Professional Documents
Culture Documents
Arsip Polling
Ubudiyyah
Salah satu hadits yang membuat kita rajin membaca shalawat ialah: Rasulullah bersabda:
Siapa membaca shalawat untukku, Allah akan membalasnya 10 kebaikan, diampuni 10
dosanya, dan ditambah 10 derajat baginya. Makanya, bagi orang-orang NU, setiap
kegiatan keagamaan bisa disisipi bacaan shalawat dengan segala ragamnya.
Salah satu shalawat yang sangat popular ialah “Shalawat Badar”. Hampir setiap warga
NU, dari anak kecil sampai kakek dan nenek, dapat dipastikan melantunkan shalawat
Badar. Bahkan saking populernya, orang bukan NU pun ikut hafal karena pagi, siang,
malam, acara dimana dan kapan saja “Shalawat Badar” selalu dilantunkan bersama-sama.
Shalawat yang satu ini, “shalawat Nariyah”, tidak kalah populernya di kalangan warga
NU. Khususnya bila menghadapi problem hidup yang sulit dipecahkan maka tidak ada
jalan lain selain mengembalikan persoalan pelik itu kepada Allah. Dan shalawat Nariyah
adalah salah satu jalan mengadu kepada-Nya.
Salah satu shalawat lain yang mustajab ialah shalawat Tafrijiyah Qurtubiyah, yang
disebut orang Maroko shalawat Nariyah karena jika mereka (umat Islam) mengharapkan
apa yang dicita-citakan, atau ingin menolak apa yang tidak disuka, mereka berkumpul
dalam satu majelis untuk membaca shalawat Nariyah ini sebanyak 4444 kali, tercapailah
apa yang dikehendaki dengan cepat bi idznillah. Shalawat ini juga oleh para ahli yang
َّ َصلّى َعل
ي ُك ّل يَوْ ٍم ِمئَة َم ّر ٍة َ َم ْن:صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم َ ِض َي هللا عَنهُ أنّهُ قال قال َرسُوْ ُل هللا ِ أخ َر َج ابْنُ ُم ْن َذة ع َْن َجابِ ٍر َر
ْ َو
– ضى هللاُ لَهُ ِمئَة َح َّج ٍة – َس ْب ِع ْينَ ِم ْنهَا في األ ِخ َر ِة َوثَالثِ ْينَ فِي ال ُّد ْنيَا َ ق ة ّ
ر م َة ئم م
َ ٍ َ ِ ِ َْ َّ ِ َويال ي ف ي َ ل ع ى َّ ل ص
َ نْ م
َ ٍَ َِ ْ َِ –
– ة يا و ر ي فو
ب – َك َذا ْ ْ ْ
َ ي فَإنّهَا تَ ِحلُّ ال َعق َد َوتَفر ُج ال ُك َر ْ
َّ َ اكثَرُوا ِمنَ الصَّال ِة َعل: صلى هللاُ عليه وسلم قال ّ َ ي َّ ِي أن النَّب َ أن قال – َور ُِو ْ إلى
فِ ْي النزهَ ِة
Hadits Ibnu Mundah dari Jabir, ia mengatakan: Rasulullah SAW bersabda: Siapa
membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabahi 100 kali hajatnya;
70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia. Sampai kata-kata … dan hadits Rasulullah yang
mengatakan: Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan
menghilangkan kesedihan. Demikian seperti tertuang dalam kitab an-Nuzhah.
Rasulullah di alam barzakh mendengar bacaan shalawat dan salam dan dia akan
menjawabnya sesuai jawaban yang terkait dari salam dan shalawat tadi. Sepe
Imam Haitami dalam kitab Majma’ az-Zawaid meyakini bahwa hadits di atas adalah
shahih. Hal ini jelas bahwa Rasulullah memintakan ampun umatnya (istighfar) di alam
barzakh. Istighfar adalah doa, dan doa Rasul untuk umatnya pasti bermanfaat.
