You are on page 1of 21

MODALITAS PENGOBATAN

TERAPI KELUARGA

OLEH:

Ni Putu Ari Widiastuti

NIM: 08.321.0256

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

DENPASAR

2010
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua pribadi
yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidupnya dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam
perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
dan masyarakat. Oleh sebab itu saat ini terapi keluarga merupakan salah suatu terapi yang
digunakan kepada pasien dengan gangguan kejiwaan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
a. Bagaimanakah tinjauan konsep keluarga?
b. Apa saja konsep sistem keluarga?
c. Bagaimanakah terapi keluarga?
d. Bagaimanakah tinjauan proses keperawatan dalam terapi keluarga?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, adapun rumusan permasalahan adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tinjauan konsep keluarga.
b. Untuk mengetahui konsep sistem keluarga.
c. Untuk mengetahui terapi keluarga.
d. Untuk mengetahui tinjauan proses keperawatan dalam terapi keluarga.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Konsep Keluarga


A. Keluarga
Keluarga adalah sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih , yang hidup
bersama yang memiliki ikatan emosional yang kuat, interaksi regular, dan
berbagai kekhawatiran dan tanggung jawab.
1. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan ayah ( menikah dan
tidak menikah) dan anak ( kandung atau adopsi ).
2. Keluarga besar adalah sekelompok orang yang terikat hubungan darah dan
pernikahan, termasuk kakek dan nenek, paman, bibi dan saudara sepupu.
3. Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari satu orang tua
dan anaknya ( kandung dan adopsi ).
4. Keluarga campuran adalah pasangan yang menikah atau tidak menikah ,
satu atau keduanya sudah pernah menikah sebelumnya, dan termasuk
seorang atau beberapa orang anak mereka.
5. Keluarga alternatif adalah keluarga yang terdiri dari orang-orang dengan
atau tanpa hubungan darah atau pernikahan yang tinggal bersama untuk
mencapai tujuan yang sama.

B. Sistem
Sistem adalah serangkaian unsur yang memiliki interaksi atau hubungan yang
saling menguntungkan. Keluarga merupakan sebuah sistem.
1. Suprasistem adalah sistem luas yang terdiri dari berbagaisistem yang lebih
kecil ( misalnya lingkungan tetangga, komunitas, kelompok budaya, bangsa ).

2. Subsistem adalah subset keluarga yang lebih kecil ( misalnya saudara


kandung, orang tua, orang tua-anak, kerabat antargenerasi).
3. Batasan adalah parameter yang mendefinisikan siapa yang berada di dalam
dan di luar sistem. Batasan dapat membuka ( membiarkan terjadinya
pertukaran bebas ), tertutup (membatasi interaksi), atau menyebar ( tidak
jelas). Batasan yang menyebar dapat mengubah definisi tentang siapa yang
berada di dalam atau di luar sistem.
4. Homoestasis adalah pemeliharaan kontinuitas , kekonstanan, dan
keseimbangan sistem. Semua sistem termasuk keluarga beruasaha menjaga
homoestasis.

2.2 Konsep Sistem Keluarga


A. Anggota Sistem Keluarga Independen
• Perubahan pada satu bagian sistem keluarga mempengarui semua bagian
yang lain dan sistem ini keseluruhan.
• Peran, perilaku dan hubungan antaranggota keluarga dipertahankan dengan
cara yang relative konstan.
• Koalisi (misalnya dyad antara dua orang) yang terbentuk di antara anggota
sistem ini menjadi masalah. Sebagai contoh, dyad intergenerasi dapat
menghambat komunikasi intergenerasi.
• Segitiga dianggap sebagai konfigurasi yang melibatkan tiga anggota
keluarga atau dua anggota keluarga dan satu masalah (mis, hubungan penuh
konflik antara suami istri dapat diredakan dengan menghadirkan seorang
anak untuk mengalohkan perhatian mereka dari konflik.)

