviana R

4) Observer : Rizky Erlinda F

b. Metode

1) Ceramah

2) Tanya jawab

VII. Sarana

1) Lembar balik

2) leaflet

VIII. Evaluasi

1) Evaluasi Struktur
• Peserta hadir ditempat penyuluhan
• Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan ruang 16 combustio RSSA
Malang
• Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
• Kesiapan SAP.
• Kesiapan media: Leaflet, Flip Chart.
2) Evaluasi Proses
• Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
• Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
• Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3) Evaluasi Hasil
• Keluarga dan pasien mengetahui tentang jenis nutrisi yang diperlukan.
• Jumlah hadir dalam penyuluhan minimal 15 orang.
KEGIATAN PENYULUHAN
No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN MEDIA
PESERTA dan
METODE

1. 3 Pembukaan : Ceramah

Menit • Membuka kegiatan • Menjawab salam


dengan mengucapkan salam.
• Memperkenalkan diri
• Mendengarkan
• Menjelaskan tujuan
• Memperhatikan
dari penyuluhan
• Menyebutkan materi
yang akan diberikan • Memperhatikan
2. 15 Pelaksanaan : Ceramah
dan lembar
menit • Menjelaskan definisi dari • Memper
balik
prolapsus uteri. hatikan

• Menjelaskan etiologi/
penyebab dari prolapsus uteri • Menden
garkan
• Menjelaskan tanda dan gejala
dari prolapsus uteri
• Bertany
• Menjelaskan manifestasi klinis
a dan menjawab
prolapsus uteri.
pertanyaan yang
• Menjelaskan komplikasi dari diajukan
prlapsusu uteri
3. 10 Evaluasi : Leaflet dan
Tanya jawab
Menit • Menanyakan kepada • Menjaw
peserta tentang materi yang telah ab pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada keluarga yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 2 Terminasi : Ceramah

Menit • Mengucapkan • Menden


terimakasih atas peran serta garkan
peserta.
• Mengucapkan salam
• Menjaw
penutup
ab salam

LEMBAR EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

• Pada waktu pelaksanaan, peserta hadir tepat waktu.

• Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan tepat waktu yaitu pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 11 Februari 2010

Jam : 08.00 WIB

Tempat : di ruang penyuluhan poli Obgin RSSA Malang.

• Pada waktu pelaksanaan, SAP dan MEDIA (leaflet, lembar balik) telah siap
sebelum penyuluhan dilaksanakan.
• Dalam waktu pelaksanaan, pengorganisasian telah dilakukan sebelumnya yaitu:

Ahmed Roudhoh : Sebagai pembawa acara

Nurhadi : Sebagai pemateri I

Ayu Noviana R : Sebagai pemateri II

Rizki Erlinda F : sebagai fasilitator

2. Evaluasi Proses

• Peserta sangat antusias dalam penyuluhan.

• Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan sebelum penyuluhan berakhir

• Peserta ada yang bertanya kepada pemateri yaitu:

a. Kenapa anak remaja yang baru pertama kali haid perdarahannya banyak?

b. Apa saja penyebab yang bisa menimbulkan kanker?

c. Jelaskan tipe-tipe panggul sempit?

3. Evaluasi hasil

• Keluarga pasien mengetahui tentang :

a. Definisi dari prolapsus uteri.

b. Etiologi dari prolapsus uteri

c. Tanda dan gejala dari prolapsus uteri

d. Komplikasi dari prolapsus uteri

• Jumlah hadir peserta hanya 15 orang.


DAFTAR PUSTAKA

Manaba. 1998. Ilmu kebidanan dan penyakit kandungan. EGC: Jakarta

Prawirohardji Sarwono. 2002. Ilmu kandungan. Jakrta: Yayasan Bina Pustaka.

Teddy Supriadi. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obsttetri dan Gynekologi. Jakarta: EGC

Wiknjosastro Hanifa. 2000. Kelainan Letak Alat-Alat Genital Dalam Ilmu Kandungan, Cetakan
Ke III, , Jakarta: Bina Pustaka Sarwono

Agung hidayat. 2009. www.http://hidayat2.wordpress.com (diakses tanggal 9 Februari 2010)

Bambang Widjanarko. 2008. www.http://informasireproduksi.com (diakses tanggal 9 Februari


2010)

You might also like