Ada lagi hadits lain. Rasulullah bersabda: Tidak seorang pun yang memberi salam
kepadaku kecuali Allah akan menyampaikan kepada ruhku sehingga aku bisa menjawab
salam itu. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. Ada di kitab Imam an-Nawawi, dan
sanadnya shahih)
Berita Terkait:
Berziarah ke Makam Rasulullah
FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (4-habis)
Tawassul dengan para Sahabat dan Shalihin
FASAL TENTANG WASILAH DAN TAWASSUL (3)
Tawassul dengan Rasulullah SAW
FASAL TENTANG TAUHID (3)
Iman kepada Para Rasul dan Kitab Suci
Komentar:
Gus Nur menulis:
Membaca sholawat adalah bagian dari do'a kita untuk tauladan kita, Nabi Muhammad
SAW. Pada artikel lain dalam situs ini saya cuplikkan:
اَللّهُمَّ
صَلِّي
عَلَى
مُحَمَّدٍ
Ya Allah berikanlah rahmat kemuliaan buat Muhammad. Wallahu A’lam.” (lihat dalam
Raddul Muhtar 'Alad-Durral Mukhtar, jilid II, hlm. 244)
Kita pasti 100% setuju bacaan sholawat tersebut. Adapun bacaan-bacaan yang lain,
seperti "sholawat nariyah", "tunjina" atau "hizib" masih diragukan sandaran dasar
hukumnya. Benarkah para sahabat-sahabat terdahulu melakukan hal serupa (membaca
bacaan-bacaan itu). Jangan-jangan bacaan-bacaan itu adalah hanya hasil kreatifitas para
ulama saja, yang kadang justru malah termasuk dalam tindakan yang "berlebih-lebihan"
sehingga malah tidak sesuai dengan perintah Rasulullah.
Yang lebih menyedihkan lagi, bahwa aneka bacaan sholawat itu oleh s
Adhari
berubah
menjadi
mufti aban
abun aminah
asdhari
berubah
menjadi agus
tujua
Wallahu a'lam.
Luqman Harun menulis:
Bukanlah bermaksud untuk mempermalukan saudaranya apabila seseorang menasihati
tentang kekeliruan dalam melaksanakan ibadah kepada Allah Ta'ala
, hal itu
semata-mata adalah wujud kasih sayang terhadap saudara muslim yang lainnya agar tidak
terjerumus dalam kekeliruan dalam melaksanakan ibadah sebagaimana yang telah
diajarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sejak beliau diangkat menjadi Rasul
hingvga
beliau wafat yang semuanya telah jelas aturan serta tata caranya sebagaimana hadist2
shohih yang ditulis oleh ulama2 terdahulu. Sungguhlah sangat mudah bagi kita untuk
senantiasa meluangkan waktu mempelajarinya dan memahami serta mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Begitu banyak amalan2 yang shohih yang datang dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang bisa kita kerjakan, begitu banyaknya
sampai2 kita tidak mampu untuk melaksanakannya semua sehingga yang demikian ini
tidaklah pastas bagi kita seorang muslim untuk mencari variasi sendiri dalam peribadatan
dengan dalih apapun. Sekali lagi al haq itu mutlak datangnya dari Allah Ta'ala dan
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lah yang paling tau dalam menafsirkan firman2
Allah Ta'ala dalam Alquranul karim.
YUNGKI DIDIT ARISTYO menulis:
Semua artikel pembahasan masalah yang ada di situs kebanggaan saya ini, harus
diketahui bahwa semua dibahas secara singkat, berkaitan dengan modal ilmu pemahaman
yang tidak berurutan seperti saudara saya Gus Nur, tentunya belum dapat menelaah
segala bahasan di situs ini, artikel ini memang berfungsi untuk konsumsi umum, namun
bagi sebagian orang yang masih "dangkal" modal ilmunya, tentu akan sulit untuk
memahami dengan baik sesuai Ajaran Islam itu sendiri. Maka hormatilah saudara kita
bersama Gus Nur, semoga ilmunya tambah maju dengan sering mengunjungi situs ini.
Amiiin...
Yunus menulis:
Sungguh tuduhan yang sangat berani kepada Gus Nur... menuduh sesama muslim hanya
berdasarkan sedikit komentar darinya.
Secara keseluruhan sholawat - sholawat yang dikembangkan warga NU, memang sebatas
kreativitas karena memang tidak didukung dalil.