B. Diferensiasi
• Diferensiasi tingkat rendah ditandai dengan seseorang yang dikuasai emosi,
bertindak secara impulsif, dan sulit berbagi dan memberi dalam suatu
hubungan.
• Diferensiasi tingkat sedang ditandai dengan kurangnya fungsi emosi, namun
individu cenderung memandang dunia sebagai hitam atau putih atau ini atau
itu. Hubungannya dapat berlangsung lama, namun pada saat muncul
ansietas, dapat terjadi penyatuan atau kehilangan fungsi.
• Diferensiasi tingkat tinggi ditandai dengan seseorang yang memiliki
keseimbangan antara emosi dan intelektualnya, dengan pemahaman tentang
berbagai perspektif. Hubungannya ditandai dengan saling menghormati
keunikan dan perbedaan orang lain.

C. Ciri Hubungan dalam Keluarga


• Saling mendukung dan menghormati dalam perbedaan dan keunikan setiap
individu.
• Keterikatan atau penyatuan , yaitu adanya keterlibatan belebihan
antaranggota keluarga dengan harapan bahwa setiap individu di dalam
keluarga itu berfikir dan bertindak sama.
• Pelepasan, yaitu kurangnya keterlibatan keluarga dan kerenggangan
individu-individu dalam keluarga itu.
• Hubungan orang tua yang bertentangan, muncul ketika terjadi konflik
terbuka dan anak-anak harus “memilih dipihak siapa”.
• Hubungan orang tua asimetris, terjadi disaat salah satu dari kedua orang tua
mengalami disfungsi, sehingga terjadi ketidakseimbangan peran dan fungsi
didalam keluarga tersebut.

D. Tahap Perkembangan
Keluarga melewati tahap-tahap perkembangan yang dapat diprediksi sesuai siklus
kehidupan. Setiap fase dicirikan dengan serangkaian penyesuaian tertentu yang dapat
menimbulka stress pada keluarga tersebut. Tahap-tahap tersebut meliputi:
• Berpasangan atau pernikahan (negosiasi hubungan).
• Melahirkan anak (penyesuaian diri sebagai orang tua).
• Anak prasekolah (koping terhadap toddler).
• Anak usia sekolah (berinteraksi dengan sistem social yang lebih luas).
• Anak remaja (koping terhadap kemandirian).
• Tempat kosong (negosiasi ulang hubungan suami-istri).
• Pensiun (pendefinisian diri kembali).
• Penuaan (mengatasi kehilangan)

E. Fungsi di Masyarakat
Fungsi keluarga dalam sistem social yang lebih besar dan melaksanakan tugas-tugas
berikut ini:
• Pemeliharaan fisik anggota, termasuk penyediaan pangan, papan, dan
sandang.
• Alokasi sumber daya fisik dan emosi, termasuk alokasi pengeluaran, barang,
ruang, dan dukungan emosi.
• Pembagian tanggung jawab, termasuk tanggung jawab keuangan,
penatalaksanaan rumah tangga, dan membesarkan anak.
• Sosialisasi anggota, termasuk bimbingan fisik, emosi, social, dan spiritual.
• Keluar masuknya anggota, termasuk kelahiran, adopsi,pindah keluar, pindah
kedalam, kunjungan.
• Aturan, termasuk mematuhi peraturan, standar dan norma-norma yang ada
dalam keluarga atau masyrakat.
• Interaksi dengan sistem yang lebih besar, meliputi interaksi dengan tempat
ibadah, sekolah, lingkungan tetangga, dan komunitas.
• Transmisi budaya, meliputi nilai-nilai, keyakinan, peran, dan fungsi, serta
tradisi.
F. Karakteristik

Keluarga dapat dicirikan sebagai karaktristik umum fungsional atau disfungsional.


