Professional Documents
Culture Documents
"GOBES's" - "DYNASTY"
"PP - UMKM KADIN JATENG"
GOBES’s -> Gabungan Orang Belut Semarang & Sekitarnya
PP-UMKM KADIN JATENG -> Pusat Pengembangan Usaha Menengah Kecil Mikro
1. Dibuatnya "PROBIOTIK" khusus belut untuk efisiensi pakan dan probiotik untuk
menekan amoniak dalam media budidaya.
2. Dibuatnya "PABRIK PELET" khusus pakan belut yang murah dan berprotein tinggi serta
bebas dari bakteri paktogen (Typus dan Coli).
3. Dibutuhkannya "PUPUK ORGANIK" yang bisa menumbuhkan dan melipatgandakan
jumlah cacing lor sawah yang ada di media lumpur budidaya.
4. Terbentuknya "PENYULUH PERIKANAN" (PPL) khusus budidaya belut baik dari
pemerintah maupun swasta sebagai pendamping petani dalam melaksanakan budidaya.
5. Pabrik "ABON BELUT" skala rumah tangga.
6. Pabrik "DENDENG BELUT" skala rumah tangga.
7. Pabrik "KRUPUK BELUT" skala rumah tangga.
8. Budidaya cacing "Lumbricus atau Tiger Australia" sebagai rekanan atau pemasok bibit
cacing kepada petani belut.
9. Pemancingan "KHUSUS" belut termasuk restorannya yang menyajikan menu aneka
masakan belut.
1. SEJARAH SINGKAT
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang
hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan yang
masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di
Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak
dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra perikanan belut Internasional terpusat di Taiwan, Jepang, Hongkong, Perancis dan
Malaysia. Sedangkan sentra perikanan belut di Indonesia berada di daerah Yogyakarta dan di
daerah Jawa Barat. Di daerah lainnya baru merupakan tempat penampungan belut-belut
tangkapan dari alam atau sebagai
pos penampungan.
3. JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut :
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa); Monopterus albus Zuieuw (belut
sawah); Macrotema caligans Cant (belut kali/laut)
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun
demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
4. MANFAAT
Manfaat dari budidaya belut adalah:
1) Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2) Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3) Sebagai obat penambah darah.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik.
Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar
bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak
beracun.
3) Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu berkisar antara 25-31 derajat
C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan kaya akan oksigen terutama
untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan
selanjutnya belut dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
8. PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya
sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain :
bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan pengeringan air kolam
sehingga belut tinggal diambil saja.
9. PASCAPANEN
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan pasca
panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat diterima oleh konsumen
dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan pemasaran yang luas.
Secara ringkas, teknis budidaya dan pemeliharaan belut hanya memerlukan perhatian pada
memilih lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, penetasan,
pakan serta hama.
KOLAM BUDIDAYA
1. Kolam pemijahan : berfungsi untuk mengawinkan induk belut yang sudah terpilih.
2. Kolam pendederan : berfungsi untuk menampung dan membiakkan benih belut yang
berukuran 1-2 cm.
3. Kolam belut remaja : berfungsi untuk menampung dan membiakkan belut yang
berukuran 3-5 cm.
4. Kolam belut konsumsi : terbagi menjadi 2 tahapan yang masing – masing tahapan
membutuhkan waktu 2 bulan. Tahap pertama pemeliharaan belut dari ukuran 5-8 cm
menjadi ukuran 15-20 cm. Tahap kedua pemeliharaan belut dari ukuran 15-20 cm
menjadi 30-40 cm.
BANGUNAN KOLAM
Bangunan jenis-jenis kolam belut secara umum relatif sama, hanya dibedakan oleh ukuran,
kapasitas dan daya tampung belut itu sendiri.
1. Ukuran kolam induk kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-
2 cm) daya tampungnya 500 ekor/m 2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya
tampungnya 250 ekor/m 2 . Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran 5-8
cm) daya tampungnya 100 ekor/m 2. Untuk kolam belut konsumsi tahap kedua (ukuran
15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m 2, hingga panjang belut pemanenan kelak
berukuran 3-50 cm.
2. Pembuatan kolam belut sebaiknya dengan bak dinding yang disemen tapi dasar kolam
dibiarkan tanah tanpa diplester.
3. Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan organik seperti pupuk kandang, sekam padi
dan jerami padi. Caranya kolam yang masih kosong lapisan pertamanya diberi sekam
padi setebal 10 cm, diatasnya ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu
diatasnya lagi ditimbun dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah
tumpukan-tumpukan bahan organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm),
barulah air dialirkan ke dalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan
organik + air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut
dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu belut-belut
dilepaskan ke dalam kolam.
PEMIJAHAN
1. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan
berukuran ± 40 cm.
2. Untuk kolam seluas 1 m2 diisi satu set indukan (1 ekor jantan dan 2 ekor betina). Waktu
pemijahan belut diperkirakan berlangsung selama 10 hari setelah itu baru telur dari belut
menetas. Telur akan menetas dan dalam waktu 5-8 hari dan belut berukuran 1,5 – 2,5 cm.
Dengan ukuran tersebut, bibit belut diangkat dan ditempatkan pada kolam pendederan
untuk untuk di pelihara selama 1 bulan untuk mencapai ukuran 5-8 cm.