Untuk urusan jilbab, banyak memang warga NU yang tidak pakai jilbab, saya ambil
contoh kelurga saya yang NU ndeles, juga gak pakai (walau tidak semua), padahal jelas
Jilbab ini jelas syari'at-nya, berbeda dengan sholawatan yang gak jelas syari'ahnya namun
warga NU malah menjalankannya dengan semangat membara.
sae menulis:
adhari
berubah
menjadi tiwi
uut
Saudaraku gus nur, saya mau tanya gusnur pernah gak salawat kepada nabi begini.
semoga salawat dan salam semoga tercurahkan kepada nabi saw, ... apakah solawat
dalam bahasa indonesia ini dicontohkan? kalo tidak pernah dicontohkan kenapa begitu
banyak aktivis, ustadz atau siapa saja selalu bersolawat seperti itu? kalo solawat yang kita
bikin sendiri aja boleh apalagi solawat yang dibikinkan ulama.
faisol menulis:
saudara2ku, marilah kita cari kebenaran, bukan sekadar pembenaran pendapat pribadi...
mari kita bersantun ria dalam melaksanakannya...
u/ gus nur dan yg anti shalawat karangan ulama, sah2 saja kalau sampean punya pendapat
sendiri... tp sah juga bila ada yg berpendapat lain...
siapa sih yg ingin menyalahi Rasulullah asw.? siapa sih yg tidak ingin bersama
Rasulullah saw. di surga nanti...?
menurut saya, dlm kehidupan ini sebenarnya kita semua telah melakukan BID'AH,
contoh :
1. di mushaf (rasm) utsmani, tulisan Al-Qur'an tidak ada tanda titik & harakat... Sekarang
SEMUA MELAKUKAN BID'AH dg menambah2i sendiri TANPA ADA PERINTAH
DARI RASULULLAH SAW... Apakah ajaran Rasulullah tidak sempurna shg kita
melakukan yg tidak pernah beliau perintahkan...?
kiranya cukup 2 itu saja... mohon dimaafkan kurangnya ilmu saya... semoga Allah
meyatukan dan melembutkan hati seluruh umat Islam, amin...
Adhari berubah
menjadi hurip
Adhari berubah
menjadi honggo
Adhari berubah
menjadi tikno
Adhari berubah
menjadi mbos
adenan
Adhari berubah
menjadi mbah
kartono
Adhari berubah
menajdi
nurhadiantomo
Sumber lafadz do'a bisa dibagi dalam 2 hal, pertama lafadz (redaksional)-nya dari kita
sendiri, dan lafadznya telah diberikan contoh oleh Allah (dalam Al Qur'an) dan Nabi
(dalam Al Hadits). Saya lebih yakin bahwa do'a yang sesuai dengan tuntunan Allah dan
Rasul-Nya memiliki nilai lebih daripada do'a yang kita buat sendiri.
Do'a yang sudah diberikan contoh oleh Nabi banyak sekali, bahkan do'a untuk-ma'af-
berhubungan suami istri-pun ada dicontohkan oleh Nabi.
Demikian juga sholawat. Nabi telah memberi contoh bacaan sholawat yang sempurna,
yaitu dengan membaca:
"Allahumma shalli 'ala Muhammad" (baca fatsal: Hadiah Fatihah pada rubrik Ubudiyyah
di situs ini juga. Disana ada penjelasannya, dan bahkan dijadikan salah satu dalil dalam
"menghadiahkan pahala/fatihah").
Ketika sekarang bacaan sholawat ini menjadi berkembang dan bermacam-macam
lafadznya seolah menjadi bagian dari ketetapan sunnah Nabi.
Cobalah tanyakan dengan para pengamal bacaan sholawat yang beraneka ragam itu:
Bagaimanakah bacaan sholawat Nabi itu? Saya yakin mereka akan lebih familiar dengan
bacaan sholawat yang bermacam-macam itu daripada sholawat yang telah dicontohkan
oleh Nabi (bahkan ada yang merasa asing dengan sholawat itu, karena tidak ada imbuhan
"sayyidina"). Saya punya pengalaman cukup banyak dalam ha
l ini dengan keluarga yang sebagian
besar mereka mengaku pengikut Nahdliyin.