Karakteristik Keluarga Fungsional Keluarga Disfungsional
Definisi • Mendefinisikan dengan • Definisi yang tidak jelas
Peran jelas tentang siapa yang mengakibatkan tidak
melakukan apa, kapan, terselesaikannya tugas-tugas penting.
dimana, dan bagaimana

Batasan • Batasan yang terbuka • Batasan yang tertutup


dapat mendorong terjadinya menghambat interaksi keluarga
pertukaran multiple dari dengan sistemsosial yang lebih
keluarga kesistem yang lebih besar.
besar.

Sistem • Keyakinan didukung oleh • Keyakinan didasarkan pada


Keyakinan fakta dan realitas. stereotip, mitos, dan bias.
• Anggota keluarga mampu • Anggota keluarga tidak
mengidentifikasi dan mengetahui pola keyakinannya dan
mendiskusikan perbedaan. tidak terbuka untuk diskusi.

Komunikasi • Komunikasi verbal dan • Komunikasi yang


nonverbalnya jelas langsung membingungkan dan tidak langsung;
dan selaras. komunikasi verbal dan nonverbalnya
dapat bersifat tidak selaras.
• Dapat Memiliki pola ikatan
ganda ; penerimanya adalah korban
dan tidak dapat menang
( misalnya:”Lakukan apa yang saya
katakan! Bersikaplah lebih mandiri!
“)
Diferen • Mendorong individuasi • Menghambat individuasi
Siasi anggota. anggota.
• Menghargai perbedaan. • Merasa terancam oleh
perbedaan.

Penyelesaian • Mendefinisikan dan • Tidak mampu mendefinisikan


Masalah menyebutkan masalah, masalah dan tidak dapat memberikan
mengeksplorasi solusi solusi alternatif.
alternatif mengevaluasi • Tidak efektif dalam
solusi. menggunakan sumber daya untuk
• Menggunakan sumber mendapat bantuan.
daya yang diperlukan untuk
mendapat bantuan.

2.3 Terapi Keluarga


A. Tujuan Umum
Tujuan dari terapi keluarga adalah melakukan perubahan yang bermanfaat pada setiap
anggota dengan berfokus pada keluarga sebagai satu keseluruhan.

B. Tujuan Khusus
• Menggunakan kekuatan keluarga untuk membantu keluarga
mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan untuk perubahan dan pemecahan
masalah.
• Mendorong komunikasi terbuka antar anggota keluarga.
• Membantu satu anggota keluarga atau lebih untuk melakukan deferensiasi.
• Menggunakan pandangan historis dan fungsi keluarga tersebut dari
generasi ke generasi untuk memahami masalah yang dihadapi saat ini.
 Mencari data riwayat keluarga.
 Menyusun genogram keluarga, yang merupakan gambaran keluarga
tersebut dari waktu ke waktu dan mencangkup kelahiran, kematian,
pernikahan, dan peristiwa-peristiwa penting lainnya.

C. Indikasi Terapi Keluarga


· Konflik perkawinan, sibling konflik, konflik beberapa generasi.
· Konflik orang tua & anak.
· Proses transisi dlm keluarga ; pasangan baru menikah, kelahiran anak pertama, anak
mulai remaja.
· Terapi individu yg perlu melibatkan anggota keluarga lain.
· Tidak ada kemajuan terapi individu.
D. Jenis Terapi Keluarga
 Sistem Terapi Keluarga
Murray Bowen (1978) adalah ahli teori yang mengemukakan tentang terapi
sistem keluarga. Pendekatan terapi ini akan membantu individu dalam keluarga agar
tidak didominasi oleh reaktivasi emosi dan untuk mencapai tingkat diferensiasi diri
yang lebih tinggi.
Bowen mempunyai pandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem yang
terdiri dari berbagai subsistem, seperti pernikahan, orang tua-anak & saudara
kandung (sibling) dimana setiap subsistem tersebut dibagi kedalam subsistem
individu dan jika terjadi gangguan pada salah satu subsistemnya maka akan
menyebabkan perubahan pada bagian lainnya bahkan bisa sampai ke suprasistem
keluarga tersebut yaitu masyarakat. Oleh karena itu, salah satu alat terapi Bowen
adalah peta keluarga (genogram) 3 generasi. ( Genogram Terlampir )
Bowen sendiri mempunyai delapan konsep dasar dalam pelaksanaan terapinya.
Adapun konsep dasar terapinya adalah sebagai berikut:
• Pemisahan Diri (Differentiation of self)
Pemisahan diri adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan diri sebagai
bagian yang terpisah secara realistis dari ketergantungan pada individu lain dalam
keluarga, tetapi dengan catatan dapat mempertahankan pemikiran dengan tenang dan
jernih dalam menghadapi konflik, kritik, serta menolak pemikiran yang tidak jelas
serta emosional.
Keluarga yang sehat akan mendorong proses pemisahan diri dari kekuatan ego
keluarga yang telah banyak diterima pada anggota keluarga yang berusia 2 sampai 5
tahun serta diulang pada usia antara 13 dan 15 tahun.
Stuck-togetherness (kebersamaan yang melekat/menancap) menggambarkan
keluarga dengan kekuatan ego yang melekat kuat sehingga tidak ada anggota yang
mempunyai perasaan utuh tentang dirinya secara mandiri.