PENYIAPAN
1. Bibit belut yang layak dan siap dipelihara adalah bibit yang sudah berukuran 5-8 cm.
Biasanya sudah berumur sekitar 4 bulan, melalui 2 tahap dengan masing –masing tahapan
selama 2 bulan.
2. Bibit bisa diperoleh dari bak / kolam pembibitan yang telah atau bisa juga bibit diperoleh
dari peternak pembibit yang lain.
3. Perlakuan dan perawatan bibit, dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam
pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan
secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Caranya dengan pengairan yang bersih,
lebih baik lagi apabila bibit tersebut berada pada air yang mengalir.
PEMELIHARAAN PEMBESARAN
1. Pemupukan
Gunakan jerami yang sudah lapuk, berfungsi untuk membentuk pelumpuran yang subur
dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama (untuk lebih
detail lihat artikel pemupukan kolam).
2. Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar
(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3. Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada
gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
Padahal, jika kita melakukannya dengan benar, pemupukan merupakan salah satu cara membuat
pakan alami yang sangat dibutuhkan oleh benih ikan apapun.
Pemupukan kolam tersebut dapat membuat benih atau bibit ikan yang kita tebar bisa tumbuh
dengan cepat dan sehat.
Akan tetapi perlu diingat, pemupukan kolam hanya dilakukan apabila kolam yang bersumber
air dalam kondisi tidak subur. Untuk air yang sudah subur, pemupukan tidak perlu karena pakan
alami akan tumbuh sendiri.
Bahkan pemupukan pada kolam yang sudah subur bisa berakibat fatal. Tahapannya juga
sederhana, terdiri dari pengeringan, pra pemupukan dan pemupukan. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
TAHAP PENGERINGAN
1. Sebelum dialiri air, shelter (jika diperlukan) sudah dipasang terlebih dahulu.
2. Isi air hingga kedalaman 50 cm, kemudian semua pintu saluran air ditutup supaya tidak
ada aliran keluar masuk air ke dalam kolam.
3. Chek kualitas air : PH kurang dari 7 maka kolam perlu diberi dengan kapur dolomit. Pada
pagi hari (jam 6) cek DO jika kurang dari 4 ppm jgn diberi pupuk dulu, kolam diaerasi
terlebih dahulu sampai DO mencapai 4 ppm. Cek alkalinitas jika kurang dari < 20 mg/L
maka perlu pengapuran terlebih dahulu sampai minimal 50 mg/L. Jika air berlumpur,
jangan dilakukan pemupukan terlebih dahulu. Biarkan lumpur mengendap baru diberi
pupuk. Cek suhu pada air jika < 180C jangan diberi pupuk dulu biarkan suhu air naik
sampai dengan 180C. Cek dengan secchi disk, jika menunjukkan angka kurang lebih 25
cm, maka air tidak perlu pemupukan karena air sudah ada pertumbuhan plankton yang
memadai.
TAHAP PEMUPUKAN
1. Obyek yang menjadi tujuan pemupukan adalah air sebagai media hidup plankton bukan
tanah.
2. Jenis pupuk yang dipakai adalah pupuk buatan yang banyak mengandung phospor dan
nitrogen (untuk kolam yang baru akan dipakai).
3. Pupuk organik kurang baik untuk pemupukan karena mempunyai efek samping
menghasilkan alga (lumut) yang berlebihan yang akan mengurangi kadar DO dalam air
juga menghalangi sinar matahari untuk pertumbuhan plankton.
4. Pemakain pupuk pada kolam bervariasi tergantung dari pupuk yang kita pakai.
Disarankan untuk memakai pupuk jenis powder jika terjadi kelangkaan pupuk bisa
memakai pupuk bentuk lain.
5. Pupuk yang berbentuk bubuk (powder) pemakainnya dengan cara menaburkannya
pada seluruh areal permukaan kolam. Karena pupuk tipe ini mampu larut dalam air secara
cepat sehingga pupuk tersebut sudah larut sebelum mencapai dasar kolam.
6. Pupuk yang berbentuk cair. Pemakainnya dengan cara mencampurkan terlebih dahulu
dengan air sebelum dimasukkan kedalam kolam. Komposisi antara pupuk cair dengan air
adalah 1 : 10.
7. Pupuk yang berbentuk butiran yang besar. Pemakainnya adalah dengan melarutkan
dalam air terlebih dahulu sebelum dimasukkan kedalam kolam. Jika pupuk jenis ini
langsung dimasukkan ke dalam kolam maka butiran ini tidak akan larut dalam air dan
mengendap di dasar kolam sehingga tujuan pemupukan tidak optimal.
8. Komposisi pupuk yang harus diberikan dalam kolam tanah adalah sebagai berikut :
9. Setelah seminggu dari pemupukan, dicek pertumbuhan plankton dengan secchi disk jika
menunjukkan angka diatas 40 cm maka pemupukan dilanjutkan, jika menunjukkan angka
kurang dari 23 cm maka pemupukan dihentikan.
10. Cek Ph air pada jam 1 siang jika menunjukkan angka 9,5 pemupukan dihentikan.
11. Cek DO jika dibawah 4 ppm pemupukan dihentikan.
12. Jika melakukan penambahan pemupukan bukan dengan menambah dosis pemupukan
tetapi dengan lebih sering jadwal pemberian pupuknya.
13. Jika pertumbuhan plankton sudah cukup air ditambah sampai penuh dan biarkan selama
seminggu.
14. Cek kualitas air dan harus sesuai dengan parameter sebelum penebaran bibit.