Yang lebih parah lagi, ada yang menganggap bahwa bacaan sholawat "Allahumma
Shalli..." tadi dikategorikan sholawatnya orang-orang Muhammadiyah, kalau NU
sholawatnya Nariyah. Ini jelas sungguh kelewatan dan pembodohan yang luar biasa.
Semoga kejadian yang memprihatinkan seperti ini hanya terjadi di kampung saya saja.
Tentu kalau seperti ini, yang salah adalah kita-kita ini, yang tidak pernah atau jarang
memberikan pencerahan ke-sunnah-an, tapi justru banyak menyebarkan hasil ke-
kreatifitas-an itu tadi.
Marilah dalam ber-Islam kita kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya, itu yang akan
membawa kita pada jalan keselamatan, pasti.
Wallahu a'lam.
Ghanib_64 menulis:
Memang ilmu Islam saya masih dangkal untuk itu saya sering membuka situs2 tentang
Islam dan membandingkannya sesuai dgn hadist nabi tapi setelah saya pelajari dengan
nalar pikiran normal ternyata banyak hadist nabi yg diselewengkan maknanya oleh ulama
NU hanya dgn tujuan satu agar kekultusan ulama NU tidak luntur dikalangan umat NU
apakah hal seperti ini yang diajarkan oleh Islam sbg contoh sederhana dlm hal tahlilan
kenapa harus yg memimpin bacaan nya harus seorg. guru/uluma setempat padahal yg
mengadakan hajatan adalah org. yg sedang mendapat musibah kematian sedangkan
menurut hadist nabi yg afdol yg mengirim do'a itu adalah yg berhubungan langsung dgn
simayit & diantara keluarga si mayitpun ada yg mahir bacaannya tapiiiiii kenapa harus si
ulama jg yg memimpin kalo boleh dibilang mengharapkan amplop & besek yg lebih
banyak serta bayangan andaikata dalam satu kampung ada 3 kematian berapa ulama itu
dapat ampop dan besek, ini realita bung jangan balik dgn jawaban "sebenarnya tidak
seperti itu" kalo itu jawabannya itu hanyalah tidak lebih dari bela diri saja.
wassalam.
Luqman harun menulis:
Perbedaan pendapat dikalangan para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
adalah rahmat karena itulah yang dikatakan sebagai ijtihat mereka para sahabat rodiallahu
ta'ala anhum,namun perbedaan pendapat dikalangan umat dari kaum muslimin adalah
musibah bagi islam,ingatlah....Allah subhanahu ta'ala telah menyempurnakan agama
islam ini ketika diturunkannya Alquran surah Al-Maidah ayat 3 dan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam pun telah memberikan tauladan yang baik bagi umat ini
dalam menjalankan perilaku kehidupan sejak bangun tidur hingga kembali tidur
lagi,semua perilaku itu haruslah dilandasi dengan ilmu yang telah beliau ajarkan melalui
para sahabat yang kesemuanya dapat kita temui dalam hadist2 shohih para ulama
terdahulu,Rasulullah shallallahu alaihi wasallam didalam salah satu hadist beliau
bersabda "apabila Allah ta'ala menginginkan kebaikan bagi seseorang maka akan Allah
mudahkan baginya memahami agamanya", cukuplah kutipan hadist tersebut menjadi dalil
bagi kita untuk saling introspeksi diri apakah kita sudah termasuk orang2 yang akan
mendapatkan kebaikan dari Allah subhanahu wata'ala? seberapa besarkah usaha kita
dalam mengkaji dan mempelajari islam? seberapa sering kita menghadiri majelis ilmu
yang membahas kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam? perlu kita
tanamkan pada diri kita keyakinan bahwa jika ada hal ataupun penafsiran dari Al-quran
dan hadist yang "menurut kita" bertentangan satu sama lain dimana ini tidaklah benar
adanya, yang ada hanyalah ketidak tahuan kita dalam menafsirkan makna yang
terkandung dalam Alquran dan hadist tersebut. Cukuplah ini memicu kita untuk berusaha
keras dan bersungguh sungguh belajar dan mengkaji islam dari sumbernya yang jernih
yaitu Alquran dan sunnah nabi shallallahu alaihi wasallam. "Thollabu
ITU KEWAJIBAN SAYA u/ memberi tahu saudara2 saya agar tetap menjunjung tinggi
shalawat kpd Nabi Muhammad saw.