• Segitiga ( Triangels )
Konsep hubungan segitiga merujuk kepada konfigurasi emosional dari 3 orang
anggota keluarga yang menghambat dasar pembentukan sistem keluarga. Triangles
adalah penghalang dasar pembentukkan sistem emosional. Jika ketegangan emosi
pada sistem 2 orang melampaui batas, segitiga tersebut adalah orang ketiga, yang
membiarkan perpindahan ketegangan ke orang ketiga tersebut. Suatu sistem
emosional yang disusun secara seri pada hubungan segitiga akan bertaut satu sama
lain.
Hubungan segitiga merupakan hubungan disfungsional yang dipilih oleh
keluarga untuk menurunkan kecemasan melalui pengalihan isu yang berkembang
daripada menyelesaikan konflik/ketegangan. Triangulasi ini dapat terus berlangsung
untuk jangka waktu yang tak terbatas dgn melibatkan orang di luar keluarga
termasuk terapis keluarga yang dianggap sebagai bagian dari keluarga besar

• Proses Emosional Sistem Keluarga Inti


Menggambarkan pola fungsi emosional dalam satu generasi. Umumnya
hubungan terbuka terjadi selama masa pacaran, kebanyakan individu memilih
pasangan dengan tingkat perbedaan yang sama. Jika tingkat perbedaan yang muncul
rendah pada masa penjajakan dalam hal ini adalah masa pacaran maka kemungkinan
besar akan muncul masalah di masa mendatang.

• Proses Proyeksi Keluarga


Pasangan yang tidak mampu terikat dengan komitmen yang kuat sebagai orang
tua maka akan menciptakan kecemasan kepada anak-anaknya. Peristiwa tsb
dimanifestasikan sebagai hubungan segitiga ayah-ibu-anak. Segitiga ini ini umumnya
berada pada berbagai tingkatan intensitas yang beragam pada hubungan antara orang
tua dengan anak. Anak biasanya menjadi target sasaran yang dipilih dengan berbagai
alasan:
- Anak akan mengingatkan pada salah satu figur orang tua terhadap isu
pengalaman masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan.
- Anak ditentukan oleh jenis kelamin atau posisi penting dalam keluarga.
- Anak yang lahir cacat.
- Orang tua yang memiliki pandangan negatif saat kehamilan
Perilaku menjadikan anak sebagai sasaran tersebut disebut
“pengkambinghitaman” (Scapegoating) dan hal tersebut sangat membahayakan
stabilitas emosional serta kemampuan anak.