Almaghfurlah KH. Achmad Shiddiq menuturkan bhw ulama itu harus 'ALIM, 'ABID &
'ARIF... Kalau benar ada ulama memimpin tahlil, maka TDK PANTAS DISEBUT
ULAMA...
sa berbeda pendapat...?
Marilah kita MEMPERLUAS WAWASAN dgn belajar dari berbagai sudut pandang...
, sebaiknya jangan hanya dari satu ustadz, tetapi banyak ustadz, biar luas wawasannya...
bagaimana pun, senang sekali punya saudara2 yg begitu perhatian spt sampean2...
semoga Allah membalas niat baik sampean semua dg ganjaran berlipat ganda, amin...
semoga Allah menyatukan dan melembutkan hati semua ummat Islam... semoga Allah
menjaga dan menata hati kita u/ tetap tawadhu' dan semata mencari ridha-Nya, amin...
Gus Nur menulis:
Untuk Faisol,
Pertanyaan anda bagus sekali, tapi mungkin bisa diganti dengan pertanyaan yang lebih
sederhana: mengapa di masjid-masjid sekarang kalau adzan menggunakan pengeras
suara? bukankah pada zaman Nabi tidak ada pengeras suara? apakah itu bid'ah?
2. Musthalah hadits adalah bagian dari luasnya ilmu dalam Islam untuk mempelajari
keotentikan dan kevaliditasan hadits. Mempelajari ilmu ini tentu saja bukan bid'ah.
Seperti halnya masalah pengeras suara tadi, itu hanya sebagai sarana yang memudahkan
agar lebih banyak orang yang mendengarkan adzan, atau ilmu musthalah hadits untuk
mempelajari hadits. Bila suatu saat listrik padam, adzanpun tetap dikumandangkan tanpa
pengeras suara dengan tidak mengurangi atau melebihi dari fungsi adzan yang
sesungguhnya,demikian juga orang yang-karena keterbatasannya tidak sampai belajar
ilmu musthalah hadits tidak menjadikannya keluar dari Islam. Kecuali kalau pada lafadz
adzan diberikan imbuhan "sayyidina" misalnya sebelum lafadz Muhammad pada waktu
syahadat pada adzan, tentu masalahnya menjadi lain lagi.
terjemahannya:
"yang dengannya (Nabi Muhammad) segala ikatan menjadi lepas (segala kesulitan akan
terselesaikan, bukan dengan Allah!, tapi karena Rasulullah!), segala kesedihan akan
lenyap karenanya (bukan karena pertolongan Allah juga!), dan dengannya segala cita-cita
tercapai, dengannya pula segala kebutuhan terpenuhi, dan dengan wajahnya yang mulia
awan berubah menjadi hujan".
Saking lengkap dan "sempurna"-nya sholawat nariyah ini, bahkan sudah mendekati dan
masuk dalam ranah syirik.
masalah yang mimpin doa kok kyai selama orang malah menginginkannya knapa????
toh justru yg punya hajatan pengen yang mimpin kyai..tu kenyataan di tempat q..
sungguh sebuah tuduhan yang keji mengatakan para kyai NU mimpin doa hanya tuk
sebuah amplop...pa ente gak liat, berapa banyak kyai NU yang bikin pesantren di
Indonesia yang justru tanpa minta bantuan pemerintah alias swadaya sendiri..
bahkan buat mengaji ke kyai aja banyak yang cuma suruh infaq sekedarnya..perlu mas
ketahui, aku aja di pesantren tempat q mengaji, dulu q ngaji 2 tahun gak pernah bayar..q
cuma beli kitab aja buat ngeluarin duit..tapi mbah yai rela mengajari ngaji ba`da subuh
dan isya`....
faisol menulis:
saudaraku LUQMAN HARUN yg baik,
mengapa hanya ijtihad para sahabat yg diakui? apakah ijtihad 4 imam madzhab TIDAK
DIAKUI...? padahal beliau2 adalah generasi salaf (sd 300H)... Bukankah pendapat 4
imam madzhab bisa berbeda?
Apakah beliau2 MEMBUAT MUSIBAH BAGI ISLAM...? Sedalam apa ilmu kita koq
berani-beraninya menghukumi spt itu...?
Syaikhul Islam Imam Ibnu Taimiyah & Imam Ibnul Qayyim (abad 6H) pernah berbeda
pendapat dg 4 imam madzhab dalam hal kewajiban qadha shalat bagi orang yg
meninggalkan dg sengaja lalu taubat...
menurut 4 imam madzhab wajib qadha, menurut beliau berdua tidak ada qadha bagi
shalat yg ditinggalkan dg sengaja (ada di buku Tuntunan Taubat Kepada Allah oleh Dr.
Yusuf Qardhawi)...
Apakah Ijtihad generasi khalaf spt beliau berdua-yg berbeda dgn generasi salaf (4 imam
madzhab)- DIANGGAP MUSIBAH & WAJIB DITINGGALKAN...?
kalau kita bicara KEMBALI KE AL-QUR'AN & SUNNAH :
1. tentu kita belajar dari tafsir2 yg ada... apakah kita sdh mempel
Marilah kita menuntut ilmu seluas-luasnya shg luas pula wawasan kita...
semoga Allah senantiasa menjaga & menata hati kita shg tetap dalam
tawadhu' & semata mengharap ridha-Nya... semoga Allah menyatukan &
melembutkan hati semua umat Islam, amin...
Mix menulis:
ya...saya ini orang awam..maaf klo salah...saya hanya mengatakan bahwa kita bersalawat
dengan berbagai macam bacaan.... ya...doalah kepada Allah untuk Nabi dengan berbagai
versi dan bacaan...ya..kayak doa dengan bahasa selain arab..apakah bid'ah itu..mohon
jawabannya?..ahlul bid'ah (orang yang menganggap dikit-dikit, Bi'ah....kayak kaga ada lg
selain ucapan bid'ah) mohon maaaf ya....
faisol menulis:
saudara2ku yg tdk suka shalawat karya ulama,
3. RISALAH JUM'AT
Oleh: Dept. Ilmiah Darul Wathan
hal 2 of 30:
wash-shalaatu was-salaamu 'alaa khathiibil anbiyaa-i wal-
mursaliin
Mgkn sampean akan berkata, "Itu bukan bacaan shalawat, tp perintah (al-amru) u/
membaca shalawat..."
Di buku/kitab Ushul Fiqh, bentuk perintah (al-amru) ada 4 (empat)-> kalimat2 di atas tdk
termasuk... JD, KALIMAT2 DI ATAS ADALAH SHALAWAT KARYA ULAMA
(Mendoakan Nabi), BUKAN PERINTAH U/ MEMBACA SHALAWAT...
Gusmat menulis:
Buat si Nur /gusNur entah kok namanya pakai gus segala sih, kalo aku sih asli jabang
bayi memang Gusmat. Mencintai Rosulullah SAW secara berlebih lebihan itu sah sah
saja dan itu malah Wajib, selagi tidak menuhankan /meyakini walau sedikit sifat
Uluhiyah terhadap beliau .Sebagaimana yg dilakukan oleegala cita-cita tercapai,
dengannya pula segala kebutuhan terpenuhi, dan dengan wajahnya yang mulia awan
berubah menjadi hujan". kata kata ini kan cuma kiyasan / Majaz. h orang orang Nasroni
terhadap Nabi Isa AS. Mengutip tulisan Si Nur tadi :......yang dengannya (Nabi
Muhammad) segala ikatan menjadi lepas (segala kesulitan akan terselesaikan, bukan
dengan Allah!, tapi karena Rasulullah!), segala kesedihan akan lenyap karenanya (bukan
karena pertolongan Allah juga!), dan dengannya sseperti dalam kehidupan sehari hari
,minum obat biar sembuh ,apa obat bisa menyembuhkan?!!!.
[1 of 2] 1, 2 >| Nama
Email
Website
Judul komentar
Komentar
Kode
Masukkan kode huruf di atas pada isian di bawah ini
kembali ke atas
» REKOMENDASI
Lokakarya Nasional Pengembangan Rumah Sakit NU dalam Era Globalisasi
(13/03/2010)
» Rekomendasi Konferensi Persaudaraan Muslim Dunia (25/12/2009)
Arsip