• Pemutusan Secara Emosional (Emotional Cutoff)


Dalam pemutusan emosional biasanya pemutusan mudah dilakukan jika antara
anak dengan orang tua tinggal dalam tempat yang jaraknya berdekatan sementara
dengan anak yang tinggalnya berjauhan pemutusan emosional ini menjadi sangat
sulit untuk dilakukan. Pemutusan hubungan secara emosional merupakan
disfungsional yang terjadi diantara keluarga asli akibat keterikatan yang terjadi
dengan pembentukkan keluarga baru. Memelihara hubungan secara emosional
dengan keluarga asal dapat mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga
walaupun adanya perbedaan.

• Proses Transmisi Multigenerasional


Merupakan bagian yang berkelanjutan dari suatu proses yg natural/alami dari
seluruh generasi dimana suatu cara pola interaksional yang ditransfer dari satu
generasi ke generasi lain. Sikap, nilai, kepercayaan, perilaku dan pola interaksi
didapatkan dari orang tua kepada anak melalui seluruh kehidupan. Penting untuk
dikaji pada keluarga, terutama perilaku keluarga dalam suatu generasi yang turun
menurun (multiple).

• Sibling Position
Satu kedudukan yang dipegang oleh keluarga akan mempengaruhi
perkembangan keluarga yang dapat diprediksi dari karakteristik profil. Anak ke
berapa serta kepribadian anggota keluarga tsb akan menentukan posisi seseorang
dalam keluarga. Bowen menggunakan teknik ini untuk membantu menggambarkan
tingkat perbedaan kedudukan diantara keluarga serta kemungkinan terjadinya proses
proyeksi keluarga secara langsung.

• Societal Regression
Teori Bowen meluaskan pandangannya terhadap masyarakat (society) sebagai
sistem sosial seperti layaknya keluarga. Konsep societal regression membandingkan
antara respon masyarakat dengan respon individu dan keluarga terhadap:
Ø Tekanan akibat krisis emosional.
Ø Tekanan yang menimbulkan ketidaknyamanan & kecemasan.
Ø Penyebab penyelesaian yang tergesa-gesa, bertambahnya masalah, serta
siklus yang sama yg berulang secara terus menerus.

 Terapi Struktural
Salvador Minuchin (1974) adalah ahli teori yang mengemukakan tentang
terapi struktural. Konsep terapi ini adalah keluarga, dimana keluarga merupakan
suatu sistem sosiokultural terbuka sebagai sarana dalam memenuhi kebutuhan
adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan individu dan anggota
lainnya dijumpai maladaptive dan tidak bisa saling menyesuaikan. Fokus
terapinya adalah perubahan adaptasi dari maladaptif menjadi adaptif untuk
memudahkan perkembangan keluarga. Usaha terapi meliputi hubungan keluarga,
evaluasi struktur dasar keluarga, kemampuan dan upaya seluruh anggota keluarga
untuk saling menerima perbedaan dan saling memahami karakter. Jadi pendekatan
dari terapi ini yaitu dengan mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi
keluarga untuk memodifikasi posisi setiap anggota keluarga di dalam kelompok.

 Terapi Interaksional
Virginia Satir (1964) adalah ahli teori mengemukakan tentang perkembangan
terapi interaksional. Beliau adalah seorang terapis dari Amerika Serikat. Konsep
dasar dalam terapinya adalah dinamika hubungan antara manusia dalam satu
sistem keluarga, yang akan berpengaruh kepada hubungan seseorang dengan
sistem diluar keluarganya sehingga supaya tidak terjadi masalah maka diupayakan
untuk terjadinya transformasi dalam hidup seseorang. Perubahan yang dimaksud
semata-mata bukan untuk kepentingan perubahan saja tetapi juga mengupayakan
bagaimana seseorang dapat memberdayakan kemampuan serta kekuatannya untuk
menyelesaikan masalahnya, karena masalah yang ditimbul pada setiap individu
semuanya bisa diselesaikan tergantung dari upaya seseorang tersebut untuk
memberdayakan kekuatannya untuk mengatasi masalahnya. Dalam model ini ,
jika terdapat anggota keluarga yang dianggap bermasalah maka terapisnya akan
mengkondisikan keluarga tersebut untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung seseorang yang bermasalah tersebut untuk memberdayakan
kekuatannya untuk menyelesaikan masalahnya. Sementara itu, untuk individu
yang bermasalah akan dilakukan proses transformasi perasaan, persepsi,
pengharapan, dan tingkah lakunya terhadap masalah yang dihadapinya. Salah satu
bentuk terapinya adalah terapi musik yang dilakukan bersama-sama dengan
seluruh anggota keluarga meskipun yang bermasalah hanya satu individu atau
beberapa individu saja.

E. Peran Perawat dalam Terapi Keluarga


• Psychiatric – Mental Health Nurse Specialist (APRN atau CNS).
Perawat pada tingkat ini berfungsi sebagai ahli terapi keluarga, dengan menggunakan
teori keluarga untuk memberikan layanan seperti diagnosisi keluarga atau intervensi
psikoterapeutik (ANA, 1994).
• Psychiatric – Mental Health Nurse Generalist (RN,C).
Perawat pada tingkat ini secara tipikal menerapkan proses keperawatan terhadap
keluarga, termasuk :
 Pengkajian peran, fungsi dan kebutuhan keluarga serta menerapkan standar
diagnosis keperawatan North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA).
 Mengajarkan pada keluarga tentang penyakit, sumber daya, dan program
pengobatan serta bekerja sama dengan anggotakeluarga untuk memberikan
penatalaksanaan penyakit yang efektif.
 Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk membantu keluarga
memperbaiki komunikasi diantara mereka.
 Berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain untuk meningkatkan
fungsi keluarga dan memperbaiki kesehatan anggotanya. Kolaborasi ini meliputi
rujukan, bertindak sebagai manajer kasus dan keanggotaan tim (Frisch, 1998).

2.4 Tinjauan Proses Keperawatan Terapi Keluarga


A. Pengkajian
1. Tentukan keanggotaan dalam keluarga.
2. Identifikasi tahap perkembangan keluarga serta stresor internal dan eksternal.
3. Tentukan keyakinan dan praktik-praktik etnik dan budaya yang berkaitan dengan
kesehatan.
4. Kaji ulang aspek-aspek penting dari riwayat keluarga.
5. Kumpulkan data untuk menyusun genogram keluarga.
6. Identifikasi kelebihan, sistem pendukung, dan pola komunikasi keluarga
7. Tentukan persepsi keluarga mengenai masalah yang dihadapi.

Pertanyaan yang di ajukan oleh perawat kepada keluarga.


Pertanyaan Data yang diberikan
”Siapa saja anggota keluarga anda?” Batasan keluarga ”Genogram keluarga”
”Di mana anggota keluarga anda tinggal?” Hidup bersama atau tidak
”Apa kelompok etnis atau udaya keluarga Identiikasietnik dan budaya serta praktik-
anda?” praktik yang dilakukan
“Siapa yang memberi dukungan signifikan Sumberdaya internal dan eksternal
pada anggota keluarga anda?”
“Apa menurut anda yang menjadi Persepsi keluarga mengenai kelebihan
kelebihan khusus keluarga anda?” mereka
“Jelaskan pola komunikasi yang bisa Pola komunikasi
digunakan keluarga anda.”
“Jelaskan masalah yang anda saat ini Persepsi keluarga mengenai masalah yang
sedang hadapi.” sedang dihadapi

B. Diagnosa Keperawatan
 Koping keluarga tidak efektif: menurun.
 Koping keluarga tidak efektif: menghambat.
 Koping keluarga berpotensi untuk tumbuh.
 Perubahan proses keluarga.

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan koping keluarga efektif
dengan kriteria hasil:
a) Anggota keluarga menggunakan sumber daya baik yang ada di di dalam maupun
di luar negeri untuk mengawasi masalah .
b) Anggota keluarga berkomunikasi yang jelas menggunakan pesan verbal dan
nonverbal yang selaras.
c) Anggota keluarga mengambil peran dan tanggu jawab yang terdefinisi dengan
jelas dan sesuai dengan situasi.
d) Anggota keluarga mendorong pertumbuhan individu dan otonomi keluarga .
Intervensi:
1. Bentuk hubungan saling percaya dengan keluarga.
2. Tetap bersifat netral dan obyektif.
3. Berfokus pada masalah yang dhadapi disini dan sekarang.
4. Tunjukan komunikasi verbal dan nonverbal yang jelas dan selaras.
5. Bantu keluarga untuk mendefinisikan ”Siapa yang bermasalah?” dan ”Siapa yang
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya?”
6. Bantu keluarga untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif,
seperti mendengarkan secaraaktif dan penggunaan pesan dengan kata ”Saya”
7. Dukung dan tingkatkan keterampilan keluarga dalam mengatasi masalah.
8. Berikut penyuluhan tentang:
• Sifat biologik serta tanda dan gejala penyakit jiwa.
• Rasional untuk rekomendasi pengobatan.
• Pemantauan medikasi psikotropik.
9. Anjurkan anggota keluarga untuk mengeluangkan waktu bersantai dan
mempertahankan keterlibatan komunikasi untuk mencegah kejenuhan pada
pemberian asuhan.
10. Rujuk keluarga ke ahli terapi keluarga yang berkualitas bila masalahnya sudah
diluar cakupan intervensi keperawatan di tingkat generalis.
11. Berkolaborasi dengan tim kesehatan jiwa dan keluarga mengenai rekomendasi
untuk pengobatan dan tindak lanjut.

D. Evaluasi
a) Anggota keluarga berhasil menggunakan sumber daya yang ada untuk mengatasi
masalah.
b) Anggota keluarga melakukan komunikasi verbal dan nonverbal yang jelas dan
selaras.
c) Anggota keluarga memenuhi peran dan tanggung jawabnya.
d) Anggota keluarga menunjukan perilaku otonomi dan diferensiasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga adalah sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih , yang hidup
bersama yang memiliki ikatan emosional yang kuat, interaksi regular, dan berbagai
kekhawatiran dan tanggung jawab. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Tujuan dari terapi keluarga adalah melakukan perubahan yang bermanfaat pada
setiap anggota dengan berfokus pada keluarga sebagai satu keseluruhan. Terapi keluarga
menggunakan kekuatan keluarga untuk membantu keluarga mengidentifikasi masalah,
menetapkan tujuan untuk perubahan dan pemecahan masalah, mendorong komunikasi
terbuka antar anggota keluarga, membantu satu anggota keluarga atau lebih untuk
melakukan deferensiasi serta menggunakan pandangan historis dan fungsi keluarga
tersebut dari generasi ke generasi untuk memahami masalah yang dihadapi saat ini.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang dekat dengan pasien, tenaga keperawatan memiliki
peran yang besar dalam memberikan terapi kepada pasien. Oleh sebab itu, diharapkan
tenaga keperawatan mampu meningkatkan skill sebagai tenaga keperawatan professional
sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang maksimal kepada pasien.

Daftar Pustaka

Affandi, Imam.2008.Terapi Kepuarga ( Family Teraphy ). Retreived : Jumat, 16 April 2010


from http://imamaffandi.wordpress.com/2008/01/29/teraphy-keluarga.

Anonymous. 2010. Keluarga. Retreived: Jumat, 16 April 2010 from


http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga

Isaacs, Ann.2004.Penuntun Belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta: EGC
Lampiran 1
Contoh Genogram :

m. 1944 b. 1917
b. 1915 d. 1996
(PPOM)
(Penyakit Alzheimer)
b. 1948 b. 1948 b. 1951 b. 1949

b. 1976 b. 1978 b. 1978


b. 1976 b.1978 1983 b.1985
b.1987

b. 1997
Keterangan
Wanita Kematian
Laki-laki Anak-anak
Menikah Aborsi, Keguguran,
Lahir mati
Bercerai Hubungan tanpa
ikatan

You might also like